50
Gambar 9. Kerangka pemikiran studi keefektivan resolusi konflik.
50
TEKNIK PENGELOLAAN KONFLIK
Priscoli 2002 FAKTOR PENYEBAB
KONFLIK Bennett dan Neiland 2000
AKTOR a. Latar belakang
etnik b. Kemampuan
c. Tata nilai yang
dianut Bradford and Stringfellow
2001
PENDEKATAN RESOLUSI KONFLIK
1. Aktor
2. Stakeholder
3. Sumberdaya
Bennett dan Neiland 2000
TIPOLOGI KONFLIK
a. Jurisdiksi b. Manajemen
pengelolaan c. Alokasi internal
d. Alokasi eksternal Charles 1992
1. Negosiasi 2. Konsiliasi
3. Fasilitasi 4. Mediasi
5. Arbitrasi 6. Negosiasi peranan
peraturan 1. Litigasi
2. Konfrontasi
EXPECTED OUTCOME
Pengelolaan perikanan tangkap yang
bertanggung jawab : 1. Peningkatan partisipasi
2. Pelestarian SDPT 3. Menjamin keadilan
PREKONDISI: a. Hukum dan kebijakan
b. Keseimbangan kekuatan
KONDISI SUMBERDAYA
PERIKANAN TANGKAP
Schaefer 1955
RANCANGAN MODEL PROSES PENGELOLAAN
KONFLIK PERIKANAN TANGKAP
KONDISI LINGKUNGAN
ANALISIS EFEKTIVITAS RESOLUSI KONFLIK
MODEL PROSES PENGELOLAAN KONFLIK
PERIKANAN TANGKAP
51
2.6 Hipotesis
Berdasarkan pendekatan teoritis studi analisis konflik yang telah diterangkan sebelumnya maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini
adalah : Hipotesis 1 :
Kemampuan stakeholder dalam menganalisis dan memetakan penyebab konflik berpengaruh terhadap pemilihan teknik resolusi konflik yang tepat
Hipotesis 2 : Teknik resolusi konflik yang efektif mendukung pengelolaan perikanan tangkap
yang bertanggung jawab. Hipotesis 2, akan diuji melalui sub hipotesis : ¾
Teknik resolusi konflik yang efektif berpengaruh terhadap pemahaman masyarakat tentang pentingnya pelestarian perikanan tangkap.
¾ Teknik resolusi konflik yang efektif berpengaruh terhadap partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan perikanan tangkap yang bertanggung jawab. ¾
Teknik resolusi konflik yang efektif berpengaruh terhadap keadilan dalam pemanfaatan perikanan tangkap.
3 METODOLOGI UMUM
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di tiga kabupaten, yaitu Trenggalek, Malang dan Tulungagung, Provinsi Jawa Timur. Provinsi ini dipilih karena memiliki potensi
perikanan tangkap yang cukup besar, yaitu Samudera Hindia di Selatan Jawa Timur, wilayah pantainya meliputi Pantai Utara dan Selatan. Salah satu kabupaten
di wilayah ini Kabupaten Trenggalek, memiliki Proyek Pembangunan Masyarakat Pantai dan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Co Fish Project.
Proyek ini didanai melalui Loan-ADB NOS. 15701571 SF-INO dan merupakan proyek yang bersifat co-management. Aktivitas proyek dirancang sedemikian
rupa sehingga meliputi segenap aspek pembangunan masyarakat pantai, baik aspek ekologis maupun aspek sumberdaya manusia termasuk kedalamnya
penanganan konflik. Dua kabupaten lainnya dipilih karena keduanya berada di Perairan Selatan Jawa Timur tetapi bukan merupakan lokasi proyek. Dengan
menggunakan tiga kabupaten ini, maka diharapkan diperoleh informasi yang lebih lengkap mengenai tipologi konflik dan teknik resolusi konflik diberbagai wilayah.
Penelitian secara spesifik diarahkan pada satu wilayah kecamatan di setiap kabupaten. Setiap kecamatan terpilih memiliki wilayah pesisir yang berlokasi di
teluk. Selain itu komposisi alat tangkap yang dimiliki oleh nelayan di tiga wilayah ini relatif sama. Kabupaten Trenggalek diwakili oleh kecamatan Watulimo.
Kecamatan ini meliputi wilayah Teluk Prigi. Teluk Segarawedi Prigi adalah wilayah pesisir pantai dari Kecamatan Watulimo. Komposisi nelayan terdiri dari
nelayan lokal dan nelayan pendatang andon. Nelayan pendatang berasal dari etnis Madura dan Bugis. Selain sebagai daerah nelayan, pantai Prigi juga
merupakan daerah wisata. Kabupaten Malang diwakili oleh kecamatan Sumbermanjing Wetan yang
memiliki wilayah pantai terletak di Teluk Sendang Biru. Komposisi nelayan terdiri dari nelayan lokal dan nelayan pendatang andon. Nelayan pendatang
berasal dari etnis Madura dan Bugis. Wilayah ini memiliki sumberdaya perikanan tangkap yang cukup potensial. Selain sebagai daerah nelayan, pantai Sendang
Biru juga merupakan daerah wisata.
53 Kabupaten Tulungagung diwakili oleh kecamatan Besuki yang memiliki
wilayah pantai yang terletak di Teluk Popoh. Komposisi nelayan terdiri dari nelayan lokal dan nelayan pendatang andon. Nelayan pendatang berasal dari
etnis Madura dan Bugis. Selain sebagai daerah nelayan, Pantai Popoh memiliki fasilitas rekreasi, sebagai akibatnya aktivitas nelayan di wilayah ini bercampur
dengan kegiatan pariwisata. Dari sudut ini, kegiatan para nelayan seringkali dirasa mengganggu kegiatan pariwisata terutama pada saat musim ikan
3.2 Responden
Responden penelitian adalah stakeholders pemangku kepentingan utama yang berpengaruh atau mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung
terhadap konflik dan resolusi konflik. Pada setiap lokasi, responden dipilih secara purposive dengan mempertimbangkan partisipasi yang bersangkutan dalam
konflik dan resolusi konflik, yaitu penduduk yang telah matang dalam mengambil keputusan dan dapat memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan.
Penentuan responden untuk setiap lokasi penelitian dilakukan bersama- sama dengan aparat pembina perikanan tangkap di daerah. Penentuan jumlah
responden dalam penelitian ini memang tidak mengikuti pola penentuan contoh pengambilan sampel penelitian sosial ekonomi yang dikembangkan Fauzi 2001.
Akan tetapi, bukan berarti responden yang diambil tidak menggambarkan populasi yang terdapat di wilayah studi. Karena responden yang diambil dalam
penelitian ini merupakan representasi dari segenap komponen pemangku kepentingan kelompok yang terlibat dalam proses resolusi konflik perikanan
tangkap. Dalam hal ini, tidak semua anggota kelompok terlibat dalam proses resolusi konflik, melainkan hanya ketua kelompok saja.
Dalam penelitian ini, jumlah responden untuk setiap lokasi penelitian adalah Teluk Sendang Biru 21 yaitu kelompok payang, kelompok sekoci,
kelompok pengambek, kelompok nelayan andon, kelompok pemindang, KUD Mina Jaya, LEPM3, aparat desa, PolriPolairud, Pos TNI AL, Perhutaniwisata,
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur dan BPPI Pondokdadap. Teluk Popoh 10 yaitu kelompok
payang, kelompok nelayan andon, kelompok purse seine, kelompok gillnet, aparat
54 desa, pengelola wisata, Dinas Kelautan dan Perikanan Tulungagung dan Teluk
Prigi 29 yaitu kelompok payang, kelompok gillnet, kelompok nelayan andon, kelompok purse seine, kelompok pengolah, kelompok pancing, kelompok jaring
tarik, bakul, HNSI, Polri?Polairud, Pos TNI AL, pengelola wisata, Co Fish, Camat, Kelompok Pengawase Masyarakat, Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Trenggalek, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur dan Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi.
3.3 Pengumpulan Data