2.20 2.14 Penentuan Awal Bulan Baru Penanggalan Hijriah Berdasarkan Pendekatan Ethnooceanography Dan Ethnoastronomy

53 Variasi tinggi air terukur dan Tunggang air dari MSS Dari 92 bulan data pasang surut terukur pada tanggal 15 tiap bulan Hijriah, diperoleh tinggi air maksimum H max perbulan Hijriah berkisar 2.49 - 2.62 m line pada Gambar 5.2 dan tinggi minimumnya H min berkisar 0.49 – 0.68 m dengan nilai Mean Sea Level MSL sebesar 1.48 m, sedangkan rata-rata tinggi air perbulan Hijriah berkisar 1.46 – 1.50 m atau mempunyai nilai yang relatif sama dengan nilai MSL ±0.02 m. Kisaran rata-rata tinggi air terukur perbulan tersebut menunjukkan bahwa nilai MSL dapat dihitung hanya dengan data terukur selama satu bulan Hijriah. Nilai Hmax LBp terukur pada tanggal 15 Sya’ban sebesar 2.32 m dan nilai tunggang air maksimum sebesar 2.57 m bold italic pada Tabel 5.2, maka diperoleh selisih tinggi air H max terhadap HHWL sebesar 0.32 m. Selisih tersebut berarti masih membutuhkan 0.32 m dari nilai LBp, dimana pada MSS nilai tersebut berasal dari nilai rasio silapas LB3 pada persamaan 15. Gambar 5.2 Variasi tinggi pada 15 Sya’ban terhadap nilai tunggang air HHWL. Pada prinsipnya nilai yang terukur dari pergerakan pasang surut adalah total amplitudo konstituen harmonik yang berkembang disaat pengukuran, dimana analisis harmonik menghasilkan nilai amplitudo dengan jumlah data pengukuran minimal selama 15 – 29 hari NOAA 2001, NOAA 2003, IHO 2005. Oleh karena itu nilai amplitudo yang dihasikan oleh masing-masing konstituen harmonik adalah nilai optimum masing-masing konstituen dalam menghasilkan nilai tunggang air dalam satu periode siklus bulanan periode pengukuran. Hasil perhitungan amplitudo konstituen harmonik diperlihatkan pada Gambar 5.1A dan Tabel 5.3, dimana total amplitudo tertinggi 6 konstituen terjadi pada bulan Rajab 1.09 m sedangkan untuk bulan Sya’ban sebesar 1.07 m yang keduanya di atas nilai MSL. Nilai tersebut menunjukkan nilai tinggi air maksimum berada diatas nilai MSL. Rata-rata fluktuasi 6 amplitudo konstituen harmonik tiap bulan Hijriah Tabel 5.3 dan Gambar 3.1B relatif sama sebesar 0.01 m kecuali pada konstituen S 2 dengan kisaran rata-rata amplitudo 0.21 – 0.26 m. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa dalam perhitungan tunggang air dengan merujuk pada penanggalan Hijriah, menghasilkan tunggang air yang sangat dipengaruhi oleh amplitudo konstituen S 2 , sedangkan jika perhitungan tunggang air HHWL dengan merujuk pada penanggalan Masehi sangat tergantung pada amplitudo konstituen K 1 , S 2 , P 1 dan