4. Pembahasan
Dalam pembahasan ini akan diuraikan teori-teori ataupun evidance based yang terkait dengan hukuman fisik dan dan kekerasan verbal pada anak. Dalam
bagian ini akan dibahas mengenai 5 tema yang telah ditemukan mengenai pengalaman orang tua dalam memberikan hukuman fisik dan kekerasan verbal
pada anak usia sekolah di Lingkungan III Kelurahan Padang Bulan Selayang II 1 pendapat orang tua mengenai hukuman fisik dan kekerasan verbal 2 tindakan
orang tua dalam memberikan hukuman fisik dan kekerasan verbal 3 penyebab orang tua memberikan hukuman fisik dan kekerasan verbal4 dampak hukuman
fisik dan kekerasan verbal, dan 5 harapan setelah memeberikan hukuman fisik dan kekerasan verbal. Tema-tema tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
4.1 Pendapat orang tua mengenai hukuman fisik dan kekerasan verbal Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan, peneliti menemukan
bahwa pendapat orang tua mengenai hukuman fisik dan kekerasan verbal diantaranya adalah hukuman fisik memberi motivasi yaitu membuat anak
menghindari kesalahan yang sama, hukuman fisik dan kekerasan verbal sebagai konsekuensi yang perlu diberikan karena anak nakal, hukuman fisik dan
kekerasan verbal untuk mengubah perilaku anak, dan hukuman fisik sebagai tindakan akhir setelah dilakukan penanggulangan secara positif. Berdasarkan teori
hukuman fisik adalah penggunaan kekuatan fisik dengan tujuan memperbaiki atau kontrol perilaku anak Straus 2001, dalam Mitchell 2008. Tidak banyak tinjauan
pustaka yang membahas mengenai hukuman fisik dan kekerasan verbal sehingga sedikit mempersulit peneliti dalam menulis pembahasan, namun berdasarkan hasil
Universitas Sumatera Utara
penelitian kedua hukuman ini sering diberikan oleh orang tua ketika anak berbuat salah.
1. Hukuman fisik memberi motivasi Hukuman fisik merupakan salah satu jenis hukuman yang diberikan
ketika anak berbuat salah atau pelanggaran. Hukuman fisik dianggap bisa memberi motivasi untuk anak supaya tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Pendapat orang tua dalam penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian Lansford dan Dodge 2008 bahwa ketika memberikan hukuman fisik lebih sering
akan berpengaruh kepada perilaku agresif anak, konflik dan kekerasan pribadi. Jadi hukuman fisik tidak menjadi motivasi untuk anak dalam merubah
perilakunya, malah sebaliknya akan berakibat negatif. 2. Hukuman fisik dan kekerasan verbal sebagai konsekuensi
Hukuman fisik dan kekerasan verbal diberikan sebagai konsekuensi karena anak melakukan kesalahan atau pelanggaran. Kedua jenis hukuman ini
dianggap perlu dilakukan pada anak karena melakukan pelanggaran, ini sesuai dengan hasil penelitian Taylor dan Hamvas 2011 bahwa orangtua percaya
hukuman fisik dibutuhkan untuk anak pada waktu tertentu dan diharapkan bisa menjadi suatu bentuk pendisiplinan anak. Hal ini juga dikemukakan dalam
penelitian Hasan dan Rousseau 2009 bahwa sebagian kecil orang tua Afrika Utara mempertimbangkan bahwa beberapa pelanggaran membutuhkan hukuman
fisik yang lebih parah seperti tamparan diwajah. Ini juga sesuai dengan hasil penelitian Nurlela 2008 yang mengatakan ketika anak melakukan suatu
Universitas Sumatera Utara
kesalahan yang tidak disukai oleh orang tuanya, maka orang tua akan memberikan hukuman baik secara fisik maupun verbal.
3. Hukuman fisik dan kekerasan verbal mengubah perilaku anak Beberapa partisipan berpendapat bahwa anak akan berubah setelah
diberikan hukuman fisik dan kekerasan verbal. Kedua jenis hukuman ini mampu mengontrol perilaku anak. Namun pendapat orang tua disini tidak sejalan dengan
hasil penelitian Taillieu dan Brownridge 2013 bahwa orang tua yang menggunakan hukuman fisik pada anak telah terbukti meningkatkan resiko
perubahan perilaku pada anak menjadi negatif. Kekerasan verbal dan hukuman fisik behubungan secara signifikan antara satu sama lain dan kekerasan verbal
berhubungan dengan kenakalan dan potensi mediasi Evans, Simons, dan Simons, 2012.
4. Hukuman fisik sebagai tindakan akhir Ketika anak berbuat suatu kesalahan atau pelanggaran beberapa
partisipan dalam penelitian tidak langsung memberikan hukuman fisik kepada anak, namun mereka melakukan penanggulangan secara positif terlebih dahulu
dengan cara menasehati dan sebagainya. Jika anak tidak mengubah perilaku negatifnya, partisipan akan memberikan hukuman fisik sebagai tindakan akhir
yang dipercaya bisa merubah perilaku anak. Hukuman fisik adalah penggunaan kekuatan fisik dengan tujuan menimbulkan rasa sakit pada anak tetapi tidak
cedera untuk tujuan memperbaiki atau mengontrol perilaku anak Straus 2001, dalam Mitchell 2008. Partisipan juga mengatakan ada beberapa kesalahan atau
pelanggaran anak yang membutuhkan penanganan dengan hukuman fisik supaya
Universitas Sumatera Utara
anak jera. Hasi penelitian Taylor dan Hamvas 2011 mengatakan bahwa partisipan menggunakan hukuman fisik sebagai tindakan akhir ketika anak tidak
bisa lagi dinasehati. Partisipan mengatakan hukuman fisik lebih efektif untuk mendapatkan respon si anak daripada dengan kata-kata.
4.2 Tindakan orang tua dalam memberikan hukuman 1. Hukuman fisik
Keseluruhan partisipan dalam penelitian ini pernah menghukum anak mereka dengan hukuman fisik seperti mencubit, menjewer telinga, dan memukul.
Hukuman fisik yang dilakukan ibu disini sesuai dengan kategori jenis hukuman fisik dalam teori, yaitu hukuman fisik antara lain memukul, mencubit, menarik
rambut, menampar, dan sejenisnya Chatib, 2012. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Taillieu dan Brownridge 2013 menunjukkan sebesar 53, 9 dari
partisipan anak mengalami beberapa bentuk hukuman fisik pada anak usia sekolah.
Sebagian besar dari mereka orang tua Afrika Utara dan remaja dan sekitar setengah dari Amerika Latin dan remaja menyetujui hukuman fisik kecil,
khususnya pukulan dibagian bawah atau memukul ditangan, terutama jika disertai dengan penjelasan. Hasil penelitian Herlinawati 2012 menunjukkan subjek
mengalami kekerasan fisik, seperti dipukul, dicubit, dan dijewer. 2. Kekerasan verbal
Berdasarkan hasil analisa data seluruh partisipan dalam penelitian ini pernah memberikan hukuman dengan kekerasan verbal kepada anak. Sebagian
dari partisipan mengatakan hampir setiap hari memarahi dan meneriaki anaknya.
Universitas Sumatera Utara
Kekerasan verbal yang diberikan yaitu meneriaki dan mencaci maki anak. Hasil penelitian Ericson, Verona, Joiner, dan Preacher 2006 menyatakan kekerasan
verbal oleh orang tua lebih sering terjadi dibandingkan hukuman fisik dan pelecehan seksual. Secara khusus, 29,7 melaporkan bahwa mereka kadang-
kadang atau sering dicaci maki. Survei nasional yang dilakukan terhadap orang tua Amerika Serikat menemukan bahwa 26 dari orang tua dilaporkan sering
berteriak pada anak mereka Regaldo, dkk 2004, dalam santrock 2007.
3. Hukuman fisik dan kekerasan verbal diberikan secara bersamaan Beberapa partisipan dalam penelitian ini mengatakan pernah memberikan
kedua hukuman ini secara bersamaan. Mereka mengatakan ketika tangan memukul atau mencubit anak akan diikuti dengan marah-marah dan meneriaki
anak. Hal ini dimaksudkan supaya hukuman lebih efektif dan suara keras dari ibu akan membuat anak takut.
4.3 Penyebab orang tua memberikan fisik dan kekerasan verbal 1. Anak melakukan kesalahan atau pelanggaran
Penyebab utama orang tua memberikan hukuman fisik dan kekerasan verbal karena anak melakukan kesalahan atau pelanggaran seperti tidak patuh,
tidak disiplin, dan melawan orang tua. Pada penelitian ini contoh anak tidak patuh seperti ketika disuruh oleh ibu untuk mengerjakan sesuatu anak tidak langsung
mengerjakan. Adapun contoh untuk kategori tidak disiplin disini seperti anak tidak pulang kerumah tepat waktu dan tidak mau belajar maupun mengerjakan
Universitas Sumatera Utara
pekerjaan rumah. Hal ini memicu ibu untuk menghukum anak dengan memberikan hukuman fisik dan kekerasan verbal.
Anak tidak disiplin sebagai salah satu penyebab orang tua memberikan hukuman fisik juga didukung oleh hasil penelitian Taylor, Lauren, dan Ruth
2011 menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini percaya bahwa menggunakan beberapa bentuk dari hukuman fisik terhadap anak-
anak mereka pada waktu tertentu diperlukan dan diharapkan bisa dijadikan sebagai sebuah bentuk disiplin. Orang tua yang sering memberikan hukuman fisik
pada anaknya dikarenakan kegagalan anak dalam memenuhi standar yang telah di tetapkan oleh orang tuanya Fortuna, 2008. Sifat, kondisi, aktifitas dan keinginan
anak yang tidak dituruti menyebabkan terjadinya kekerasan verbal Rianti, 2010. Hasil penelitian Putri dan Santoso 2012 menunjukkan bahwa partisipan
melakukan kekerasan verbal karena bermaksud baik kepada anak, yaitu agar anak berpikir bahwa yang dilakukannya adalah salah.
2. Penyebab dari ibu Hukuman fisik dan kekerasan verbal tidak semata-mata disebabkan oleh
anak, ibu juga berperan dalam penyebab terjadinya hukuman fisik dan kekerasan verbal. Penyebab dari ibu seperti lelah dan emosi. Beberapa partisipan dalam
penelitian ini mengatakan memberikan hukuman kepada anak saat lelah setelah bekerja dan dipicu oleh emosi. Rianti 2010 dalam penelitiannya menunjukkan
bahwa kondisi yang menyebabkan terjadinya kekerasan verbal dipengaruhi oleh pikiran, beban kerja, keadaan emosi dan kontrol yang kurang. Kekerasan verbal
dilakukan pada saat marah, diikuti munculnya ekspresi dan intonasi tinggi, berupa
Universitas Sumatera Utara
ancaman dan pemaksaan Rianti, 2010.
Berdasarkan data demografi menunjukkan bahwa pendidikan terakhir partisipan rata-rata Sekolah Menengah Pertama SMP.
Pendidikan sangat mempengaruhi orang tua dalam memberikan hukuman kepada anak, ini sesuai dengan hasil penelitian Suhaeni bahwa tingkat pendidikan seseorang
berpengaruh dalam meberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan lebih rasional dan kreatif serta terbuka dalam menerima adanya
bermacam usaha pembaharuan, ia juga akan lebih dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan
Suhaeni, 2006. 4.4 Dampak hukuman fisik dan kekerasan verbal
Berdasarkan hasil analisa data dari penelitian ini didapat dua dampak dari hukuman fisik dan kekerasan verbal untuk anak yaitu dampak positif dan dampak
negatif. 1. Dampak positif
Adapun dampak positif setelah diberikan hukuman fisik dan kekerasan verbal yang dikatakan oleh partisipan anak tidak lagi mengulangi perbuatannya.
Disini terlihat bahwasanya kedua jenis hukuman ini cukup efektif diberikan ketika anak melakukan kesalahan atau pelanggaran. Beberapa partisipan mengatakan
anaknya tidak mengulangi lagi perbuatan negatif dan ada juga partsipan yang mengatakan anaknya akan berangsur-angsur berubah ketika diberikan hukuman
fisik dan kekerasan verbal secara berkelanjutan. Ini bertentangan dengan hasil penelitian Deckard dan Dodge 1997 yang menyatakan bahwa hukuman fisik
berdampak terhadap perilaku agresif anak.
Universitas Sumatera Utara
2. Dampak negatif Dari hasil analisa data ada beberapa partisipan yang sadar akan dampak
negatif dan ada juga yang tidak. Partisipan yang sadar akan dampak negatif tetap memberikan hukuman tersebut dengan alasan hukuman tersebut sesuai untuk
mendidik anak mereka yang nakal. Ini juga sesuai dengan hasil penelitian Rianti 2010 orang tua masih melakukan kekerasan verbal pada anak mereka meski
sudah memahami efek dari kekerasan verbal. Adapun dampak negatif untuk anak dalam penelitian ini adalah anak menangis ketika diberi hukuman fisik. Menangis
merupakan dampak negatif untuk anak karena terganggu psikologisnya yang disebabkan oleh hukuman yang diterima dari orangtuanya dan akan berdampak
kepada moral anak. Hal ini juga didukung oleh teori Bitensky 2006 yang mengatakan bahwa hukuman fisik secara moral juga tidak baik karena hukuman
tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada korbannya, bahkan diluar menimbulkan nyeri tubuh, baik selama masa kanak-kanak dan sepanjang hidup
korban. Adapun dampak negatif lain berdasarkan hasil analisa data adalah anak
tidak berubah setelah diberikan hukuman fisik dan kekerasan verbal. Beberapa partisipan mengeluhkan anaknya tetap nakal dan masih melakukan perilaku
negatif setelah diberi hukuman. Ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa banyak dampak negatif dari hukuman fisik dan kekerasan
verbal pada anak yang belum ditemukan peneliti dalam penelitian ini. Adapun dampak negatif untuk anak berdasarkan penelitian sebelumnya seperti yang
dikatakan Nurlela 2008 bahwa ada hubungan yang signifikan antara
Universitas Sumatera Utara
penggunaaan metode disiplin hukuman fisik oleh orang tua dengan perilaku agresif pada anak. Semakin tinggi hukuman fisik yang digunakan oleh orang tua,
maka semakin tinggi pula perilaku agresif fisik anak. Sebaliknya semakin rendah hukuman fisik yang digunakan oleh orang tua, maka semakin rendah pula perilaku
agresif anak. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Taillieu dan Brownridge 2013 yang menyatakan bahwa orang tua yang menggunakan hukuman fisik dan
perilaku agresi fisik pada anak, telah terbukti meningkatkan resiko perubahan perilaku pada anak menjadi lebih negatif.
Menurut hasil penelitian Evans, Simons, dan Simons 2012 menyatakan bahwa kekerasan verbal sangat berpengaruh terhadap masalah perilaku anak
daripada hukuman fisik. Hal ini sesuai dengan hasil yang ditemukan dalam analisa data penelitian ini bahwa anak tidak berubah setelah diberi hukuman dengan
kekerasan verbal. Putri dan Santoso 2012 juga menambahkan bahwa kekerasan verbal dapat menyebabkan anak menjadi takut kemudian minder dengan teman-
temannya lalu perkembangan anak dapat terganggu sehingga konsep diri anak menjadi buruk dan anak akan meniru perilaku orang tua diwaktu sekarang
maupun diwaktu mendatang setelah anak tersebut memiliki keluarga. 4.5 Harapan orang tua setelah memberikan hukuman fisik dan kekerasan
verbal Dari hasil analisa data dalam penelitian ini orang tua mempunyai
harapan-harapan setelah memberikan hukuman fisik dan kekerasan verbal. Adapun harapan mereka supaya anak menjadi lebih baik dan tidak mengulangi
lagi perbuatan negatifnya. Harapan lain setelah diberikan hukuman fisik dan
Universitas Sumatera Utara
kekerasan verbal anak akan mengerti bahwa orang tua selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya, dan anak tahu mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
Orang tua juga berharap anaknya tidak nakal lagi. Pernyataan ini juga sejalan dengan hasil penelitian Taylor dan Hamvas 2011 yaitu partisipan berharap
dengan diberikan hukuman fisik anak akan menjauhi perbuatan negatif. Jika di kaitkan dengan hasil penelitian, tema-tema yang sudah tergali
dalam penelitian ini sudah cukup tercapai, akan tetapi ada beberapa tema yang belum terekplorasi secara mendalam seperti penyebab dan dampak negatif dari
hukuman fisik dan kekerasan verbal pada anak.
Universitas Sumatera Utara
72
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN