Indikator Pembelajaran Materi Pembelajaran

Jaja, 2013 Model Kegiatan Penyusunan Silabus Berbasis Kolaborasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Dalam hal sikap dan perilaku kolaboratif, subjek penelitian memerlihatkan sikap dan prilaku kolaboratif dengan baik bahkan baik sekali selama kegiatan pengembangan Model MKPSBK. Penilaian proses ini tidak saja berlaku secara individual, tetapi juga secara kolektif. Kategori penilaian terendah hanya terdapat pada aspek sikap dan perilaku inisiatif yang diperoleh seorang subjek penelitian dengan angka rerata 2,50 atau berkategori cukup. Sementara itu, aspek sikap dan perilaku kolaboratif lainnya diperoleh setiap subjek penelitian secara baik atau baik sekali. Sikap dan perilaku kolaboratif partisipatif, toleran, kooperatif, tanggung jawab, demokratis, dan etis diperlihatkan subjek penelitian dengan baik sekali. Akan tetapi, sekalipun tergolong baik, sikap dan perilaku kolaboratif inisiatif dan kreatif subjek penelitian tidak sebaik penilaian keenam sikap dan perilaku kolaboratif lainnya. 5.3.2.3 Produk Silabus Implementasi Model MKPSBK Berikut disajikan paparan hasil analisis data berdasarkan data dan analisis data yang disajikan pada butir 5.3.1.3 di atas. Dalam konteks penelitian ini capaian kualitas silabus difokuskan pada hasil perumusan komponen silabus melalui pengembangan Model MKPSBK.

a. Indikator Pembelajaran

Pada umumnya indikator pembelajaran yang dirumuskan KSSP menggunakan kata kerja operasional. Ranah perilakunya sebagian besar tergolong ke dalam ranah kognitif dan psikomotorik. Meskipun demikian, masih terdapat penggunaan kata kerja yang belum operasional, seperti kata kerja menuangkan Jaja, 2013 Model Kegiatan Penyusunan Silabus Berbasis Kolaborasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu dan menganalisis. Oleh karena itu, hampir semua rumusan indikator spesifik, operasional, dan terukur. Dari sisi kuantitas indikator, setiap rumusan KD dijabarkan minimal ke dalam tiga indikator dan maksimal delapan indikator. Urutan rumusan indikator lebih menyerupai tahapan pendekatan kegiatan menulis sebagai suatu proses. Rumusan seperti ini dapat dianggap sebagai sebuah tingkatan kompetensi keterampilan menulis. Di samping memuat tingkatan kompetensi, beberapa rumusan indikator juga memuat lebih dari satu kualitas kompetensi walaupun hal itu bersifat parsial, yakni tidak semua berlaku untuk setiap KSSP. Indikator beranah kognitif memuat unsur konten teoretis materi kompetensi atau penerapan konten kebahasaan serta dijadikan landasan penguasaan materi kompetensi KD. Dari sisi kuantitas, capaian ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan subjek penelitian dalam menjabarkan indikator pembelajaran. Dalam produk silabus hasil pengembangan model ini, setiap SKKD minimal dijabarkan ke dalam tiga indikator pembelajaran, sedangkan sebelumnya subjek penelitian ada yang hanya menjabarkannys ke dalam satu indikator. Pemecahan kualitas kompetensi ke dalam beberapa rumusan indikator diabaikan subjek penelitian mengingat bila hal itu dilakukan, maka jumlah indikator bertambah banyak, sedangkan tingkatannya tidak bertambah.

b. Materi Pembelajaran

Pada umumnya, materi pembelajaran dirumuskan sesuai dengan prinsip perumusan materi ajar, yakni relevansi, konsistensi, dan adekuasi. Namun demikian, masih didapati perumusan materi yang belum mencakupi konten materi Jaja, 2013 Model Kegiatan Penyusunan Silabus Berbasis Kolaborasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu kompetensi secara lengkap. Beberapa KD menyajikan contoh produk konten atau materi kompetensi. Frasa nomina digunakan untuk merumuskan materi indikator perilaku psikomotorik. Materi dirumuskan dalam bentuk butir-butir materi dengan menggunakan pendekatan hierarkis dan induktif. Sementara itu, materi kebahasaan dirumuskan pada hampir setiap KD dan semua level kelas. Struktur kalimat, diksi dan gaya bahasa, dan ejaan adalah materi kebahasaan yang banyak dirumuskan. Perumusan materi kebahasaan pada silabus yang digunakan selama ini hampir tidak didapati pada setiap KD. Kalaupun ada perumusan pada KD tertentu, materi kebahasaan hanya mencakupi materi kata ulang, frasa adjektif, kata penghubung, bahasa dalam surat, dan ejaan. Dalam produk silabus hasil pengembangan model ini, materi kebahasaan dirumuskan pada hampir setiap KD pada semua level kelas sesuai dengan konten kompetensi dan konteks pemakaiannya. Tampaknya subjek penelitian memanfaatkan hasil angket analisis kebutuhan analisis isi dan kebahasaan. Sementara itu, materi pembelajaran ranah psikomotorik dirumuskan dalam bentuk frasa nomina. Hal ini tidak didapati dalam silabus pembelajaran yang digunakan selama ini.

c. Pengalaman Belajar