Dwi Ratnasari, 2014 Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan
dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
2. Baik
5, 8, 10, 13, 14 5
3. Cukup
7, 16 2
Jumlah 12
4. Tingkat Kesukaran Butir Soal
Perhitungan tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar derajat kesukaran suatu soal. Jika suatu soal memiliki tingkat
kesukaran seimbang proporsional, maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik. Suatu soal tes hendaknya tidak terlalu sukar dan tidak pula
terlalu mudah. Untuk menghitung tingkat kesukaran soal bentuk objektif dapat
digunakan dengan menggunakan rumus tingkat kesukaran TK, yaitu: WL + WH
TK = ———————— x 100
nL + nH 10 Keterangan :
WL = jumlah peserta didik yang menjawab salah dari kelompok bawah WH = jumlah peserta didik yang menjawab salah dari kelompok atas
nL
= jumlah kelompok bawah nH = jumlah kelompok atas
Hasil perhitungan kemudian dikategorikan ke dalam indeks kesukaran, indeks tingkat kesukaran tersebut sebagai berikut.
Tabel 3.15. Indeks Tingkat Kesukaran
Tingkat Kesukaran TK
0,71 – 1,00 : mudah
0,30 – 0,70 : sedang
0,00 – 0,29 : sukar
Arikunto, 2009
Berdasarkan hasil uji dengan Anates versi 4.1.0 diperoleh bahwa tingkat kesukaran tes keterampilan proses sains dapat dilihat pada Tabel
3.16 sebagai berikut.
Dwi Ratnasari, 2014 Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan
dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Tabel. 3.16. Rekapitulasi Tingkat Kesukaran Tes Keterampilan Proses Sains No.
Interpretasi Tingkat Kesukaran
Nomor Soal Jumlah
1. Mudah
1 1
2. Sedang
4,6,7,8,11,12,14,19,23 9
3. Sukar
3,5,9,15,20 5
Jumlah 15
Berdasarkan hasil uji dengan Anates versi 4.1.0 diperoleh bahwa tingkat kesukaran tes penguasaan konsep sebagai berikut.
Tabel. 3.17. Rekapitulasi Tingkat Kesukaran Tes Penguasaan Konsep No.
Interpretasi Tingkat Kesukaran
Nomor Soal Jumlah
1. Mudah
14, 16 2
2. Sedang
4, 8, 13, 15, 17, 20 6
3. Sukar
5, 7, 10, 19 4
Jumlah 12
Dwi Ratnasari, 2014 Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan
dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Ekosistem mangrove Cagar Alam Pulau Dua merupakan salah satu potensi lokal yang dapat dimanfaatkan oleh siswa sebagai sumber belajar
pada materi pencemaran lingkungan. Siswa dapat menjelajahi dan mengamati secara langsung keadaan ekosistem mangrove yang masih alami dan tercemar
melalui kegiatan field trip. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pencemaran lingkungan melalui
kegiatan field trip mangrove Cagar Alam Pulau Dua memiliki keunggulan, diantaranya pembelajaran memberikan pengalaman belajar langsung oleh
siswa sehingga siswa dapat memperkaya wawasan, kegiatan belajar lebih menarik, tidak membosankan dan menimbulkan antusiasme siswa untuk lebih
giat belajar jika dibandingkan dengan kegiatan belajar yang hanya dilakukan di dalam kelas. Selain itu, mangrove Cagar Alam Pulau Dua sebagai potensi
lokal yang berada di dekat lokasi sekolah sebagai sumber belajar bagi siswa yang mudah, aman, dan terjangkau.
Berdasarkah hasil penelitian pemanfaatan mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip dapat disimpulkan bahwa:
1. Hasil keterampilan proses sains, penguasaan konsep, dan sikap ilmiah
siswa pada pembelajaran konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan
field trip lebih tinggi daripada kelas kontrol, 2.
Terdapat hubungan positif dan signifikan antara penguasaan konsep dengan keterampilan proses sains siswa,
3. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara keterampilan proses
sains dengan sikap ilmiah siswa,