Jaja, 2013
Model Kegiatan Penyusunan Silabus Berbasis Kolaborasi Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Kegiatan pengalaman belajar umumnya menekankan kecakapan hidup sosial social skill, baik kecakapan sosial mengenali diri self-awareness skill
maupun kecakapan berpikir thinking skill. Kecakapan tersebut tampak pada kegiatan bertanya jawab, bertukar pikiran, menggali informasi, bekerja sama, atau
mengungkapkan gagasan secara tertulis menulis. Hal ini dapat dilihat pada kutipan data berikut.
KD-XI 4.1 KSSP3 Peserta didik membaca beberapa contoh surat resmi terkait dengan kegiatan
OSIS undangan, edaran, permintaan narasumber Peserta didik bertukar pikiran tentang unsure dan struktur surat resmi
Peserta didik mengidentifikasi unsure-unsur dan struktur surat resmi Peserta didik menulis surat resmi dengan memperhatikan unsure surat, struktur
surat, dan ketepatan penggunaan bahasa Peserta didik bertanya jawab tentang surat yang telah ditulis
Peserta didik menyunting surat dengan cara periksa silang Guru memberi penguatan terhadap materi dan bersama peserta didik membuat
simpulan Dari sisi konsep belajar, secara umum, kegiatan belajar yang dirancang
dalam pengalaman belajar berpusat pada siswa dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara aktif dan kreatif. Pada KD-XI 4.1 di
atas, misalnya, setelah membaca atau mengamati contoh yang ditayangkan, siswa bertukar pikiran, lalu mengidentifikasi hal-hal tertentu dari konten materi
kompetensi, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan menulis, membahas produk tulisan, menyunting, dan membuat simpulan. Urutan kegiatan pengalaman belajar
seperti itu dijalani peserta didik secara bertahap atau berjenjang sesuai dengan tingkatan kompetensinya.
d. Alokasi Waktu
Jaja, 2013
Model Kegiatan Penyusunan Silabus Berbasis Kolaborasi Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Dalam hal alokasi waktu, subjek penelitian tidak bisa menentukan sendiri alokasi waktu yang direncanakan untuk setiap penyampaian materi kompetensi.
Mereka tidak memiliki pilihan lain. Hal ini disebabkan oleh alokasi waktu pembelajaran setiap mata pelajaran sudah ditentukan dalam Permendiknas Nomor
22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Dalam kekentuan tersebut, jumlah jam pelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia
adalah empat jam per minggu. Oleh karena itu, penentuan alokasi waktu disesuaikan dengan mengacu pada ketentuan tersebut meskipun mungkin alokasi
waktu tersebut kurang proporsional untuk menyajikan sebuah kompetensi. Sebagai contoh, menulis puisi baru mendapat alokasi empat pelajaran, sedangkan
menulis puisi lama hanya dua jam pelajaran. Dari sisi pertimbangan cakupan maupun tingkatan kompetensi dan
kemampuan siswa, alokasi waktu yang ada tampak belum proporsional. Kecuali KD-X 8.2 Mengungkapkan gagasan, imaji, dan perasaan dalam bentuk puisi
baru, semua KD lainnya mendapat alokasi waktu dua jam pelajaran, baik itu KD keterampilan menulis kemampuan berbahasa maupun KD keterampilan menulis
kemampuan bersastra. Menulis jenis paragraf, esai, rangkuman, karya ilmiah, dan resensi semuanya hanya dijadwalkan dalam satu pertemuan dengan alokasi waktu
dua jam pelajaran. Menurut peneliti, alokasi waktu tersebut kurang proporsional untuk pencapaian tingkatan dan kualitas kompetensi yang harus dikuasai siswa.
Dengan demikian, pengalokasian waktu kurang memertimbangkan cakupan maupun tingkatan kompetensinya. Akan tetapi, ada kelompok subjek penelitian
yang merancang alokasi waktu empat jam pelajaran per KD.
Jaja, 2013
Model Kegiatan Penyusunan Silabus Berbasis Kolaborasi Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Seperti halnya dari sisi lainnya, dari sisi pengalaman belajar alokasi waktu yang disediakan juga tidak memertimbangkan pengalaman belajar yang harus
dilalui peserta didik mengingat materi kompetensi yang harus dikuasai siswa adalah perilaku kompetensi psikomotorik keterampilan menulis berbahasa dan
bersastra. Untuk dapat menguasai kompetensi tersebut diperlukan latihan yang intens dengan tahap kegiatan yang kompleks dan terencana. Hal ini tentu
berdampak pada penentuan waktu yang dibutuhkan. Begitu pula halnya dengan pertimbangan jenis dan sumber belajar. Konten atau materi kompetensi tergolong
ke dalam materi kompetensi psikomotorik, yakni keterampilan menulis akademik kemampuan berbahasa dan keterampilan menulis kreatif kemampuan
bersastra. Karakteristik materi tersebut lebih sulit apabila dibandingkan dengan materi kognitif sehingga jenis materi ini memerlukan waktu yang memadai.
e. SumberMedia Pembelajaran