71
Tabel 18 Prediksi tinggi gelombang musim peralihan II, Tahun 1990 – 2000
0 – 0.5 m 0.51 – 1 m
1.1 – 1.5 m 1.51 – 2 m
2 m Total
Arah Angin
Frek Frek Frek
Frek Frek Frek
Utara -
-
1
3.03
3
9.09 - - - -
4
12.12
Timur Laut 3
9.09
-
-
-
- - - - -
3
9.09
Timur 3
9.09
-
-
-
- - - - -
3
9.09
Tenggara 4
12.12
-
-
-
- - - - -
4
12.12
Selatan -
-
-
-
-
- - - - -
0.00
Barat Daya 2
6.06
3
9.09
2
6.06 - - - -
7
21.21
Barat -
-
5
15.15
-
- - - - -
5
15.15
Barat Laut -
-
4
12.12
3
9.09 - - - -
7
21.21
Total 12
36.36
13
39.39
8
24.24 - - - -
33
100
Sumber : Hasil Analisis, 2004
Gambar 14
Waverose musim peralihan II di Kepulauan Tanakeke Tahun 1990- 2000
10 20
30 40
50
72
Arah dan Kecepatan Arus. Kondisi arus baik arah maupun kecepatan
pada daerah penelitian terlihat bahwa rata-rata kecepatan arus adalah 0,14 mdt, dengan arah N 180
E sampai dengan N 320
o
E Lampiran 5. Melihat dari arah arus maka dapat diasumsikan bahwa arus yang terukur adalah arus dari perairan
lepas bukan arus akibat gaya pasang surut, karena arah N 180 E sampai dengan N
320
o
E adalah arah dari laut lepas. Kecerahan Perairan.
Pengamatan lapangan yang telah dilakukan diperoleh data Lampiran 6 bahwa kondisi kecerahan daerah penelitian tergolong
sangat cerah yang rata-rata berkisar 100, hal ini dilihat bahwa kondisi dasar perairan terlihat dengan jelas dari permukaan, namun ada beberapa tempat yang
kondisi kecerahannya tidak mencapai 100 yaitu sekitar 9 lokasi dengan nilai sekitar 50 – 90.
Salinitas.
Dari hasil pengamatan lampiran 6 menunjukkan bahwa kondisi salinitas daerah penelitian dalam hal ini perairan sekitar Kepulauan
Tanakeke termasuk dalam kategori sedang yang sangat sesuai untuk kegiatan budidaya. Kisaran salinitasnya sekitar 27 – 31,5 ‰. Kondisi seperti ini sangat
dimungkinkan karena daerah pengambilan sampel dekat dengan daratan dan
masih belum terlalu jauh dari suplai air tawar. Suhu.
Suhu di sekitar Pulau Tanakeke berkisar antara 28 – 32
°
C Lampiran 6. Nontji 1987, menyebutkan bahwa suhu air di perairan nusantara
berkisar antara 28 – 38
°
C dan suhu di dekat pantai lebih tinggi dibandingkan dengan
suhu di perairan lepas.
73
Karakteristik Sosial Ekonomi Kepulauan Tanakeke Penduduk.
Untuk mengetahui banyaknya penduduk, rumah tangga, kepadatan, rata- rata anggota rumah tangga ART dan rasio jenis kelamin penduduk tiap desa di
Kepulauan Tanakeke, Kecamatan Mappakasunggu Tahun 2001 disajikan pada Tabel 19.
Tabel 19
Banyaknya penduduk, rumah tangga dan kepadatannya di setiap desa di Kepulauan Tanakeke Tahun 2001
No Desa Jumlah
Penduduk Jiwa
Rumah Tangga
Kepadatan Jiwakm
2
Rata-rata ART
Rasio Jenis
Kelamin 1 Mattirobaji 2.981
622 141
5 92,94
2 Maccinibaji 3.072 668
343 5
96,04
Sumber: Kecamatan Mappakasunggu dalam Angka, 2001.
Sedangkan untuk mengetahui banyaknya bangunan tempat tinggal menurut jenisnya tiap desa di Kepulauan Tanakeke Tahun 2001 dapat dilihat pada
Tabel 20.
Tabel 20
Banyaknya bangunan tempat tinggal menurut jenisnya di setiap desa di Kepulauan Tanakeke Tahun 2001
No Desa Permanen Semi
Permanen Rumah
panggung Lainnya
1 Mattirobaji 9
256 331
16 2 Maccinibaji
7 212
415 14
Sumber: Kecamatan Mappakasunggu dalam Angka, 2001.
Mata Pencaharian.
Mata pencaharian yang menonjol di Kepulauan Tanakeke saat ini adalah petani rumput laut dan nelayan. Berdasarkan hasil survei dan wawancara dengan
masyarakat setempat, bahwa masyarakat di gugus Pulau Tanakeke dan
74
Lantangpeo memiliki mata pencaharian sekitar 80 sebagai petani rumput laut dan selebihnya adalah nelayan, pedagang, PNS, buruh dan lainnya. Sedangkan di
gugus pulau Bauluang, Satangnga dan Dayang-Dayangan tidak ada yang berprofesi sebagai petani, tapi hampir semuanya sebagai nelayan 90. Jenis
mata pencaharian masyarakat di Kepulauan Tanakeke disajikan pada Tabel 21. Tabel 21
Jenis mata pencaharian penduduk yang ada di Kepulauan Tanakeke
Desa No
Jenis Mata Pencaharian Maccinibaji Mattirobaji
1 PetaniNelayan 533
450 2 Pedagang
46 58
3 PNSJasa 18
22 4 Buruh
467 422
5 Lainnya 70
63
Sumber: Kecamatan Mappakasunggu dalam Angka, 2001.
Tingkat Perekonomian.
Fenomena tentang tingkat perekonomian masyarakat pulau yang sangat kecil umumnya masih sangat rendah, kenyataan ini merupakan realitas yang
belum terbantahkan. Gambaran ini sepintas juga terwakili secara umum pada penduduk di Kepulauan Tanakeke. Walaupun belum di dukung data sosial
ekonomi yang valid, tingkat perekonomian penduduk tersebut belum bisa disejajarkan pada taraf sejahtera. Bentuk rumah hunian yang berkategori
nonpermanen serta belum terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan penduduk yang sifatnya sekunder secara layak merupakan parameter fisik yang tersirat akan
rendahnya tingkat perekonomian yang ada, karena umumnya masyarakat yang tinggal di wilayah pulau-pulau kecil pekerjaan utamanya adalah mencari ikan
nelayan dan selebihnya adalah kegiatan pembudidaya, seperti budidaya rumput
laut.
75
Sarana dan Prasarana Sosial.
Kondisi Kepulauan Tanakeke yang cenderung terisolir berkorelasi pada tidak menunjangnya ketersediaan sarana dan prasarana sosial. Sarana-sarana
sosial mendasar dan menjadi syarat standar hidup masyarakat belum terpenuhi secara layak di wilayah ini. Ketersediaan dan kondisi sarana dan prasarana sosial
pokok di wilayah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Fasilitas
Pendidikan .
Fasilitas pendidikan seperti gedung Sekolah tersedia secara fisik di dua desa di Kepulauan Tanakeke. Jumlah sarana dan
prasarana pendidikan yang ada di Kepulauan Tanakeke disajikan pada Tabel 22.
Tabel 22
Sarana dan prasarana pendidikan yang tersedia di Kepulauan Tanakeke Desa
No Sarana Pendidikan
Maccinibaji Mattirobaji 1 TK
- -
2 SD Negeri
1 3
3 SD Inpres
2 3
4 SLTP -
1 5 SLTA
- -
6 Jumlah 3
7
Sumber: Kecamatan Mappakasunggu dalam Angka, 2001
Fasilitas Kesehatan.
Sarana dan prasarana kesehatan yang ada di Kepulauan Tanakeke terdiri dari tiga puskesmas pembantuh pustu, dua berada di
Desa Maccinibaji gugus pulau Tanakeke dan satu lagi berada di Desa Mattirobaji gugus pulau Satangnga.
Sarana dan Prasarana Transportasi Laut. Fasilitas transportasi laut di
Kepulauan Tanakeke sampai saat ini belum ada disediakan oleh PEMDA Kabupaten Takalar, akan tetapi semuanya disediakan oleh masyarakat setempat.
Setiap desa masing-masing tersedia angkutan reguler yang berangkat pada hari pasar tiga kali seminggu, disamping itu juga banyak masyarakat menumpang
pada perahu nelayan yang menjual ikan atau rumput laut di Kabupaten Takalar. Umumnya menggunakan perahu bermesin jolloro dan jenis motor tempel.
76
Jumlah dan jenis sarana prasarana transportasi laut di Kepulauan Tanakeke
disajikan pada Tabel 23.
Tabel 23 Jenis sarana dan prasarana transportasi lautperahu nelayan yang ada
di Kepulauan Tanakeke Tahun 2001 Desa
No Fasilitas TransportasiPerahu
Nelayan Maccinibaji Mattirobaji
1 PerahuJolloro 28
36 2 Motor
Tempel 147
198 Jumlah 176
235
Sumber: Kecamatan Mappakasunggu dalam Angka, 2001.
Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Kepulauan Tanakeke.
Masyarakat pulau-pulau kecil umumnya mempunyai sifat-sifat atau karakteristik tertentu yang
khas dan unik. Sifat ini sangat erat kaitannya dengan keterbatasan pulau-pulau kecil dalam menyediakan lahan, sehingga variasi usaha masyarakat sangat
terbatas dan umumnya terkonsentrasi pada kegiatan perikanan. Karena sifat dari usaha-usaha perikanan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti lingkungan,
musim, dan pasar, maka karakteristik masyarakat Kepulauan Tanakeke juga
terpengaruh oleh faktor-faktor tersebut.
Beberapa sifat dan karakteristik usaha-usaha masyarakat di Kepulauan Tanakekel yang memiliki ketergantungan pada kondisi lingkungan, musim dan
pasar.
Ketergantungan pada Kondisi Lingkungan. Salah satu sifat usaha
perikanan yang sangat menonjol adalah bahwa keberlanjutan atau keberhasilan usaha tersebut sangat bergantung pada kondisi lingkungan. Keadaan ini
mempunyai implikasi yang sangat penting bagi kondisi kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Ketergantungan kehidupan masyarakat pada lingkungan
menyebabkan mereka tidak banyak memiliki alternative lain sehingga gangguan terhadap lingkungan, misalnya pencemaran, dapat menggoncang sendi-sendi
kehidupan sosial ekonomi masyarakat pulau-pulau kecil. Ketergantungan pada Musim.
Karakteristik lain yang sangat mencolok di kalangan masyarakat Kepulauan Tanakeke adalah ketergantungan mereka pada
musim. Apabila musim penangkapan ikan, nelayan kecil pada umumnya sangat
77
sibuk melaut, sebaliknya pada musim paceklik kegiatan melaut menjadi berkurang sehingga banyak nelayan yang terpaksa menganggur. Kondisi ini mempunyai
implikasi besar terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di pulau-pulau kecil.
Kondisi di atas turut pula mendorong munculnya pola hubungan tertentu yang sangat umum dijumpai dikalangan nelayan, yakni pola hubungan yang
bersifat Patron-Klien. Karena keadaan ekonomi yang buruk maka para nelayan kecil dan buruh nelayan seringkali terpaksa meminjam uang dan barang-barang
kebutuhan hidup sehari-hari dari para juragan atau para pedagang pengumpul juragan. Konsekwensinya para peminjam tersebut terikat dengan pihak juragan
atau pedagang. Keterikatan tersebut antara lain keharusan menjual produknya kepada juragan tersebut. Pola hubungan yang tidak simetris sangat mudah berubah
menjadi alat dominasi dan eksploitasi.
Ketergantungan pada Pasar. Karakteristik lain yang dilakukan oleh
masyarakat Kepulauan Tanakeke adalah ketergantugan pada pasar. Para petani dan nelayan sangat tergantung pada pasar, hal ini disebabkan karena komoditas
yang dihasilkan oleh mereka itu harus dijual terlebih dahulu baru bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Karakteristik tersebut mempunyai
implikasi sangat penting yakni masyarakat nelayanpetani sangat peka terhadap harga. Perubahan-perubahan produk perikanan sangat mempengaruhi kondisi
sosial ekonomi mayarakat perikanan, sehingga ada kecenderungan sektor-sektor lain di luar perikanan akan menjadi tempat pelarian terakhir setelah mereka gagal
dalam usahanya.
78
Potensi Kondisi Sumberdaya Alam Kepulauan Tanakeke
Dalam penelitian ini, potensi dan kondisi sumberdaya alam yang ada di Kepulauan Tanakeke diamati dengan menggunakan citra satelit Landsat
TM
yaitu kombinasi band 432; 547 dan 543. Hasil interpretasi citra tersebut dapat dilihat
pada Gambar 15, 16 dan 17.
Gambar 15 . Citra komposit kombinasi band 432
Citra komposit kombinasi band 432 pada Gambar 15 digunakan untuk melihat kenampakan laut dangkal dan garis pantai. Hasil interpretasi
menunjukkan bahwa laut dalam berwarna hitam, laut dangkal dan garis pantai berwarna biru kontras, darat dan vegetasi berwarna putih, hijau dan merah.
Sedangkan citra komposit band 547 dan 543 pada Gambar 16 dan 17 digunakan untuk melihat kenampakan vegetasi mangrove. Hasil interpretasi menunjukkan
bahwa mangrove berwarna hijau terang dan tegalan berwarna putih.
Pulau Tanakeke Pulau Lantangpeo
Pulau Bauluang Pulau Satangnga
Pulau Dayang-Dayangan
ABDUL RAUF PROGRAM S3
PS. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan SPL
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Bogor 2007
Sumber : Citra Satelit Landsat_TM
PathRow : 114 - 064 Aquisisi : 25 Mei 2003
Keterangan :
Citra Komposit Kombinasi Band 432
Peta Indeks
5° 5°
3° 3°
118° 120°
120° 118°
122°
122°
Prov. Sulawesi Selatan Prov. Sulawesi Barat
N E
W S
1000 1000
2000 Meter
PETA CITRA SATELIT LANDSAT_TM 2003
KEPULAUAN TANAKEKE
742500
742500 750000
750000 757500
757500 939
00 00
93 90
00 93
97 50
93 97
50
79
Gambar 16 Citra komposit kombinasi band 547
Gambar 17 Citra komposit kombinasi band 543
Pulau Tanakeke Pulau Lantangpeo
Pulau Bauluang Pulau Satangnga
Pulau Dayang-Dayangan
ABDUL RAUF PROGRAM S3
PS. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan SPL
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Bogor 2007
Sumber : Citra Satelit Landsat_TM
PathRow : 114 - 064 Aquisisi : 25 Mei 2003
Keterangan :
Citra Komposit Kombinasi Band 547
Peta Indeks
5° 5°
3° 3°
118° 120°
120° 118°
122°
122°
Prov. Sulawesi Selatan Prov. Sulawesi Barat
N E
W S
1000 1000
2000 Meter
PETA CITRA SATELIT LANDSAT_TM 2003
KEPULAUAN TANAKEKE
742500
742500 750000
750000 757500
757500 939
00 00
93 90
00 93
97 50
93 97
50
Pulau Tanakeke Pulau Lantangpeo
Pulau Bauluang Pulau Satangnga
Pulau Dayang-Dayangan
ABDUL RAUF PROGRAM S3
PS. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan SPL
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Bogor 2007
Sumber : Citra Satelit Landsat_TM
PathRow : 114 - 064 Aquisisi : 25 Mei 2003
Keterangan :
Citra Komposit Kombinasi Band 543
Peta Indeks
5° 5°
3° 3°
118° 120°
120° 118°
122°
122°
Prov. Sulawesi Selatan Prov. Sulawesi Barat
N E
W S
1000 1000
2000 Meter
PETA CITRA SATELIT LANDSAT_TM 2003
KEPULAUAN TANAKEKE
742500
742500 750000
750000 757500
757500 939
00 00
93 90
00 93
97 50
93 97
50
80
Gugusan Kepulauan Tanakeke 1 Pulau Tanakeke
Berdasarkan hasil interpretasi citra Landsat_TM Aquisisi 23 Mei 2003 pathrow 114064 Gambar 18, potensi sumberdaya lahan yang tersedia
adalah daratan pulau dan laut dangkal, dengan luas masing-masing 32,80 km
2
dan 29,14 km
2
. Penggunaan lahan yang ada saat ini existing untuk darat meliputi permukiman, tambak, alan-alansemak belukar dan mangrove,
sedangkan untuk perairan dangkal dimanfaatkan untuk budidaya rumput laut dan penangkapan ikan dengan alat tangkap sero. Luas masing-masing
penggunaan lahan tersebut disajikan pada Tabel 24. Secara umum penggunaan lahan di daratan Pulau Tanakeke didominasi oleh tegalan sedang di perairan laut
dangkal didominasi oleh rumput laut.
Gambar 18 Peta penggunaan lahan di Pulau Tanakeke
742500
742500 750000
750000 757500
757500 93
90 000
9390 00
93 975
00 939
750
PETA PENGGUNAAN LAHAN
PULAU TANAKEKE
1000 1000
2000 Meter N
E W
S
5° 5°
3° 3°
118° 120°
120° 118°
122°
122°
Prov. Sulawesi Selatan Prov. Sulawesi Barat
Peta Indeks 1
2 3
Legenda :
Sumber : - Peta LPI Skala 1:50.000, Bakosurtanal
- Peta Rupa Bumi Skala 1:50.000, Bakosurtanal - Citra Satelit Landsat_TM 2003
PS. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan SPL
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Bogor 2007
3 Pulau Lantangpeo
Pulau Tanakeke
1
ABDUL RAUF PROGRAM S3
4 5
6 7
2 4
5 7
6
Keterangan Umum :
81
Tabel 24 Presentase luas penggunaan lahan daratan Pulau Tanakeke
No. Penggunaan Lahan
Luas km
2
1. Permukiman 2.58
8 2. Alan-alanSemak
belukar 12.06
37 3. Tambak
10.12 31
4. Mangrove 8.04
24 Luas total
32.80 100