Landasan Teori SURVEI MOTIVASI DAN KEPRIBADIAN PESERTA EKSTRAKURIKULER TAEKWONDO DI SMA SMK NEGERI SE KOTA KENDAL TAHUN 2015

10

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Pengertian Motivasi

Motivasi adalah energi psikologis yang bersifat abstrak. Wujudnya hanya dapat diamati dalam bentuk manifestasi tingkah laku yang ditampilkannya Husdarta, 2010 : 31. Menurut Anshel 1990 : 100 motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu “movere” meaning “to move”. Sesuai dengan pendapat tersebut motivasi berarti menggerakan atau mendorong untuk bergerak Komarudin, 2013 : 23. Motivasi menurut Sumardi Suryabrata adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorong untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan. Sementara itu Gates dan kawan-kawan mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu kondisi fisiologis dan yang terdapat dalam diri seseorang yang mengatur tindakannya dalam posisi tertentu. Adapun Greenberg menyebutkan bahwa motivasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorong untuk melakukan aktifitas tertentu guna mencapai suatu tujuan kebutuhan Djaali, 2013 : 101. Motif adalah dorongan atau daya kekuatan dari dalam diri seseorang yang mendorong yang bersangkutan untuk berbuat atau bertingkah laku dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan motivasi adalah sesuatu daya yang menjadi pendorong seseorang bertindak, dimana rumusan motivasi menjadi sebuah kebutuhan nyata dan merupakan muara dari sebuah tindakan. Jika sebuah tindakan tidak memiliki suatu tujuan, tentu seseorang dapat dikatakan sebagai tidak memiliki motif untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu. Bahkan motif bisa dikatakan sebagai daya penggerak aktif dari sebuah tindakan, terutama ketika seseorang berada dalam keadaan dimana dia memiliki kebutuhan yang sangat mendesak Akyas Azhari, 2004 : 65-66. Menurut Sarlito 2006 menjelaskan bahwa motivasi merupakan istilah yang lebih umum, yang menunjukkan kepada seluruh proses gerakan itu, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir dari gerakan atau perbuatan Husdarta, 2010 : 33. Alderman 1974 mendefinisikan bahwa motivasi merupakan suatu kecenderungan untuk berperilaku secara selektif kesuatu arah tertentu yang dikendalikan oleh adanya konsekuensi tertentu, dan perilaku tersebut akan bertahan sampai sasaran perilaku dapat dicapai. Sifat selektif dari perilaku berarti individu yang berperilaku membuat suatu keputusan untuk memilih tindakannya. Arah tertentu dari perilaku artinya tindakan yang dilakukan memiliki suatu tujuan sesuai dengan keinginan. Adapun yang dimaksud dengan konsekuensi adalah suatu kondisi negatif yang diperoleh individu jika melakukan perilakunya tersebut Monty P Satiadarma, 2000 : 71. Dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi merupakan kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang maupun kelompok yang menggerakan atau mendorong untuk bergerak dengan ditandai munculnya “feeling” baik secara sadar maupun tidak sadar dengan suatu tujuan tertentu sesuai dengan keinginan individu. Jadi motivasi sangat penting bagi peningkatan siswa dalam berlatih ekstrakurikuler taekwondo, dengan mengetahui tingkat motivasi yang mendorong siswa untuk giat berlatih maka akan mudah untuk meninggkatkan motivasinya.

2.1.1.1. Teori-teori Motivasi

Sehubungan dengan kebutuhan hidup manusia yang mendasari timbulnya motivasi, Maslow mengungkapkan bahwa kebutuhan dasar hidup manusia itu terbagi atas lima tingkatan Djaali. 2013 : 102 yaitu : 1. Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan pokok yang harus dipenuhinya dengan segera seperti keperluan untuk makan, minum, berpakaian, dan bertempat tinggal. 2. Kebutuhan keamanan adalah kebutuhan seseorang untuk memperoleh keselamatan, keamanan, jaminan, dan perlindungan dari ancaman yang membahayakan kelangsungan hidup dan kehidupan dengan segala aspek. 3. Kebutuhan sosial adalah kebutuhan seseorang untuk disukai dan menyukai, dicintai dan mencintai, bergaul, berkelompok, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 4. Kebutuhan akan harga diri adalah kebutuhan seseorang untuk memperoleh kehormatan, penghormatan, pujian, penghargaan, dan pengakuan. 5. Kebutuhan akan aktualisasi diri adalah kebutuhan seseorang untuk memperoleh kebanggaan, kekaguman, dan kemashuran sebagai pribadi yang mampu dan berhasil mewujudkan potensi bakatnya dengan hasil prestasi luar biasa. Disamping teori kebutuhan diatas, ada juga teori lain tentang motivasi yang dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain sebagai berikut Akyas Azhari, 2004 : 71-74 : 1. Homeostatis, teori ini diturunkan dari teori drive dan teori aurosal. Kedua teori ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Teori drive dipelopori oleh Clarkleond Hull dan kawan-kawannya, mereka berpendapat bahwa bila tubuh kekurangan zat tertentu, maka akan menimbulkan sejumlah keadaan seperti ini secara alamiah akan timbul suatu ketegangan dalam tubuh, dan ketegangan ini akan memuncak jika kebutuhan untuk menghilangkan ketidakseimbangan tidak terpenuhi. Untuk itu ia akan mendorong organisme agar berperilaku untuk menghilangkan ketegangan atau pengembalian keseimbangan tubuh melalui tindakan pemenuhan kebutuhan tadi. Keadaan keseimbangan itu disebut homeostatis atau dengan kata lain homeostatis bisa terjadi jika determinan-determinan biologis telah tercukupi. Inilah yang menjadi dasar dari motivasi tindakan seseorang. Teori Aurosal dipelopori oleh Elizabeth Deffy. Ia mempunyai pendapat tentang homeostatis yang berbeda dengan teori drive. Menurut Elizabet organisme tidak selalu berusaha menghilangkan ketegangan, akan tetapi justru sebaliknya organisme seringkali berusaha meningkatkan ketegangan dalam dirinya. Homeostesis menurut teori ini bisa dicapai jika berada dalam ketegangan yang tidak terlalu rendah dan tinggi. Keadaan inilah yang hendak dicapai atau menjadi dasar motivasi tindakan seorang individu. 2. Teori Atribusi, teori ini dicetuskan oleh Fritz Helder, berpendapat bahwa motivasi seseorang ditentukan oleh determinan-determinan lingkungan. Untuk itu motivasi dari tindakan seseorang dapat dilacak dari bagaimana seseorang menafsirkan atau berusaha mengerti apa yang melatarbelakangi peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya. 3. Teori Harapan, teori ini dicetuskan oleh Victori E. Vroom yang beranggapan bahwa motivasi merupakan produk kombinasi antara besarnya keinginan seseorang untuk mendapatkan hadiah atau reward tertentu dengan kemungkinan untuk menyelesaikan tugas-tugas atau prasarat-prasarat yang diperlukan untuk memperoleh reward itu. Dimana ketika seseorang menginginkan hadiah, tingkat motivasinya akan meningkat. 4. Aktualisasi Diri, teori ini dikembangkan oleh Carl Rogers dan Abraham H. Maslow. Keduanya beranggapan bahwa manusia adalah makhluk rasional, oleh karena itu setiap rangsangan terlebih dahulu akan mengalami proses kognitif sebelum terjadinya suatu respon. Maslow berpandangan bahwa motivasi tertinggi dalam kehidupan manusia adalah aktualisasi diri. Hal ini dapat dicapai jika telah terpenuhinya beberapa tingkat kebutuhan tertentu. 5. Teori Motif Berprestasi, menurut pengembangan teori ini, David Mc Clelland, perilaku atau tindakan manusia didasari oleh motif-motif sebagai berikut ini : a. Motivasi Berprestasi atau need of achievement n-ach tercermin dari perilaku individu yang selalu mengarah kepada tugas-tugas yang menantang tanggung jawab secara pribadi. Ia terbuka untuk menerima umpan balik guna memperbaiki prestasi inovatif-kreatif. b. Motivasi-motivasi lain yaitu : 1 kebutuhan kekuasaan atau need of power n-power yang terlihat dari individu yang selalu menanamkan pengaruh atas orang lain demi reputasinya sendiri. 2 kebutuhan berafilisiasi need of affiliation n-aff yang terlihat pada perilaku individu yang menyukai berkumpul dengan orang lain, membina hubungan, dan melakukan afiliasi-afiliasi baru. Hanya saja penelitian tentang kedua motifasi ini kurang berkembang dibandingkan dengan kebutuhan akan prestasinya. 6. Motivasi Takut Berprestasi, teori ini dikembangkan oleh John At Kinson hanya mengganti istilah motivasi n-power dan n-naff dari Mc Clelland sebagai kelompok orang yang bertindak dengan motivasi ketakutan akan gagal. Jadi berdasarkan uraian teori motivasi diatas motivasi terbentuk dari beberapa aspek seperti : fator kebutuhan, homeostatis, atribusi, teori harapan, aktualisasi diri, motivasi berprestasi, dan motivasi takut berprestasi.

2.1.1.2. Motivasi Dilihat dari Dasar Pembentukannya

Motivasi dapat dilihat dari dasar pembentukannya terdiri dari macam- macam bentuk, diantaranya motif-motif bawaan, motif-motif yang dipelajari, motif jasmaniah dan rohaniah, momen timbulnya alasan, momen putusan, momen terbentuknya kemauan yang akan dijelaskan seperti berikut : 1. Motif-motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu tanpa dipelajari. Sebagai contohnya: dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk bekerja, untuk beristirahat, dorongan seksual. Motif- motif ini diisyaratkan secara biologis, maka Arden N. Frandsen memberi istilah jenis motif physiological drivers. 2. Motif-motif yang dipelajari adalah motivasi yang timbul karena dipelajari. Sebagai contohnya : dorongan untuk belajar suatu ilmu pengatuhuan, dorongan untuk mengajar sesuatu di dalam masyarakat. Motif-motif ini seringkali disebut dengan motif-motif yang diisyarakatkan secara sosial. Frandsen mengistilahkan dengan affiliative needs. 3. Motivasi jasmaniah dan rohaniah yang termasuk motivasi jasmaniah seperti misalnya : refleks, insting otomatis, nafsu. Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah adalah kemauan. 4. Momen timbulnya alasan, sebagai contohnya seorang pemuda yang sedang giat berlatih olahraga untuk menghadapi suatu porseni di sekolahnya, tiba- tiba disuruh ibunya untuk mengantarkan tamu membeli tiket karena tamu itu akan kembali ke Jakarta. Pemuda itu kemudian mengantarkan tamu tersebut. Dalam hal ini si pemuda tersebut timbul alasan baru untuk melakukan suatu kegiatan kegiatan mengatar. Alasan baru itu bisa karena untuk menghormat tamu atau mungkin keinginan untuk tidak mengecawakan ibunya. 5. Momen pilihan, maksudnya dalam keadaan pada waktu ada alternatif- alternatif yang mengakibatkan persaingan di antara alternatif atau alasan- alasan itu. 6. Momen putusan persaingan antara berbagai alasan, sudah barang tentu akan berakhir dengan dipilihannya satu alternatif. Satu alternatif inilah yang menjadi putusan untuk dikerjakan. 7. Momen terbentuknya kemauan, kalau seseorang sudah menetapkan satu putusan untuk dikerjakan, timbullah dorongan pada diri seseorang untuk bertindak, melaksanakan putusan itu. Jadi dilihat dari pembentukan motivasi ada yang dibawa sejak lahir, terbentuk karena hasil proses yang dipelajari, motif yang timbul karena keadaan jasmani dan rohani, motif yang timbul karena suatu momen yang menjadikan alasan, momen pilihan, momen putusan persaingan antara berbagai alasan, dan moment terbentuknya karena suatu hasil kemauan..

2.1.1.3. Fungsi Motivasi dalam Olahraga

Motivasi memiliki banyak fungsi dalam berolahraga dan didorong oleh beberapa faktor-faktor yang mampu meningkatkan motivasi atlet. Banyak atlet elit yang mencurahkan perhatianya dan kesenangannya pada olahraga yang di geluti, atlet tersebut memiliki sensasi yang kuat dan merasa termotivasi dalam aktifitas itu. Motivasi memiliki dua fungsi yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik Komarudin, 2013 : 25 - 27. 1. Motivasi Instrinsik sangat menentukan atlet untuk memutuskan dirinya untuk terus berprestasi dalam olahraga yang digelutinya. Bagi atlet yang memiliki motivasi intrinsik aktifitasnya dilakukan secara sukarela, penuh kesenangan, kepuasan, sehingga atlet merasa kompeten dengan apa yang dilakukannya. Harsono 1988 menjelaskan bahwa motivasi intrinsik disebut “competence motivation ” karena atlet biasanya sangat bergairah untuk meningkatkan kompetensinya dalam usahanya untuk mencapai kesempurnaan. Aktivitas yang didasari dengan motivasi intrinsik akan bertahan lebih lama dibandingkan motivasi lainnya. Penelitian Anshel 1990 :107 menunjukkan bahwa : “perilaku yang didasari dengan motivasi intrinsik akan bertahan kebih lama, lebih menyenangkan dan lebih meningkatakan gambaran diri ketimbang aktivi tas yang didasari dengan motivasi ekstrinsik”. Oleh karena itu motivasi intrinsik harus ditumbuhkan pada diri atlet, sebab perilaku yang didasari dengan motivasi intrinsik cenderung lebih giat, lebih gigih, dan relative menetap dibandingkan perilaku yang didorong dengan motivasi yang bersifat ekstrinsik. 2. Motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang timbul karena adanya faktor luar yang mempengaruhi dirinya. Atlet berpartisipasi dalam aktivitas olahraga tidak didasari dengan kesenangan dan kepuasan, tetapi keterlibatan atlet dalam aktivitas itu didasari oleh keinginan untuk peroleh sesuatu. Harsono 1988 menjelaskan bahwa motivasi ekstrinsik sering pula disebut “competitive motivation” karena dorongan untuk bersaing dan menang memainkan peran lebih besar daripada kepuasan karena telah berprestasi dengan baik. Motivasi ekstrinsik merupakan keinginan untuk menampilkan suatu aktivitas karena adanya penghargaan dari luar dirinya. Dengan demikian motivasi ekstrinsik akan berfungsi manakala adanya rangsangan dari luar diri seseorang. Misalnya, seseorang terdorong untuk berusaha atau berprestasi sebaik-baiknya disebabkan karena : 1 menariknya hadiah-hadiah yang dijanjikan kepada atlet bila menang. 2 perlawatan keluar negeri, 3 akan dipuja orang, 4 akan menjadi berita dikoran dan TV, 5ingin mendapat status di masyarakat, dan sebagainya. Jadi motivasi dalam berolahraga dibagi menjadi dua yaitu berasal dari dalam intrinsik dan yang berasal dari luar ekstrinsik. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing yang keberadaanya dibutuhkan untuk meningkatkan motivasi peserta ekstrakurikuler taekwondo untuk mencapai prestasi, dengan mengetahui motivasi intrinsic dan ekstrinsik peserta ekstrakurikuler taekwondo, dapat mempermudah meningkatkan motivasi peserta ekstrakurikuler taekwondo.

2.1.1.4. Teori ARCS

Berbagai teori motivasi yang berkembang, Keller 1983 dalam Prasetya Irawan, 2005 : 43 telah menyusun seperangkat prinsip-prinsip motivasi yang disebut model ARCS. Di dalam model yang dikemukakan ada empat kategori kodisi motivasional yang harus diperhatikan dalam usaha menghasilkan proses suatu aktivitas yang menarik, bermakna dan memberikan tantangan bagi masyarakat. Keempat motivasional tersebut dijelaskan sebgai berikut ini: 1. Perhatian Attention Perhatian seseorang muncul didorong karena rasa ingin tahu, dan rasa ingin tahu ini dapat dirangsang atau dipancing melalui elemen-elemen yang baru, aneh, lain dengan yang sudah ada, kontradiktif atau kompleks. Namun perlu diperhatikan agar stimulus sebagai hal yang sudah biasa dan akan kehilangan keefektifan. 2. Relevansi Relevance Relevansi menunjukkan adanya hubungan antara kebutuhan dan kondisi seseorang. Motivasi seseorang akan terpelihara apabila mereka menganggap apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi atau bermanfaat dan sesuai dengan nilai yang dipegang. 3. Kepercayaan Diri Confidence Merasa diri kompeten atau mampu, merupakan potensi untuk dapat berinteraksi secara positif dengan lingkungan. Menurut Bandura mengembangkan lebih lanjut konsep tersebut dengan mengajukan knsep “self- afficacy’. Konsep tersebut berhubungan dengan keyakinan pribadi bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk melakukan suatu tugas yang menjadi syarat keberhasilan, prinsip yang berlaku dalam hal ini adalah motivasi akan mengikat sejalan dengan meningkatnya harapan untuk berhasil. 4. Kepuasan satisfaction Keberhasilan dalam mencapai tujuan akan menghasilkan kepuasan dan seseorang akan termotivasi untuk berusaha mencapai tujuan yang serupa. Kepuasan karena mencapai tujuan dipengaruhi oleh konsekuensi yang diterima baik yang berasal dari dalam maupun dari luar seseorang tersebut. Jadi menurut teori ARCS Attention Relevance Confidence Satisfaction ada empat kategori motivasi yaitu : perhatian, relevansi, kepercayaan diri, kepuasan dimana kategori yang paling rendah adalah pada perhatian kemudian relevansi selanjutnya kepercayaan diri dan paling tinggi adalah kepuasan dimana empat kategori tersebut saling berkaitan dan menjadi suatu kesatupaduan.

2.1.1.5. Strategi Meningkatkan Motivasi Atlet

Prinsip dan teori motivasi dapat meningkatakan penampilan atlet. Penerapan motivasi merupakan pekerjaan pelatih dan atlet dalam situasi spesifik. Banyak pelatih yang mengatakan bahwa motivasi atlet itu harus nampak dalam tanggung jawab atlet setelah atlet tersebut mempelajari berbagai ketrampilan dalam olahraga. Terkait dengan hal tersebut, pelatih harus memiliki kemampuan untuk memotivasi atlet agar atlet tertarik untuk berlatih ketrampilan dan tehnik yang selanjutnya mampu menerapkannya dalam situasi kompetisi yang kritis. Kemampuan yang dimaksud terkait dengan beragam strategi yang bias digunakan oleh pelatih untuk meningkatkan motivasi atlet Komarudin, 2013 : 32 - 35. Terkait hal tersebut, Brewer 2009 : 8 menyebutkan beberapa strategi yang dapat diterapkan. 1. Tetapkan goal-setting Goal-setting merupakan prosedur untuk meningkatkan tujuan, baik tujuan jangka pendek, menengah, sampai tujuan jangka panjang. Goal-setting bertujuan untuk memotivasi atlet supaya lebih produktif dan efektif dalam menampilkan performa. 2. Berikan penguatan atau umpan balik Umpan balik sering digunakan pelatih untuk mendorong atlet terus berlatih. Kata-kata yang sering terungkap seperti waaw, mengagumkan, hebat adalah beberapa contoh umpan balik secara umum. 3. Ciptakan situasi yang menyenangkan Segala kegiatan yang dilakukan oleh atlet harus didasari oleh kesenangan. Atlet harus senang dengan melakukan aktifitas rutin yang menjadi tanggung jawabnya. Aktifitas yang dilakukannya tidak di dorong oleh paksaan orang lain. Jadi untuk meningkatkan motivasi atlet ada 3 tindakan yang harus dilakukan oleh pelatih yaitu menetapkan goal-setting, memberikan penguatan atau umpan balik, menciptakan situasi yang menyenangkan dimana ketiga motivasi tersebut berhubungan dan tidak bisa dipisahkan.. 2.1.2. Kepribadian 2.1.2.1. Pengertian Kepribadian Secara etimologis istilah personality atau kepribadian memiliki akar kata dari kata latin sonare yang kemudian berkembang menjadi kata persona yang berarti “topeng” Akyas Azhari, 2004 : 164. Secara filosofis dapat dikatakan pribadi adalah “aku yang sejati” dan kepribadian merupakan “penampakan sang aku” dalam bentuk perilaku tertentu. Disini muncul gagasan umum bahwa kepribadian adalah kesan yang diberikan seseorang kepada orang lain yang diperoleh dari apa yang dipikir, dirasakan dan diperbuat yang terungkap ,elalui perilaku Djaali, 2013 : 2 Kepribadian menurut Allport Sumardi Suryabrata, 2013 : 205 - 207 adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai system psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Definisi ini perlu dijelaskan maksudnya: p ernyataan “organisasi dinamis” menekankan kenyataan bahwa kepribadian itu selalu berkembang dan berubah walaupun dalam pada itu ada organisasi sistem yang meningkat dan menghubungkan berbagai komponen dari pada kepribadian. Istilah “psikofisis” menunjukan bahwa kepribadian bukanlah eksklusif semata –mata mental dan bukan pula semata-mata moral. Organisasi kepribadian melingkupi kerja tubuh dan jiwa tak terpisah- pisah dalam kesatuan kepribadian. Istilah “menentukan” menunjukan bahwa kepribadian mengandung tendensi-tendensi determinasi yang memainkan peranan aktif dalam tingkah laku individu. kata khas yang menunjukkan tekanan utama yang diberikan oleh Allport pada individualitas. Tidak ada dua orang yang benar-benar sama dalam caranya menyesuaikan diri terhadap lingkungan, jadi dengan demikian berarti tidak ada dua orang yang mempunyai kepribadian yang sama. Dengan menyatakan “menyesuaikan diri terhadap lingkungan” Allport menunjukkan keyakinannya bahwa kepribadian mengantarai individu dengan lingkungan fisis dan lingkungan psikologisnya, kadang-kadang menguasainya. Jadi kepribadian adalah sesuatu yang mempunyai fungsi atau arti adaptasi dan menentukan. Menurut Eysenck kepribadian adalah keseluruhan pola tingkah laku aktual maupun potensial dari organisme, sebagaimana ditentukan oleh keturunan dan lingkungan. Pola perilaku tersebut berasal dan dikembangkan melalui interaksi fungsional dari empat sektor utama yang mengorganisir tingkah laku. Adapun keempat sektor tersebut adalah sektor kognitif, sektor konatif, sektor afektif, dan sektor somatik Sumardi Suryabrata. 2013. 289-290. Selanjutnya Phares dalam Alwisol, 2004: 10 menambahkan bahwa kepribadian merupakan pola khas dari pikiran, perasaan yang selalu menampakan diri dalam kehidupan seseorang serta tidak mudah berubah-ubah sepanjang hidup seseorang. Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kepribadian adalah keseluruhan pola tingkah, sifat-sifat, kebiasaan, dan unsur-unsur psikifisik lainnya yang selalu menampakkan diri dalam kehidupan seseorang serta tidak mudah berubah-ubah sepanjang hidup seseorang dan bersifat khas.

2.1.2.2. Pembentukan Kepribadian

Akyas Azhari 204. 167-168 kepribadian merupakan susunan faktor- faktor biologis, psikologis dan sosial sekaligus. Untuk itu keseimbangan kepribadian sangat ditentukan oleh kemampuan mengintegrasikan ketiga faktor ini menjadi bagian integral dari kehidupan. Secara sistematis dapat dikemukakan bahwa ada beberapa faktor mempengaruhi pembentukan atau perkembangan kepribadian, yaitu pembawaan, pengalaman-pengalaman yang aktual bagi individu dan kebudayaan. Totalitas individu terbentuk melalui interaksi ketiga faktor tersebut. Ketiganya dapat dijelaskan sebahgai berikut: 1. Heredity pembawaan, untuk mengetahui bagaimana pembawaan berpengaruh pada perkembangan kepribadian, bisa diperhatikan sejumlah hasil penelitian psikolog tentang hal ini. Lalu kita lihat hubungan antara konteks dan derajat pengaruhnya. Misalnya penelitian mengenai anak kembar identik, dimana faktor hereditas memiliki faktor yang signifikan bagi pembentukan kepribadian atau dengan kata lain lingkungan yang berbeda- beda tidak akan banyak berpengaruh bagi perkembangan kepribadian sepasang anak kembar. 2. Pengalaman dan lingkungan keluarga, meskipun setiap anak muda akan bereaksi terhadap pengalaman-pengalaman baru menurut pihak kematangan atau kecerdasan tempramennya, akan tetapi reaksi-reaksinya berubah oleh interaksinya dengan orangtua dan lingkungan keluarga pada umumnya, akan tetapi reaksinya akan berubah oleh interaksinya dengan orangtua dan lingkungan keluarga pada umumnya. Untuk itu perkembangan kepribadian anak banyak dipengaruhi keadaan keluarganya, terutama pada masa bayi 0- 2 tahun sampai dengan kanak-kanak 2-6 tahun dimana di usia-usia ini bisa disebut sebagai masa- masa emas pembentukan kepribadian. 3. Kebudayaan, karena anak memiliki kecenderungan meniru tingkah laku orang tuanya, bisa jadi tingkah laku dapat diwariskan dari orangtua kepada anak. Bagi anak-anak peniruan ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan bagi perkembangan pribadinya, sebab si anak sangat sugestibel. Melalui peniruan inilah anak menyerap sikap sikap kepribadian dan menjadi model yang ditiru secara utuh. Inilah awal dari bagaimana kebudayaan mempengaruhi kepribadian seseorang. Selama kebudayaan berlangsung secara terus menerus dalam jangka panjang. Tentunya disini kehidupan keluarga biasanya mempresentasikan dan memelihara kebudayaan tertent, pada gilirannya nanti, seseorang yang dibesarkan dalam latar belakang kebudayaan tentu itu akan menjadi penjaga dan pemelihara kebudayaan yang ia terima sejak masa kecil. Jadi pembentukan kepribadian berdasarkan uraian di atas dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu: pembawaan, pengalaman dan lingkungan keluarga, kebudayaan yang sifatnya melekat karena pengaruh yang kuat dari ketiga faktor tersebut.

2.1.2.3. Tipe Kepribadian Eysenck

Setiap orang mempunyai tipe kepribadian yang berbeda dengan orang lain. Tipe adalah kumpulan dari trait yang mewadahi kombinasi trait dalam suatu kombinasi yang luas. Banyak ahli yang membagi tipe kepribadian, salah satunya adalah tipe kepribadian dari Eysenck. Penyelidikan-penyelidikan Eysenck banyak dibimbing oleh dasar dasar teoritis yang dirumuskan oleh Kretschmer dan Jung. Dari penyelidikannya Eysenck mengemukakan tipe kepribadian yaitu tipe Ekstraversi, tipe Neorotisisme, dan tipe Psikotisisme. Eysenck menjelaskan sifat-sifat atau karakteristik yang menonjol dari tipe- tipe diatas adalah sebagai berikut Sumardi Suryabrata. 2013. 292-296: 1. Tipe Introversion-ekstraversion, istilah tipe ekstraversi dan Introversi pertama kali dikemukakan oleh Jung, hanya saja Eysenck lebih membahasnya secara popular. Ekstraversi adalah orang yang mempunyai pandangan objektif dan tidak pribadi. Sedangkan Introversi adalah orang yang pandangannya subyektif dan individual. Orang dengan tipe ekstraversi kecenderungan untuk mengembangkan gejala-gejala histeris dan tipe ini lebih memiliki sifat-sifat sosiabel, lincah, asertif, mencari sensasi, riang, dominan, bersemangat dan berani. Introversi merupakan kebalikan sifat ekstroversi yaitu tidak sosial, pendiam, pasif, ragu, banyak fikiran, sedih, penurut, pesismis, penakut. Berdasarkan penelitian Esyenck, orang-orang dengan tipe ekstoversi lebih memilih berpartisipasi dalam kegiatan bersama, pesta olahraga beregu. 2. Tipe Neurotisisme, orang dengan tipe ini mempunyai sifat cemas, tertekan, berdosa, harga diri rendah, tegang, irasional, malu, mudah terpengaruh, kurang tetap pendirian, lambat dalam tindakan dan pikiran murung dan emosional. 3. Tipe Psikotisisme, sifat sifat dari tipe ini adalah prestasinya rendah dalam penjumlahanangka-angka, yang kontinyu , dalam “mirror drawing”, asimilatornya lambat pada tes perspektif, kurang pasti terhadap sikap-sikap sosial, daya konsentrasi rendah, ingatan kurang baik, cenderung membuat gerak-gerik lebih besar dan menaksir jarak serta score, berlebih-lebihan, membaca lambat, taraf aspirasi kurang sesuia dengan kenyataan. Sedangkan tipe kepribadian Ekstrovert dan Introvert menurut Dwi Sunar Prasetyo yaitu dapat dijelaskan sebagai berikut : Ekstrovert yang dimaksud dengan kepribadian ekstrovert adalah kepribadian seseorang dimana siswa senang bersama orang lain, tidak merasa tersiksa ketika bersama dengan orang lain, atau hadir dalam pertemuan- pertemuan, tidak merasa kaku untuk berbicara didepan umum atau orang yang belum dikenal, sangat mudah bergaul atau supel dan menyenangi bertemu dengan orang-orang baru, mudah berbaur dan tidak merasa canggung dalam pergaulan. Biasanya siswa disenangi oleh teman atau lingkungannya. Introvert yaitu kepribadian seseorang dimana siswa kurang menyukai hidup berdampingan atau bersama orang lain. Siswa lebih suka hidup sendiri, tidak suka dengan orang baru, tidak suka berbicara didepan umum, tidak suka menonjolkan diri. Siswa tidak berani membuka lebih dulu percakapan pada orang baru. Pembawaanya terlihat kaku jika bersama orang banyak, apalagi dengan orang-orang yang tidak dikenal sama sekali. Siswa juga mudah tersinggung terutama dengan lelucon tentang dirinya. Siswaa juga kurang percaya diri, pemalu pendiam, dan kurang banyak tertawa, rasa humornya rendah. Dwi Sunar Prasetyo. 2013.229-230 Berdasarkan penjelaskan diatas Eynseck membagi tipe kepribadian menjadi 3 yaitu Introvert-Ekstrovert, Tipe Neurotisisme dan tipe Psikotisisme dimana setiap tipe kepribadian tersebut memiliki ciri-ciri khusus yang tidak dimiliki oleh tipe kepribadian lainnya. Jadi sangat penting untuk mengetahui kepribadian peserta ekstrakurikuler taekwondo, guna meningkatkan motivasinya.

2.1.2.4. Struktur Kepribadian Freud

Sigmund Freud menjelaskan bahwa struktur kepribadian terdapat atas tiga aspek Sumardi Suryabrata, 2013 :124-128 yaitu: 1. Das Es the id aspek biologis, Aspek ini adalah aspek biologis dan merupakan system yang original didalam kepribadiannya, dari aspek ini kedua aspek lainnya tumbuh. Das Es merupakan dunia batin atau subyektif manusia dan tidak mampunyai hubungan langsung dengan dunia obyektif. Pedoman dalam berfungsinya das Es adalah menghindari diri dari ketidak enakan dan mengejar keenakan. Hal ini di sebut Freud “prinsip keenakan”. Untuk menghilangkan ketidakenakan dan mencapai kenikmatan itu das Es mempunyai dua cara alat proses, yaitu : pertama iyalah reflek dan reaksi-reaksi otomatis seperti misalnya bersin, berkedip. Yang kedua proses primer seperti misalnya orang lapar membayangkan makanan. 2. Das Ich the ego, aspek psikologis Aspek ini timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan dengan baik dengan dunia nyata realita. Perbedaan pokok antara das Es dan das Ich adalah das Es hanya mengenal dunia subyektif dunia batin maka das Ich dapat membedakan sesuatu yang ada didalam batin dan sesuatu yang ada di luar. 3. Das Ueber Ich the super ego, aspek sosiologis Aspek sosiologi kepribadian merupakan wakil dari nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakan sebagaimana ditafsirkan orangtua kepada anak- anaknya yang diajarkan dengan berbagai perintah langsung. Adapun fungsi pokok das Ueber Ich dapat dilihat dengan hubungan antara ketiga aspek kepribadian tersebut : pertama merintangi impuls-impuls das Es terutama impuls- impuls seksual dan agresif yang pernyataanya sangat ditentang oleh masyarakat. Kedua, mendorong das Ich untuk mengejar hal-hal yang moralitistis daripada yang realistis. Ketiga, mengejar kesempurnaan. Berdasarkan teori yang disampaikan diatas bahwa struktur kepribadian Freud terbagi atas tiga kelompok yaitu: Das Eh, Dash Ich dan Das Ueber Ich diamana tiap-tiap kelompik mewakili aspek-aspeknya.

2.1.2.5. Psikologi Kepribadian

Singgih D.Gunarsa 2008, 35-36 menjelaskan bahwa kepribadian banyak dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan fisik secara teratur, sesuai dengan bidang olahraga yang diminati atau ditekuni, seperti golf, sepak bola, dan bulu tangkis. Olahraga akan mempengaruhi aspek kepribadian seseorang. Misalnya dengan berolahraga, seseorang akan mengembangkan sikap pantang menyerah, gigih, serta sikap membuka diri terhadap lingkungan sosialnya. Bidang yang mempelajari hubungan antara kepribadian dengan olahraga disebut dengan Sport Personology. Seperti yang telah disinggung pengaruh timbal balik antara kepribadain dan prestasi seorang atlet dalam bidang yang ditekuninya, memunculkan perdebatan diantara para psikolog olahraga. Singgih D.Gunarsa 2008, 36-37 membagi pendapat-pendapat itu dalam 3 kelompok besar yaitu: 1. Golongan pertama adalah yang mengganggap bahwa suatu olahraga tertentu memiliki banyak kaitannya dengan kepribadian. Contohnya : sepakbola, golf, dan bola basket. 2. Golongan kedua yang menganggap bahwa beberapa cabang olahraga, pengaruh dari aspek-aspek kepribadian dan gambaran kepribadian atlet tidak terlalu berpengaruh terhadap prestasinya. Misalnya pada cabang Atletik. 3. Golongan ketiga adalah pendapat yang menyatakan bahwa pengaruh kepribadian terhadap penampilan seorang atlet dalam olahraga bersifat moderat . Artinya pengaruh tersebut tetap ada tetapi tidak terlalu dominan. Jadi hubungan kepribadian dan olahraga dibagi menjadi tiga kelompok besar yaitu kelompok pertama yang beranggapan bahwa olahraga memiliki banyak kaitan dengan kepribadian, kelompok kedua yaitu beberapa cabang olahraga tidak terlalu berpengaruh dengan kepribadian dan golongan ketiga pengaruh kepribadian penampilan seorang atlet olahraga bersifat moderat.

2.1.2.6. Pengukuran Kepribadian

Sekalipun berbagai kendala pengukuran kepribadian atlet tetap muncul, upaya pakar para psikolog pada umumnya dan para psikolog olahraga pada khususnya tetap terus di lanjutkan sebagai usaha untuk mengungkap aspek kepribadian yang memiliki peran penting bagi individu untuk memperoleh sukses di dalam olahraga. Hal ini tentunya penting dirasakan apabila standar kepribadian atlet untuk cabang olahraga tertentu dapat di tetapkan, proses seleksi untuk memperoleh atlet berbakat akan lebih mudah Monty P.S, 2000,38- 39. 1. Pengukuran “Trait” dan “state” Trait adalah elemen kencenderungan seseorang yang menjadikan seseorang memiliki kecenderungan tertentu untuk berperilaku. Spielberger, Gorsuch dan Lushene 1970 dalam membahas pengukuran kecemasan membedakan “trait” dan “state” adalah kecenderungan situasional, atau kecenderungan seseorang untuk berperilaku tertentu sebagai reaksi terhadap situasi tertentu pada suatu saat. Beberapa pengukuran “trait” dan “state” ini adalah : The State-Trait Anxiety Inventory Spielberger, Gorsuch, Lushense, 1970, The Test of Attention and Interpersonal Style Nideffer,1976, The Profile of Mood States McNail, Lorr, Droppleman, 1971, The Eysenck Personality Inventory Eysenck Eysenck, 1968.

2. Pengukuran berdasarkan situasi khusus

Sarason 1975 beranggapan bahwa sejumlah pelajar yang dalam situasi sehari-hari tidak menunjukan kecemasan, nyatanya memiliki hasil tes buruk karena mereka mengalami kecemasaan pada saat dites. Ia beranggapan bahwa situasi tertentu cenderung menimbulkan dampak psikologis tertentu. Jadi menurutnya untuk menentukan derajat kecemasaan seseorang, situasi pra-tes atau sebelum diberikan tes merupakan situasi yang sangat baik untuk memberikan gambaran sesungguhnya tentang derajat kecemasan seseorang. 3. Pengukuran khusus dalam situasi olahraga Pengukuran dalam situasi olahraga merupakan pengukuran pada situasi spesifik. Seorang pelatih dapat mengukur kecemasan seseorang beberapa waktu sebelum bertanding misalnya. Situasi pra-kompetisi ini dianggap sebagai situasi yang tepat untuk memperoleh gambaran yang sesungguhnya tentang derajat kecemasan atlet. Sedangkan jika atlet dievaluasi bukan pada saat pra- kompetisi, data yang diperoleh tidak memberikan gambaran yang sebenarnya. Beberapa pengukuran ini telah dikembangkan diantaranya : the Sport Competition Anxienty Test Martens,1977, dan The Trait-State convidence Inventory Vealey, 1986. Baerdasarkan teori yang telah disampaikan diatas ada tiga cara pengukuran kepribadian. Ketiga pengukuran tersebut yaitu yaitu pengukuran trait, pengukuran situasi khusus dan pengukuran dalam situasi olahraga. Dalam pengukuran jenis ini memiliki keunggulan masing-masing seperti yang telah dijelaskan diatas.

2.1.2.7. Kepribadian Atlet dan Bukan Atlet

Berdasrkan sejumlah penelitian Weinberg dan Gould 1995 mengutip beberapa laporan hasil penelitian tentang kepribadian atlet dan bukan atlet yang sebagai berikut Monty P.S, 2000, 45-47: 1. Dibandingkan yang bukan atlet, atlet yang bermain dalam olahraga beregu menunjukan: kurang menggunakan berpikir abstrak, cenderung lebih ekstrovert, cenderung lebih dependen menggantungkan diri pada orang lain, kurang memiliki ketahanan ego. 2. Dibandandingkan dengan yang bukan atlet, atlet yang bermain dalam olahraga individual menunjukan hal-hal sebagai berikut: lebih bersikap obyektif, lebih bergantung pada orang lain dependensi, tidak terlalu cemas, kurang menggunakan kemampuan berpikir abstrak. 3. Dibandingkan dengan yang bukan atlet, atlet perempuan menunjukan hal-hal sebagai berikut: berorientasi pada prestasi, tidak tergantung pada orang lain independen, cenderung agresif, emosinya cenderung stabil, “assertive” berani berpendapat secara terbuka mengatakan apa yang hendak dikatakan sesuai dengan kewajarannya. 4. Profil Gunung Es seperti yang dikemukakan Morgan 1979, 1980 menunjukkan perbandingan atlet bintang dan atlet bukan bintang. Atlet bintang memiliki keteguhan lebih tinggi, dan kelelahan serta kebimbangan lebih rendah daripada atlet bukan bintang. Sementara itu jika dibandingkan dengan populasi atlet secara umum, atlet bintang memiliki kelelahan, ketegangan, kebimbangan dan depresi dibawah rata-rata. Jika hasil ini dilukiskan maka akan membentuk gambaran seperti gunung es. 5. Sejumlah pakar kini juga tertarik untuk mempelajari hubungan latihan dengan kepribadian, misalnya hunbungan antara latihan dan kepribadian A. Tipe kepribadian A memiliki kecenderungan tingkat aktivitas kerja tinggi dan mengalami gangguan jantung akibat intensitas kerja yang terlalu tinggi. Beberapa percobaan memperoleh bukkti bahwa program aerobik selama 12 minggu menurunkan derajat aktivitas kerja individu bertipe kepribadian A, serta mengurangi reaksi kardiovaskular terhadap kondisi stress. Jadi latihan olahraga memberikan keuntungan bagi peningkatan kesehatan et al., 1988 6. Sonstroem 1984 mengemukakan bahwa latihan olahraga memiliki kolerasi positif dengan perkembangan konsep diri. Hubungan kolerasi positif ini belum tentu berdasarkan kenyataan bahwa individu mengalami perbaikan, kebugaran tubuh akibat latihan kebugaran, tetapi lebih pada persepsi individu bahwa tubuhnya menjadi lebih bugar. Jadi menurut pendapat beberapa ahli diatas bahwa kepribadian atlet dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya: jenis olahraga yang di tekuni beregu atu individu, jenis kelamin, prestasi dan pengalaman bertanding, latihan olahraga. 2.1.3. Hubungan Motivasi dan Kepribadian 2.1.3.1. Teori Kebutuhan Berprestasi Need Achievment Kremer Scully 1994 motivasi mengacu pada adanya kebutuhan seseorang yang dilandasi oleh kepribadian individu yang bersangkutan. Karenanya motivasi tidak bisa digeneralisikan bagi semua orang melainkan harus ditinjau secara khusus dari satu individu ke individu lainnya Monty P.S. 2000. 69. Tinjauan kepribadian secara khusus ini disebut sifat, yang kemudian peranannya untuk membuat identifikasi dimensi-dimensi dasar atau tipe-tipe kepribadian. Menurut beberapa studi kepribadian yang dilakukan Cox tahun 1995, salah satu karakteristik yang menentukan prestasi atlet adalah tingginya kebutuhan untuk berprestasi. Kebutuhan ini dikenal sebagai Achievement Motivation motivasi berprestasi Monty P. Satiadarma. 2000.77. Kemudian Atkinson Tahun 1974 dan McClelland Tahun 1961 telah lama mengajukan teori motivasi yang didasari oleh pemenuhan kebutuhan need achievement theory di mana salah satu komponennya adalah kepribadian individu. Need Achievement Theory = X = Dari gambaran paradigma diatas jelas tampak bahwa faktor situasional berperan sama pentingnya dengan motivasi pribadi individu untuk berhasil serta menghindari kegagalan. Perlu dipahami adalah yang dimaksud kemungkinan untuk berhasil atau kemungkinan untuk gagal tidak hanya terbatas pada berhasil Berupaya menjauhi kegagalan Faktor Kepribadian Motivasi untuk Berhasil Motivasi untuk menghindari kegagalan Faktor Situasional Kemungkina n Berhasil Kemungkina n gagal Berupay a untuk berhasil Bangga Malu Menghada pi Tantangan Menghi ndari malu atau gagalnya seseorang meraih prestasi tertentu, melainkan gagal atau berhasilnya seseorang untuk memenuhi kebutuhan dirinya. Kebutuhan diri inilah yang perlu diperhatikan oleh pihak pembina dalam menyiasati program pembinaan atlet khususnya dalam upaya meningkatkan motivasi atlet. Atlet memiliki bakat tersendiri, pola perilaku dan kepribadian tersendiri serta latar belakang kehidupan yang mempengaruhi secara spesifik pada dirinya. Dengan keunikan yang dimiliki masing-masing atlet, maka untuk mengklasifikasikan tiap kepribadian ditetapkan istilah tipe kepribadian. Kepribadian menurut Eysenck Sumardi Suryabrata, 2013. 296 tersusun atas tindakan-tindakan, disposisi- disposisi yang terorganisasi dalam susunan hirarkis, dan yang menjadi sorotan utama adalah tipe. Perbedaan sifat yang terkandung dalam tipe kepribadian extrovert dan introvert sebagaimana dijelaskan dari perspektif Eysenck di atas mengarah kepada perbedaan motivasi. Ekstrovert yang dimaksud dengan kepribadian ekstrovert adalah kepribadian seseorang dimana dia senang bersama orang lain, tidak merasa tersiksa ketika bersama dengan orang lain, atau hadir dalam pertemuan- pertemuan. Dia juga tidak merasa kaku untuk berbicara didepan umum atau orang yang belum dikenal. Dia sangat mudah bergaul atau supel dan menyenangi bertemu dengan orang-orang baru, dia mudah berbaur dan tidak merasa canggung dalam pergaulan. Biasanya dia disenangi oleh teman- temannya atau lingkungannya. Introvert yaitu kepribadian seseorang dimana dia kurang menyukai hidup berdampingan atau bersama dengan orang lain. Dia lebih suka hidup sendiri, tidak suka dengan orang baru, tidak suka berbicara di depan umum, tidak suka menonjolkan diri. Dia tidak berani membuka lebih dulu percakapan pada orang baru.Pembawaanya terlihat kaku jika bersama orang banyak, apalagi dengan orang-orang yang tidak dikenal sama sekali. Dia juga mudah tersinggung terutama dengan lelucon tentang dirinya. Dia juga kurang percaya diri, pemalu pendiam, dan kurang banyak tertawa, rasa humornya rendah Dwi Sunar Prasetyo. 2013.229-230. Berdasarkan uraian di atas, maka layak diduga bahwa ada keterkaitan antara motivasi berprestasi dengan tipe kepribadian. Individu dengan tipe kepribadian extrovert diduga lebih termotivasi untuk berprestasi. 2.1.4. Ekstrakurikuler 2.1.4.1. Pengertian Ekstrakurikuler Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan belajar mengajar yang dilakukan diluar jam pelajaran dilaksanakan di sekolah atau luar sekolah untuk meningkatkan potensi kemampuan yang telah dipelajari. Kegiatan ekstrakulikuler merupakan kegiatan belajar yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka, di lakasanakan di sekolah atau di luar sekolah untuk lebih memperluas wawasan atau kemampuan, peningkatan dan penerapan nilai pengetahuan dan kemampuan yang telah di pelajari dari berbagai macam pelajaran. Menurut kurilulum SMK 1984 dalam skripsi Dwi Hardono 2007 : 15 “kegiatan yang dilakukan diluar jam pelajaran tatap muka, dilaksanakan sekolah agar lebih memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran dalam kurikulum”. Berdasarkan pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa ekstrakurikuler adalah tempat bagi siswa untuk menampung, menyalurkan dan membina minat, bakat, dan dilaksanakan di luar jam pelajaran sekolah untuk meningkatkan kemampuan yang telah dipelajari.

2.1.4.2. Tujuan Kegiatan Ekstakulikuler

Tujuan ekstrakurikuler menurut Depdikbud dalm skripsi Dwi Hardono 2007:16 adalah: 1. Meningkatkan dan memantapkan pengetahuan siswa. 2. Mengembangkan bakat, minat kemampuan dan ketrampilan dalam upaya pembinaan pribadi. 3. Mengenal hubungan antar mata pelajaran dengan kehidupan di masyarakat. Menurut pendapat direktoral pendidikan menengah kejuruan 2013 adapun tujuan ekstrakurikuler di sekolah adalah: 1. kegiatan ekstrakurikuler harus dapat meningkatkan kemampuan siswa beraspek kognitif, afektif dan psikomotorik. 2. Mengembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya pembinaan pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya yang positif. 3. Dapat mengetahui mengenal serta membedakan antara hubungan satupelajaran dengan mata pelajara lainnya. Dari beberapa pendapat di simpulkan tujuan dilaksanakanya kegiatan ekstrakurikuler yaitu agar siswa mendapat tambahan ilmu pengatahuan dan peningkatan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. 2.1.5. Olahraga Taekwondo 2.1.5.1. Sejarah Beladiri Taekwondo Taekwondo adalah beladir nasional Korea. Tae bararti kaki, kwon berarti tangan dan do berarti jalan. Jalan disini maksudnya cara atau seni. Jadi, taekwondo bisa diartikan sebagai seni membela diri dengan tangan dan kaki. Taekwondo penggunaan tendangan sangat dominan, terdapat beberapa variasi tendangan taekwondo harus dilakukan dengan kecepatan dan ketepatan. Taekwondo mengutamakan serangan tendangan, karena tenaga dalam tendangan lebih besar dari pada pukulan, serta jangkauan tendangan lebih panjang. Seragam taekwondo berwarna putih dengan kerah hitam berbentuk huruf v, yang diambil dari pakean tradisional Korea. Tingkat dalam belajar Taekwondo dibagi berdasarkan sabuk seperti karate. Pelaku taekwondo disebut taekwondoin, sedangkan pelatihnya disebut sabeumnim. Organisasi nasional Indonesia untuk taekwondo adalah Taekwondo Indonesia. Ada dua organisasi utama internasional yang mengayungi beladiri taekwondo di dunia yaitu International Taekwondo Federation ITF dan World Taekwondo Federation WTF. WTF didirikan oleh ITF . WTF membuat aturan resmi pertandingan taekwondo pada Olimpiade, sehingga semua perguruan mengacu pada WTF, dengan Kukkiwon di Korea Selatan sebagai markas besarnya. Gugun Arief Gunawan. 2007: 32-35 Jadi dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa taekwondo merupakan seni bela diri yang berasal dari Korea yang menggunakan teknik kaki dan tangan kosong dimana tendangan taekwondo harus dilakukan dengan kecepatan dan ketepatan. Tiga materi penting dalam berlatih Taekwondo adalah Poomse, Kyukpa, dan Kyonaki. Poomase tidak dipertandingkan dalam Olimpiade. Gugun Arif Gunawan. 2007 : 37 1. Poomase atau rangkaian jurus adalah rangkaian gerak dasar serangan atau pertahanan diri, yang dilakukan melawan lawan yang imajiner, dengan mengikuti diagram tertentu. Setiap diagram rangkaian gerak poomse didasari adalah filosofi timur yang menggambarkan semangat dan cara bangsa Korea. 2. Kyukpa atau teknik pemecahan benda keras adalah latihan teknik dengan memakai sasaran atau objek benda mati, untuk memngukur kemampuan dan ketepatan tekniknya. Objek sasaran yang biasa di gunakan antara lain kayu, batu bata, genting, dan lain-lain. Teknik tersebut dilakukan dengan tendangan, pukulan, sabetan, bahkan tusukan jari tangan dengan kecepatan ketepatan dan kekuatan yang tepat kyukpa dapat berjalan sesuai dengan rencana. 3. Kyoruki atau pertarungan adalah latihan yang mengaplikasikan teknik gerakan dasar atau poomse, dimana dua orang yang bertarung saling mempraktikan teknik serangan dan teknik pertahanan diri.

2.1.5.2. Teknik Dasar Taekwondo

Dasar-dasar taekwondo merupakan komponen gerakan dan berbagai teknik gerakan menyerang dan bertahan dengan menggunakan bagian tubuh. Teknik dalam taekwondo Feri kurniawan, 2011 ; 77-80 Pukulan 1. Yeop Jireugi = pukulan samping 2. Chi Jireugi = pukulan dari bawah ke atas 3. Dolryeo Jireugi = Pukulan mengait 4. Pyojeok Jireugi = pukulan dengan sasaran 5. Momtong Jireugi = pukulan mengarah ke tengah pukulan mengarah ke uluh hati 6. Are jireugi = pukulan dengan tangan kanan yang dilakukan sambil menendang ap chagi 7. Eolgol jireugi = pukulan keatas pukulan mengarah ke kepala 8. Hengek = menunduk 9. Ap chumbi = siap Tendangan 1. Ap Chagi = tendangan depan 2. Dollyo Chagi = tendangan setengah melingkar 3. Yeop Chagi = tendangan samping menggunakan pisau samping 4. Dwi Chagi = tendangan belakang 5. Twieo dwi chagi = tendangan belakang yang dilakukan sambil melompat 6. Twieo yeop chagi = tendangan samping yang dilakukan sambil melompat 7. Goley chagi = tendangan ganda 8. Sip chagi an chagi = tendangan yang dilakukan sambil melompat dan tangkisan aremaki 9. Penriyti chagi = tendangan keliling 10. Dwi hurigi = tendangan berputar melalui belakang 11. Del’o chigi= tendangan mencangkul ke arah kepala menggunakan tumit 12. Aidan dollyo chagi =tendangan ke arah perur menggunakan kaki depan Tangkisan 1. Aremagi = tangkisan bawah 2. Eolgol Ceceumaki = tangkisan kea rah kepala 3. Bakat momtong bakat magi = tangkisan dari arah dalam menggunakan bagian dalam lengan bawah 4. Bakat momtong an magi = tangkisan dari arah dalam menggunakan bagian luar lengan bawah 5. An magi = tangkisan dari arah luar 6. Bina magi an magi = tangkisan yang dimulai dari lengan bawah dan saat masuk ke dalam harus melalui lengan atas 7. An palmok momtong bakat magi = tangkisan kea rah lengan bawah Dasar-dasar taekwondo terdiri dari 5 komponen dasar yaitu: 1. Bagian tubuh yang menjadi sasaran Keup So 2. Bagian tubuh yang digunakan untuk menyerang atau bertahan 3. Sikap kuda-kuda seogi 4. Tehnik bertahan atau menanggkis makki 5. Teknik serangan kyongkok kisul Taekwondo pada umumnya menekankan tendangan yang dilakukan dari suatu sikap bergerak dengan menggunakan daya jangkau dan kekuatan kaki yang lebih besar untuk melumpuhkan lawan dari kejauhan.

2.1.5.3. Peraturan dan Sistem Pertandingan

Kompetisi Olimpiade meliputi empat kelas berdasarkan: 1. Berat untuk masing-masing pria dan wanita. 2. Turnamen system gugur untuk menentukan pemenang medali emas dan perak. 3. Semua kontestan yang dikalahkan oleh kedua finalis mendapatkan kesempatan kedua untuk memperebutkan medali perunggu. 4. Dua semifinalis yang kalah secara otomatis di tempatkan dalam semi final di putaran kedua. 5. Kontestan lain yang dikalahkan oleh kedua finalis bertarung dalam kompetisi sistim gugur dalam kelompok besar. 6. Dua pemenang akan mengisi dua posisi semi final yang tersisa. 7. Pemenang masing-masing kelompok akan menghadapi dua semi finalis kalah dari kelompok yang berlawanan. 8. Dua pemenang dari padanya kan bertarung merebutkan medali perunggu 9. Pertandingan dihitung dengan system pemberian point untuk setiap serangan yang sah dan pengurangan untuk setiap pinalti. Penilaian yang umum adalah lima hingga tujuh poin dan satu point pengurangan per pinalti.

2.1.5.4. Kelas yang Dipertandingkan

Untuk kelas yang dipertandingkan dalam kejuaraan resmi adalah sebagai berikut : Tabel 2.1. Daftar Kelas Dalam Kejuaraan Taekwondo NO Putra Putri 1 +80 kg +67kg 2 -58 kg -49 kg 3 58-68 kg 49-57 kg 4 68-80 kg 57-67 kg Sumber : Feri kurniawan. 2011. Buku pintar olahraga p.82

2.1.5.5. Kondisi Geografis Kabupaten Kendal

Gambar 1.1. Peta Kabupaten Kendal Sumber: https:www.kendalkab.go.iddetailselayang_pandanggeografis Kabupaten Kendal salah satu dari 35 KabupatenKota yang berada dalam wilayah Jawa Tengah, dengan posisi 109” 40’ – 109” 18’ Bujur Timur dan 6” 32’ – 7” 24’ Lintang Selatan. Luas wilayah 1.002,23 , batas wilayah Kabupaten Kendal di sebelah utara : Laut Jawa. Sebelah Timur berbatasan dengan Kota Semarang, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Semarang dan Temanggung Sedangkan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Batang. Letak Kabupaten Kendal yang berbatasan langsung dengan Kota Semarang sebagai Ibukota Propinsi Jawa Tengah sedikit banyak memberikan pengaruh bagi perkembangan wilayah Kabupaten Kendal. Topografi Kabupaten Kendal terbagi dalam tiga jenis yaitu: daerah pegunungan yang terletak di bagian paling selatan dengan ketinggian antara 0 sampai dengan 2.579 m dpl. Suhu berkisar 25 C. Kemudian daerah perbukitan sebelah tengah dan dataran rendah serta pantai disebelah utara dengan ketinggian antara 0 sampai dengan 10 meter dpl diatas permukaan laut dan suhu berkisar 27 C. Kendal Dalam Angka 2012. https:www.kendalkab.go.iddetailselayang_pandanggeografis.28.10.2015

2.2. HIPOTESIS