Pengujian-Pengujian Fungsi Produksi Spesifikasi Variabel

P Y = Harga hasil produksi Y Y = Jumlah hasil produksi yang diperoleh

4.6. Pengujian-Pengujian Fungsi Produksi

Pengujian-pengujian yang dilakukan dalam hal ini adalah pengujian model penduga dan pengujian terhadap parameter regresi. 1. Pengujian terhadap model penduga Pengujian ini untuk mengetahui apakah model penduga yang diajukan sudah layak untuk menduga parameter dalam fungsi produksi. Hipotesis : Ho : b i = b o = .......... = b 6 = 0 H 1 : salah satu dari bi ada ≠ 0 1 1 2 2 k n R k R hitung F − − − = − Uji statistik yang digunakan adalah uji F Dimana, k = jumlah variabel termasuk intersep n = jumlah pengamatan atau responden Kriteria uji : F-hitung F-tabel k-1, n-k maka tolak H o F-hitung F-tabel k-1, n-k maka terima H o Untuk memperkuat pengujian, dihitung besarnya nilai koefisien determinasi R 2 , untuk mengetahui berapa jauh keragaman produksi dapat diterangkan oleh variabel penjelas yang telah dipilih. Koefisien determinasi dapat dituliskan sebagai berikut : R 2 ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − = ∑ ∑ 2 2 2 1 i i y e R 2. Pengujian untuk masing-masing parameter regresi Tujuannya adalah untuk mengetahui variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas. Hipotesis : H o : b i = 0 H 1 : b i ≠ 0 Uji statistik yang digunakan adalah uji t : i i b S b hitung t = − Kriteria uji : t-hitung t-tabel α2, n-k maka tolak H o t-hitung t-tabel α2, n-k maka terima H o dimana : k = jumlah variabel bebas n = jumlah pengamatan atau responden Jika tolak H o artinya variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas dalam model. Jumlah kuadrat regresi ESS = Jumlah kuadrat total TSS

4.7. Spesifikasi Variabel

Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam industri tahu yaitu : kedelai, tenaga kerja, solar, sekam, air dan laru. Besarnya produksi dalam industri tahu ditentukan oleh faktor-faktor produksi tersebut. Kedelai X 1 merupakan bahan baku utama dalam membuat tahu. Jumlah kedelai yang digunakan sebagai input produksi diukur dalam satuan kilogram kg dan dihitung selama satu bulan. Biaya korbanan marjinal adalah harga tahu per kilogram Rp 3.300,00kg. Tenaga kerja X 2 adalah tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi yang meliputi kegiatan penyortiran, pencucian, perendaman, pengupasan, penggilingan, pendidihan, penyaringan, penggumpalan, pencetakan dan perebusan. Biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja dihitung berdasarkan jumlah gilingan. Setiap gilingan memerlukan biaya sebesar Rp 2.500,00. Banyaknya gilingan tergantung jumlah kedelai yang dikeluarkan. Setiap gilingan memerlukan kedelai sebanyak 7 kilogram, sehingga biaya korbanan marjinal tenaga kerja tergantung jumlah gilingan, namun untuk setiap gilingan waktu yang digunakan berbeda-beda tergantung dari cepat tidaknya proses produksi tersebut. Dengan demikian dalam perhitungannya biaya faktor produksi tenaga kerja menggunakan jumlah jam kerja per gilingan selama satu bulan. Jadi besarnya biaya korbanan tenaga kerja adalah upah tenaga kerja per jam, yaitu jumlah gilingan dibagi jam kerja kali Rp 2.500,00 per gilingan. Adapun besarnya biaya korbanan tenaga adalah Rp 3.255,00. Solar X 3 diperlukan sebagai bahan bakar untuk menggiling kedelai agar menjadi bubur. Satuan solar diukur dalam liter dan dihitung selama satu bulan. Biaya korbanan marjinal solar adalah harga solar per liter sebesar Rp 4.300,00. Sekam X 4 merupakan bahan bakar yang digunakan untuk memanaskan air yang uapnya akan digunakan untuk merebus tahu. Satuan sekam diukur dalam karung dan dihitung selama satu bulan. Biaya korbanan marjinal sekam adalah harga sekam per karung sebesar Rp 1.200,00. Air X 5 diperlukan dalam proses produksi tahu antara lain untuk pencucian dan perendaman kedelai. Satuan air diukur dalam liter dan dihitung selama satu bulan. Air yang digunakan berasal dari sumur dengan menggunakan pompa air sehingga biaya korbanan marjinalnya dilihat dari biaya listrik. Namun biaya listrik ini tidak hanya mencakup kebutuhan air saja tetapi meliputi penggilingan dan penerangan, maka biaya korbanan marjinal air sukar untuk ditentukan sehingga untuk mempermudah perhitungan, faktor produksi air dalam penelitian ini diasumsikan sama dengan biaya air yang dikeluarkan untuk PDAM yaitu Rp 440,00m 3 atau Rp 0,44liter. Jadi biaya korbanan air adalah Rp 0,44liter. Laru atau bibit tahu X 6 dipakai sebagai campuran sari kedelai, agar dapat menggumpal menjadi tahu. Satuan laru dihitung dalam liter dan dihitung selama satu bulan. Bibit tahu ini berasal dari sari tahu bila tahunya sendiri telah menggumpal yang kemudian dieramkan. Karena itu dalam pemenuhan bibit tahu ini tidak memerlukan biaya sehingga faktor produksi laru tidak dimasukkan ke dalam perhitungan. Namun untuk permulaan membuka industri tahu bibit tahu belum tersedia, maka bibit tahu dapat diganti dengan asam cuka untuk hari pertama berproduksi. Asam cuka memiliki biaya korbanan marjinal Rp 5.000,00liter. Menurut Kastyanto 1995, perbandingan asam cuka dengan air adalah 1 : 72, artinya satu liter asam cuka untuk 72 liter air. Sedangkan perbandingan bibit tahu dengan air menurut data primer adalah 1 : 10,7, sehingga perbandingan bibit tahu dengan dengan asam adalah 6,7 : 1. Dengan demikian biaya korbanan marjinal bibit tahu adalah Rp 24,88liter. Produksi Y yang dihasilkan dipengaruhi oleh kombinasi faktor-faktor produksi yang digunakan. Produksi yang dihasilkan dinyatakan dalam satuan kotak tempat tahu yang terbuat dari kayu dan dihitung selama satu bulan. Harga yang digunakan adalah harga tahu per kotak Rp 10.000,00kotak, karena tahu yang diproduksi dijual dalam satuan kotak.

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN