Gambar 3. Siklus hidup HIV dalam tubuh sumber: Abbas dan Lichtman 2000
2. 3. Vaksin DNA HIV-1
Vaksinasi merupakan metode introduksi suatu zat ke dalam tubuh manusia atau hewan dan substansi yang dikandungnya tidak lagi mampu
menyebabkan penyakit tetapi masih mampu menstimulasi sistem kekebalan tubuh layaknya infeksi alami suatu patogen Tortora et al. 2001. Meskipun
banyak kendala yang dihadapi dalam pengembangannya, vaksin HIV sangat dibutuhkan untuk mencegah terjadinya infeksi Dale et al. 2000; Kent et al. 2001;
Baltimore 2002.
Vaksin untuk HIV sulit dikembangkan karena HIV memiliki keunikan yang menyebabkan virus mampu berkembang dan me ngelabui daya kerja antibodi
Baltimore 2002. Subtipe HIV-1 yang bervariasi menyulitkan antibodi untuk melakukan netralisasi virus Girard 1993; Ramshaw et al. 2002; Gaschen et al.
2002. Teknologi vaksin untuk pencegahan AIDS telah berkembang dari tahun
ke tahun dengan menghadapi berbagai kesulitan. Beberapa hal mendasar yang masih menjadi pertanyaan adalah mengenai keamanan vaksin serta variasi virus
yang sangat beragam Girard 1993; Joy et al.1999. Seperti halnya vaksin virus lain, usaha pengembangan vaksin HIV selama
ini mengacu pada stimulasi antibodi. Vaksin HIV selal u diusahakan untuk “aman” dengan tidak menginfeksi sel, namun ternyata tidak diperoleh hasil yang
memuaskan. Meskipun transfer pasif antibodi dosis tinggi dari individu terinfeksi kepada hewan model terbukti dapat mencegah transmisi HIV, kenyata annya
antibodi yang mampu menetralisir HIV tetap sulit diinduksi melalui vaksinasi Joy et al. 1999; Kent 2001. Suatu fakta yang menarik adalah vaksin yang
menginduksi respon kebal seluler terutama sel limfosit T spesifik HIV bukan antibodi ternyata mampu menghambat replikasi HIV pada hewan model. Vaksin
yang menginduksi respon ini mengharuskan adanya infeksi HIV pada sel inang guna menstimulir respon kebal tersebut Kent et al. 1998; Kent 2001. Untuk
menginduksi respon kebal seluler yang aman dan efisien terhadap HIV, dicoba jenis vaksin baru berupa vaksin DNA dan vaksin yang memanfaatkan live-virus
sebagai vektornya Joy et al. 1999; Kent 2001; Baltimore 2002. Vaksin DNA merupakan jenis vaksin berupa plasmid DNA suatu virus
yang dimasukkan ke dalam tubuh menggunakan virus vektor pembawa atau secara langsung menggunakan gene gun Simmonds et al. 199 6. Cara
administrasi vaksin DNA dapat melalui injeksi intramuskular IM, intradermal
ID, intravena dan intraperitoneal serta skarifikasi epidermis, per oral, intranasal dan vaginal. Metode imunisasi DNA yang paling umum dipelajari dalam berbagai
studi selama ini adalah IM dan ID. Vaksinasi DNA dengan kedua metode ini telah terbukti mampu menginduksi respon kebal terhadap antigen yang dibawanya
Gurunathan et al. 2000. Keuntungan dari penggunaan vaksin DNA adalah vaksin mampu
menginduksi respon kebal yang sama seperti respon terhadap kehadiran patogen asli, hal ini karena antigen dari vaksin dipaparkan pada sel inang dalam
bentuk sebenarnya. Selain itu antigen yang terpapar lebih lama memungkinkan bagi terjadinya pembentukan memori Goldsby et al . 2000. Dari berbagai studi
yang dilakukan, vaksin DNA telah terbukti mampu menstimulir respon kebal humoral maupun seluler terhadap berbagai antigen, namun belum cukup optimal
untuk memproteksi terhadap HIV Goldsby et al. 2000; Gurunathan et al. 2000, Maka kemudian dikembangkan berbagai regimen alternatif untuk menggertak
respon kebal terhadap HIV. Regimen yang umum digunakan antara lain adalah
protein rekombinan ataupun virus Pox Gurunathan et al. 2000.
Pendekatan penggunaan vaksin DNA yang cukup menjanjikan untuk meningk atkan kekebalan seluler terhadap HIV adalah melalui metode imunisasi
prime -boost, yaitu priming dengan DNA HIV dan digertak boosting menggunakan vaksin rekombinan virus Fowl pox Kent et al. 1998; Robinson et al.
2000; Amara et al. 2001. Pada penggunaan rekombinan virus Pox sebagai booster, kompetisi antara antigen vaksin HIV dan antigen vektor dalam
menginduksi kekebalan akan minimal karena memori terhadap antigen vaksin lebih dominan daripada memori terhadap vektor Robinson et al . 2000. Dari
beberapa studi yang membandingkan proto kol vaksinasi HIV, hewan coba yang divaksinasi DNA dan dibooster dengan rFPV menunjukkan hasil uji-tantang yang
paling baik Robinson et al. 2000.
2. 4. Macaca nemestrina