Pembahasan Hasil .1 Teluk Prigi

117 konflik tersebut terjadi karena para tokoh memperebutkan posisi tertentu di KUD dan desa.

4.3.4 Pembahasan

Dalam penelitian ini telah berhasil ditemukan 27 kasus konflik di Teluk Prigi, Teluk Sendang Biru dan Teluk Popoh, yang dapat dikelompokkan menjadi konflik retribusi, konflik tambat labuh, konflik daerah tangkap, konflik perbedaan alat tangkap, konflik penggunaan potasobat-obatan, konflik bagi hasil, konflik nelayan lokal dengan andon, konflik pengolahan limbah dan konflik perusakan terumbu karang, seperti pada Tabel 5. Tabel 5. Jenis konflik perikanan tangkap di lokasi penelitian Jenis konflik Lokasi Penelitian Jumlah Sendang Biru Popoh Prigi Retribusi 1 1 - 2 Tambat labuh 1 - - 1 Daerah tangkap 3 1 2 6 Alat tangkap 1 1 3 5 Penggunaan potasobat-obatan 1 2 2 5 Bagi hasil - 1 1 2 Nelayan lokal vs andon 1 1 1 3 Pengolahan limbah - - 2 2 Perusakan terumbu karang - - 1 1 Jumlah 8 7 12 27 Pada Tabel 5 terlihat jumlah jenis konflik tertinggi terjadi di Teluk Prigi sementara terendah di Teluk Popoh. Konflik daerah tangkap, merupakan konflik yang sering terjadi. Konflik ini melibatkan antara sesama nelayan lokal, sesama nelayan andon atau antara nelayan lokal dengan nelayan andon. Konflik daerah tangkap disebabkan terlalu banyaknya jumlah nelayan yang menangkap ikan di fishing ground yang sama. Charles 2001 membagi konflik perikanan ke dalam empat tipologi, yaitu: 1 konflik jurisdiksi, 2 konflik alokasi internal, 3 konflik alokasi eksternal dan 4 konflik mekanisme pengelolaan. Konflik jurisdiksi terjadi pada tataran kebijakan dan perencanaan, konflik ini terkait dengan tujuan pengelolaan, pihak yang berhak dan memiliki kontrol atas sumberdaya dan peran yang harus dilakukan oleh 118 pemerintah dalam sistem perikanan. Konflik alokasi internal terkait dengan pihak yang terlibat langsung dengan perikanan, konflik ini dapat berupa konflik alat tangkap, konflik daerah tangkap fishing ground, nelayan dan pengolah. Konflik alokasi eksternal terkait dengan nelayan dan pihak lain yang tidak terkait langsung dengan penangkapan, misalnya budidaya, pariwisata dan masyarakat umum. Konflik mekanisme pengelolaan terkait dengan implementasi rencana pengelolaan, penegakan hukum dan lain-lain. Berdasarkan tipologi Charles 2001 maka ke 27 kasus konflik perikanan tangkap di lokasi penelitian dapat dikelompokkan seperti pada Tabel 6. Tabel 6. Tipologi konflik perikanan tangkap di lokasi penelitian berdasarkan kriteria Charles 2001 Tipologi konflik Lokasi Penelitian Jumlah Sendang Biru Popoh Prigi Jurisdiksi - - - - Alokasi Internal 6 5 9 20 Alokasi Eksternal - 2 2 4 Mekanisme pengelolaan 2 - 1 3 Jumlah 8 7 12 27 Pada tabel di atas dapat diketahui tipologi konflik di lokasi penelitian sebagian besar adalah alokasi internal 20, diikuti oleh alokasi eksternal 4 dan mekanisme pengelolaan 3, sementara konflik yang terkait dengan masalah jurisdiksi tidak dijumpai di lokasi penelitian. Konflik alokasi internal terjadi di semua lokasi penelitian, konflik alokasi eksternal terjadi di Teluk Popoh dan Teluk Prigi, sementara konflik mekanisme pengelolaan hanya terjadi di Teluk Sendang Biru. Pengelolaan konflik pada dasarnya dapat diselesaikan dengan teknik litigasi pengadilan maupun alternatif penyelesaian sengketa alternative dispute resolutionADR. Hasil wawancara mendalam dengan responden di tiga lokasi penelitian diketahui sebagian besar konflik yang terjadi diselesaikan menggunakan ADR, yaitu melalui negosiasi, mediasi, fasilitasi. Sedangkan sebagian kecil konflik dibiarkan selesai dengan sendirinya. Teknik resolusi konflik yang digunakan di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. 119 Tabel 7. Teknik resolusi konflik di lokasi penelitian Teknik Resolusi Konflik Lokasi Penelitian Jumlah Sendang Biru Popoh Prigi Negosiasi 5 2 5 12 Fasilitasi 1 1 3 5 Mediasi - 4 4 8 Dibiarkan 2 - - 2 Jumlah 8 7 12 27 Metoda pengelolaan konflik yang paling banyak digunakan di lokasi penelitian adalah negosiasi, diikuti dengan mediasi dan fasilitasi. Terdapat dua jenis konflik yang dibiarkan selesai dengan sendirinya yaitu konflik tambat labuh dan konflik penangkapan ikan dengan menggunakan potas di Teluk Sendang Biru. Penyelesaian konflik tambat labuh yang dibiarkan begitu saja disebabkan karena konflik ini terkait dengan terbatasnya sarana pelabuhan dan perilaku nelayan yang tidak mau segera berpindah ke tempat lain setelah menurunkan muatan. Peningkatan sarana pelabuhan merupakan kewenangan Pemerintah yang relatif sulit untuk direalisasikan disebabkan keterbatasan sumber dana, sedangkan konflik penggunaan potas dibiarkan dengan sendirinya disebabkan karena jumlahnya yang kecil serta sulit membuktikan pelakunya. Berdasarkan jenis dan teknik resolusi konflik yang digunakan di lokasi penelitian dapat digambarkan peta resolusi konflik seperti pada Tabel 8. Pada tabel terlihat 5 lima jenis konflik 12 kasus diselesaikan dengan teknik negosiasi yaitu konflik retribusi 1 kasus, daerah tangkap 3 kasus, perbedaan alat tangkap 4 kasus, penggunaan potasobat-obatan 2 kasus dan bagi hasil 2 kasus. Teknik fasilitasi digunakan untuk menyelesaikan 4 empat jenis konflik 5 kasus yaitu konflik retribusi 1 kasus, daerah tangkap 1 kasus, pengolahan limbah 2 kasus dan perusakan terumbu karang 1 kasus; Teknik mediasi digunakan untuk menyelesaikan 4 empat jenis konflik 8 kasus yaitu konflik daerah tangkap 2 kasus, perbedaan alat tangkap 2 kasus, penggunaan potasobat-obatan 2 kasus dan konflik antara nelayan lokal dengan nelayan andon 2 kasus, sedangkan teknik avoidance digunakan untuk menyelesaikan 2 dua jenis konflik yaitu konflik tambat labuh 1 kasus dan penggunaan potasobat-obatan 1 kasus. 120 Tabel 8. Jenis dan teknik resolusi konflik di lokasi penelitian Jenis konflik Teknik resolusi konflik Jumlah Negosiasi Fasilitasi Mediasi Dibiarkan Retribusi 1 1 - - 2 Tambat labuh - - - 1 1 Daerah tangkap 3 1 2 - 6 Perbedaan alat tangkap 4 - 2 - 6 Penggunaan potasobat-obatan 2 - 2 1 5 Bagi hasil 2 - - - 2 Nelayan lokal vs andon - - 2 - 2 Pengolahan limbah - 2 - - 2 Perusakan terumbu karang - 1 - - 1 Jumlah 12 5 8 2 27 Bila tipologi konflik dihubungkan dengan teknik resolusi konflik maka hasilnya dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Tipologi konflik dan teknik resolusi yang digunakan Tipologi konflik Metode resolusi konflik Jumlah Negosiasi Fasilitasi Mediasi Dibiarkan Alokasi internal 10 2 7 1 20 Alokasi eksternal - 3 1 - 4 Mekanisme Pengelolaan 2 - - 1 3 Jumlah 12 5 8 2 27 Konflik alokasi internal paling banyak diselesaikan dengan teknik negosiasi dan mediasi. Hal ini disebabkan permasalahan konflik alokasi internal sangat dipahami oleh masing-masing pihak yang berkonflik sehingga mereka bersedia dipertemukan untuk menyelesaikan konflik. Sedangkan konflik alokasi eksternal diselesaikan dengan teknik fasilitasi dan mediasi. Sementara konflik mekanisme pengelolaan diselesaikan dengan teknik negosiasi dan dibiarkan selesai dengan sendirinya. Identifikasi faktor penyebab konflik di lokasi penelitian telah berhasil didapatkan 11 sub variabel penyebab konflik yang diturunkan dari tiga variabel penyebab konflik yang dikemukakan oleh Bennet dan Neilland 2000 yaitu aktor, kondisi sumberdaya dan kondisi lingkungan. Sub variabel yang berkaitan dengan aktor ada tujuh macam yaitu: banyak sedikitnya pihak yang terlibat dalam konflik PART, keberadaan tokoh dalam 121 konflik LEAD, keberadaan pihak yang bertolak belakang OPOS, isu yang berkembang dalam masyarakat ISSU, jumlah nelayan POPU, latar belakang budaya dan adat istiadat CULT, dan adanya keinginan tertentu dalam masyarakat INTE. Sub variabel yang berkaitan dengan kondisi sumberdaya adalah kompetisi dalam pemanfaatan sumberdaya COMP dan persepsi masyarakat terhadap stok sumberdaya STOK. Sementara sub-variabel yang berkaitan dengan kondisi lingkungan adalah kondisi perekonomian masyarakat EKON dan keberadaan peraturan dan penegakan hukum LAWS. Secara ringkas sub variabel penyebab konflik tersebut jika dikelompokkan kedalam variabel menurut Bennet dan Neiland 2000 terlihat pada Tabel 10. Tabel 10. Sub variabel penyebab konflik perikanan tangkap menurut Bennet dan Neiland 2000 No Variabel Sub Variabel 1 Aktor a. PART : banyak sedikitnya pihak yang terlibat dalam konflik b. LEAD : keberadaan tokoh dalam konflik c. OPOS : keberadaan pihak yang bertolak belakang d. ISSU : isu yang berkembang dalam masyarakat e. POPU : jumlah nelayan f. CULT : latar belakang budaya dan adat istiadat g. INTE : adanya keinginan tertentu dalammasyarakat 2. Kondisi sumberdaya a. COMP : kompetisi dalam pemanfaatan sumberdaya b. STOK : persepsi masyarakat terhadap stok sumberdaya 3. Kondisi Lingkungan a. EKON : kondisi perekonomian masyarakat b. LAWS : keberadaan peraturan dan penegakan hukum

4.3.5 Kesimpulan