Model Kooperatif Model Kooperatif Tipe NHT

2.1.4 Model Kooperatif

Model kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran Slavin, 2014: 4. Suprijono 2011: 54 adalah konsep yang labih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Menurut Parker 1994 dalam Huda 2014: 29 mendefinisikan kelompok kecil kooperatif sebagai suasana pembelajaran dimana para siswa saling berinteraksi dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengerjakan tugas akademik demi mencapai tujuan bersama. Sedangkan menurut Sanjaya dalam Hamdani 2011: 30 mendefinisikan kelompok kecil kooperatif sebagai suasana pembelajaran dimana para siswa saling berinteraksi dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengerjakan tugas akademik demi mencapai tujuan bersama. Model pembelajaran kooperatif merupakan bentuk belajar dengan cara siswa belajar dan bekerja dengan cara membentuk kelompok-kelompok kecil yang bersifat heterogen untuk dapat bekerjasama menyelesaikan suatu permasalahan Rusman, 2014: 202. Sedangkan model pembelajaran menurut Susanto 2014: 198 adalah model pembelajaran yang membuat pembagian kelompok belajar dengan memberikan kesempatan yang sama pada setiap siswa untuk dapat bekerja sama dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang di dalamnya dibentuk sebuah kelompok belajar yang menuntut siswa untuk dapat saling berinteraksi dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil dalam mengerjakan tugas akademik dan mencapai tujuan bersama yang diarahkan oleh guru.

2.1.5 Model Kooperatif Tipe NHT

NHT Numbered Head Together atau penomoran berpikir bersama adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional Trianto, 2011: 62- 63. Sedangkan NHT Numbered Heads Together menurut Susanto 2014: 227 adalah model pembelajaran berkelompok dimana setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas tugas kelompoknya sehingga tidak ada pemisahan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain dalam memberi atau menerima gagasan. Tujuan dari NHT adalah memberi kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi gagasan dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Menurut Suprijono 2012: 92 Langkah-langkah pembelajaran NHT adalah: a. Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil. Tiap-tiap kelompok beranggotakan 5-6 siswa yang terdiri atas berbagai kemampuan siswa dan kemudian diberikan nomor tiap-tiap siswa. b. Setelah kelompok terbentuk guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap-tiap kelompok. Berikan kesempatan kepada tiap-tiap kelompok menemukan jawabannya. c. Pada kesempatan ini tiap-tiap kelompok menyatuka kepalanya “Heads Together” berdiskusi memikirkan jawaban atas pertanyaan dari guru. d. Guru memanggil peserta didik yang memiliki nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok. Mereka diberi kesempatan memberikan jawaban atas pertanyaan yang telah diterimanya dari guru. Hal itu dilakukan terus hingga semua peserta didik dengan nomor yang sama dari masing-masing kelompok mendapatkan giliran memaparkan jawaban atas pertanyaan dari guru. e. Siswa lain diminta untuk memberi tanggapan, kemudian guru menunjuk nomor lain. f. Berdasarkan jawaban itu guru dapat mengembangkan diskusi lebih mendalam, sehingga peserta didik dapat menenmukan jawaban pertanyaan itu sebagai pengetahuan yang utuh. g. Guru menutup kegiatan diskusi. Kelebihan dari model kooperatif tipe NHT adalah setiap siswa menjadi siap semua, siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Sedangkan kelemahan NHT adalah kemungkinan nomor yang dipanggil akan dipanggil lagi oleh guru, dan tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru Hamdani, 2011: 90. Kelebihan model kooperatif tipe NHT menurut Susanto 2014: 231 adalah akan menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi, konflik antar pribadi akan berkurang, pemahaman terhadap materi akan lebih mendalam, dan hasil belajar akan meningkat. Sedangkan kelemahan model kooperatif tipe NHT adalah kelas cenderung akan ramai dikarenakan banyak yang akan menyampaikan pendapatnya. Untuk itu, diperlukan pengelolaan kelas dan perencanaan pembelajaran yang baik oleh guru untuk mengatasi kelemahan tersebut.

2.1.6 Media Audiovisual

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS IV SDN PURWOYOSO 01 SEMARANG

3 21 265

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI COOPERATIVE LEARNING TIPE NHT BERBANTUAN MULTIMEDIA PADA SISWA KELAS VB SDN NGALIYAN 01 SEMARANG

1 12 354

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS VB SDN NGALIYAN 01 SEMARANG

1 51 241

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL TALKING STICK DENGAN MEDIA VISUAL PADA SISWA KELAS IV SDN PURWOYOSO 01 KOTA SEMARANG

1 12 227

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL SNOWBALL THROWING BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS IVC SDN KALIBANTENG KIDUL 01 KOTA SEMARANG

5 26 325

PENERAPAN MODEL TIME TOKEN BERBANTUAN AUDIOVISUAL UNTUK MENINGKATKAKUALITAS PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS VC SDN PURWOYOSO 03 KOTA SEMARANG

2 34 257

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL LEARNING CYCLE BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS IV SDN MANGKANGKULON 1 KOTA SEMARANG

0 9 447

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL COOPERATIVE SCRIPT BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS IV SDN MANGKANGKULON 01 KOTA SEMARANG

0 14 264

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE BERBANTUAN AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS IV SDN BRINGIN 02 KOTA SEMARANG

0 3 269

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STAD BERBANTUAN AUDIOVISUAL SISWA KELAS V SDN PURWOYOSO 01 KOTA SEMARANG

1 17 287