Karakteristik Pengusaha Tahu Gambaran Umum Usaha Tahu

dipengaruhi oleh faktor musim, kondisi alam, serangan hama dan penyakit tanaman pada tahun yang bersangkutan. Sedangkan menurut sub sektornya andil terbesar adalah sub sektor tanaman bahan pangan tabama sebesar 26,29 persen. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan hasil produksi pertanian tanaman pangan Kabupaten Sragen pada Tabel 2. Tabel 2. Perkembangan Hasil Produksi Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Sragen, 2002-2004 Produksi ton No Jenis Komoditi 2002 2003 2004 1. 2. 3. 4. 5. 6. Padi Jagung Ubi Kayu Kacang Hijau Kacang Tanah Kedelai 466700 11351 52976 3038 15288 2140 433.906 23885 88266 514 14508 846 457298 19872 79503 2937 14208 2118 Sumber: BPS Kab. Sragen Tahun 2004 Adapun PDRB Kecamatan Sragen tahun 2004 sebesar Rp 91.557.380.000,00 atas harga konstan, sedangkan PDRB per kapita sebesar Rp 1.418.680,45. Sumbangan terbesar terhadap PDRB adalah dari sektor jasa, yaitu sebesar Rp 34.668.550.000,00. Urutan kedua yaitu dari sektor angkutan dan komunikasi, yaitu sebesar Rp 12.380.530.000,00 sedangkan sektor pertanian menempati urutan ketiga dengan sumbangan sebesar Rp 10.267.880.000,00.

5.2. Karakteristik Pengusaha Tahu

Penelitian ini mengambil seluruh pengusaha tahu yang terdapat di Desa Sragen Wetan sebagai responden. Responden yang terpilih sebagian besar berumur 40 tahun ke atas, yaitu sebanyak 30 orang. Tingkat pendidikan responden kebanyakan adalah tamat sekolah dasar, yaitu sebanyak 15 orang. Kemudian pengalaman berusaha rata-rata lebih dari 10 tahun. Lebih lengkapnya pada Tabel 3. Tabel 3. Karakteristik Pengusaha Tahu pada Industri Tahu di Desa Sragen Wetan No Jenis Jumlah 1 Pendidikan a. SD b. SLTP c. SMU d. PT 15 8 12 2 2 Umur a. 40 tahun b. 36-40 tahun c. 31-35 tahun 30 4 3 3 Lama berusaha a. 10 tahun b. 6-10 tahun c. 1-5 tahun 28 7 2 Sumber : Data primer

5.3. Gambaran Umum Usaha Tahu

Industri tahu di Kabupaten Sragen merupakan bagian dari industri kecil yang banyak tersebar di Kabupaten Sragen. Sektor Industri Kabupaten Sragen memberikan kontribusi terbesar kedua setelah pertanian. Jumlah usaha rumah tangga, usaha kecil, dan menengah mencapai 14.825 usaha dengan total investasi tidak kurang dari Rp. 30 milyar, termasuk di dalamnya adalah industri tahu yang berjumlah sekitar 140 perusahaan rumah tangga dengan total investasi sekitar 1,4 milyar dan kapasitas produksi mencapai 4.660 ton per tahun Dinas Perindustrian Kab. Sragen, 2004. Industri tahu di Desa Sragen Wetan merupakan pusat industri tahu di Kabupaten Sragen. Usaha tersebut dilakukan secara turun-temurun kira- kira dimulai semenjak penjajahan Jepang. Di Desa Sragen Wetan sendiri industri tahu terpusat di lingkungan Teguhan dan lingkungan Sragen Manggis. Lokasi pabrik juga saling berdekatan, sehingga memudahkan koordinasi antar pabrik. Pengadaan input kedelai untuk bahan baku produksi tahu di Desa Sragen Wetan sudah diusahakan oleh KOPTTI. Kedelai tersebut berasal dari Kecamatan Sukodono dan dari luar Kabupaten Sragen seperti Klaten dan Boyolali. Pengadaan input selain kedelai diusahakan sendiri oleh para pengusaha tahu, misalkan sekam dibeli dari penggilingan padi di sekitar Desa Sragen Wetan. Dewasa ini proses produksi industri tahu di Desa Sragen Wetan telah menggunakan mesin-mesin dan peralatan yang moderen, dan umumnya modal yang digunakan merupakan modal swadaya dengan jumlah relatif kecil. Hal ini menyebabkan kurang berkembangnya industri tahu. Terbatasnya modal menyebabkan pemenuhan bahan baku produksi tidak maksimal. Pemerintah daerah selama ini kurang memperhatikan keberadaan industri kecil di Desa Sragen Wetan ini. KOPTTI sebagai wadah yang seharusnya banyak memberikan peranan dalam pengembangan industri ternyata belum mampu menjalankan fungsinya dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan KOPTTI yang hanya sebagai penyedia kedelai. KOPTTI di Desa Sragen Wetan tidak mempunyai kantor khusus. Kegiatan sehari-hari dilaksanakan di rumah salah satu pengurus. Buruknya keadaan tersebut diperparah dengan pengurus yang kurang berpartisipasi aktif. Produksi tahu di Desa Sragen Wetan rata-rata 1918.38 kotakbulan. Penggunaan input kedelai rata-rata 3806.76 kgbulan. Sekam sebagai bahan bakar dalam perebusan tahu rata-rata 628.649 karungbulan. Tenaga kerja yang digunakan rata-rata dari luar keluarga dengan pemakaian rata-rata 487.297 jambulan. Penggunaan solar, air, dan laru masing-masing sebesar 171.081 literbulan, 126547.297 literbulan dan 11831.35 literbulan. Dalam hal pemasaran hasil produksi, pengusaha tahu di Desa Sragen Wetan menjual tahu kepada para pedagang kecil di pasar-pasar tradisional yang terdapat di wilayah Sragen. Pasar tradisional yang paling banyak dipasok adalah Pasar Bundar di Kecamatan Sragen dan Pasar Gemolong di Kecamatan Gemolong. Kemudian pedagang kecil menjual langsung kepada konsumen. Saluran pemasaran tahu dari Desa Sragen Wetan dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Saluran Pemasaran Tahu di Desa Sragen Wetan. Walaupun usaha tahu di Desa Sragen Wetan termasuk usaha kecil akan tetapi cukup memberikan keuntungan. Bergulirnya isu formalin menyebabkan penurunan produksi yang cukup besar, yaitu sekitar 100 kilogram perhari. Sebenarnya di Desa Sragen Wetan pembuatan tahu sama sekali tidak menggunakan bahan pengawet berbahaya, akan tetapi setelah ditemukan penggunaan formalin pada industri kecil di Kabupaten Klaten maka industri di Kabupeten Sragen pun terkena imbasnya. Permasalahan utama yang dihadapi industri tahu di Desa Sragen Wetan ini adalah masalah pengelolaan limbah. Hampir semua sungai di sekitar desa ini tercemar limbah yang ditandai dengan perubahan warna dan bau yang tidak sedap. Pengusaha Tahu Pedagang Kecil Konsumen Pengurus KOPTTI saat ini sedang berusaha mencari solusinya. Usaha tersebut cukup sulit karena memerlukan biaya yang tidak sedikit. Pembuatan tahu di Desa Sragen Wetan ini cukup unik dibandingkan dengan wilayah yang lain. Keunikan tersebut terletak pada cara pendidihan. Pada umumnya pendidihan dilakukan di atas tungku, akan tetapi di desa ini pendidihan dengan sistem uap. Pembuatan uap dengan menggunakan air yang dipanaskan dengan bahan bakar sekam. Dari keunikan tersebut menghasilkan tahu dengan rasa yang khas.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Analisis Pendugaan Fungsi Produksi dan Uji Validitas Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dapat dimodelkan ke dalam suatu fungsi produksi. Pada penelitian ini model yang digunakan adalah fungsi produksi Cobb-Douglas, untuk bahan perbandingan digunakan juga fungsi produksi linier berganda. Berdasarkan konsep operasional penelitian ini, produksi tahu dipengaruhi oleh enam variabel yaitu kedelai, tenaga kerja, solar, sekam, air, laru yang dihitung selama satu bulan. Hasil analisis regresi model fungsi produksi linier berganda dan model fungsi Cobb-Douglas dapat dilihat pada Lampiran 2 dan 3, serta pada Tabel 4. Tabel 4. Pendugaan dan Pengujian Parameter Model Linier Berganda dan Model Cobb-Douglas Model Linier Berganda Model Cobb-Douglas Variabel Koefisien Regresi Peluang VIF Koefisien Regresi Peluang VIF Konstanta Kedelai LnX 1 Tenaga kerja LnX 2 Solar LnX 3 Sekam LnX 4 Air LnX 5 Laru LnX 6 204 0,648 0,307 0,693 0,163 - 0,005 - 0,046 0,002 0,000 0,096 0,028 0,058 0,059 0,001 112,7 3,3 1,7 1,5 78,5 17,4 2,653 1,466 0,058 0,050 0,050 -0,442 -0,311 0,000 0,000 0,155 0,110 0,099 0,003 0,001 98,1 3,7 2,1 1,9 71,4 23,4 R 2 R-Sq adj F-hitung 98,5 98,2 322,79 98,6 98,3 340,12 Keterangan : nyata pada tingkat kepercayaan 99 nyata pada tingkat kepercayaan 95 nyata pada tingkat kepercayaan 90 Hasil pendugaan yang diperoleh untuk model linier berganda adalah: Y = 204 + 0,648 X1 + 0,307 X2 + 0,693 X3 + 0,163 X4 – 0,005 X5 – 0,046 X6