89
stasiun 7,8 dan 9 Pulau Satangnga dengan stasiun 10,11 dan 12 Pulau Dayang- Dayangan. Adanya variasi tersebut menunjukkan bahwa kondisi perairan dari
lima gugus pulau di Kepulauan Tanakeke mempunyai tingkat kesuburan yang berbeda. Selain itu, tingkat kecerahan juga sangat berpengaruh dimana perairan
yang sering teraduk oleh arus dan gelombang menyebabkan tingginya kekeruhan yang dapat mengurangi panetrasi sinar matahari yang mengakibatkan proses
fotosintesis padang lamun terhambat.
3 Ekosistem Terumbu Karang
Ekosistem terumbu karang di gugus Kepulauan Tanakeke, dijumpai di seluruh pulau. Berdasarkan hasil analisis interpretasi citra satelit, sebaran
ekosistem terumbu karang dibagi atas dua kategori, yaitu karang mati dan karang hidup. Untuk mengetahui sebaran dan luasan ekosistem terumbu karang pada
masing-masing pulau tersebut, dapat dilihat pada Tabel 31 dan Gambar 26.
Tabel 31
Luas ekosistem terumbu karang di Kepulauan Tanakeke
No. Gugus Pulau
Karang hidup km
2
Karang mati km
2
1. Tanakeke 2. Lantangpeo
1.93 1.79 3. Bauluang
0.39 0.56 4. Satangnga
0.80 0.17 5. Dayang-Dayangan
0.30 0.09 Luas total
3.42 2.61
Hasil analisis data lapangan mengenai kondisi ekosistem terumbu karang di Kepulauan Tanakeke, menunjukkan bahwa presentase penutupan yang
paling tinggi didominasi oleh komponen hard coral HC dengan nilai persen tutupan 25 – 70 , kemudian disusul dengan komponen Rubbel R
dengan nilai 0 – 40 . Sedangkan tutupan paling rendah didominasi oleh algae rumput laut dengan nilai persentase penutupan 0 – 5 . Persentase penutupan
karang di Kepulauan Tanakeke dapat dilihat pada Tabel 32.
90
Gambar 26. Peta sebaran ekosistem terumbu karang di Kepulauan Tanakeke
Tabel 32 Persentase penutupan komponen terumbu karang di Kepulauan
Tanakeke.
Prosentase rata-rata Sta Lokasi
HC SC SP ALG
R DC
S Biota yang dominant
1 P. Bauluang
utara 70 5 5 0 10 10
Echinopora, Lobophyllia 2
P. Bauluang timur
45 5 10 0 30 10 Acropora, Favia, Porites
3 P. Bauluang
barat 65 0 5 5 15 10
Acropora branching,
4 P. Bauluang
selatan 45 10 5
0 10 25 15 Porites, Lobophyllia,
5 P. Dayang Dayangan
utara 35 15 15 0
5 30
Porites massive, Sponge,
Gorgonia 6
P. Dayang Dayangan barat
70 5 5 0 0 10 10 Acropora
branching 7
P. Dayang Dayangan timur
25 10 5 0 40 10
10 Acropora, Porites,
karang lunak
8 P. Dayang Dayangan
selatan 40 5 5 0 10 30 10
Porites , Lobophyllia 9 P. Satangnga timur
50 5
10 25
5 5
Acropora, Porites 10
P. Satangnga selatan 35 5 10 0 15 25 10
Acropora, Porites, Lobophyllia
11 P. Satangnga
barat 65 0 0 0 10 15
5 Porites branching+massive
742500
742500 750000
750000 757500
757500 939
00 00
93 90
00 93
97 50
93 97
50
PETA SEBARAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG
DI KEPULAUAN TANAKEKE
1000 1000
2000 Meter N
E W
S
5° 5°
3° 3°
118° 120°
120° 118°
122°
122° Prov. Sulawesi Selatan
Prov. Sulawesi Barat
Peta Indeks
Terumbu Karang Hidup
Legenda :
Sumber : - Peta LPI Skala 1:50.000, Bakosurtanal
- Peta Rupa Bumi Skala 1:50.000, Bakosurtanal - Citra Satelit Landsat_TM 2003
PS. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan SPL
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Bogor 2007
ABDUL RAUF PROGRAM S3
Pulau Dayang-Dayangan
Pulau Satangnga Pulau Bauluang
Pulau Lantangpeo
Pulau Tanakeke
Terumbu Karang Mati
1 2
2 2
1 1
1
2
186.46 39.42
17.85 30.18
344.11 55.97
16.46 9.31
50 100
150 200
250 300
350 400
Tanakeke Bauluang
Satangnga Dayang2an Karang Hidup
Karang Mati
91
Tabel. 32 lanjutan
Prosentase rata-rata Sta Lokasi
HC SC SP ALG
R DC
S Biota yang dominant
12 P. Satangnga utara
40 10 5 0 15 25
5 Acropora, Porites, karang
lunak 13
P. Tanakeke Barat
60 5 10 5 5 15 Acropora branching
14 P. Tanakeke
selatan 40 10 10 0 10 25
5 Acropora, Porites
, karang lunak
15 P. Tanakeke
timur 45 15 5
5 25
5 Acropora, Sponge, Gorgonia 16
P. Tanakeke utara
55 5 10 0 5 20 5 Porites massive, Sponge
Keterangan : HC = hard coral karang keras
SC = Soft Coral karang lunak SP = Sponge
ALG = Algae rumput laut R =
Rubble pecahan karang
DC = Dead Coral karang mati S =
Sand pasir
Hasil inventarisasi jenis terumbu karang, didapatkan sekitar 17 family dan 145 jenis, atau jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 9. Sebaran jenis terumbu
karang tersebut bervariasi pada masing-masing pulau seperti disajikan pada Gambar 27.
Gambar 27 Diagram jumlah jenis terumbu karang di Kepulauan Tanakeke
85 66
94 89
95
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Ju m
lah S
p eci
es
P Tanakeke P Lant angpeo
P Bauluang P Sat angnga
P Dayang2an
Gugus Kepulauan Tanakeke
92
Jenis dan jumlah kelimpahan ikan karang yang ditemukan di gugus Kepulauan Tanakeke yang terdiri dari 151 spesies dan 23 famili, secara lengkap
dapat dilihat pada Lampiran 9a. Sedangkan jumlah jenis jenis ikan pada masing- masing pulau disajikan pada Gambar 28.
Gambar 28 Diagram jumlah jenis ikan karang di Kepulauan Tanakeke
Potensi Sumber Daya Perikanan 1 Perikanan Budidaya
Di Kepulauan Tanakeke, khususnya gugus pulau Tanakeke memiliki potensi sumberdaya perikanan budidaya yang menjadi sumber mata
pencaharian masyarakat yang bermukim di wilayah tersebut. Jenis budidaya perikanan yang diusahakan selama ini adalah budidaya tambak dan rumput
laut. Namun untuk budidaya tambak saat ini sudah mulai ditinggalkan karena tambak tidak memberikan hasil yang signifikan lagi, disamping itu
membutuhkan modal yang relatif besar dan waktu yang cukup lama dalam proses produksinya. Oleh karena itu saat ini yang menjadi primadona
masyarakat untuk dikembangkan di wilayah tersebut adalah budidaya rumput laut, hal ini disebabkan karena disamping modalnya tidak besar,
55 33
83 80
65
10 20
30 40
50 60
70 80
90
P. Tanakeke P. Lantangpeo
P. Bauluang P. Satangnga
P. Dayng2an Gugus Pulau
93
juga waktu panennya relatif singkat yaitu sekitar 35-40 hari. Disamping itu pemasarannya juga cukup mudah karena pembeli yang datang ketempat
mereka atau bisa juga menjual langsung ke Kabupaten Takalar atau ke Makassar.
Budidaya ikan dengan keramba jaring apung pernah di ujicobakan di sekitar teluk pulau Tanakeke, namun karena biaya investasinya cukup
mahal sehingga masyarakat tidak mampu melakukannya walaupun waktu di ujicobakan cukup berhasil. Disamping itu waktu panennya juga cukup lama
yaitu 4-6 bulan. Sementara karakter masyarakat pulau dengan kebiasaannya sebagai nelayan tidak mampu menunggu terlalu lama untuk dapatkan hasil.
2 Perikanan Tangkap
Kegiatan penangkapan ikan di Kabupaten Takalar khususnya Kepulauan Tanakeke saat ini masih terkonsentrasi di sekitar pulau dengan
sasaran penangkapan yaitu ikan karang dan ikan pelagis kecil serta ikan- ikan dasar demersal. Jenis alat tangkap yang digunakan masih tergolong
tradisional seperti pancing, bubu, dan jaring sedangkan kapalperahu yang dipakai untuk menangkap ikan pun berukuran relatif kecil sehingga tidak
mampu beroperasi di perairan lepas pantai maksimal 5 mil. Jenis hasil tangkapan nelayan yang umum di didaratkan di
Kabupaten Takalar termasuk Kepulauan Tanakeke disajikan pada Tabel 33.
Tabel 33 Produksi Tahunan Menurut Jenis Ikan di Kabupaten Takalar Tahun
1997 – 2001
Tahun Produksi Ton No. Alat
Tangkap 1997 1998 1999 2000 2001
1. Peperek 1.759
1.803 1.837,4
1.686,5 1.977,3 2. Manyung
111,9 114
117,2 101,1
118,6 3.
Gerot-Gerot 82 123,3 125,5 114,9 128,1
4. Ikan Merah
Bambangan 188,6 208,7 212,6 196 217,6
5. Kerapu
144,2 177,4 180,7 166,9 142,4 6.
Lencam 143,6 189,2 192,7 184,8 196,8
7. Kurisi 205,3
270,7 276
241 282
8. Gulamah Tiga
Wajah 195,1 199,1 202,9 183,7 126,6
9. Cucut
53 54,4 64,7 78,8 66 10.
Pari 140,8 144,3 168,5 159,7 168
94
Tabel 33. lanjutan
Tahun Produksi Ton No. Alat
Tangkap 1997 1998 1999 2000 2001
11. Layang
1.529 1.559,4 1.585,9 1.541,6 1530,9 12.
Selar 1.348,1 1.345,5 1.370,6 1.329,9 1.399,9
13. Kue
54,6 55,7 56,8 62 57,9 14.
Ikan Terbang
2.022,4 2.053,2 2.308,5 2.560,5 2.135,3 15.
Belanak 107,2 109,4 111,6 123,7 86,1
16. Teri
339 344,6 351,2 378,3 352,8 17.
Japuh 288,4 287,5 292,8 298,1 151
18. Tembang
2.632,5 2.696,1 2.746,1 2.379,7 2.626,4 19. Lemuru
2.014 2.060,8
2.100 1.998,7
2.143,7 20.
Kembung 827,9 846,8 862,8 930,3 880,5
21. Tenggiri
67,5 59,3 60,3 65,3 61,7 22.
Layur 127,5 135,9 138,6 139,4 141,3
23. Cakalang
75,9 77,3 78,7 84 80,3 24.
Ikan lainnya
1.423,7 1.452,8 1.479,9 494,6 1.401,3 25. Udang
Putih 226,5
232,4 237
193,4 242
26. Udang
Dogol 51,3 52,5 53,5 54,6 53,6
27. Cumi-Cumi
- 26,5 27,2 30,4 27,5 28.
Sotong - 13,3 13,7 14,1 13,8
29. Bawal Hitam
29,6 30
- -
- 30.
Tuna 57 - - - -
Total 16.194,30 16.723,10 17.253,40
15.792 16.743,40
Sumber : BPS_ Kabupaten Takalar, 2001.
Potensi Sumberdaya Air Tawar
Potensi air tawar di Kepulauan tanakeke sangat tergantung dari curah hujan, semakin tinggi curah hujannya maka semakin besar pula ketersediaan air
tawar pada semua gugusan pulau. Curah hujan tinggi biasanya terjadi pada bulan Desember sampai dengan Pebruari. Sumur-sumur yang dimiliki masyarakat pada
musim tersebut rata-rata tinggi air mencapai 0,5 – 1 meter dari permukaan tanah, tapi sebaliknya pada musim kemarau ada yang mencapai 20 meter dari
permukaan tanah seperti di pulau Tanakeke. Disamping mengandalkan air sumur, juga banyak masyarakat yang menyediakan tempat-tempat penampungan yang
cukup besar untuk menampung air hujan sebagai persediaan dalam menghadapi musim kemarau.
Pada musim kemarau air tawar sangat susah di peroleh di semua pulau kecuali pulau Bauluang dan Satangnga. Masyarakat dari pulau Tanakeke,
Lantangpeo dan Dayang-Dayangan mengambil air tawar pada kedua pulau tersebut, disamping itu juga banyak masyarakat yang mengambil air tawar dan
sekaligus berbelanja kebutuhan hari-hari di Kabupaten Takalar pada waktu hari pasar yaitu hari kamis dan ahad dua hari dalam seminggu.
95
Sumberdaya Alam dan Lingkungan Kepulauan Tanakeke Mengalami Degradasi dalam Sepuluh Tahun Terakhir.
Kawasan Kepulauan Tanakeke memiliki potensi sumberdaya alam yang cukup besar terutama sumberdaya perikanan, baik budidaya rumput laut maupun
penangkapan ikan, sehingga banyak stakeholder yang berada disekitar kawasan tersebut tertarik untuk memanfaatkannya. Dengan tingginya minat para
stakeholder tersebut menyebabkan terjadinya pemanfaatan yang tidak terkendali sehingga terjadi degradasi lingkungan. Jika kita melihat potret Kawasan
Kepulauan Tanakeke Gambar 29 dalam kurung waktu sepuluh tahun 1994-2003 maka sangat jelas terjadinya perubahan terutama kondisi morfologi
kawasan tersebut. Berdasarkan hasil interpretasi citra Tahun 1994 bahwa kondisi Kepulauan
Tanakeke masih tergolong bagus yang ditandai dengan luasan mangrove yang diperkirakan sekitar 20 km
2
. Sedangkan luas tambak baru sekitar 5 km
2
. Jika dibandingkan dengan kondisi pada Tahun 2003 kondisi Kepulauan Tanakeke
sudah banyak terjadi perubahan terutama terjadinya penurunan luasan mangrove mencapai 4.76 km
2
dengan luasan Tahun 2003 sebesar 15.24 km
2
. Berkurangnya luasan mangrove tersebut disebabkan oleh konversi mangrove menjadi tambak
dan permukiman serta sebagian digunakan untuk patok rumput laut dan alat tangkap sero maupun untuk kebutuhan kayu bakar bagi masyarakat setempat.
96
Gambar 29 Potret kondisi Kepulauan Tanakeke dalam 10 Tahun terakhir
dengan Citra Satelit Landsat_TM Aquisisi Tahun 1994 dan 2003
97
Terjadinya perubahan yang cukup drastis terhadap kondisi Kepulauan Tanakeke dalam kurung waktu sepuluh tahun tersebut bukan semata-mata
disebabkan oleh masyarakat yang bermukim di wilayah tersebut, akan tetapi hal ini terjadi karena belum terintegrasinya kawasan Kepulauan Tanakeke kedalam
tata ruang Kabupaten Takalar. Sehingga kawasan tersebut belum mendapat perhatian yang serius dari pemerintah setempat terutama yang berkaitan dengan
pengembangan kawasan tersebut kedepan. Belum ada aturan yang jelas tentang perencanaan kedepan, mau dijadikan apa kawasan tersebut dan pembangunan
yang dilakukan masih berorientasi kepada pembangunan wilayah daratan main land
. Disamping terjadinya kerusakan mangrove, juga terjadi kerusakan
terumbu karang di semua gugus pulau. Terjadinya kerusakan terumbu karang tersebut disebabkan oleh penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan, seperti
penggunaan bahan peledak, bius potassium sianida. Selain itu kerusakan juga terjadi akibat pembongkaran terumbu untuk kebutuhan bahan bangunan maupun
untuk pembuatan tanggul pencegahan abrasi pantai di sekitar permikiman penduduk.
Menurut Ukkas 1995, kondisi terumbu karang pada tahun 1990-an masih dalam kategori baik sampai sangat baik tutupan karangnya 50-90 dengan luas
karang hidup sekitar 6,7 km
2
. Jika dibandingkan dengan kondisi sekarang Tahun 2003, kondisi terumbu karang Kepulauan Tanakeke sudah banyak
mengalami kerusakan luas karang hidup sekitar 3.42 km
2
dengan tingkat penutupan karangnya sebesar 25-70.
Terjadinya kerusakan ekosistem mangrove maupun terumbu karang di kawasan Kepulauan Tanakeke, disebabkan karena kurangnya perhatian pihak
pemda setempat sehingga tidak ada pengawasan dan pembatasan pemanfaatan terhadap potensi ekosistem tersebut. Oleh karena itu, dalam rangka menjaga dan
mempertahankan kelestarian kedua ekosistem tersebut, perlu adanya pengaturan atau alokasi pemanfaatan berdasarkan kemampuan atau daya dukung lokasi agar
tetap dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.
98
Kesesuaian Lahan dan Daya Dukung
Analisis kesesuaian dan daya dukung lahan yang digunakan dalam menilai kesesuaian peruntukan dan daya dukung lahan untuk aktivitas tertentu didasarkan
pada kriteria hasil studi literatur yang telah disesuaikan dengan karakteristik kondisi alam dan lingkungan di wilayah studi. Hasil analisis evaluasi kesesuaian
dan daya dukung lahan yang dilakukan dalam studi ini merupakan kesesuaian dan daya dukung lahan pada saat ini, dimana kelas kesesuaian dan daya dukung lahan
yang dihasilkan berdasarkan pada data yang tersedia dan belum mempertimbangkan asumsiusaha perbaikan bagi tingkat pengelolaan yang dapat
dilakukan untuk mengatasi kendala fisik atau faktor-faktor penghambat yang ada.
Kesesuaian dan Daya Dukung Lahan Perikanan
Rumput
Laut. Hasil analisis evaluasi kesesuaian lahan untuk kegiatan
budidaya rumput laut di Kepulauan Tanakeke dibagi ke dalam dua musim yaitu musim peralihan dan musim barat-timur disajikan pada Tabel 34, sedangkan
peta kesesuaian lahannya dapat dilihat pada Gambar 30 dan Gambar 31.
Tabel 34
Hasil analisis evaluasi kesesuaian lahan untuk budidaya rumput laut di Kepulauan Tanakeke
Kesesuaian Lahan km
2
Musim Sangat Sesuai
Sesuai Tidak Sesuai
Jumlah total perairan yang sesuai km
2
Peralihan 3.73 9.86 15.55 13.59
Barat-Timur 3.73 4.11 21.3
7.84
Hasil evaluasi kesesuaian lahan perairan yang didapatkan di Kepulauan Tanakeke tersebut Tabel 34 menunjukkan bahwa lokasi yang sesuai untuk
budidaya rumput laut hanya di perairan sekitar gugus Pulau Tanakeke dan Lantangpeo. Hal ini disebabkan kedua pulau tersebut memiliki teluk yang agak
tertutup, sehingga cukup terlindung pada waktu musim barat dan timur.
99 +
Gambar 30 . Peta kesesuaian budidaya rumput laut di perairan Kepulauan Tanakeke musim peralihan
742500
742500 750000
750000 757500
757500 9390
000 9390
000 93
975 00
939 750
PETA KESESUAIAN RUMPUT LAUT
PADA MUSIM PERALIHAN DI KEPULAUAN TANAKEKE
1000 1000
2000 Meter N
E W
S
5° 5°
3° 3°
118° 120°
120° 118°
122°
122° Prov. Sulawesi Selatan
Prov. Sulawesi Barat
Peta Indeks
Sesuai Sangat Sesuai
Legenda :
Sumber : - Peta LPI Skala 1:50.000, Bakosurtanal
- Peta Rupa Bumi Skala 1:50.000, Bakosurtanal - Citra Satelit Landsat_TM 2003
PS. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan SPL
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Bogor 2007
ABDUL RAUF PROGRAM S3
1 2
Pulau Dayang-dayangan
Pulau Satangnga Pulau Bauluang
Pulau Lantangpeo
Pulau Tanakeke
100
Gambar 31 . Peta kesesuaian budidaya rumput laut di perairan Kepulauan Tanakeke musim timur dan barat
Pulau Tanakeke Pulau Lantangpeo
Pulau Bauluang Pulau Satangnga
Pulau Dayang-dayangan
ABDUL RAUF PROGRAM S3
PS. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan SPL
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Bogor 2007 Sumber :
- Peta LPI Skala 1:50.000, Bakosurtanal - Peta Rupa Bumi Skala 1:50.000, Bakosurtanal
- Citra Satelit Landsat_TM 2003
Legenda :
Sangat Sesuai Sesuai
Peta Indeks
5° 5°
3° 3°
118° 120°
120° 118°
122°
122° Prov. Sulawesi Selatan
Prov. Sulawesi Barat
N E
W S
1000 1000
2000 Meter
PETA KESESUAIAN RUMPUT LAUT
PADA MUSIM TIMUR BARAT DI KEPULAUAN TANAKEKE
742500
742500 750000
750000 757500
757500 93
900 00
939 000
939 7500
93975 00
101
Jika dibandingkan dengan luas perairan dangkal pulau Tanakeke dan Lantangpeo 29,14 km
2
, maka persentase masing-masing kategori kesesuaian tersebut dapat dilihat pada Gambar 32. Perbedaan pemanfaatan lahan perairan ini disebabkan
oleh adanya faktor musim, dimana pada musim barat dan timur mempunyai arus dan gelombang yang cukup kuat sehingga lokasi perairan yang bisa dimanfaatkan
hanya di dalam teluk saja, sedangkan pada musim peralihan relatif lebih tenang sehingga pemanfaatannya bisa dilakukan di luar teluk di sekeliling pulau.
Gambar 32
Diagram persentase kesesuaian perairan budidaya rumput laut di Pulau Tanakeke
Analisis evaluasi kesesuaian lahan perairan tersebut dilakukan berdasarkan kriteria dari yang paling penting sampai yang kurang penting
Lampiran 1. Kriteria tersebut diperoleh dari hasil penilaian beberapa respoden yang berasal dari perguruan tinggi yang berkecimpung di bidang perikanan dan
kelautan, dinas perikanan dan kelautan, pakar budidaya rumput laut dan masyarakat petani rumput laut itu sendiri.
12.8 12.8 33.8