4.3. Kondisi Perekonomian Sumatera Utara
Untuk menggambarkan struktur perekonomian suatu wilayah sangat ditentukan oleh besarnya peranan sektor-sektor ekonomi dalam memproduksi barang
dan jasa. Sektor primer mencakup kegiatan pertanian, kehutanan, perikanan, serta pertambangan dan penggalian. Sektor skunder meliputi industri pengolahan, listrik
gas dan air minum serta bangunan. Sektor tertier meliputi perdagangan, hotel dan restoran, angkutan, jasa perusahaan, persewaan bangunan dan jasa lainnya.
Perekonomian Sumatera Utara secara makro berhasil tumbuh 6,50 persen pada triwulan ketiga tahun 2006 jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2005
year on year. Pencapaian ini lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,52 persen pada triwulan yang sama.
Berdasarkan hasil perhitungan BPS Provsu yang menganalisis pencapaian ini didukung oleh stabilitas moneter yang semakin baik yang terlihat dari kecenderungan
menguat dan stabilnya nilai tukar rupiah secara signifikan dalam beberapa bulan terakhir pada kisaran Rp 9.000 per dollar AS.
Inikator lainnya juga diperhitungkan akibat meredanya tekanan inflasi di Sumut sebesar 0,95 persen sehingga secara kumulatif sampai dengan Oktober 2006
inflasi hanya mencapai 3,25 persen. Nilai inflasi ini lebih rendah dari inflasi nasional yang mencapai 0,86 persen di bulan yang sama dan secara kumulatif telah mencapai
4,96 persen. Selain itu, lanjutnya, meningkatnya realisasi belanja pemerintah baik APBN
maupun APBD juga merupakan faktor yang mendorong membaiknya kinerja
Universitas Sumatera Utara
perekonomian Sumatera Utara triwulan III tahun 2006 ini. Di samping itu menurutnya BI-rate diduga turut menjadi pendukung meningkatnya pergerakan sektor
riil. Hal lain yang turut mendorong meningkatnya kinerja perekonomian Sumatera
Utara adalah neraca perdagangan luar negeri yakni sampai dengan bulan Juni 2006 telah mencapai 1,91 milyar dollar AS dengan nilai ekspor 2,61 milyar dollar AS dan
impor 0,69 milyar dollar AS. Jika dibandingkan dengan triwulan II tahun 2006, kinerja perekonomian
Sumatera Utara pada triwulan III tahun 2006 menunjukkan pergerakan yang sama yaitu kembali meningkat dengan pencapaian 3,01 persen. Sektor-sektor yang
mengalami peningkatan kinerja adalah sektor pertanian 4,86 persen, sektor industri 2,51 persen, sektor bangunan 2,82 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran
3,53 persen, dan sektor pengangkutan dan komunikasi 3,91 persen. Perekonomian Sumatera Utara secara kumulatif dari triwulan I hingga
triwulan III tahun 2006 secara makro berhasil tumbuh sebesar 5,02 persen jika dibandingkan dengan keadaan yang sama tahun 2005 year on year.
Membaiknya kinerja perekonomian Sumatera Utara ini menguatkan harapan akan pencapaian target pertumbuhan ekonomi pada akhir tahun 2006 sesuai Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Transisi 2006-2009 Provinsi Sumatera Utara sebesar 6,49 persen atau akan lebih tinggi dari pencapaian pertumbuhan ekonomi di
tahun 2005 sebesar 5,48 persen.
Universitas Sumatera Utara
Meski pencapaian kinerja perekonomian Sumatera Utara hingga triwulan III tahun 2006 cukup membaik namun masih dibayangi dengan kondisi ketenagakerjaan,
gizi balita dan tingkat kemiskinan penduduk yang belum menggembirakan. Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional bulan Februari 2006 tingkat
pengangguran terbuka TPT di Sumatera Utara sebesar 14,82 persen dan balita dengan gizi buruk pada tahun 2005 sebesar 10,45 persen dari jumlah balita yang ada.
Sementara itu diperkirakan persentase penduduk miskin di tahun 2006 mencapai sebesar 15,66 persen.
Untuk itu Pemerintah Provinsi Sumatera Utara mendorong kepada Pemerintah KabupatenKota agar mengoptimalkan pemanfaatan APBD guna mempercepat
pergerakan ekonomi di daerah menjadi hal yang secara terus menerus mutlak dilakukan. Dukungan terhadap penyederhanaan proses tender proyek, mulai dari
persiapan tender hingga pelaksanaan proyek sehingga terciptanya pengelolaan kebijakan yang fleksibel dalam mempercepat pencairan anggaran belanja pemerintah
untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja diharapkan dapat segera terwujud.
Sungguhpun Indonesia dilanda krisis sejak tahun 1997, namun besaran PDRB dan PDRB. Perkapita atas dasar harga berlaku dari tahun ketahun selalu menunjukkan
peningkatan dari tahun ketahun gambaran rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk sebagai hasil dari proses produksi. PDRB perkapita diperoleh
dengan cara membagi total nilai PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.
Universitas Sumatera Utara
Berita Resmi Statistik Vol.08No.02624 Januari 2006 gambaran perekonomian Sumatera Utara tahun 2005 selain dipengaruhi oleh faktor internal juga
dipengaruhi oleh lingkungan eksternal. Terjadinya bencana alam gempa bumi dan gelombang tsunami di penghujung tahun 2004 yang melanda Nanggroe Aceh
Darussalam dan sebagian Sumatera Utara telah memberikan dampak yang cukup berarti bagi perekonomian Sumatera Utara. Demikian pula dengan kebijakan
kenaikan BBM pada bulan Maret dan Oktober 2005 yang disertai peristiwa Bom Bali II memberikan andil dalam situasi perekonomian Sumatera Utara. Beberapa indikator
menunjukkan indikasi yang kurang menggembirakan, seperti inflasi dan nilai tukar rupiah. Namun laju perekonomian Sumatera Utara tetap menunjukkan pertumbuhan
yang positif. Meningkatnya perekonomian Sumatera Utara memberikan dampak yang
cukup berarti pada kondisi sosial masyarakatnya. Meskipun belum seluruhnya membaik seperti yang diharapkan, namun beberapa indikator setidaknya telah
menunjukkan adanya perbaikan. • Perekonomian Sumatera Utara tahun 2006 tumbuh sebesar 5,48 persen angka
sangat sementara Dari hasil perhitungan sangat sementara yang didasarkan pada hasil survei
indikator ekonomi triwulanan, PDRB menurut harga konstan 2000 mengalami peningkatan dari Rp 83,33 triliun pada tahun 2004 menjadi Rp 87,9 triliun pada
tahun 2006. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara tahun 2005 mencapai 5,48
Universitas Sumatera Utara
persen. Namun laju pertumbuhan tersebut lebih rendah dari tahun 2004 yang sebesar 5,74 persen.
Beberapa sektor yang mengalami pertumbuhan relatif tinggi, yaitu: sektor konstruksi sebesar 16,91 persen, sektor perdagangan, hotel restoran sebesar 9,04
persen dan sektor pengangkutan komunikasi sebesar 8,70 persen. Pertumbuhan ketiga sektor ini berindikasi sangat baik pada perekonomian Sumatera Utara, baik
dalam hal pendistribusian dan pemasaran hasil produksi maupun penyediaan energi dalam proses berproduksi. Selain itu, makin baiknya kinerja perbankan sebagai
penyedia dana ke sektor riil juga menjadi alasan makin baiknya ekonomi Sumatera Utara. Berdasarkan harga berlaku, PDRB Sumatera Utara meningkat dari Rp 118,1
triliun pada tahun 2004 menjadi Rp 136,9 triliun pada tahun 2005. Meningkatnya PDRB ini berdampak pada naiknya kesejahteraan penduduk secara makro yang dapat
dilihat secara tidak langsung dari besarnya PDRB perkapita. PDRB perkapita harga berlaku penduduk Sumatera Utara pada tahun 2006 tercatat sebesar Rp 11,11 juta,
lebih tinggi dibandingkan tahun 2004 yang sebesar Rp 9,74 juta. Sedangkan PDRB perkapita harga konstan 2000 naik dari Rp 6,87 juta pada tahun 2004 menjadi Rp
7,13 juta pada tahun 2006. • Kontribusi terbesar pembentukan PDRB Sumatera Utara diberikan oleh
Sektor Industri Pengolahan Sebagian besar nilai PDRB Sumatera Utara tahun 2006 merupakan sumbangan
dari sektor industri pengolahan yaitu sebesar 24,72 persen, diikuti oleh sektor pertanian sebesar 24,69 persen dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar
Universitas Sumatera Utara
18,38 persen. Selanjutnya, sektor jasa-jasa memberikan kontribusi sebesar 9,36 persen; sektor angkutan dan komunikasi sebesar 8,97 persen; sektor keuangan dan
jasa perusahaan sebesar 6,09 persen; sektor konstruksi sebesar 5,71 persen; sektor pertambangan dan penggalian sebesar 1,20 persen, dan kontribusi terkecil diberikan
oleh sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 0,88 persen. • Inflasi gabungan 4 kota di Sumatera Utara mencapai 22,41 persen Persen
Laju inflasi Sumatera Utara sampai dengan bulan Desember 2005 tercatat sebesar 22,41 persen, melonjak tinggi dibandingkan tahun 2004 yang sebesar 6,80
persen. Inflasi tahun ini juga lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi nasional yang sebesar 17,11 persen. Kondisi tersebut cukup memprihatinkan mengingat angka
inflasi yang selama ini relatif rendah mengalami perubahan drastis hingga mencapai 2 digit.
Jika diperhatikan laju inflasi setiap bulan, inflasi tertinggi tahun 2006 terjadi pada bulan Oktober yaitu sebesar 11,56 persen. Hal ini dipicu oleh beberapa faktor.
Salah satunya adalah kenaikan BBM yang berdampak terhadap kenaikan indeks yang cukup signifikan pada beberapa kelompok pengeluaran, terutama pada kelompok
transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan. Sementara itu, inflasi terendah terjadi pada bulan Mei yang sebesar 0,22 persen. Sedangkan deflasi terjadi pada bulan
Februari sebesar 1,39 persen. Dilihat dari sisi faktor penyebab laju inflasi menurut kelompok barang selama tahun 2006, inflasi tertinggi terjadi pada kelompok
transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 60,59 persen. Inflasi tertinggi kedua terjadi pada kelompok bahan makanan yaitu sebesar 23,83 persen, sedangkan
Universitas Sumatera Utara
perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar merupakan kelompok tertinggi ketiga dengan inflasi sebesar 16,92 persen. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan
tembakau mengalami inflasi sebesar 11,75 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 5,00 persen, dan kelompok sandang sebesar 8,70 persen. Sementara
kelompok kesehatan merupakan kelompok yang mengalami inflasi terendah yaitu sebesar 4,66 persen.
Jika ditelusuri dari 4 kota inflasi di Sumatera Utara, inflasi tertinggi terjadi di Kota Medan yaitu sebesar 22,91 persen, diikuti oleh Sibolga sebesar 22,39 persen,
Pematang Siantar inflasi 19,67 persen. Sementara Kota Padang Sidempuan mengalami inflasi terendah dibandingkan kota lainnya, yaitu sebesar 18,47 persen.
• Surplus perdagangan luar negeri Sumatera Utara meningkat sebesar 4,31 persen. Perdagangan luar negeri merupakan salah satu penggerak ekonomi Sumatera
Utara juga mengalami surplus yang cukup menggembirakan. Hal ini ditunjukkan oleh persentase perubahan neraca perdagangan yang tercatat sampai bulan Oktober tahun
2005. Neraca perdagangan Sumatera Utara mengalami peningkatan sebesar 4,31 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2004 dengan nilainya
sebesar . 2.689 juta menjadi US. 2.805 juta. Nilai ekspor Sumatera Utara sampai Oktober 2005 meningkat sebesar 9,05
persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2004, yakni dari US. 3.483 juta menjadi US. 3.798 juta. Ekspor produk sektor pertanian meningkat 16,61
persen, sedangkan produk industri yang merupakan penyumbang terbesar ekspor Sumatera Utara meningkat 7,98 persen.Berdasarkan kelompok SITC 1 digit,
Universitas Sumatera Utara
komposisi terbesar pada ekspor Sumatera Utara sampai Oktober 2005 adalah kelompok minyak dan lemak nabati-hewani sebesar 38,84 persen US. 1.475 juta
antara lain berupa minyak sawit dan CPO. Kemudian diikuti oleh kelompok bahan baku sebesar 20,92 persen US. 795 juta. Ekspor Sumatera Utara sebagian besar
ditujukan ke kawasan Asia Lainnya dan Uni Eropa. Sampai Oktober 2006, ekspor Sumatera Utara yang ditujukan ke kawasan
Asia Lainnya mencapai US. 1.455 38,32 persen dari total ekspor Sumatera Utara. Sedangkan ekspor Sumatera Utara ke kawasan Uni Eropa sebesar US. 711 juta
18,73 persen. Pada periode Januari-Oktober 2006, nilai impor Sumatera Utara juga mengalami peningkatan sekitar 25,09 persen dari periode yang sama tahun 2005,
yakni dari US. 794 juta menjadi US. 993 juta. Peningkatan terbesar terjadi pada impor barang modal yaitu sebesar 55,14 persen, diikuti oleh bahan bakupenolong
yang meningkat sebesar 25,06 persen, sedangkan barang konsumsi meningkat 6,99 persen. Nilai impor terbesar Sumatera Utara berupa bahan bakupenolong yang
nilainya mencapai US. 565 juta. Barang konsumsi menempati urutan kedua dengan nilai sebesar US. 228 juta dan terakhir berupa barang modal yang sebesar US. 200
juta. • Pada periode Januari-Juni 2006 realisasi PMDN mencapai Rp 192 milyar,
sedangkan realisasi PMA mencapai US.113,2 juta Berdasarkan Laporan Perkembangan Proyek PMAPMDN di Sumatera Utara
yang datanya diperoleh dari Badan Investasi dan Promosi Provinsi Sumatera Utara, realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN yang telah disejutui pemerintah
Universitas Sumatera Utara
untuk ditanamkan di Sumatera Utara periode Januari-Juni 2006 mencapai Rp 192 milyar. Hal yang sama terjadi pada investasi luar negeri, dimana nilai realisasi
Penanaman Modal Asing PMA sampai Juni 2006 hampir mencapai US.113,2 juta. • Rasio Kredit yang Disalurkan terhadap Dana yang Dihimpun sampai dengan
Juli 2006 sebesar 68,29 persen Bank sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat mempunyai peranan
yang strategis dalam menentukan jalannya roda perekonomian daerah. Kebijakan dalam penyaluran danakredit padadunia usaha perlu dilakukan secara hati-hati
namun harus mengalir untuk terus menghidupkan dunia usaha. Jumlah dana yang disimpan oleh masyarakat suatu daerah merupakan salah satu indikator tingkat
kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Sampai dengan bulan Juli 2006, jumlah dana yang dihimpun oleh seluruh bank di Sumatera Utara sebanyak Rp 47.036 milyar.
Jumlah ini meningkat dari periode yang sama tahun 2004 yang tercatat sebanyak Rp 41.109. Berati untuk tahun 2006 terjadi peningkatan sebesar 14,42 persen.
Kredit perbankan yang disalurkan pada periode ini mencapai Rp 32.120 milyar, atau meningkat 36,14 persen dari tahun sebelumnya. Pada periode yang sama
di tahun 2004 jumlah kredit yang disalurkan sebanyak Rp 23.594 milyar. Sementara itu, persentase kredit yang disalurkan terhadap dana yang dihimpun juga mengalami
peningkatan dari 57,39 persen di tahun 2005 menjadi 68,29 persen di tahun 2006. • Rata-rata NTP Sumatera Utara sampai dengan September 2006 sebesar 95,55
persen.
Universitas Sumatera Utara
Dalam periode Januari-September 2006 angka NTP Sumatera Utara bergerak naik kembali setelah turun cukup tajam sejak diberlakukannya metode baru
enghitungan NTP mulai bulan Juni 2005. Dengan metode lama, NTP Provinsi Sumatera Utara telah berada di atas angka ideal Januari-Mei 2004 sebesar 104,93
persen. Dengan metode baru maka rata-rata NTP yang tercatat pada periode Januari- September 2006 sebesar 95,55 persen. Angka ini menunjukkan kenaikan harga hasil-
hasil produksi petani lebih rendah dari kenaikan harga bahan kebutuhan hidupnya. Dengan kata lain, kesejahteraan petani masih di bawah idealnya sehingga masih perlu
mendapat perhatian dari pemerintah. NTP bulan September 2006 mencapai 96,78 persen. Angka ini lebih tinggi dari NTP bulan September 2004 sebesar 84,94 persen.
Diharapkan angka ini akan terus mengalami peningkatan hingga melampaui batas ideal dan kesejahteraan petani dapat dicapai.
• Tingkat Pengangguran Terbuka TPT sebesar 10,98 persen kondisi Februari 2006
Walaupun perekonomian Sumatera Utara semakin baik, namun diakui belum mampu mengatasi masalah pengangguran. Pada tahun 2006, jumlah penggangguran
terbuka yaitu penduduk 15 tahun ke atas yang mencari pekerjaan mencapai 636.980 orang dari 5.803.112 jumlah angkatan kerja, atau sekitar 10,98 persen. Sedangkan
tahun 2005, angka pengangguran yang tercatat pada kondisi bulan Agustus sebesar 610.540 orang dari 5.512.405 jumlah angkatan kerja atau 11,08 persen.
Universitas Sumatera Utara
4.4. PMDN