2.61 Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh

89 stasiun 7,8 dan 9 Pulau Satangnga dengan stasiun 10,11 dan 12 Pulau Dayang- Dayangan. Adanya variasi tersebut menunjukkan bahwa kondisi perairan dari lima gugus pulau di Kepulauan Tanakeke mempunyai tingkat kesuburan yang berbeda. Selain itu, tingkat kecerahan juga sangat berpengaruh dimana perairan yang sering teraduk oleh arus dan gelombang menyebabkan tingginya kekeruhan yang dapat mengurangi panetrasi sinar matahari yang mengakibatkan proses fotosintesis padang lamun terhambat. 3 Ekosistem Terumbu Karang Ekosistem terumbu karang di gugus Kepulauan Tanakeke, dijumpai di seluruh pulau. Berdasarkan hasil analisis interpretasi citra satelit, sebaran ekosistem terumbu karang dibagi atas dua kategori, yaitu karang mati dan karang hidup. Untuk mengetahui sebaran dan luasan ekosistem terumbu karang pada masing-masing pulau tersebut, dapat dilihat pada Tabel 31 dan Gambar 26. Tabel 31 Luas ekosistem terumbu karang di Kepulauan Tanakeke No. Gugus Pulau Karang hidup km 2 Karang mati km 2 1. Tanakeke 2. Lantangpeo 1.93 1.79 3. Bauluang 0.39 0.56 4. Satangnga 0.80 0.17 5. Dayang-Dayangan 0.30 0.09 Luas total

3.42 2.61

Hasil analisis data lapangan mengenai kondisi ekosistem terumbu karang di Kepulauan Tanakeke, menunjukkan bahwa presentase penutupan yang paling tinggi didominasi oleh komponen hard coral HC dengan nilai persen tutupan 25 – 70 , kemudian disusul dengan komponen Rubbel R dengan nilai 0 – 40 . Sedangkan tutupan paling rendah didominasi oleh algae rumput laut dengan nilai persentase penutupan 0 – 5 . Persentase penutupan karang di Kepulauan Tanakeke dapat dilihat pada Tabel 32. 90 Gambar 26. Peta sebaran ekosistem terumbu karang di Kepulauan Tanakeke Tabel 32 Persentase penutupan komponen terumbu karang di Kepulauan Tanakeke. Prosentase rata-rata Sta Lokasi HC SC SP ALG R DC S Biota yang dominant 1 P. Bauluang utara 70 5 5 0 10 10 Echinopora, Lobophyllia 2 P. Bauluang timur 45 5 10 0 30 10 Acropora, Favia, Porites 3 P. Bauluang barat 65 0 5 5 15 10 Acropora branching, 4 P. Bauluang selatan 45 10 5 0 10 25 15 Porites, Lobophyllia, 5 P. Dayang Dayangan utara 35 15 15 0 5 30 Porites massive, Sponge, Gorgonia 6 P. Dayang Dayangan barat 70 5 5 0 0 10 10 Acropora branching 7 P. Dayang Dayangan timur 25 10 5 0 40 10 10 Acropora, Porites, karang lunak 8 P. Dayang Dayangan selatan 40 5 5 0 10 30 10 Porites , Lobophyllia 9 P. Satangnga timur 50 5 10 25 5 5 Acropora, Porites 10 P. Satangnga selatan 35 5 10 0 15 25 10 Acropora, Porites, Lobophyllia 11 P. Satangnga barat 65 0 0 0 10 15 5 Porites branching+massive 742500 742500 750000 750000 757500 757500 939 00 00 93 90 00 93 97 50 93 97 50 PETA SEBARAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI KEPULAUAN TANAKEKE 1000 1000 2000 Meter N E W S 5° 5° 3° 3° 118° 120° 120° 118° 122° 122° Prov. Sulawesi Selatan Prov. Sulawesi Barat Peta Indeks Terumbu Karang Hidup Legenda : Sumber : - Peta LPI Skala 1:50.000, Bakosurtanal - Peta Rupa Bumi Skala 1:50.000, Bakosurtanal - Citra Satelit Landsat_TM 2003 PS. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan SPL Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Bogor 2007 ABDUL RAUF PROGRAM S3 Pulau Dayang-Dayangan Pulau Satangnga Pulau Bauluang Pulau Lantangpeo Pulau Tanakeke Terumbu Karang Mati 1 2 2 2 1 1 1 2 186.46 39.42 17.85 30.18 344.11 55.97 16.46 9.31 50 100 150 200 250 300 350 400 Tanakeke Bauluang Satangnga Dayang2an Karang Hidup Karang Mati 91 Tabel. 32 lanjutan Prosentase rata-rata Sta Lokasi HC SC SP ALG R DC S Biota yang dominant 12 P. Satangnga utara 40 10 5 0 15 25 5 Acropora, Porites, karang lunak 13 P. Tanakeke Barat 60 5 10 5 5 15 Acropora branching 14 P. Tanakeke selatan 40 10 10 0 10 25 5 Acropora, Porites , karang lunak 15 P. Tanakeke timur 45 15 5 5 25 5 Acropora, Sponge, Gorgonia 16 P. Tanakeke utara 55 5 10 0 5 20 5 Porites massive, Sponge Keterangan : HC = hard coral karang keras SC = Soft Coral karang lunak SP = Sponge ALG = Algae rumput laut R = Rubble pecahan karang DC = Dead Coral karang mati S = Sand pasir Hasil inventarisasi jenis terumbu karang, didapatkan sekitar 17 family dan 145 jenis, atau jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 9. Sebaran jenis terumbu karang tersebut bervariasi pada masing-masing pulau seperti disajikan pada Gambar 27. Gambar 27 Diagram jumlah jenis terumbu karang di Kepulauan Tanakeke 85 66 94 89 95 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Ju m lah S p eci es P Tanakeke P Lant angpeo P Bauluang P Sat angnga P Dayang2an Gugus Kepulauan Tanakeke 92 Jenis dan jumlah kelimpahan ikan karang yang ditemukan di gugus Kepulauan Tanakeke yang terdiri dari 151 spesies dan 23 famili, secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 9a. Sedangkan jumlah jenis jenis ikan pada masing- masing pulau disajikan pada Gambar 28. Gambar 28 Diagram jumlah jenis ikan karang di Kepulauan Tanakeke Potensi Sumber Daya Perikanan 1 Perikanan Budidaya Di Kepulauan Tanakeke, khususnya gugus pulau Tanakeke memiliki potensi sumberdaya perikanan budidaya yang menjadi sumber mata pencaharian masyarakat yang bermukim di wilayah tersebut. Jenis budidaya perikanan yang diusahakan selama ini adalah budidaya tambak dan rumput laut. Namun untuk budidaya tambak saat ini sudah mulai ditinggalkan karena tambak tidak memberikan hasil yang signifikan lagi, disamping itu membutuhkan modal yang relatif besar dan waktu yang cukup lama dalam proses produksinya. Oleh karena itu saat ini yang menjadi primadona masyarakat untuk dikembangkan di wilayah tersebut adalah budidaya rumput laut, hal ini disebabkan karena disamping modalnya tidak besar, 55 33 83 80 65 10 20 30 40 50 60 70 80 90 P. Tanakeke P. Lantangpeo P. Bauluang P. Satangnga P. Dayng2an Gugus Pulau 93 juga waktu panennya relatif singkat yaitu sekitar 35-40 hari. Disamping itu pemasarannya juga cukup mudah karena pembeli yang datang ketempat mereka atau bisa juga menjual langsung ke Kabupaten Takalar atau ke Makassar. Budidaya ikan dengan keramba jaring apung pernah di ujicobakan di sekitar teluk pulau Tanakeke, namun karena biaya investasinya cukup mahal sehingga masyarakat tidak mampu melakukannya walaupun waktu di ujicobakan cukup berhasil. Disamping itu waktu panennya juga cukup lama yaitu 4-6 bulan. Sementara karakter masyarakat pulau dengan kebiasaannya sebagai nelayan tidak mampu menunggu terlalu lama untuk dapatkan hasil. 2 Perikanan Tangkap Kegiatan penangkapan ikan di Kabupaten Takalar khususnya Kepulauan Tanakeke saat ini masih terkonsentrasi di sekitar pulau dengan sasaran penangkapan yaitu ikan karang dan ikan pelagis kecil serta ikan- ikan dasar demersal. Jenis alat tangkap yang digunakan masih tergolong tradisional seperti pancing, bubu, dan jaring sedangkan kapalperahu yang dipakai untuk menangkap ikan pun berukuran relatif kecil sehingga tidak mampu beroperasi di perairan lepas pantai maksimal 5 mil. Jenis hasil tangkapan nelayan yang umum di didaratkan di Kabupaten Takalar termasuk Kepulauan Tanakeke disajikan pada Tabel 33. Tabel 33 Produksi Tahunan Menurut Jenis Ikan di Kabupaten Takalar Tahun 1997 – 2001 Tahun Produksi Ton No. Alat Tangkap 1997 1998 1999 2000 2001 1. Peperek 1.759 1.803 1.837,4 1.686,5 1.977,3 2. Manyung 111,9 114 117,2 101,1 118,6 3. Gerot-Gerot 82 123,3 125,5 114,9 128,1 4. Ikan Merah Bambangan 188,6 208,7 212,6 196 217,6 5. Kerapu 144,2 177,4 180,7 166,9 142,4 6. Lencam 143,6 189,2 192,7 184,8 196,8 7. Kurisi 205,3 270,7 276 241 282 8. Gulamah Tiga Wajah 195,1 199,1 202,9 183,7 126,6 9. Cucut 53 54,4 64,7 78,8 66 10. Pari 140,8 144,3 168,5 159,7 168 94 Tabel 33. lanjutan Tahun Produksi Ton No. Alat Tangkap 1997 1998 1999 2000 2001 11. Layang 1.529 1.559,4 1.585,9 1.541,6 1530,9 12. Selar 1.348,1 1.345,5 1.370,6 1.329,9 1.399,9 13. Kue 54,6 55,7 56,8 62 57,9 14. Ikan Terbang 2.022,4 2.053,2 2.308,5 2.560,5 2.135,3 15. Belanak 107,2 109,4 111,6 123,7 86,1 16. Teri 339 344,6 351,2 378,3 352,8 17. Japuh 288,4 287,5 292,8 298,1 151 18. Tembang 2.632,5 2.696,1 2.746,1 2.379,7 2.626,4 19. Lemuru 2.014 2.060,8 2.100 1.998,7 2.143,7 20. Kembung 827,9 846,8 862,8 930,3 880,5 21. Tenggiri 67,5 59,3 60,3 65,3 61,7 22. Layur 127,5 135,9 138,6 139,4 141,3 23. Cakalang 75,9 77,3 78,7 84 80,3 24. Ikan lainnya 1.423,7 1.452,8 1.479,9 494,6 1.401,3 25. Udang Putih 226,5 232,4 237 193,4 242 26. Udang Dogol 51,3 52,5 53,5 54,6 53,6 27. Cumi-Cumi - 26,5 27,2 30,4 27,5 28. Sotong - 13,3 13,7 14,1 13,8 29. Bawal Hitam 29,6 30 - - - 30. Tuna 57 - - - - Total 16.194,30 16.723,10 17.253,40 15.792 16.743,40 Sumber : BPS_ Kabupaten Takalar, 2001. Potensi Sumberdaya Air Tawar Potensi air tawar di Kepulauan tanakeke sangat tergantung dari curah hujan, semakin tinggi curah hujannya maka semakin besar pula ketersediaan air tawar pada semua gugusan pulau. Curah hujan tinggi biasanya terjadi pada bulan Desember sampai dengan Pebruari. Sumur-sumur yang dimiliki masyarakat pada musim tersebut rata-rata tinggi air mencapai 0,5 – 1 meter dari permukaan tanah, tapi sebaliknya pada musim kemarau ada yang mencapai 20 meter dari permukaan tanah seperti di pulau Tanakeke. Disamping mengandalkan air sumur, juga banyak masyarakat yang menyediakan tempat-tempat penampungan yang cukup besar untuk menampung air hujan sebagai persediaan dalam menghadapi musim kemarau. Pada musim kemarau air tawar sangat susah di peroleh di semua pulau kecuali pulau Bauluang dan Satangnga. Masyarakat dari pulau Tanakeke, Lantangpeo dan Dayang-Dayangan mengambil air tawar pada kedua pulau tersebut, disamping itu juga banyak masyarakat yang mengambil air tawar dan sekaligus berbelanja kebutuhan hari-hari di Kabupaten Takalar pada waktu hari pasar yaitu hari kamis dan ahad dua hari dalam seminggu. 95 Sumberdaya Alam dan Lingkungan Kepulauan Tanakeke Mengalami Degradasi dalam Sepuluh Tahun Terakhir. Kawasan Kepulauan Tanakeke memiliki potensi sumberdaya alam yang cukup besar terutama sumberdaya perikanan, baik budidaya rumput laut maupun penangkapan ikan, sehingga banyak stakeholder yang berada disekitar kawasan tersebut tertarik untuk memanfaatkannya. Dengan tingginya minat para stakeholder tersebut menyebabkan terjadinya pemanfaatan yang tidak terkendali sehingga terjadi degradasi lingkungan. Jika kita melihat potret Kawasan Kepulauan Tanakeke Gambar 29 dalam kurung waktu sepuluh tahun 1994-2003 maka sangat jelas terjadinya perubahan terutama kondisi morfologi kawasan tersebut. Berdasarkan hasil interpretasi citra Tahun 1994 bahwa kondisi Kepulauan Tanakeke masih tergolong bagus yang ditandai dengan luasan mangrove yang diperkirakan sekitar 20 km 2 . Sedangkan luas tambak baru sekitar 5 km 2 . Jika dibandingkan dengan kondisi pada Tahun 2003 kondisi Kepulauan Tanakeke sudah banyak terjadi perubahan terutama terjadinya penurunan luasan mangrove mencapai 4.76 km 2 dengan luasan Tahun 2003 sebesar 15.24 km 2 . Berkurangnya luasan mangrove tersebut disebabkan oleh konversi mangrove menjadi tambak dan permukiman serta sebagian digunakan untuk patok rumput laut dan alat tangkap sero maupun untuk kebutuhan kayu bakar bagi masyarakat setempat. 96 Gambar 29 Potret kondisi Kepulauan Tanakeke dalam 10 Tahun terakhir dengan Citra Satelit Landsat_TM Aquisisi Tahun 1994 dan 2003 97 Terjadinya perubahan yang cukup drastis terhadap kondisi Kepulauan Tanakeke dalam kurung waktu sepuluh tahun tersebut bukan semata-mata disebabkan oleh masyarakat yang bermukim di wilayah tersebut, akan tetapi hal ini terjadi karena belum terintegrasinya kawasan Kepulauan Tanakeke kedalam tata ruang Kabupaten Takalar. Sehingga kawasan tersebut belum mendapat perhatian yang serius dari pemerintah setempat terutama yang berkaitan dengan pengembangan kawasan tersebut kedepan. Belum ada aturan yang jelas tentang perencanaan kedepan, mau dijadikan apa kawasan tersebut dan pembangunan yang dilakukan masih berorientasi kepada pembangunan wilayah daratan main land . Disamping terjadinya kerusakan mangrove, juga terjadi kerusakan terumbu karang di semua gugus pulau. Terjadinya kerusakan terumbu karang tersebut disebabkan oleh penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan, seperti penggunaan bahan peledak, bius potassium sianida. Selain itu kerusakan juga terjadi akibat pembongkaran terumbu untuk kebutuhan bahan bangunan maupun untuk pembuatan tanggul pencegahan abrasi pantai di sekitar permikiman penduduk. Menurut Ukkas 1995, kondisi terumbu karang pada tahun 1990-an masih dalam kategori baik sampai sangat baik tutupan karangnya 50-90 dengan luas karang hidup sekitar 6,7 km 2 . Jika dibandingkan dengan kondisi sekarang Tahun 2003, kondisi terumbu karang Kepulauan Tanakeke sudah banyak mengalami kerusakan luas karang hidup sekitar 3.42 km 2 dengan tingkat penutupan karangnya sebesar 25-70. Terjadinya kerusakan ekosistem mangrove maupun terumbu karang di kawasan Kepulauan Tanakeke, disebabkan karena kurangnya perhatian pihak pemda setempat sehingga tidak ada pengawasan dan pembatasan pemanfaatan terhadap potensi ekosistem tersebut. Oleh karena itu, dalam rangka menjaga dan mempertahankan kelestarian kedua ekosistem tersebut, perlu adanya pengaturan atau alokasi pemanfaatan berdasarkan kemampuan atau daya dukung lokasi agar tetap dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. 98 Kesesuaian Lahan dan Daya Dukung Analisis kesesuaian dan daya dukung lahan yang digunakan dalam menilai kesesuaian peruntukan dan daya dukung lahan untuk aktivitas tertentu didasarkan pada kriteria hasil studi literatur yang telah disesuaikan dengan karakteristik kondisi alam dan lingkungan di wilayah studi. Hasil analisis evaluasi kesesuaian dan daya dukung lahan yang dilakukan dalam studi ini merupakan kesesuaian dan daya dukung lahan pada saat ini, dimana kelas kesesuaian dan daya dukung lahan yang dihasilkan berdasarkan pada data yang tersedia dan belum mempertimbangkan asumsiusaha perbaikan bagi tingkat pengelolaan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala fisik atau faktor-faktor penghambat yang ada. Kesesuaian dan Daya Dukung Lahan Perikanan Rumput Laut. Hasil analisis evaluasi kesesuaian lahan untuk kegiatan budidaya rumput laut di Kepulauan Tanakeke dibagi ke dalam dua musim yaitu musim peralihan dan musim barat-timur disajikan pada Tabel 34, sedangkan peta kesesuaian lahannya dapat dilihat pada Gambar 30 dan Gambar 31. Tabel 34 Hasil analisis evaluasi kesesuaian lahan untuk budidaya rumput laut di Kepulauan Tanakeke Kesesuaian Lahan km 2 Musim Sangat Sesuai Sesuai Tidak Sesuai Jumlah total perairan yang sesuai km 2 Peralihan 3.73 9.86 15.55 13.59 Barat-Timur 3.73 4.11 21.3 7.84 Hasil evaluasi kesesuaian lahan perairan yang didapatkan di Kepulauan Tanakeke tersebut Tabel 34 menunjukkan bahwa lokasi yang sesuai untuk budidaya rumput laut hanya di perairan sekitar gugus Pulau Tanakeke dan Lantangpeo. Hal ini disebabkan kedua pulau tersebut memiliki teluk yang agak tertutup, sehingga cukup terlindung pada waktu musim barat dan timur. 99 + Gambar 30 . Peta kesesuaian budidaya rumput laut di perairan Kepulauan Tanakeke musim peralihan 742500 742500 750000 750000 757500 757500 9390 000 9390 000 93 975 00 939 750 PETA KESESUAIAN RUMPUT LAUT PADA MUSIM PERALIHAN DI KEPULAUAN TANAKEKE 1000 1000 2000 Meter N E W S 5° 5° 3° 3° 118° 120° 120° 118° 122° 122° Prov. Sulawesi Selatan Prov. Sulawesi Barat Peta Indeks Sesuai Sangat Sesuai Legenda : Sumber : - Peta LPI Skala 1:50.000, Bakosurtanal - Peta Rupa Bumi Skala 1:50.000, Bakosurtanal - Citra Satelit Landsat_TM 2003 PS. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan SPL Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Bogor 2007 ABDUL RAUF PROGRAM S3 1 2 Pulau Dayang-dayangan Pulau Satangnga Pulau Bauluang Pulau Lantangpeo Pulau Tanakeke 100 Gambar 31 . Peta kesesuaian budidaya rumput laut di perairan Kepulauan Tanakeke musim timur dan barat Pulau Tanakeke Pulau Lantangpeo Pulau Bauluang Pulau Satangnga Pulau Dayang-dayangan ABDUL RAUF PROGRAM S3 PS. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan SPL Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Bogor 2007 Sumber : - Peta LPI Skala 1:50.000, Bakosurtanal - Peta Rupa Bumi Skala 1:50.000, Bakosurtanal - Citra Satelit Landsat_TM 2003 Legenda : Sangat Sesuai Sesuai Peta Indeks 5° 5° 3° 3° 118° 120° 120° 118° 122° 122° Prov. Sulawesi Selatan Prov. Sulawesi Barat N E W S 1000 1000 2000 Meter PETA KESESUAIAN RUMPUT LAUT PADA MUSIM TIMUR BARAT DI KEPULAUAN TANAKEKE 742500 742500 750000 750000 757500 757500 93 900 00 939 000 939 7500 93975 00 101 Jika dibandingkan dengan luas perairan dangkal pulau Tanakeke dan Lantangpeo 29,14 km 2 , maka persentase masing-masing kategori kesesuaian tersebut dapat dilihat pada Gambar 32. Perbedaan pemanfaatan lahan perairan ini disebabkan oleh adanya faktor musim, dimana pada musim barat dan timur mempunyai arus dan gelombang yang cukup kuat sehingga lokasi perairan yang bisa dimanfaatkan hanya di dalam teluk saja, sedangkan pada musim peralihan relatif lebih tenang sehingga pemanfaatannya bisa dilakukan di luar teluk di sekeliling pulau. Gambar 32 Diagram persentase kesesuaian perairan budidaya rumput laut di Pulau Tanakeke Analisis evaluasi kesesuaian lahan perairan tersebut dilakukan berdasarkan kriteria dari yang paling penting sampai yang kurang penting Lampiran 1. Kriteria tersebut diperoleh dari hasil penilaian beberapa respoden yang berasal dari perguruan tinggi yang berkecimpung di bidang perikanan dan kelautan, dinas perikanan dan kelautan, pakar budidaya rumput laut dan masyarakat petani rumput laut itu sendiri. 12.8 12.8 33.8