Hasil wawancara yang dilakukan penulis kepada para pedagang kaki lima menyebutkan bahwa alasan pedagang membuang sampah tidak langsung ke
tempat pembuangannya adalah dikarenakan lokasi yang terlampau jauh sehingga pedagang merasa malas dan memilih untuk membuang sampahnya di lokasi
terdekat yang menurut mereka bisa untuk membuang sampah dan dibakarnya yaitu di bibir goa kecil yang banyak terdapat di Objek Wisata Goa Jatijajar.
Narasumber menerangkan bahwa dulu pernah dilakukan kegiatan gotong royong secara rutin yaitu setiap dua minggu sekali akan tetapi sekarang sudah tidak aktif
lagi sehingga kondisinya semakin memburuk. Pedagang merupakan pelaku penting dalam pembangunan kepariwisataan dalam meningkatkan kualitas Objek
Wisata Goa Jatijajar sehingga harus ada
3. Pengaruh
Tingkat Pendidikan
dalam Keikutsertaan
Menjaga Kebersihan Lingkungan.
Berdasarkan hasil penelitian yang menyebutkan bahwa rata-rata pendidikan yang ditempuh oleh pedagang kaki lima di Objek Wisata Goa
Jatijajar adalah lulusan pada jenjang pendidikan dasar atau SD dengan diambil sampel pedagang berjumlah 33 memiliki jumlah angka terbesar pada lulusan SD
dengan jumlah 20 pedagang. Rendahnya rata-rata tingkat pendidikan pedagang kaki lima ini dapat berpengaruh terhadap kualitas kebersihan lingkungan di
Objek Wisata Goa Jatijajar. Hal ini dibuktikan dengan adanya kondisi lingkungan Goa Jatijajar yang kurang terawat dan banyak sampah yang berserakan tidak pada
tempatnya.
Pendidikan formal pedagang kaki lima cukup berpengaruh dalam upaya menjaga kebersihan lingkungan, akan tetapi tidak hanya pendidikan formal saja
yang berpengaruh melainkan pendidikan non formal juga berpengaruh terhadap upaya menjaga pedagang kaki lima dalam menjaga kebersihan lingkungan di
Objek Wisata Goa Jatijajar. Pendidikan non formal ini dapat ditunjukkan dengan adanya usaha Pemerintah dengan melaksanakan kegiatan penyuluhan tentang
kebersihan yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kebumen ataupun dari relawan yang diikuti oleh pedagang kaki lima di Objek Wisata Goa Jatijajar untuk
menjaga kebersihan lingkungan objek wisata dengan SAPTA PESONA yang isinya tentang upaya menciptakan lingkungan dan suasana kondusif yang mampu
mendorong tumbuh dan berkembangnya industri pariwisata, melalui perwujudan unsur yang aman, tertib, bersih, sejuk, indah dan unsur kenangan. SAPTA
PESONA dapat terlaksana dengan baik apabila semua pelaku wisata baik pedagang maupun pengunjung dapat melaksanakannya secara berkesinambungan.
Penyuluhan yang dilakukan oleh pihak Pemerintah terkait ini dilaksanakan secara 2 bulan sekali, hal ini dapat memberikan pengaruh yang baik dalam menjaga
kebersihan lingkungan terhadap pedagang kaki lima dan membuktikan bahwa pendidikan non formal juga dapat berpengaruh terhadap sikap sadar dalam upaya
menjaga kebersihan lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian penulis maka dapat disimpulkan bahwa
pendidikan formal berpengaruh terhadap upaya menjaga kebersihan lingkungan di Objek Wisata Goa Jatijajar. Pendidikan formal dapat berpengaruh karena sebelum
dan sesudah pihak Pemerintah melakukan kegiatan penyuluhan dapat terlihat