Metode Analisis Data METODE PENELITIAN

harga faktor-faktor produksi yang digunakan; serta biaya dan penerimaan perusahaan. Data sekunder didapat dari instansi-instansi yang terkait seperti Pemerintah Daerah Kabupaten berupa data potensi daerah penelitian, Dinas Perindustrian mengenai data nama, lokasi dan status perusahaan, Ditjen Perindustrian, buku-buku dan literatur-literatur lain yang terkait.

4.4. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dari kasus pengusaha industri tahu di Kabupaten Sragen dengan tujuan untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, status kepemilikan, modal dan mengukur skala usaha serta menganalisis penggunaan faktor-faktor produksi dari industri tahu di Kabupaten Sragen.

4.5. Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis kuantitatif dan kualitatif. Tahap analisis data yang dilakukan adalah tahap transfer data dalam bentuk tabulasi. Membuat tabulasi tidak lain dari memasukkan data-data ke dalam tabel-tabel, dan mengatur angka-angka sehingga dapat dihitung jumlah kasus dalam berbagai kategori. Kemudian memberikan deskripsi untuk memberikan ciri-ciri yang khas, memperlihatkan keragaman, memperlihatkan hubungan- hubungan yang terjadi dan aspek-aspek lain yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Model analisis data yang digunakan berupa analisis pendugaan dan pemilihan fungsi produksi, analisis efisiensi serta analisis skala usaha. 1. Analisis Fungsi Produksi Cobb-Douglas Efisiensi suatu kegiatan produksi dicapai jika terjadi efisiensi teknis dan efisiensi harga yang merupakan dua komponen tercapainya efisiensi ekonomis. Efisiensi ekonomis tercapai jika perusahaan itu memaksimumkan keuntungan. Ferguson dan Gould, 1975. Untuk mengetahui fase pergerakan skala usaha return to scale atas perubahan faktor-faktor produksi yang digunakan, yaitu dengan menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas, dengan jalan menjumlahkan koefisien elastisitas masing-masing faktor produksi. Jika elastisitas lebih kecil dari satu maka berada pada fase decreasing return to scale, jika elastisitasnya sama dengan satu maka berada pada fase constant return to scale dan jika elastisitasnya lebih besar dari satu maka produksi dalam keadaan increasing return to scale. Dalam penelitian ini variabel-variabelnya terdiri dari: Y = Produksi tahu selama satu bulan kotak X 1 = Kedelai yang digunakan selama satu bulan kilogram X 2 = Tenaga kerja yang digunakan selama satu bulan jam X 3 = Solar yang digunakan selama satu bulan liter X 4 = Sekam yang digunakan selama satu bulan karung X 5 = Air yang digunakan selama satu bulan liter X 6 = Laru yang digunakan selama satu bulan liter Hal ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap produksi tahu Y adalah kedelai X 1 , tenaga kerja X 2 , solar X 3 , sekam X 4 air X 5 , dan laru X 6 . Dengan demikian fungsi ini dapat ditulis sebagai berikut: Y = aX 1 b1 X 2 b2 X 3 b3 X 4 b4 X 5 b5 X 6 b6 e u .......................................................8 Dengan mentransformasikan fungsi Cobb-Douglas ke dalam bentuk linier logaritma, maka model fungsi produksi tahu dapat ditulis sebagai berikut : ln Y = ln a + b1 ln X 1 + b2 ln X 2 + b3 ln X 3 + b4 ln X 4 + b5 ln X 5 + b6 ln X 6 Dari analisis regresi sederhana logaritmik akan diperoleh besarnya nilai t- hitung, F-hitung, dan R 2 . Nilai t-hitung digunakan untuk menguji secara statistik apakah koefisien regresi dari masing-masing parameter bebas X n yang dipakai secara terpisah berpengaruh nyata atau tidak terhadap parameter tidak bebas Y. Apabila t-hitung lebih besar dari t-tabel, berarti parameter yang diuji berpengaruh nyata terhadap parameter tidak bebas, dan bila t-hitung lebih kecil dari t-tabel, berarti parameter yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap parameter bebasnya. Nilai F-hitung digunakan untuk melihat apakah parameter bebas yang digunakan X 1, X 2, X 3, X 4, X 5, X 6 secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap parameter tidak bebas. Bila F-hitung lebih besar dari F-tabel, maka parameter bebas yang dipakai dalam analisis tersebut secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap parameter tidak bebas. Sebaliknya apabila F-hitung lebih kecil dari F-tabel, maka parameter bebas yang dipakai dalam analisis tersebut secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap parameter tidak bebas. Nilai R 2 digunakan untuk melihat sejauh mana besar keragaman yang diterangkan oleh parameter bebas terhadap parameter tidak bebas. Apabila tidak terdapat koefisien regresi yang nyata pada taraf uji tertentu dan nilai VIF Variance Inflation Factors lebih besar dari 10 maka model yang digunakan mengalami multokolinieritas. 2. Analisis Skala Usaha Menurut Koutsoyiannis 1979 ada tiga bentuk skala usaha dalam suatu proses produksi yaitu decreasing returns to scale, constant return to scale dan incresing return to scale. Untuk mengetahui fase pergerakan skala usaha return to scale yaitu dengan cara menjumlahkan koefisien elastisitas masing-masing faktor produksi. Suatu proses produksi berada pada fase decreasing return to scale, apabila setiap penambahan satu unit faktor produksi dalam proses produksi menyebabkan kenaikan hasil yang semakin menurun berkurang. Hal ini ditunjukkan dengan elastisitas produksi total yang kurang dari satu. Fase constant return to scale ditunjukkan dengan elastisitas yang bernilai sama dengan satu, sehingga penambahan faktor-faktor produksi dalam proses produksi menyebabkan kenaikan hasil yang tetap. Adapun increasing return to scale, setiap penambahan faktor- faktor produksi dalam proses produksi menyebabkan kenaikan hasil yang semakin meningkat. Pada fase ini elastisitas produksi lebih besar dari satu. 3. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Debertin 1986 menyatakan bahwa untuk mencapai keuntungan diperlukan dua syarat yaitu syarat keharusan Necessary Condition dan syarat kecukupan Sufficient Condition. Syarat keharusan menunjukkan hubungan fisik antara faktor produksi dengan hasil produksi, yang sekaligus menunjukkan efisiensi produksi secara teknis yaitu dengan elastisitas produksi antara nol dan satu. Sedangkan syarat kecukupan merupakan kondisi yang harus dipenuhi agar keuntungan maksimum dapat tercapai, yaitu pada saat Nilai Produk Marjinal Value Marginal Product atau VMP untuk faktor produksi sama dengan Biaya Korbanan Marjinal Marginal Factor Cost atau MFC dan besarnya untuk masing-masing faktor produksi harus sama dengan satu. Secara matematik kondisi kecukupan dapat dituliskan sebagai berikut : 1 ........ 2 2 1 1 = = = = Xn Xn X X X X BKM NPM BKM NPM BKM NPM ..............................................9 Dalam aplikasi dapat dijumpai rasio antara NPM dan BKM nilainya tidak sama dengan satu. Jika rasio antara NPM dan BKM kurang dari satu, berarti penggunaan suatu faktor produksi belum efisien secara ekonomi, sehingga penggunaan faktor produksi tersebut harus dikurangi. Jika rasio antara NPM dan BKM lebih besar dari satu, berarti penggunaan faktor produksi tersebut harus ditingkatkan agar dapat mencapai efisiensi ekonomi. Efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi tercapai jika faktor- faktor produksi telah digunakan pada jumlah optimal. Jumlah faktor produksi yang optimal dapat dicari sebagai berikut : 1 = × × Xi P Py Xi Y bi Pxi Py Y bi Xi × × = .....................................................................................10 dimana : bi = Elastisitas faktor produksi ke-i Xi = Jumlah faktor produksi ke-i P Xi = Harga faktor produksi X P Y = Harga hasil produksi Y Y = Jumlah hasil produksi yang diperoleh

4.6. Pengujian-Pengujian Fungsi Produksi