Belanja Daerah BD TINJAUAN PUSTAKA

sistem keterpaduan antara dunia pendidikan, pelatihan keterampilan yang sepadan dengan kebutuhan pasar tenaga kerja, perkembangan pembangunan dan teknologi.

2.5. Belanja Daerah BD

Belanja daerah adalah pengeluaran yang dilakukan oleh Pemda untuk melaksanakan wewenang dan tanggung jawabnya kepada masyarakat dan pemerintahan di atasnya pemerintah propinsi dan pusat. Pemerintah pusat dan daerah mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan kegiatan-kegiatan yang konkrit berupa penggunaan barang-barang dan jasa atau sumber daya ekonomi. Dalam penggunaan sumber daya ekonomi tersebut pada umumnya dinyatakan dalam bentuk penggunaan uang dan dana yang lebih dikenal dengan belanja rutin dan belanja pembangunan. Menurut Syamsi dalam Karmini, 2003 belanja daerah merupakan kegiatan yang sifatnya membelanjakan dana yang diperolehnya, belanja daerah dibedakan menjadi dua bagian yaitu belanja rutin dan belanja pembangunan. Pemerintah pusat melakukan transfer kepada pemerintah daerah agar terdapat standar pelayanan minimum di seluruh negeri. Hal ini dilakukan karena konsekuensi dari tidak meratanya kemampuan keuangan dan ekonomi daerah. Selain itu, transfer bertujuan untuk mengurangi kesenjangan keuangan horisontal antar-daerah, mengurangi kesenjangan keuangan vertikal pusat-daerah, mengatasi persoalan efek pelayanan publik antar-daerah, dan untuk menciptakan stabilitas aktivitas perekonomiaan di daerah. Bentuk transfer yang diatur dalam UU No. 25 Tahun 1999 adalah berupa DAU, DAK, dan Bagi hasil Abdullah dan Halim, 2003. Abdullah dan Halim 2003 menemukan bahwa respon pemerintah daerah Universitas Sumatera Utara berbeda untuk transfer dan pendapatan asli daerah. Ketika penerimaan daerah berasal dari transfer, maka stimulus atas belanja yang ditimbulkannya berbeda dengan stimulus yang timbul dari pendapatan asli daerah. Ketika respon belanja daerah lebih besar terhadap transfer, maka keadaan ini disebut flypaper effect. Menurut Kepmendagri No. 292002 disebutkan bahwa belanja daerah merupakan sama pengeluaran kas daerah dalam periode anggaran tertentu yang menjadi beban daerah. Pengeluaran ini dilakukan oleh Pemda untuk melaksanakan wewenang dan tanggungjawabnya kepada masyarakat dan pemerintah di atasnya pemprov dan pempus. Pada prakteknya belanja dibagi kedalam dua kelompok yaitu belanja rutin dan belanja pembangunan. Belanja daerah menurut PP nomor 105 tahun 2000 adalah semua pengeluaran kas daerah yang menjadi beban daerah dalam satu periode anggaran Kepmendagri no.29 tahun 2002 mengelompokan belanja pemerintah daerah dalam APBD berdasarkan kelompok belanja sebagai berikut :

1. Belanja Administrasi Umum

Belanja Administrasi dan Umum merupakan pengeluaran kas daerah yang tidak secara langsung berhubungan dengan aktivitas atau pelayanan publik. Belanja Administrasi umum ini dapat dibedakan menjadi belanja pegawaipersonalia, belanja barang, belanja perjalanan dinas, dan belanja pemeliharaan. a. Belanja PegawaiPersonalia b. Belanja Barang dan Jasa c. Belanja Perjalanan Dinas d. Belanja Pemeliharaan Universitas Sumatera Utara

2. Belanja Modal

Kelompok belanja ini merupakan belanja yang manfaatnya dapat diperoleh lebih dari satu tahun dan dilakukan untuk menambah aset atau kekayaan daerah, yang mana dari aset atau kekayaan tersebut akan menimbulkan belanja lainnya. Selain ketiga jenis belanja di atas, terdapat pula belanja bagi hasil dan bantuan keuangan, serta belanja tidak tersangka. Belanja bagi hasil dan bantuan keuangan merupakan suatu kegiatan pengalihan uang atau barang dari Pemerintah daerah. Sedangkan belanja tidak tersangka adalah belanja yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah untuk penanganan bencana alam, bencana sosial atau pengeluaran lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintahan daerah. Pengeluaran lainnya yang dimaksud di atas dijelaskan pada Kepmendagri no.29 tahun 2002 pasal 7 ayat 2 yaitu : a. Pengeluaran yang sangat dibutuhkan untuk penyediaan sarana dan prasarana yang berhubungan langsung dengan pelayanan masyarakat, yang anggarannya tidak tersedia dalam Tahun Anggaran yang bersangkutan. b. Pengembalian atas kelebihan penerimaan yang terjadi dalam Tahun Anggaran yang telah ditutup dengan didukung bukti-bukti yang sah. 3. Belanja Rutin Belanja rutin merupakan belanja yang keluarannya tidak berupa fisik dan terjadi berulang-ulang sepanjang waktu atau periode. Dalam keputusan Menteri keuangan No. 157KMK.072001 disebutkan bahwa belanja rutin dibagi menjadi kedalam beberapa bagian yaitu; 1. Belanja Pegawai 2. Belanja Barang 3. Belanja Perjalanan dinas Universitas Sumatera Utara 4. Belanja Bunga pinjaman dan 5. Belanja Lain-lain

4. Belanja Pembangunan

Belanja pembangunan merupakan belanja yang menghasilkan wujud fisik yang manfaatnya lebih dari satu tahun. Belanja pembangunan ini akhirnya akan menghasilkan kapital publik menurut Kepmendagri no. 292002 disajikan dalam neraca dikutip dari Abdullah dan Halim 2003. Hasil yang dapat dilihat dari adanya belanja pembangunan jalan, jembatan, gedung-gedung pemerintahan, irigasi dan hasil lain yang berupa pembangunan sarana dan prasarana fisik.

2.6. Inflasi

Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus Sukirno 2002. Akan tetapi bila kenaikan harga hanya dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau menyebabkan kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain. Boediono, 2000. Kenaikan harga-harga barang itu tidaklah harus dengan persentase yang sama. Inflasi merupakan kenaikan harga secara terus menerus dan kenaikan harga yang terajadi pada seluruh kelompok barang dan jasa Pohan 2008. Bahkan mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidak bersamaan. Yang penting kenaikan harga umum barang secara terus menerus selama suatu periode tertentu. Kenaikan harga barang yang terjadi hanya sekali saja, meskipun dalam persentase yang cukup besar, bukanlah merupakan inflasi. Nopirin, 2000. Atau dapat dikatakan, Universitas Sumatera Utara kenaikan harga barang yang hanya sementara dan sporadis tidak dapat dikatakan akan menyebabkan inflasi. Berdasarkan kutipan di atas diketahui bahwa inflasi adalah keadaan dimana terjadi kelebihan permintaan Excess Demand terhadap barang-barang dalam perekonomian secara keseluruhan. Inflasi sebagai suatu kenaikan harga yang terus menerus dari barang dan jasa secara umum bukan satu macam barang saja dan sesaat. Inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan, alokasi faktor produksi serta produk nasional. Efek terhadap distribusi pendapatan disebut dengan equity effect, sedangkan efek terhadap alokasi faktor produksi dan pendapatan nasional masing-masing disebut dengan efficiency dan output effects Nopirin, 2000. 1. Efek Terhadap Pendapatan Equity Effect. Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Seseorang yang memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi. Demikian juga orang yang menumpuk kekayaannya dalam bentuk uang kas akan menderita kerugian karena adanya inflasi. Sebaliknya, pihak-pihak yang mendapatkan keuntungan dengan adanya inflasi adalah mereka yang memperoleh kenaikan pendapatan dengan prosentase yang lebih besar dari laju inflasi, atau mereka yang mempunyai kekayaan bukan uang dimana nilainya naik dengan prosentase lebih besar dari pada laju inflasi. Dengan demikian inflasi dapat menyebabkan terjadinya perubahan dalam pola pembagian pendapatan dan kekayaan masyarakat. 2. Efek Terhadap Efisiensi Efficiency Effects. Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan Universitas Sumatera Utara permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu. Dengan adanya inflasi permintaan akan barang tertentu mengalami kenaikan yang lebih besar dari barang lain, yang kemudian mendorong terjadinya kenaikan produksi barang tertentu. 3. Efek Terhadap Output Output Effects. Inflasi mungkin dapat menyebabkan terjadinya kenaikan produksi. Alasannya dalam keadaan inflasi biasanya kenaikan harga barang mendahului kenaikan upah sehingga keuntungan pengusaha naik. Kenaikan keuntungan ini akan mendorong kenaikan produksi. Namun apabila laju inflasi ini cukup tinggi hyper inflation dapat mempunyai akibat sebaliknya, yakni penurunan output. Dalam keadaan inflasi yang tinggi, nilai uang riil turun dengan drastis, masyarakat cenderung tidak mempunyai uang kas, transaksi mengarah ke barter, yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi barang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan langsung antara inflasi dan output. Inflasi bisa dibarengi dengan kenaikan output, tetapi bisa juga dibarengi dengan penurunan output. Tingkat inflasi berpengaruh negatif pada tingkat investasi hal ini disebabkan karena tingkat inflasi yang tinggi akan meningkatkan resiko proyek- proyek investasi dan dalam jangka panjang inflasi yang tinggi dapat mengurangi rata-rata masa jatuh pinjam modal serta menimbulkan distrosi informasi tentang harga-harga relatif. Disamping itu menurut Greene dan Pillanueva 2001, tingkat inflasi yang tinggi sering dinyatakan sebagai ukuran ketidakstabilan roda ekonomi makro dan suatu ketidakmampuan pemerintah dalam mengendalikan kebijakan ekonomi makro. Di Indonesia kenaikan tingkat inflasi yang cukup besar biasanya Universitas Sumatera Utara akan diikuti dengan kenaikan tingkat suku bunga perbankan. Dapat dipahami, dalam upayanya menurunkan tingkat inflasi yang membumbung, pemerintah sering menggunakan kebijakan moneter uang ketat tigh money policy. Dengan demikian tingkat inflasi domestik juga berpengaruh pada investasi secara tidak langsung melalui pengaruhnya pada tingkat bunga domestik. Inflasi dapat menyebabkan terjadinya kenaikan produksi. Alasanya dalam keadaan inflasi biasanya kenaikan harga barang mendahului kenaikan upah, sehingga keuntungan perusahaan naik. Namun apabila laju inflasi itu cukup tinggi Hiper Inflasi dapat mempunyai akibat sebaliknya, yaitu penurunan output. Dalam keadaan inflasi yang tinggi nilai uang riil turun dengan drastis, masyarakat cenderung tidak mempunyai uang kas, transaksi mengarah ke barter, yang biasanya diikuti dengan turunya produksi barang. Inflasi bisa dibarengi dengan kenaikan out put, tetapi bisa juga dibarengi dengan penurunan out put. Tetapi dalam keadaan yang pernah terjadi biasanya nilai inflasi lebih besar akan menaikkan output, dan itu akan membuat pengusaha atau perusahaan untuk berinvestasi atau menanamkan modal mereka. Hal ini dilakukan dengan harapan investor tersebut akan mendapatkan keuntungan yang lebih karena adanya kenaikan harga tersebut. Tingkat inflasi berpengaruh negatif pada tingkat investasi hal ini disebabkan karena tingkat inflasi yang tinggi akan meningkatkan resiko proyek- proyek investasi dan dalam jangka panjang inflasi yang tinggi dapat mengurangi rata-rata masa jatuh pinjam modal serta menimbulkan distrosi informasi tentang harga-harga relatif Greene dan Pillanueva, 2001. Universitas Sumatera Utara

2.7. Konsep Suku Bunga Kredit

Menurut Nopirin 2000 suku bunga adalah biaya yang harus di bayar oleh pemimjam atas pinjaman yang diterima dan merupakan imbalan bagi pembari pinjaman atas investasinya. Suku bunga mempengaruhi keputusan individu terhadap pilihan membelanjakan uang lebih banyak atau menyimpan uangnya dalam bentuk tabungan. Suku bunga juga merupakan sebuah harga yang menghubungkan masa kini dengan masa depan, sebagaimana harga lainnya maka tingkat suku bunga ditentukan oleh interaksi antara permintaan dan penawaran Suhedi, 2000. Suku bunga dibedakan menjadi dua, yaitu : 1 Suku Bunga Nominal. Suku bunga nominal adalah rate yang dapat diamati pasar. 2 Suku Bunga Riil. Suku bunga riil adalah konsep yang mengukur tingkat bunga yang sesungguhnya setelah suku bunga nominal dikurangi dengan laju inflasi yang diharapkan. Suku bunga yang tinggi di satu sisi, akan meningkatkan hasrat masyarakat untuk menabung sehingga jumlah dana perbankan akan maningkat Pohan,2008. Tingkat suku bunga juga digunakan pemerintah untuk mengendalikan tingkat harga. Ketika tingkat harga tinggi dimana jumlah uang yang beredar di masyarakat banyak sehingga konsumsi masyarakat tinggi akan diantisipasi oleh pemerintah dengan menetapkan tingkat suku bunga yang tinggi. Kemudian terakhir pada tingkat suku bunga tinggi akan menurunkan jumlah uang beredar sehingga permintaan agregat pun akan berkurang dan kenaikan harga bisa di atasi. Adanya kredit tidak terlepas dari adanya tingkat bunga yang merupakan aspek biaya yang perlu dipertimbangkan dalam kegiatan produksi. Terjadinya peningkatan bunga kredit menyebabkan modal kerja menjadi lebih sedikit, karena Universitas Sumatera Utara adanya penambahan biaya pengembalian hutang, sehingga investor enggan untuk mendapatkan dana lebih besar. Ini menyebabkan produksi, yaitu modal berkurang yang selanjutnya berdampak pada nilai pengeluaran investasi yang semakin meningkat, sehingga antara tingkat suku bunga kredit dengan investasi terdapat hubungan negatif.

2.8. Nilai Tukar Mata Uang

Nilai tukar Rupiah atau disebut juga kurs Rupiah adalah perbandingan nilai atau harga mata uang Rupiah dengan mata uang lain. Perdagangan antar negara dimana masing-masing negara mempunyai alat tukarnya sendiri mengharuskan adanya angka perbandingan nilai suatu mata uang dengan mata uang lainnya, yang disebut kurs valuta asing atau kurs Salvatore,2008. Nilai tukar terbagi atas nilai tukar nominal dan nlai tukar riil. Nilai tukar nominal nominal exchange rate adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukar mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain. Sedangkan nilai riil real exchange rate adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukar barang dan jasa dari suatu negara dengan barang dan jasa dari negara lain Mankiw, 2006. Kurs valuta asing akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan permintaan dan penawaran valuta asing. Permintaan valuta asing diperlukan guna melakukan pembayaran ke luar negeri impor, diturunkan dari transaksi debit dalam neraca pembayaran internasional. Suatu mata uang dikatakan “kuat” apabila transaksi autonomous kredit lebih besar dari transaksi autonomous debit surplus neraca pembayaran, sebaliknya dikatakan lemah apabila neraca pembayarannya Universitas Sumatera Utara mengalami defisit, atau bisa dikatakan jika permintaan valuta asing melebihi penawaran dari valuta asing Nopirin,2000. Nilai tukar yang melonjak-lonjak secara drastis tak terkendali akan menyebabkan kesulitan pada dunia usaha dalam merencanakan usahanya terutama bagi mereka yang mendatangkan bahan baku dari luar ngeri atau menjual barangnya ke pasar ekspor oleh karena itu pengelolaan nilai mata uang yang relatif stabil menjadi salah satu faktor moneter yang mendukung perekonomian secara makro Pohan,2008. Menurut Sukirno 2002 besarnya jumlah mata uang tertentu yang diperlukan untuk memperoleh satu unit valuta asing disebut dengan kurs mata uang asing. Nilai tukar adalah nilai mata uang suatu negara diukur dari nilai satu unit mata mata uang terhadap mata uang negara lain. Apabila kondisi ekonomi suatu negara mengalami perubahan, maka biasanya diikuti oleh perubahan nilai tukar secara substansional. Masalah mata uang muncul saat suatu negara mengadakan transaksi dengan negara lain, dimana masing-masing negara menggunakan mata uang yang berbeda. Jadi nilai tukar merupakan harga yang harus dibayar oleh mata uang suatu negara untuk memperoleh mata uang negara lain. Nilai tukar dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tingkat suku bunga dalam negeri, tingkat inflasi, dan intervensi bank central terhadap pasar uang jika diperlukan. Nilai tukar yang lazim disebut kurs, mempunyai peran penting dalam rangka stabilitas moneter dan dalam mendukung kegiatan ekonomi. Nilai tukar yang stabil diperlukan untuk tercapainya iklim usaha yang kondusif bagi peningkatan dunia usaha. Untuk menjaga stabilitas nilai tukar, bank central pada Universitas Sumatera Utara waktu-waktu tertentu melakukan intervensi di pasar-pasar valuta asing, khususnya pada saat terjadi gejolak yang berlebihan. Para ekonom membedakan kurs menjadi dua yaitu kurs nominal dan kurs riil. Kurs nominal nominal exchange rate adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Sebagai contoh, jika antara dolar Amerika Serikat dan yen Jepang adalah 120 yen per dolar, maka orang Amerika Serikat bisa menukar 1 dolar untuk 120 yen di pasar uang. Sebaliknya orang Jepang yang ingin memiliki dolar akan membayar 120 yen untuk setiap dolar yang dibeli. Ketika orang-orang mengacu pada “kurs” diantara kedua negara, mereka biasanya mengartikan kurs nominal Mankiw, 2003. Kurs riil real exchange rate adalah harga relatif dari barang – barang diantara dua negara. Kurs riil menyatakan tingkat dimana kita bisa memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang dari negara lain. Nilai Tukar exchange rate atau kurs adalah harga satu mata uang suatu negara terhdap mata uang negara lain. Nilai tukar nominal nominal exchange rate adalah harga relatif dari mata uang dua negara Mankiw, 2003. Nilai tukar riil adalah nilai tukar nominal yang sudah dikoreksi dengan harga relatif yaitu harga-harga didalam negeri dibandingkan dengan harga-harga di luar negeri. Nilai tukar dapat dihitung dengan menggunakan rumus dibawah ini : P P S Q = 2.9 Dimana Q dalah nilai tukar riil, S adalah nilai tukar nominal, P adalah tingkat harga domestik dan P adalah tingkat harga di luar negeri. Kurs inilah sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas di pasar saham maupun pasar uang karena investor cenderung akan berhati-hati untuk melakukan investasi. Menurunnya kurs Rupiah terhadap mata uang asing khususnya Dolar Universitas Sumatera Utara AS memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar modal Sitinjak dan Kurniasari, 2003. Nilai tukar mata uang kurs memainkan peranan sentral dalam hubungan perdagangan internasional, karena kurs memungkinkan dapat membandingkan harga- harga barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara. Hal ini juga dijelaskan pula oleh Salvatore 2000 bahwa dalam melakukan transaksi perdagangan antar negara- negara, mereka menggunakan mata uang asing bukan mata uang negaranya. Mereka membutuhkan mata uang standar seperti US untuk berstransaksi. Apabila mata uang domestik terapresiasi terhadap mata uang asing maka harga impor bagi penduduk domestik menjadi lebih murah, tetapi apabila nilai mata uang domestik terdepresiasi maka nilai mata uang asing menjadi lebih mahal yang mengakibatkan ekspornya bagi pihak luar negeri menjadi lebih murah. Menurut Kuncoro 2001, ada beberapa sistem kurs mata uang yang berlaku di perekonomian internasional, yaitu: 1. Sistem kurs mengambang floating exchange rate, sistem kurs ini ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa upaya stabilisasi oleh otoritas moneter. Di dalam sistem kurs mengambang dikenal dua macam kurs mengambang, yaitu : a. Mengambang bebas murni dimana kurs mata uang ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa ada campur tangan pemerintah. Sistem ini sering disebut clean floating exchange rate, di dalam sistem ini cadangan devisa tidak diperlukan karena otoritas moneter tidak berupaya untuk menetapkan atau memanipulasi kurs. Mengambang terkendali managed or dirty floating exchange rate dimana otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan kurs pada tingkat tertentu. Oleh karena itu, cadangan devisa biasanya dibutuhkan karena Universitas Sumatera Utara otoritas moneter perlu membeli atau menjual valas untuk mempengaruhi pergerakan kurs. 2. Sistem kurs tertambat peged exchange rate. Dalam sistem ini, suatu Negara mengkaitkan nilai mata uangnya dengan suatu mata uang negara lain atau sekelompok mata uang, yang biasanya merupakan mata uang negara partner dagang yang utama “Menambatkan“ ke suatu mata uang berarti nilai mata uang tersebut bergerak mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya. Jadi sebenarnya mata uang yang ditambatkan tidak mengalami fluktuasi tetapi hanya berfluktuasi terhadap mata uang lain mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya. 3. Sistem kurs tertambat merangkak crawling pegs. Dalam sistem ini, suatu negara melakukan sedikit perubahan dalam nilai mata uangnya secara periodic dengan tujuan untuk bergerak menuju nilai tertentu pada rentang waktu tertentu. Keuntungan utama sistem ini adalah suatu negara dapat mengatur penyesuaian kursnya dalam periode yang lebih lama dibanding sistem kurs tertambat. Oleh karena itu, sistem ini dapat menghindari kejutan-kejutan terhadap perekonomian akibat revaluasi atau devaluasi yang tiba-tiba dan tajam. 4. Sistem sekeranjang mata uang basket of currencies. Banyak negara terutama negara sedang berkembang menetapkan nilai mata uangnya berdasarkan sekeranjang mata uang. Keuntungan dari sistem ini adalah menawarkan stabilitas mata uang suatu negara karena pergerakan mata uang disebar dalam sekeranjang mata uang. Seleksi mata uang yang dimasukkan dalam “keranjang“ umumnya ditentukan oleh peranannya Universitas Sumatera Utara dalam membiayai perdagangan negara tertentu. Mata uang yang berlainan diberi bobot yang berbeda tergantung peran relatifnya terhadap negara tersebut. Jadi sekeranjang mata uang bagi suatu negara dapat terdiri dari beberapa mata uang yang berbeda dengan bobot yang berbeda. 5. Sistem kurs tetap fixed exchange rate. Dalam sistem ini, suatu negara mengumumkan suatu kurs tertentu atas nama uangnya dan menjaga kurs ini dengan menyetujui untuk menjual atau membeli valas dalam jumlah tidak terbatas pada kurs tersebut. Kurs biasanya tetap atau diperbolehkan berfluktuasi dalam batas yang sangat sempit. Secara teoritis dampak perubahan tingkat nilai tukar dengan investasi bersifat uncertainty tidak pasti. Boediono 2002, mengatakan pengaruh tingkat kurs yang berubah pada investasi dapat langsung lewat beberapa saluran, perubahan kurs tersebut akan berpengaruh pada dua saluran, sisi permintaan dan sisi penawaran domestik. Dalam jangka pendek, penurunan tingkat nilai tukar akan mengurangi investasi melalui pengaruh negatifnya pada absorbsi domestik atau yang dikenal dengan expenditure reducing effect. Karena penurunan tingkat kurs ini akan menyebabkan nilai riil aset masyarakat yang disebabkan kenaikan tingkat harga-harga secara umum dan selanjutnya akan menurunkan permintaan domestik masyarakat. Gejala di atas pada tingkat perusahaan akan direspon dengan penurunan pada pengeluaran alokasi modal pada investasi. Pada sisi penawaran, pengaruh aspek pengalihan pengeluaran expenditure switching akan perubahan tingkat kurs pada investasi relatif tidak menentu. Penurunan nilai tukar mata uang domestik akan menaikkan produk-produk impor yang diukur dengan mata uang domestik dan dengan demikian akan Universitas Sumatera Utara meningkatkan harga barang-barang yang diperdagangkan barang-barang ekspor traded goods relatif terhadap barang-barang yang tidak diperdagangkan non traded goods , sehingga didapatkan kenyataan nilai tukar mata uang domestik akan mendorong ekspansi investasi pada barang-barang perdagangan tersebut. Penurunan nilai tukar akan mengurangi investasi melalui pengaruh negatifnya pada absorbsi domestik sehingga penurunan tingkat kurs akan menyebabkan nilai riil aset masyarakat yang disebabkan kenaikan tingkat-tingkat harga akan menyebabkan penurunan permintaan domestik masyarakat sehingga investor akan merespon dengan penurunan pengeluaran alokasi modal pada investasi.

2.9. Penelitian Terdahulu

Penelitian Bayu Kurniawan Hapsoro 2004. Indra, Arya 2002 melakukan penelitian tentang “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penanaman Modal Dalam Negeri Indonesia Periode 1975-2002 ”. Penelitian ini ditunjukkan untuk faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap Penanaman Modal Dalam Negeri Di Indonesia. Hasil pengujian terhadap variabel independen secara individu uji t menunjukkan bahwa variabel Produk Domestik Regional Bruto PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap besarnya Penanaman Modal Dalam Negeri. Hasil pengujian terhadap variabel independen secara individu uji t menunjukkan bahwa variabel Angkatan Kerja AK tidak signifikan terhadap PMDN di Indonesia, ini dikarenakan pertimbangan Investor domestik lebih pada faktor pertumbuhan ekonomi. Hasil pengujian terhadap variabel independen secara individu uji t menunjukkkan bahwa Suku Bunga Kredit Investasi tidak signifikan terhadap penanaman modal dalam negeri di Universitas Sumatera Utara Indonesia. Hal ini dapat dijelaskan bahwa investor tidak memperhitungkan tingkat bunga dan lebih memperhitungkan pertumbuhan perekonomian Indonesia. Koefisien determinasi majemuk R2 menghasilkan nilai yaitu sebesar 71. Hal ini menunjukkan bahwa secara statistik, variasi dari variabel independen mampu menjelaskan variasi dari variabel dependen sebesar 71 sedangkan sisanya sebesar 29 dijelaskan oleh variabel lain di luar model.Berdasarkan pengujian serempak dengan menggunakan uji F menunjukkan bahwa variabel independen secara bersama-sama mampu mempengaruhi variabel dependen, artinya produk domestik bruto, suku bunga kredit investasi secara serempak mempunyai pengaruh terhadap penanaman modal dalam negeri di Indonesia. Tidak terdapat penyimpangan asumsi klasik yang meliputi Autokorelasi, Heteroskedastisitas dan Multikolinieritas. Fendityana 2005 telah melakukan studi tentang “Kausalitas Granger Antara Pertumbuhan Ekonomi dan Pertumbuhan Penanaman Modal asing Langsung Indonesia Periode 1986-2003”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa periode 1986-1997II pertumbuhan PMA berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Ini terjadi karena pemerintah ingin meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan pertumbuhan PMA, yang salah satu caranya yaitu dengan kebijakan memperluas sektor-sektor yang bisa dimasuki oleh investor asing tahun 1986. Kebijakan ini diambil pemerintah karena dengan adanya PMA akan membawa dampak positif bagi negara tuan rumah yang meliputi adanya transfer teknologi, kesempatan untuk memicu tenaga kerja dan pertumbuhan industri ekspor yang cepat, sehingga dengan masuknya investasi asing industri lokal dapat Universitas Sumatera Utara menyerap dan mengaplikasikan kemajuan teknologi dan peningkatan efisiensi untuk ikut ambil bagian dalam perdagangan internasional. Indra, Arya 2002 melakukan penelitian tentang “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penanaman Modal Dalam Negeri Indonesia Periode 1975- 2002 ”. Penelitian ini ditunjukkan untuk faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap Penanaman Modal Dalam Negeri Di Indonesia. Hasil pengujian terhadap variabel independen secara individu uji t menunjukkan bahwa variabel Produk Domestik Regional Bruto PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap besarnya Penanaman Modal Dalam Negeri. Hasil pengujian terhadap variabel independen secara individu uji t menunjukkan bahwa variabel Angkatan Kerja AK tidak signifikan terhadap PMDN di Indonesia, ini dikarenakan pertimbangan Investor domestik lebih pada faktor pertumbuhan ekonomi. Hasil pengujian terhadap variabel independen secara individu uji t menunjukkkan bahwa Suku Bunga Kredit Investasi tidak signifikan terhadap penanaman modal dalam negeri di Indonesia. Hal ini dapat dijelaskan bahwa investor tidak memperhitungkan tingkat bunga dan lebih memperhitungkan pertumbuhan perekonomian Indonesia. Koefisien determinasi majemuk R 2 Berdasarkan pengujian serempak dengan menggunakan uji F menunjukkan bahwa variabel independen secara bersama-sama mampu mempengaruhi variabel dependen, artinya produk domestik bruto, suku bunga kredit investasi secara serempak mempunyai pengaruh terhadap penanaman modal dalam negeri di menghasilkan nilai yaitu sebesar 71. Hal ini menunjukkan bahwa secara statistik, variasi dari variabel independen mampu menjelaskan variasi dari variabel dependen sebesar 71 sedangkan sisanya sebesar 29 dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Universitas Sumatera Utara Indonesia. Tidak terdapat penyimpangan asumsi klasik yang meliputi Autokorelasi, Heteroskedastisitas dan Multikolinieritas. 2.10. Kerangka Berpikir Konsep kerangka berpikir dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 2.4 Kerangka Berpikir

2.11. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian empiris sebelumnya, maka hipotesis yang akan dirumuskan dalam penelitian ini adalah, sebagai berikut. 1. PDRB mempunyai pengaruh positif terhadap PMDN di Sumatera Utara. Ceteris paribus. 2. Ekspor mempunyai pengaruh positif terhadap PMDN di Sumatera Utara. Ceteris paribus Angkatan Kerja Inflasi Belanja Daerah Pembangunan PMDN PDRB SBK Kurs Ekspor Krisis Ekonomi Universitas Sumatera Utara 3. Angkatan kerja mempunyai pengaruh positif terhadap PMDN di Sumatera Utara. Ceteris paribus. 4. Belanja Daerah pembangunan berengaruh positif terhadap PMDN di Sumatera Utara. Ceteris paribus. 5. Inflasi mempunyai pengaruh negatif terhadap PMDN di Sumatera Utara. Ceteris paribus. 6. SBK mempunyai pengaruh negatif terhadap PMDN di Sumatera Utara. Ceteris paribus. 7. Kurs mempunyai pengaruh positif terhadap PMDN di Sumatera Utara. Ceteris paribus. 8. Krisis ekonomi mempunyai pengaruh negatif terhadap PMDN di Sumatera Utara. Ceteris paribus. ‘ Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN