Analisis Determinan Pembayaran Nontunai (Non Cash Payment) Di Bank Aceh Syariah (Studi Kasus: Kota Bireuen)

(1)

SKRIPSI

ANALISIS DETERMINAN PEMBAYARAN NONTUNAI (NON CASH PAYMENT) DI BANK ACEH SYARIAH (STUDI KASUS

:

KOTA

BIREUEN)

OLEH

Rika Mahlia 110501063

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

ABSTRAK

ANALISIS DETERMINAN PEMBAYARAN NONTUNAI (NON CASH PAYMENT) DI BANK ACEH SYARIAH (STUDI KASUS

:

KOTA

BIREUEN)

Perkembangan teknologi informasi dan inovasi sistem pembayaran mengarah pada penggunaan alat pembayaran yang makin efisien, aman, nyaman dan cepat. Keberhasilan sistem pembayaran akan menunjang perkembangan sistem keuangan dan perbankan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi masyarakat Kota Bireuen untuk menggunakan alat pembayaran nontunai.

Penelitian ini menggunakan suatu metode analisis deskriptif melalui pengumpulan data primer berupa kuesioner dengan model skala likert, kuesioner yang disebarkan kepada nasabah Bank Aceh Syariah dengan pengambilan sampel sebanyak 100 orang. Sebelum hasil kuesioner di analisis, dilakukan suatu uji validitas dan realiabilitas dan analisis faktor dengan menggunakan program komputer SPSS 21.

Hasil analisis yang diperoleh dari hasil penelitian menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat Kota Bireuen untuk menggunakan alat pembayaran nontunai yang digunakan oleh peneliti adalah social demografis, finansial, teknologi dan sisi penawaran, dan faktor yang paling mempengaruhi responden terhadap penggunaan alat pembayaran nontunai adalah faktor teknologi.

Kata Kunci: Alat pembayaran nontunai, Sosial demografis, Finansial, Teknologi, dan Sisi-penawaran


(3)

ABSTRACT

DETERMINANTS OF NON-CASH PAYMENTS ANALYSIS ON BANK ACEH SYARIAH: CASE STUDY OF BIREUEN

The dynamic advances in information and communication technology and innovations in payment systems have ushered in highly secure, efficient, comfortable and faster of using payment instruments. The success of payment system support the development of the financial and banking system.

This research is aimed to investigate factors influencing the usage of

non-cash payment instruments by the Bireuen society

This research used a descriptive analysis method by collecting the primary data using Likert scale model survey questionnaires. The questionnaires was

distributed among customers of Bank Aceh Syariah and was carried out on a

sample of 100 customers. The test of validation and reliability, analyzing factors

using SPSS 21 computer program were conducted before analyzing the results of

the questionnaires.

The results demonstrate factors influencing the usage of non-cash payment

instruments by the Bireuen society are social demographics, financial, technology

and supply-side,and the most influential factor is technological factor.

Key Words: Non-cash payment instruments, Social demographic, Financial, Technology and Supply-side.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Yang Maha Kuasa, dimana atas segala nikmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

dengan judul “Analisis Determinan Pembayaran Nontunai (Non Cash Payment) di

Bank Aceh Syariah (Studi Kasus Kota Bireuen)”.

Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan baik moril maupun materil, yaitu kepada:

1. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Muhammad Yusuf dan Ibunda

Nurlaila, atas semangat dan dukungan, serta kakak dan adik-adik penulis yang selalu memberikan motivasi kepada penulis dalam setiap proses penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, SE., M.Ec., Ak., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE.,M.Ec., selaku Ketua Departemen

Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si., selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Irsyad Lubis, SE., M.Soc.Sc., Ph.D., selaku Ketua Program Studi


(5)

dan Bapak Paidi Hidayat, SE., M.Si., selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Haroni Doli Hamoraon, SE., M.Si., selaku dosen pembimbing yang

telah banyak meluangkan waktunya dan memberi masukan dari awal sehingga terselesaikannya skripsi ini.

6. Bapak Drs. Rachmad Sumanjaya HSB., M.Si dan Bapak Dr. Rujiman, SE.,

MA, selaku dosen pembaca dan penilai yang telah meluangkan waktunya dan memberi masukan terhadap skripsi ini.

7. Seluruh Staf pengajar dan Staf pegawai Fakultas Ekonomi Universitas

Sumatera Utara, terutama Departemen Ekonomi Pembangunan.

8. Bapak Pimpinan dan seluruh Karyawan Bank Aceh Syariah Cabang

Pembantu Bireuen.

9. Kepada segenap keluarga, sahabat-sahabat terdekat saya dan teman-teman

stambuk 2011 Ekonomi Pembangunan yang juga memberikan semangat, doa dan dukungannya kepada penulis.

10.Seluruh responden masyarakat Kabupaten Bireuen yang telah memberikan

waktu dan informasi kepada penulis, serta semua pihak yang terlibat dalam setiap penulisan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga hasil penelitian dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, April 2014

Penulis, 110501063 Rika Mahlia


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank ... 10

2.1.1 Pengertian Bank ... 10

2.1.2 Tujuan Dan Fungsi Bank ... 10

2.2 Berdirinya Bank Syariah ... 11

2.2.1 Sejarah Berdirinya Bank Syariah ... 11

2.2.2 Sejarah Bank Aceh Syariah ... 12

2.3 Sistem Pembayaran ... 13

2.3.1 Pengertian Sistem Pembayaran ... 13

2.3.2 Komponen Sistem Pembayaran ... 13

2.3.3 Perkembangan Sistem Pembayaran ... 15

2.4 Instrumen/Alat Pembayaran ... 17

2.4.1 Instumen Pembayaran Nontunai ... 18

2.4.2 Hukum Kartu Kredit dan ATM ... 21

2.4.3 Sistem Kerja Kartu Plastik ... 22

2.5 Kebijakan Moneter ... 23

2.5.1 Dasar Hukum APMK dan Uang Elektronik ... 24

2.5.2 Syarat-Syarat Sahnya Syariah Card ... 25

2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Masyarakat Dalam Menggunakan Instrumen Nontunai ... 26

2.7 Penelitian Terdahulu ... 26

2.8 Kerangka Konseptual ... 27

BAB III METODOLOGI PENELETIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 30

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

3.3 Definisi Operasional ... 30

3.4 Populasi dan Sampel ... 31


(7)

3.4.2 Sampel ... 31

3.5 Jenis dan Metode Pengumpulan Data ... 32

3.5.1 Jenis Data ... 32

3.5.2 Metode Pengumpulan data ... 32

3.6 Teknik Analisis Data ... 33

3.6.1 Alat Analisis Data ... 34

3.6.2 Metode Analisis Data ... 34

3.6.2.1 Statistik Deskriptif ... 34

3.6.2.2 Uji Validitas ... 35

3.6.2.3 Uji Realibilitas ... 35

3.6.2.4 Analisis Faktor ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Bireuen ... 37

4.2 Gambaran Umum Bank Aceh Syariah... 37

4.3 Karakteristik Responden ... 41

4.3.1 Usia ... 41

4.3.2 Jenis Kelamin ... 42

4.3.3 Pendidikan Terakhir ... 43

4.3.4 Pekerjaan ... 44

4.3.5 Pendapatan ... 45

4.3.6 Pengeluaran ... 46

4.3.7 Lama Menjadi Nasabah Di Bank Aceh Syariah ... 47

4.3.8 Jenis Alat Pembayaran Nontunai Yang Digunakan Dari Produk Bank Aceh Syariah ... 48

4.4 Uji Validitas dan Realibilitas ... 49

4.5 Analisis Faktor ... 51

4.6 Hasil Analisis Data ... 54

4.6.1 Faktor Sosial Demografis ... 54

4.6.2 Faktor Finansial ... 56

4.6.3 Faktor Teknologi ... 58

4.6.4 Faktor Sisi Penawaran ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 63

5.2 Saran ... 64


(8)

DAFTAR TABEL

No Tabel Judul Halaman

1.1 Jumlah M1 dan M2 (Dalam Triliun) ... 6

2.1 Perbedaan Cek dan Bilyet ... 20

4.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Bireuen Perkecamatan ... 37

4.2 Hasil Uji Validitas dan Uji Reabilitas ... 50

4.3 Output KMO dan Bartlett’s Test ... 51

4.4 Output Anti-Image Matrices ... 53

4.5 Faktor Kebudayaan Mempengaruhi Keinginan Untuk Menggunakan Transaksi Nontunai ... 54

4.6 Tingginya Pendidikan Mempengaruhi Untuk Bertransaksi Nontunai ... 54

4.7 Pekerjaan Menentukan Untuk Menggunakan Alat Pembayaran Nontunai ... 55

4.8 Jumlah Anggota Keluarga ... 56

4.9 Besarnya Jumlah Pendapatan Mempengaruhi Untuk Menggunakan Alat Pembayaran Nontunai ... 56

4.10 Terkontrolnya Keuangan... 57

4.11 Proses Pembayaran Yang Lebih Cepat, Praktis/Mudah, Aman, Nyaman dan Membantu Dalam Transaksi... 58

4.12 Dapat Menggunakan Mobile Phone, Internet, Komputer Dll... 58

4.13 Dapat Menghemat Biaya... 59

4.14 Daerah Tempat Tinggal ... 60

4.15 Tersedianya Failitas ATM dan Terminal POS (Point Off Sale) .. 61

4.16 Kepadatan Penduduk ... 61


(9)

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Judul Halaman

2.1 Sistem Kerja Kartu Plastik ... 23

2.2 Kerangka Konseptual ... 29

4.1 Logo Bank Aceh... . 39

4.2 Letak Logo Bank Aceh... . 40

4.3 Jumlah Responden Berdasarkan Usia ... 42

4.4 Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 43

4.5 Jumlah Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 44

4.6 Jumlah Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 45

4.7 Jumlah Responden Berdasarkan Pendapatan ... 46

4.8 Jumlah Responden Berdasarkan Pengeluaran ... 47

4.9 Jumlah Responden Berdasarkan Lama Menjadi Nasabah Di Bank Aceh Syariah ... 48

4.10 Persentase Respon dan Jenis Alat Pembayaran Nontunai yang Digunakan... 49


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 69

2 Distribusi Jawaban Responden ... 73

3 Output Uji Validitas dan Realibilitas melalui SPSS 21 ... 77


(11)

ABSTRAK

ANALISIS DETERMINAN PEMBAYARAN NONTUNAI (NON CASH PAYMENT) DI BANK ACEH SYARIAH (STUDI KASUS

:

KOTA

BIREUEN)

Perkembangan teknologi informasi dan inovasi sistem pembayaran mengarah pada penggunaan alat pembayaran yang makin efisien, aman, nyaman dan cepat. Keberhasilan sistem pembayaran akan menunjang perkembangan sistem keuangan dan perbankan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi masyarakat Kota Bireuen untuk menggunakan alat pembayaran nontunai.

Penelitian ini menggunakan suatu metode analisis deskriptif melalui pengumpulan data primer berupa kuesioner dengan model skala likert, kuesioner yang disebarkan kepada nasabah Bank Aceh Syariah dengan pengambilan sampel sebanyak 100 orang. Sebelum hasil kuesioner di analisis, dilakukan suatu uji validitas dan realiabilitas dan analisis faktor dengan menggunakan program komputer SPSS 21.

Hasil analisis yang diperoleh dari hasil penelitian menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat Kota Bireuen untuk menggunakan alat pembayaran nontunai yang digunakan oleh peneliti adalah social demografis, finansial, teknologi dan sisi penawaran, dan faktor yang paling mempengaruhi responden terhadap penggunaan alat pembayaran nontunai adalah faktor teknologi.

Kata Kunci: Alat pembayaran nontunai, Sosial demografis, Finansial, Teknologi, dan Sisi-penawaran


(12)

ABSTRACT

DETERMINANTS OF NON-CASH PAYMENTS ANALYSIS ON BANK ACEH SYARIAH: CASE STUDY OF BIREUEN

The dynamic advances in information and communication technology and innovations in payment systems have ushered in highly secure, efficient, comfortable and faster of using payment instruments. The success of payment system support the development of the financial and banking system.

This research is aimed to investigate factors influencing the usage of

non-cash payment instruments by the Bireuen society

This research used a descriptive analysis method by collecting the primary data using Likert scale model survey questionnaires. The questionnaires was

distributed among customers of Bank Aceh Syariah and was carried out on a

sample of 100 customers. The test of validation and reliability, analyzing factors

using SPSS 21 computer program were conducted before analyzing the results of

the questionnaires.

The results demonstrate factors influencing the usage of non-cash payment

instruments by the Bireuen society are social demographics, financial, technology

and supply-side,and the most influential factor is technological factor.

Key Words: Non-cash payment instruments, Social demographic, Financial, Technology and Supply-side.


(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sejalan dengan perkembangan teknologi yang pesat, pola dan sistem pembayaran dalam transaksi ekonomi terus mengalami perubahan. Kemajuan

teknologi dalam sistem pembayaran menggeser peranan uang tunai (currency)

sebagai alat pembayaran ke dalam bentuk pembayaran non tunai yang lebih efisien dan ekonomis. Pembayaran nontunai umumnya dilakukan tidak dengan menggunakan uang sebagai alat pembayaran melainkan dengan cara transfer antar bank ataupun transfer intra bank melalui jaringan internal bank sendiri. Selain itu pembayaran nontunai juga dapat dilakukan dengan menggunakan kartu sebagai alat pembayaran, misalnya dengan menggunakan kartu ATM, kartu debit, dan kartu kredit (Pramono, et al, 2006).

Bank Indonesia menyadari keuntungan yang diperoleh negara ketika sistem pembayaran diarahkan ke pembayaran nontunai. Penggunaan transaksi nontunai dapat mengurangi biaya moneter pencetakan dan peredaran uang

kertas. Perkembangan transaksi pembayaran menuju cash-less society

merupakan arah perubahan yang tidak bisa dihindari. Perkembangan teknologi informasi dan inovasi sistem pembayaran mengarah pada penggunaan alat pembayaran yang makin efisien, aman, nyaman dan cepat. Inovasi itu tidak saja pada berkembangnya penggunaan instrumen pembayaran berbasis kertas

(paper based), penggunaan alat pembayaran dengan menggunakan kartu (card


(14)

disertai dengan makin cepatnya proses penyelesaian setelmennya (Sitorus, 2006: 19).

Sistem pembayaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem keuangan dan perbankan suatu negara. Keberhasilan sistem pembayaran akan menunjang perkembangan sistem keuangan dan perbankan, sebaliknya resiko ketidak lancaran atau kegagalan sistem pembayaran akan berdampak negatif pada kestabilan ekonomi secara keseluruhan. Berkenaan dengan permasalahan tersebut, maka sistem pembayaran perlu diatur dan dijaga keamanan serta kelancaran oleh suatu lembaga, dan umumnya dilakukan oleh bank sentral (Subari, 2003).

Pada awal mula, PBI dan SE BI menggolongkan kartu ATM, kartu debit, kartu kredit, dan kartu prabayar (uang elektronik) dalam satu kategori yaitu alat pembayaran dengan menggunakan kartu (APMK). Namun, sejak pemberlakuan PBI Nomor 11/11/PBI/2009 dan PBI Nomor 11/12/PBI/2009, terjadi perubahan dimana produk kartu ATM, kartu debit dan kartu kredit digolongkan sebagai APMK, sedangkan kartu prabayar digolongkan sebagai uang elektronik (Serfianto, et al, 2012).

Dari sisi pengaturan, BI juga telah menerbitkan peraturan mengenai Uang Elektronik melalui Layanan Keuangan Digital, yang memberikan kepastian hukum dan aspek perlindungan konsumen. Bank Indonesia sendiri terus mendorong perluasan penggunaan transaksi non tunai melalui sosialisasi dan edukasi untuk mendorong masyarakat melakukan transaksi keuangan


(15)

sehari-hari secara non tunai. Uang elektronik ini menjadi entry point pengenalan produk formal keuangan, baik sebagai sarana penyimpanan, transfer, pembayaran tagihan dan sebagainya. Hal ini akan dapat menjadi budaya menabung dikemudian hari meskipun dengan jumlah kecil

Dalam kajian BI mengenai e-money, Siti Hadayati, et al (2006) menilai bahwa

penerbitan e-money dinilai sebagai salah satu faktor yang dapat merubah

fungsi permintaan uang dan selanjutnya dapat menurunkan rata-rata jumlah

uang tunai (average money holdings) yang dipegang oleh masyarakat.

Penurunan average money holdings ini mengakibatkan meningkatnya velocity

of money atau semakin tingginya sirkulasi uang dalam perekonomian.

Menurut Robert Reich (2014) bahwa akan tiba masanya era transaksi tunai

atau cash akan berakhir, meski ia tidak tahu secara pasti kapan masa itu akan

tiba. Keyakinan itu didasarkan pada gaya hidup masyarakat Amerika yang kini lebih banyak melakukan transaksi nontunai (bisniskeuangan.kompas.com).

Pada tanggal 14 Agustus 2014 BI, Agus D.W. Martowardojo mencanangkan GNNT di Jakarta.Gerakan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, pelaku bisnis dan juga lembaga pemerintah untuk menggunakan sarana pembayaran non tunai dalam melakukan transaksi keuangan secara


(16)

Dalam perkembangannya, beberapa negara telah menemukan dan

menggunakan produk pembayaran elektronik yang dikenal sebagai Electronic

Money (e-money), pembayaran yang dilakukan dengan menggunakan e-money

tidak selalu memerlukan proses otorisasi dan keterkaitan secara langsung

dengan rekening nasabah di bank, hal ini dapat terjadi karena e-money

merupakan produk stored value dimana sejumlah nilai dana tertentu (monetary

value) telah terekam (tersimpan) dalam alat pembayaran yang digunakan

tersebut (Ibid).

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Chairul Tanjung menyebutkan, salah satu indikator sebuah negara disebut maju adalah jika masyarakatnya lebih banyak melakuka mengurangi beban bank sentral dalam mencetak uang dan mengendalikan peredaran uang tunai di masyarakat

Berdasarkan catatan MasterCard Advisors yang mengeluarkan laporan global

terbaru tahun ini berjudul The Cashless Journey, pembayaran nontunai di

Indonesia terhitung sebesar 31 persen dari total pembayaran yang dilakukan konsumen. Ini menempatkan Indonesia dalam kategori negara-negara yang

berada dalam tahap awal (inception) bersama negara lain, seperti Nigeria,

Rusia, dan Kolombia. Negara-negara tersebut mulai untuk beralih dari pembayaran tunai.Di negara-negara maju, mayoritas masyarakatnya melakukan transaksi non-tunai. Di Belgia transaksi konsumen dilakukan nontunai tercatat 93 persen, Perancis 92 persen, Kanada 90 persen, Inggris 89


(17)

persen, Swedia 89 persen, Australia 86 persen, dan Belanda 85 persen. Sementara, Indonesia berada dalam tahap transisi adalah Brasil 57 persen, Polandia 41 persen, dan Afrika Selatan 43 persen.Pergeseran tercepat dari pembayaran tunai ke nontunai terjadi di Tiongkok. Pembayaran konsumen secara tunai menurun 20 persen antara tahun 2006 dan 2011. Di negeri itu, sekitar 55 persen transaksi telah berlangsung secara nontunai (Ibid).

Negara-negara, seperti Amerika Serikat bertransaksi nontunai tercatat sekitar 80 persen total pengeluaran konsumen dilakukan secara nontunai dan Singapura 69 persen, sedang mendekati untuk menjadi masyarakat menggunakan transaksi nontunai seutuhnya, sementara penggunaan pembayaran tunai yang ada sebagian besar merupakan hasil dari kebiasaan konsume

Dibandingkan negara-negara ASEAN, penggunaan transaksi pembayaran berbasis elektronik yang dilakukan masyarakat Indonesia relatif masih rendah, sementara dengan kondisi geografi dan jumlah populasi yang cukup besar, masih terdapat potensi yang cukup besar untuk perluasan akses layanan sistem pembayaran di Indonesia. Untuk itu, Bank Indonesia bersama perbankan sebagai pemain utama dalam penyediaan layanan sistem pembayaran kepada masyarakat, perlu memiliki visi yang sama dan komitmen yang kuat untuk mendorong penggunaan transaksi non tunai oleh masyarakat dalam


(18)

Tabel 1.1

Jumlah M1 dan M2 (dalam triliun)

Tahun M1 M2

2009 5,711.20 23,659.00

2010 6,412.20 26,587.30

2011 7,616.60 30,854.60

2012 9,098.90 33,413.89

2013 10,114.70 34,668.78

2014 10,871.40 46,384.00

Sumber:(data diolah)

Posisi M1 pada tahun 2011 sebesar 7.616,6 T, atau tumbuh 18,8% (yoy) meningkat dibandingkan tahun 2010 yaitu 12,2% (yoy), sedangkan M2 pada tahun 2011 sebesar 16,1% (yoy) meningkat dibandingkan tahun 2010 yaitu 12,4%. Pada tahun 2012 posisi M1 sebesar 9.098,9 T, atau tumbuh sebesar 19,5% (yoy) meningkat dibandingkan tahun sebelumnya dan posisi M2 pada tahun 2012 sebesar 33.413,89 T, atau tumbuh 8,3% (yoy), melambat dibanding pertumbuhan tahun 2011 (16,1%; yoy). M1 pada tahun 2013 sebesar 10.114,70 T, atau tumbuh 11,2% (yoy) melambat dibandingkan pertumbuhan 2012 (19,5;yoy) dan posisi M2 pada tahun 2013 sebesar 34.668,78 T, atau tumbuh 3,8% (yoy), melambat dibanding pertumbuhan 2012 (8,3%; yoy). Posisi M1 pada tahun 2014 sebesar 10.871,40 T, atau tumbuh 7,5% (yoy), melambat dibandingkan tahun lalu yg tumbuh 11,2% (yoy). Sedangkan posisi M2 pada tahun 2014 sebesar 46.384,00 T, atau tumbuh 33,8% (yoy) meningkat dibandingkan tahun 2013.

Di Indonesia terjadi peningkatan kebutuhan akan suatu alat pembayaran yang lebih efisien dan cepat. Alat pembayaran elektronik adalah solusinya. Di Indonesia volume transaksi kartu ATM/debit yang tercatat sebanyak 1,86 miliar transaksi atau naik sebesar 24,02% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai 1,49 miliar transaksi. Sementara volume transaksi pada kartu kredit tercatat sebanyak 122,87 juta transaksi atau


(19)

naik sebesar 8,96% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai 112,77 juta transaksi. Aktivitas transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM/debit dan kartu kredit selama tahun2013 menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Nilaitransaksi dengan menggunakan kartu ATM/debit mencapai Rp. 1,99 ribu triliun atau naik sebesar 22,96% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai Rp.1,62 ributriliun. Sedangkan nilai transaksi dengan menggunakan kartu kredit mencapai Rp. 116,70 triliun atau naik sebesar 12,01% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapaiRp. 104,19 triliun. Berdasarkan data Bank Indonesia, jumlah kartu kredit yang beredar saat ini mencapai 15.590.119

kartu. Sementara total pemegang kartu transaksi elektronik, baik automatic

teller machine (ATM) maupun kartu kredit, mencapai 74 juta nasabah

(Yudhistira,2014).

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013 menyatakan bahwa, jumlah penduduk Provinsi Aceh sebesar 4.791.924 jiwa, sedangkan jumlah penduduk di Kabupaten Bireuen sebesar 413.817 jiwa. Bahwa terjadi peningkatan jumlah penduduk di Provinsi Aceh dari tahun sebelumnya yaitu 4.693.934 jiwa, dan juga terjadi peningkatan jumlah penduduk di Kabupaten Bireuen dari tahun sebelumnya sebesar 406.083 jiwa, dan mayoritas penduduk Aceh dihuni oleh masyarakat Muslim. Sangat disayangkan bila masyarakat Muslim masih menggunakan jasa bank konvensional dibandingakan dengan bank syariah untuk melakukan transaksi non tunai.


(20)

Menurut laporan tahunan Bank Aceh tahun 2012 menyatakan bahwa jumlah nasabah di Bank Aceh sebesar 1.747.467 nasabah dan jumlah nasabah pada tahun 2013 sebesar 2.535.929 nasabah, dengan jumlah nasabah yang terus meningkat dapat membantu peningkatan transaksi nontunai untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah Ace

Menurut kajian Tim Peneliti BI mengenai Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat dan Dunia Usaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai (2006) keberhasilan pengembangan sistem pembayaran nontunai tidak bisa dilepaskandari kesiapan masyarakat baik masyarakat umum (sebagai pengguna), dunia usaha (sebagai penerima sistem pembayaran) maupun perbankan untuk menerima sistem pembayaran yang relatif masih baru tersebut. Oleh karenanya, diperlukan suatu penelitian untuk menggali informasi tentang kesiapan masyarakat serta potensi pengembangan instrumen pembayaran nontunai sesuai dengan karakteristik masyarakat dan karakteristik wilayah di seluruh Indonesia.

Dari uraian latar belakang diatas penulisbermaksud melakukan penelitian

dengan judul ‘’Analisis Determinan Pembayaran Non Tunai (Non Cash

Payment) Di Bank Aceh Syariah (Studi Kasus: Kota Bireuen)’’.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas maka dapat diambil suatu rumusan masalah dalam penelitian ini adalah determinan/faktor-faktor apa


(21)

yang mempengaruhi nasabah/masyarakat terhadap penggunaan pembayaran nontunai atau pembayaran dengan menggunakan kartu?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dikemukakan diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bukti empiris dari determinan/faktor-faktor yang mempengaruhi nasabah/masyarakat terhadap penggunaan produk instrumen nontunai atau pembayaran dengan menggunakan kartu di Kota Bireuen.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui faktor-faktor apa

yang mempengaruhi penggunaan produk instumen nontunai.

2. Sebagai informasi dan tambahan referensi untuk penulis lainnya yang

ingin memfokuskan penelitian ini dimasa yang akan datang.

3. Bagi dunia perbankan sebagai pihak yang mengeluarkan inovasi dalam

transaksi pembayaran nontunai untuk peningkatan pengguanaan sistem pembayaran nontunai, disamping itu hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi mengenai potensi-potensi karakteristik wilayah Bireuen sehingga bermanfaat bagi pelaku industri atau penyedia jasa sistem pembayaran non tunai dalam melakukan perluasan kegiatan.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank

2.1.1 Pengertian Bank

Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 12 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dana atau uang yang dihimpun dalam bentuk simpanan disalurkan dalam bentuk kredit dan dalam usahanya bank juga memberikan jasa keuangan lainnya (Pandia, et al, 2005).

2.1.2 Tujuan Dan Fungsi Bank

Bank umum bertujuan memperoleh keuntungan seperti lembaga bisnis lainnya, sedangkan bank sentral bertujuan untuk kepentingan peekonomian negara.Tugas atau fungsi bank sentralin yang utama diantaranya adalah menjadi lembaga fiscal atau keuangan pemerintah, sebagai sumber danapinjaman terakhir, dan melaksanakn funsi-fungsi pengendalian/pelaksanaan kebijakan ekonomi moneter pemerintah termasuk monopoli pengedaran uang kertas bank (Wijaya dan Hadiwigeno, 1991).


(23)

Kegiatan usaha yang dapat dilakukan dilakukan oleh bank syariah diatur dalam Pasal 36 Peraturan Bank Indonesia No.6/24/PBI/2004 (Dewi, et al, 2007: 155-161):

1. Penghimpun dana

a. Giro berdasarkan prinsip wadhi’ah

b. Tabungan berdasarkan prinsip wadhi’ah dan mudharabah

c. Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah

2. Penyaluran dana

a. Prinsip jual beli

b. Prinsip bagi hasil

c. Prinsip sewa menyewa

d. Prinsip pinjam-meminjam berdasarkan akad qardh

e. Jasa pelayanan

2.2 Berdirinya Bank Syariah

2.2.1 Sejarah Berdirinya Bank Syariah

Berdirinya bank syariah dimaksudkan untuk menghindari sistem bunga yang dilarang karena sistem bunga tersebut dapat menimbulkan keburukan atau kemudaratan bagi masyarakat. Keburukan atau kemudaratan yang dapat ditimbulkan sistem bunga ini begitu besar dan luas sehingga sistem ini secara tegas dilarang oleh agama (Lubis, 2010: 101).


(24)

Sejarah, awal mula kegiatan kegiatan bank syariah yang pertama sekali dilakukan adalah di Pakistan dan Malaysia pada sekitar tahun 1940-an. Kemudian di Mesir pada tahun 1963 berdiri Islamic Rural Bank di desa It Gramr Bank. Bank ini beroperasi dipedesaan Mesir dan masih bersekala kecil (Kasmir, 2009: 187).

Bank Syariah pertama di Indonesia merupakan hasil kerja tim perbankan MUI yaitu dengan dibentuknya PT. Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang akte pendiriannya ditanda tangani tanggal 1 November 1991. Bank ini ternyata berkembang cukup pesat sehingga saat ini BMI sudah memili puluhan cabang yang tersebar dibeberapa kota (Kasmir, 2002: 178).

Kehadiran bank syariah ternyata tidak hanya dilakukan oleh masyarakat Muslim, akan tetapi juga bank milik non muslim. Saat ini Bank Islam sudah tersebar di berbagai negara-negara Muslim dan Nonmuslim, baik dibenua Amerika, Australia dan Eropa (Ibid: 179).

2.2.2 Sejarah Berdirinya Bank Aceh Syariah

Untuk memperluas pangsa pasar dan mengakomodir kebutuhan segmen masyarakat yang belum terlayani oleh bank konvensional, khususnya berkaitan dengan masalah keyakinan, serta didukung oleh UU No. 7 Tahun 1997 tentang perbankan yang kemudian disempurnakan dengan UU No. 10 Tahun 1998, membuka peluang yang seluas-luasnya kepada Perbankan Nasional untuk mendirikan Bank Syari’ah maupun Kantor Cabangnya oleh Bank Konvensional, maka pada tanggal 28 Desember


(25)

2001 BPD Aceh mendirikan Unit Usaha Syari’ah dengan SK Direksi No. 047/DIR/SDM/XII/2001. Dengan terbitnya izin pembukaan kantor Cabang Syari’ah dari Bank Indonesia No. 6/4/DPbs/Bna tanggal 19 Oktober 2004 maka dibukalah BPD Cabang Syari’ah di Banda Aceh

2.3 Sistem Pembayaran

2.3.1 Pengertian Sistem Pembayaran

Sistem pembayaran adalah suatu sistem yang mencakup pengaturan, kontrak/perjanjian, fasilitas operasional, dan mekanisme teknis yang digunakan untuk penyampaian, pengesahan, dan penerimaan instuksi pembayaran, serta pemenuhan kewajiban pembayaran melalui pertukaran ‘’nilai’’ antarperorangan, bank, dan lembaga lainnya baik

domestik maupun cross border ‘antarnegara’. Dalam prakteknya,

transaksi pembayaran dilakukan dengan instrument tunai dan nontunai (Subari, 2003: 2).

2.3.2 Komponen Sistem Pembayaran

Menurut Gunawan,et al (2013: 30) Sistem pembayaran terdiri dari

beberapa komponen yang saling terkait satu dengan yang lain, yaitu:

1. Kebijakan

Komponen kebijakan dalam sistem pembayaran memberikan dasar pengembangan sistem pembayaran di suatu negara. Kebijakan sistem pembayaran biasanya tecermin dalam berbagai peraturan dan ketentuan. Kebijakan sistem pembayaran di berbagai negara sangat bervariasi,


(26)

mengingat masing-masing negara mempunyai sejarah, karakteristik, dan kebutuhan akan sistem pembayaran yang berbeda-beda. Adapun kebijakan sistem pembayaran yang ditetapkan Bank Indonesia dalam menjalankan tugasnya mengacu pada empat prinsip:

a. Keamanan

b. Efisiensi

c. Kesetaraan akses; dan

d. Perlindungan konsumen.

2. Kelembagaan

Kelembagaan dalam sistem pembayaran meliputi berbagai lembaga yang secara langsung maupun tidak langsung berperan dalam penyelenggaraan sistem pembayaran. Secara umum, lembaga-lembaga yangterlibat dalam sistem pembayaran meliputi: banksentral, bank-bank dan lembaga kliring, pasar modal, penyedia jasa jaringan komunikasi, dan penerbit kartu kredit.

3. Instrumen Pembayaran

Instrumen/alat pembayaran merupakan media yangdigunakan dalam pembayaran. Instrumen pembayaransaat ini dapat diklasifikasikan atas tunai dan nontunai.

4. Mekanisme Operasional

Dalam sistem pembayaran diperlukan suatu mekanisme operasional untuk melakukan perpindahan danadari satu pihak ke pihak lainnya.


(27)

Infrastruktur teknis meliputi berbagai komponenteknis yang diperlukan untuk memproses dan melakukanperpindahan dana, standar-standar

seperti message format, sistem jaringan komputer, komunikasi,

perangkatkeras dan lunak, sistem back-up, disaster recovery plan, dan

lain-lain.

6. Perangkat Hukum

Perangkat hukum dalam sistem pembayaran mencakup undang-undang dan peraturan-peraturan yang terkait dengan sistem pembayaran. Termasuk pula aturan main berbagai pihak yang terlibat, misalnya antar bank dan nasabah, antar bank dan bank sentral, dll. Peranan perangkat hukum ini sangat penting untuk menjamin adanya aspek legalitas dalam penyelenggaraan sistem pembayaran.

2.3.3 Perkembangan Sistem Pembayaran

Masyarakat Mekkah pada masa jahiliyah telah melakukan perdagangan dengan mempergunakan uang dari Romadan Persia.Menurut Al-Bukhari seperti yang dikutip Muhammad Ustman Syabir, uang yang digunakan ketika itu adalah dinar Hercules, Bizatium, dan Dirham (Rozalinda, 2014).

Perubahan uang emas dan perak ke uang kertas.Uang emas dan perak telah digunakan sejak abad ke-7 SM sampai abad ke 19 M. Kemudian, dihentikan sejak Perang Dunia 1 pada tahun 1914, hal ini disebabkan emas dan perak memerlukan tempat agak besar untuk menyimpan, emas dan perak merupakan bebda yang berat, emas dan perak sukar


(28)

untuk ditambah jumlahnya. Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dalam penggunaan uang tersebut mulailah diperkenalkan uang kertas (ibid).

Perkembangan bentuk uang sejalan dengan perkembangan peradaban manusia.Bila peradaban manusia makin modern, maka bentuk uangnya juga makin berkembang.Secara garis besar, perkembangan perekonomian dapat dibedakan menjadi dua tahap, yaitu perekonomian

barter/barter economies dan perekonomian uang/monetary economies

(Manurung dan Rahardja, 2004: 4).

Dalam Islam uang dipandang sebagai alat tukar, bukan suatu komoditi. Diterimanya peranan uang ini secara meluas dengan maksud menghapuskan ketidakadilan dan kezhaliman, dalam perekonomian tukar menukar (barter) digolongkan sebagai riba fadl, meskipun peranan uang sebagai alat tukar dapat dibenarkan. Barter adalah sebuah metode penukaran yang tidak praktis dan umumnya

menunjukkan banyak kepicikan dalam mekanisme pasar (Hendry, et

al, 1999: 13).

Dalam perkembangan selanjutnya ditemukan cara yang paling efisien dan efektif untuk melakukan transaksi yaitu dengan menggunakan uang. Dewasa ini penggunaan uang sebagai alat untuk melakukan pembayaran sudah dikenal luas dan penggunaan uang sebagai sarana


(29)

pembayaran sudah merupakan kebutuhan pokok hampir disetiap kegiatan masyarakat (Kasmir, 2002).

Namun dalam perjalanan penggunaan uang mengalami berbagai hambatan tertentu.Jika penggunaan dalam jumlah besar hambatannya adalah resiko membawa uang tunai sangat besar. Resiko yang timbul dan harus dihadapi adalah resiko kehilangan, pemalsuan atauterkena perampokan. Akibatnya penggunaan uang tunai sebagai alat pembayaran mulai berkurang penggunaannya (Ibid: 11).

Perkembangan peran uang sebagai alat pembayaran terus mengalami perubahan wujud yaitu dalam suatu bentuk alat pembayaran cek atau giral yang memungkinkan pembayaran dengan cara transfer dana dari saldo rekening antar institusi keuangan, khususnya bank. Pada dasarnya kita dapat mengganggap cek atau giral sebagai jenis pertama alat pembayaran nontunai. Seiring dengan perkembangan teknologi, berbagai instrumen pembayaran nontunai atau elektronik mulai

bermunculan dalam berbagai wujud antara lain mobile banking, ATM,

kartu debet, kartu kredit, smart card (Pramono, et al, 2006).

2.4 Instrumen/Alat Pembayaran

Sebagaimana telah diutarakan pada bagian sebelumnya bahwa instrumen/alat pembayaran merupakan media yang digunakan dalam pembayaran/transaksi. Ada dua jenis instrument pembayaran yang digunakan untuk bertransaksi: instrument pembayaran tunai dan instrumen pembayaran nontunai.


(30)

- Instrumen Pembayaran Tunai

Instrumen pembayaran tunai adalah uang kartal yang terdiri dari uang kertas dan uang logam yangsudah dikenal selama ini. Penggunaan media tunai dalam transaksi pembayaran banyak dipilih dengan alasan kemudahan. Dengan menggunakan uang tunai maka jika seseorang melakukan jual beli barang dan atau jasa, maka pada saat dia menerima barang dan atau jasa yang dibeli, penjual juga menerima uang sebagai pembayarannya. Uang kartal masih memainkan peran penting, khususnya untuk transaksi bernilai kecil. Dalam masyarakat modern seperti sekarang ini pemakaian alat pembayaran tunai seperti uang kartal memang cenderung lebih kecil dibanding uang giral (Ibid: 34).

- Instrumen Pembayaran Nontunai

a. Alat pembayaran menggunakan kertas (paper based) seperti cek dan

bilyet giro;

b. Alat pembayaran tanpa kertas (paperless) seperti transfer dana

elektronik; dan

c. Alat pembayaran menggunakan kartu (card-based) yaitu ATM, kartu

debit, kartu kredit, dan kartu prabayar (Serfianto et al, 2012: 6).

2.4.1 Instrumen Pembayaran Nontunai

1. Kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM= Automatic Teller Machine)

PBI No.11/11/PBI/2009 memberikan pengertian mengenai kartu ATM, yaitu bahwa kartu ATM adalam APMK yang dapat


(31)

digunakan untuk melakukan penarikan tunai dan/atau pemindahan dana dimana kewajiban pemegang kartu dipenuhi seketika dengan mengurangi secara langsung simpanan pemegang kartu pada bank atau lembaga selain bank yang berwenang untuk menghimpun dana sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku (Sjahdeini, 2014: 454).

2. Kartu Kredit (Credit card)

Kartu kredit adalah uang plastik yang diterbitkan oleh suatu institusi yang memungkinkan pemegang kartu untuk memperoleh kredit atas transaksi yang dilakukannya dan pembayarannya dapat dilakukan

secara angsuran dengan membayar sejumlah bunga (finance charge)

atau sekaligus pada waktu yang telah ditentukan. Sedangkan secara umum, A. F.Elly Erawaty dan J.S. Badudu, menjelaskan pengertian kartu kredit adalah kartu yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga lain yang diterbitkan dengan tujuan untuk mendapatkan uang, barang, atau jasa secara kredit (Dewi, et al, 2007: 208).

3. Giro

Pengertian giro menurut ketentuan Pasal 1 angka 6 UU Perbankan Indonesia 1992/1998 (Bahsan, 2005: 16) adalah sebagai berikut: ‘’Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana pembayaran lainnya atau dengan pemindah bukuan.’’

Jenis-jenis sarana penarikan untuk menarik dana yang tertanam di rekening giro (Kasmir, 2007: 70-75) adalah:


(32)

a. Cek (Cheque)

Cek merupakan surat perintah tanpa syarat dari nasabah kepada bank yang memelihara rekening giro nasabah tersebut, untuk membayar sejumlah uang kepada pihak yang disebutkan di dalam atau kepada pemegang cek tersebut.

b. Bilyet Giro (BG)

Bilyet Giro merupakan surat perintah dari nasabah kepada bank yang memelihara rekening giro nasabah tersebut untuk memindah bukuan sejumlah uang dari rekening yang bersangkutan kepada pihak penerima yang disebutkan namanya pada bank yang sama atau bank lainnya.

Table 2.1

Perbedaan Cek dan Bilyet Giro

No. Keterangan Cek Bilyet Giro

1 indentitas -atas nama

-atas unjuk

atas nama

2 Sifat -tunai

-nontunai

nontunai

3 Tanggal hanya ada satu

tanggal

ada dua tanggal Sumber: Kasmir, 2007 (diolah)

4. Electronic Banking

Electronic banking merupakan instrumen transaksi nontunai melalui

perangkat elektronik seperti komputer ataupun telepon. Instrumen

semacam ini biasa juga disebut sebagai internet banking dan/atau

phone banking. Untuk menggunakan fasilitas ini bank menyediakan


(33)

biasanya untuk melakukan transaksi pembayaran ataupun transfer (Hartoyo, et al, 2006).

5. Uang Elektronik

Uang elektronik atau electronic money sesuai PBI Nomor

11/12/PBI/2009 diartikan sebagai alat pembayaran yang memenuhi unsur-unsur (Serfianto, et al, 2012) sebagai berikut:

a. Diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu

oleh pemegang kepada penerbit.

b. Nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media

seperti server atau chip.

c. Digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang

bukan merupakan penerbit uang elektronik tersebut.

d. Nilai uang elektronik yang disetor oleh pemegang dan dikelola

oleh penerbit bukan merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai perbankan.

2.4.2 Hukum Kartu Kredit dan ATM

Kartu ATM, hukum menerbitkan dan menggunakannya adalah mubah karena hanya bisa digunakan sebatas dana nasabah yang ada, dan tidak ada kredit yang diberikan bank kepada nasabah. Namun perlu diingat bahwa hukum ini hanya berlaku untuk bank penerbit kartu yang bukan bank riba (Al Subaili, 2012).


(34)

Kartu kredit, biaya yang dipungut bank atas penggunaan kartu ini hukumnya mubah, baik biaya penerbitan, penarikan uang tunai atau pembayaran tagihan belanja, yang besarnya tetap atau berdasarkan rasio uang tunai yang ditarik atau nilai belanja, karena biaya ini merupakan imbalan dari jasa yang diberikan pihak bank. Dengan demikian, pemungutan biaya tidak dilarang oleh syari’ah (Al Subaili, 2012).

Kartu ini hukumnya mubah bila terpenuhi 2 syarat;

1. Tidak dicantumkan dalam akad persyaratanmembayar denda keterlambatan pelunasan oleh pemegang kartu kepada bank penerbit, karenapersyaratan ini adalah riba.

2. Pemegang kartu tidak boleh menggunakannyauntuk penarikan uang tunai bila bank penerbitmemunggut biaya penarikan berdasarkan rasio dari setiap proses penarikan begitu juga bila bank penerbit menarik potongan biaya melebihi biaya pokok administrasi proses penarikan.

2.4.3 Sistem Kerja Kartu Plastik

Apabila nasabah pemegang kartu melakukan transaksi, maka sistem kerja penagihannya (Kasmir, 2002: 320-321) adalah:

1. Pemegang kartu melakukan transaksi dengan menunjukkan kartu dan

menandatangani bukti transaksinya.

2. Pihak pemegang akan menagihkan ke bank atau lembaga pembiayaan

berdasarkan bukti transaksinya dengan nasabah.

3. Bank atau lembaga pembiayaan akan membayar kembali kepada


(35)

4. Bank atau lembaga pembiayaan akan menagihkan ke pemegang kartu berdasarkan bukti pembelian sampai batas waktu tertentu.

5. Pemegang kartu akan membayar sejumlah nominal yang tertera

sampai atas waktu yang telah ditentukan dan apabila terjadi keterlambatan, maka nasabah akan dikenakan bunga atau denda.

Untuk lebih jelasnya sistem kerja tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Sumber: Kasmir, 2002 (diolah)

Gambar 2.1

Sistem Kerja Kartu Plastik

2.5 Kebijakan Moneter

Uang dapat mempengaruhi variabel-variabel ekonomi yang penting untuk kemakmuran perekonomian, para politikus dan pengambil kebijakan diseluruh dunia sangat memerhatikan pelaksanaan kebijakan moneter, pengaturan uang dan suku bunga (Mishkin, 2011).


(36)

Secara prinsip, tujuan kebijakan moneter Islam tidak berbeda dengan tujuan kebijakan moneter konvensional yaitu menjaga stabilitas dari mata uang (baik secara internal maupun eksternal) sehingga pertumbuhan ekonomi yang merata yang diharapkan dapat tercapai. Stabilitas dalam nilai uang tidak terlepas dari tujuan ketulusan dan keterbukaan dalam berhubungan dengan

manusia. Hal ini disebutkan dalam AL Qur’an: Dan sempurnakanlah takaran

dan timbangan yang adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang

melainkan sekadar kesanggupannya (QS.Al.An’am: 152).

Dalam hadist Nabi Muhammad SAW:’’Jika pada suatu pagi kampung

terdapat seorang yang kelaparan, maka Allah terlepas dari diri mereka, dalam kesempatan lain tidak beriman lagi kepadaKu, orang yang tidur dalam keadaan kenyang, sementara ia tahu tetangganya kelaparan.

Walaupun pencapaian tujuan akhirnya tidak berbeda, namun dalam pelaksanaannya secara prinsip, moneter syari’ah berbeda dengan yang konvensional terutama dalam pemilihan target dan instrumennya. Ekonomi Islam yang didasarkan pada prinsip syariah tidak mengenal konsep bunga karena menurut Islam bunga adalah riba yang haram (terlarang) hukumnya (Sjahdeini, 2014).

2.5.1 Dasar Hukum APMK dan Uang Elektronik

Alat pembayaran dengan menggunakan kartu/APMK serta uang elektronik diatur dalam sejumlah regulasi Peraturan Bank Indonesia (Serfianto, 2014: 61), sebagai berikut:


(37)

1. PBI Nomor 6/30/PBI/2004 tentang penyelenggaraan kegiatan APMK.

2. PBI Nomor 7/52/PBI/2005 tentang penyelenggaraan kegiatan APMK

3. PBI Nomor 10/8/PBI/2008 tentang perubahan atas PBI Nomor

7/52/PBI/2005 tentang penyelenggaraan APMK.

4. PBI Nomor 10/4/PBI/2008 tentang laporan penyelenggaraan

kegiatan APMK oleh Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan lembaga selain bank (LBS).

5. PBI Nomor 11/11/PBI/2009 tentang penyelenggaraan kegiatan

APMK.

6. PBI Nomor 11/12/PBI/2009 tentang uang elektronik (elektronic

money).

7. PBI Nomor 14/2/PBI/2012 tentang perubahan atas PBI Nomor

11/11/PBI/2009 tentang penyelenggaraan APMK.

2.5.2 Syarat-Syarat Sahnya Syariah Card

Berdasarkan Fatwa DSN-MUI syariah card hukumnya halal, kehalalan tersebut hanyalah apabila dipenuhi ketentuan tentang batasan (Sjahdeini, 2014: 461) adalah:

a. Tidak menimbulkan riba.

b. Tidak digunakan untuk transaksi yang tidak sesuai dengan syariah.

c. Tidak mendorong pengeluaran yang berlebihan (israf), dengan cara


(38)

d. Pemegang kartu utama harus memeliki kemampuan financial untuk melunasi pada waktunya.

e. Tidak memberikan fasilitas yang bertentangan dengan syariah.

2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Masyarakat Dalam Menggunakan Instrumen Nontunai/Pembayaran Nontunai

Terdapat beberapa kategori yang dapat digunakansebagai alat untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat dalam

menggunakan instrumen-instrumen pembayaran nontunai, Loix (dalam

Hartoyo, et al, 2006) menyatakan bahwa:

a. Sosial-Demografis, yang terdiri dari umur, pendidikan, besar keluarga,

pekerjaan;

b. Finansial, dengan menggunakan variabel penghasilan per bulan

respondensetelah dikurangi pajak;

c. Teknologi, frekuensi penggunaan mobile phone, komputer pribadi,

internet, PDA, dan penggunaan pelayanan bank melalui telepon

d. Sisi-Penawaran, termasuk di dalamnya daerah tempat tinggal, daerah

tempatbekerja, jumlah terminal POS (Point Off Sale) dan jumlah ATM

baik di daerahtempat tinggal maupun tempat bekerja, kepadatan penduduk di daerah tempattinggal maupun di tempat bekerja, nilai tengah pendapatan perkapita di daerahtempat tinggal maupun tempat bekerja, kepadatan penduduk di daerah tempattinggal maupun di tempat bekerja.


(39)

2.7 Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

Yudhistira , et al (2014) Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Preferensi Dan Aksebilitas Terhadap Penggunaan Kartu Pembayaran Elektronik

Faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi penggunaan kartu pembayaran elektronik adalah

kepemilikan, manfaat, daya tarik kartu dan kerugian dalam penggunaan kartu pembayaran elektronik. Serta faktor-faktor aksebilitas penggunaan kartu pembayaran elektronik yang digunakan diantaranya adalah kepemilikan kartu pembayaran elektronik, informasi mengenai kartu pembayaran elektronik, syarat mendapatkan kartupembayaran elektronik, teknologi dalam

menggunakan sistem pembayaran elektronik. Nirmala dan Widodo (2011) Effect Of

Increasing Use The Card

Paymentequipment On The Indonesian Economy

Pembayaran non tunai pembayaran telah meningkat secara signifikan, bahwa kepemilikan tunai menurun sementara stok uang M1dan M2 meningkat. Peningkatan pembayaran non tunai juga menginduksi pertumbuhan GDP dan penurunan harga.


(40)

Sitorus (2006) Analisis Pengaruh Penggunaan Kartu Pembayaran Elektronik Dan Daya Substitusi Transaksi Non Tunai Elektronik Terhadap Transaksi Tunai Di Indonesia

Membuktikan adanya hubungan yang signifikan untuk jangka panjang antara penggunaan kartu pembayaran

elektronik terhadap transaksi tunai dari perkembangan jumlah pemegang kartu ATM dan nilai transaksi APMKnya. Meskipun proporsi pensubstitusian transaksi APMK masih relatif sedikit namun dalam jangka panjang korelasi negatif ini signifikan secara statistik.

Silitonga (2013)

Analisis Permintaan Uang Elektronik

(E-Money)

Terhadap Velocity

Of Money

(Perputaran Uang) Di Indonesia

Bahwa antara permintaan uang

elektronik (volume transaksi e-money)

dengan nilai velocity of money di

Indonesia memiliki hubungan kausalitas satu arah, dimana tingkat volume

transaksi emoney mempengaruhi nilai

velocity of money. Untuk variabel

jumlah uang beredar (JUB) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan uang elektronik. Pada variabel produk domestic bruto memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan uang elektronik.

Untuk variabel velocity memiliki

pengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan uang elektronik.


(41)

Widiastuti (2010)

Studi Tentang Intensitas Penggunaan

Electronic Banking Oleh Nasabah Pt. Bank Central Asia, Tbk (Bca) Kantor Cabang Utama Semarang

Nilai pelanggan dan kualitas sistem berpengaruh terhadap trust dalam meningkatkan penggunaan frekuensi internet banking. Temuan empiris tersebut mengindikasikan bahwa nilai pelanggan berpengaruh signifikan terhadap trust; kualitas sistem

berpengaruh signifikan terhadap trust; trust berpengaruh signifikan terhadap penggunaan frekuensi internet banking

2.8 Kerangka Konseptual

Adapun kerangka pemikiran peneliti yang menjadi dasar dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

Sosial-Demografis

Finansial

Teknologi

Sisi Penawaran

Alat Pembayaran Nontunai

Nasabah Bank Aceh Syariah


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu jenis penelitian yang bertujuan untuk mencandra atau mendeskripsikan secara sistematik, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek atau populasi tertentu (Sinulingga, 2011: 23). Penelitian ini mendeskripsikan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi nasabah Bank Aceh Syariah untuk menggunakan alat pembayaran nontunai. .

3.2Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Bireuen.Waktu penelitian adalah pada bulan November 2014 sampai bulan Maret 2015.

3.3Definisi Operasional

Definisi operasional variabel yang digunakan dalam pembahasan skripsi ini adalah:

a. Sosial-Demografis, yang terdiri dari umur, pendidikan, besar keluarga,

pekerjaan dan kebudayaan;

b. Finansial, dengan menggunakan variabel penghasilan per bulan responden

setelah dikurangi pajak;

c. Teknologi, frekuensi penggunaan telepon mobile phone, komputer pribadi,


(43)

d. Sisi-Penawaran, termasuk di dalamnya daerah tempat tinggal, daerah

tempat bekerja, jumlah terminal POS (Point Off Sale) dan jumlah ATM

baik di daerah tempat tinggal maupun tempat bekerja, kepadatan penduduk di daerah tempat tinggal maupun di tempat bekerja, nilai tengah pendapatan perkapita di daerah tempat tinggal maupun tempat bekerja, kepadatan penduduk di daerah tempat tinggal maupun di tempat bekerja.

e. Alat pembayaran nontunai adalah alat pembayaran menggunakan kertas

(paper based) seperti cek dan bilyet giro, alat pembayaran tanpa kertas

(paperless) seperti transfer dana elektronik, dan alat pembayaran

menggunakan kartu (card-based) yaitu ATM, kartu debit, kartu kredit, dan

kartu prabayar

3.4Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi

Populasi merujuk pada sekumpulan orang atau objek yang memiliki kesamaan dalam satu atau beberapa hal yang membentuk masalah pokok dalam suatu penelitian (Muhamad, 2008: 161).Populasi dari penelitian ini adalah nasabah atau pengguna alat pembayaran nontunai Bank Aceh Syariah di Kota Bireuen.

3.4.2 Sampel

Sampel merupakan bagian atau sejumlah cuplikan tertentu yang diambil dari suatu populasi dan diteliti secara rinci (Muhamad, 2008: 162).


(44)

teknik nonprobability sampling yang memilih orang-orang terseleksi berdasarkan ciri-ciri khusus yang dimiliki sampel tersebut yang dipandang mempunyai sangkut paut erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Ibid, 2008: 175). Penulis mengambil sampel sebanyak 100 orang.

3.5Jenis dan Metode Pengumpulan Data 3.5.1 Jenis Data

1. Data Primer ialah data yang berasal dari sumber asli atau pertama.

Data ini tidak tersedia dalam bentruk terkompilasi ataupun dalam bentuk file-file. Data ini harus dicari melalui narasumber atau responden (Sarwono, 2006: 8), yaitu melalui kuesioner yang diberikan kepada nasabah Bank Aceh Syariah Kota Bireuen.

2. Data Sekunder adalah data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal

mencari dan mengumpulkannya (Ibid: 11), yaitu data dari Badan Pusat Statistik, Bank Syariah Aceh Kota Bireuen, serta bahan bacaan lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.5.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan sebagai berikut:

1. Studi kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan data dan informasi


(45)

diteliti, yang dapat diperoleh dari buku-buku, jurnal, internet dan lain-lain.

2. Kuesioner, peneliti membuat daftar pertanyaan yang relevan dengan

penelitian yang dilakukan. Kuisioner ini ditujukan kepada nasabah atau pengguna alat pembayaran nontunai Bank Aceh Syariah Kota Bireuen.

3.6Teknik Analisis Data 3.6.1 Alat Analisis Data

Alat analisis data yang digunakan dalam menganalisis data penelitian yaitu:

1. Dengan menggunakan program SPSS (Statistical Product and

Service Solution) 21.

2. Skala Likert. Menurut Kinnear (dalam Muhamad 2008: 154) skala

likert ini berhubungan dengan pernyataan tentang sikap seseorang terhadap sesuatu. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan, pernyataan sikap seperti berikut:

- Sangat Setuju (SS), dengan skor 5

- Setuju (S), dengan skor 4

- Ragu-Ragu (R), dengan skor 3

- Tidak Setuju (TS), dengan skor 2


(46)

3.6.2 Metode Analisis Data 3.6.2.1Statistik Deskriptif

Untuk mendeskripsikan apakah faktor-faktor yang mempengarhi nasabah/masyarakat menggunakan alat pembayaran nontunai, penulis menggunakan statistik deskriptif, yaitu metode statistik yang berusaha menjelaskan atau menggambarkan berbagai karakteristik data seperti berapa rata-ratanya, seberapa jauh data-data bervariasi, dan lain sebagainya (Muhamad 2008: 200).

3.6.2.2Uji Validitas

Untuk menguji skala pengukuran yang digunakan, peneliti menggunakan Uji validitas dan Uji realibilitas. Suatu skala pengukuran dikatakan valid apabila skala tersebut digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sarwono, 2006: 99).

Uji validitas, yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan program SPSS 21, dengan membandingkan nilai r

hasil Corrected Item Total Correlation (r-hitung) dengan r tabel (situmorang, 2008: 43). Adapun kriterianya adalah sebagai berikut:

- Apabila �ℎ�����>������, maka pertanyaan dinyatakan valid.

- Apabila �ℎ�����<������, maka pertanyaan dinyatakan tidak


(47)

3.6.2.3Uji Realibilitas

Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi atau keteraturan hasil pengukuran suatu instrumen dan hasil pengujian tersebut merupakan ukuran yang benar dari sesuatu yang diukur.Realibilitas menunjuk pada adanya konsistensi dan stabilitas hasil pengukuran tertentu (Sarwono, 2006: 100).

Sama halnya dengan Uji Validitas, Uji Realibilitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 21. Menurut Ghozali dan Kuncoro (dalam Situmorang, 2008:46) suatu konstruk atau

variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach’s

alpha > 0,60 atau cronbach’s alpha > 0,80.

3.6.2.4Analisis Faktor

Dalam analisis faktor tidak terdapat variabel bebas dan tergantung karena analisis faktor tidak mengklasifikasi variabel ke dalam kategori variabel bebas dan tergantung melainkan mencari hubungan interpendensi antarvariabel agar dapat mengidentifikasikan dimensi-dimensi atau faktor-faktor yang menyusunnya (Sarwono, 2006: 202).

Analisis faktor diuji dengan menggunakan program SPSS 21. Melalui Analisis Faktor, dapat diketahui pernyataan-pernyataan mana yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi nasabah/masyarakat untuk menggunakan alat pembayaran


(48)

nontunai terhadap nasabah/masyarakat Bank Aceh Syariah di Kota Bireuen.


(49)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Gambaran Umum Kabupaten Bireuen

Kabupaten Bireuen merupakan salah satu kabupaten di Aceh yang memiliki 17 kecamatan, pada tahun 2013 jumlah penduduk Kabupaten Bireuen sebanyak 413 817 jiwa, yang tersebar dimasing-masing kecamatan yaitu:

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk Kabupaten Bireuen Perkecamatan

No Kecamatan

Jumlah Penduduk

1 Samalanga 28 925

2 Sp Mamplam 26 013

3 Pandrah 8 152

4 Jeunieb 23 713

5 Peulimbang 10 887

6 Peudada 25 505

7 Juli 30 556

8 Jeumpa 34 222

9 Kota Juang 47 419

10 Kuala 17 186

11 Jangka 27 314

12 Peusangan 50 481

13 Peusangan Selatan 13 905

14 Siblah Krueng 11 105

15 Makmur 14 760

16 Gandapura 22 196

17 Kutablang 21478

Total 413 817

Sumber: BPS Kabupaten Bireuen (data diolah)

4.2Gambaran Umum Bank Aceh Syariah

Bank Aceh (dahulu bernama Bank Pembangunan Daerah Aceh/BPD Aceh) adalah satu-satunya bank daerah yang berguna untuk meningkatkan


(50)

perekonomian masyarakat khususnya di oleh Pemerintah Daerah beserta tokoh masyarakaat dan tokoh pengusaha swasta di Aceh atas dasar pemikiran perlunya suatu lembaga keuangan yang berbentuk Bank, yang secara khusus membantu pemerintah dalam melaksanakan pembangunan di daerah, dan kemudian Bank Aceh mendirikan Bank Aceh Syariah pertama yaitu terletak di Banda Aceh, kemudian membuka beberapa cabang diseluruh Aceh, pada tanggal 21 Desember 2009 berdiri Bank Aceh Syariah Cabang Pembantu Bireuen berkedudukan di jalan Malikussaleh Nomor 12 Bireuen, Kecamatan Kota Juang, dengan pimpinan saat ini yaitu Bapak Muslim.

Adapun visi, misi, motto, logo, jenis produk dan jasa yang ditawarkan Bank Aceh Syariah adalah sebagai berikut:

a. Visi

Mewujudkan Bank Aceh Syariah menjadi bank yang terus sehat, tangguh, handal dan terpercaya serta dapat memberikan nilai tambah yang tinggi kepada mitra dan masyarakat.

b. Misi

Membantu dan mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui pengembangan dunia usaha dan pemberdayaan dunia usaha dan pemberdayaan ekonomi rakyat, serta memberi nilai tambah kepada pemilik dan kesejahteraan kepada Karyawan.


(51)

c. Motto/Corporate Image

“Kepercayaan adalah suatu manifestasi dan wujud Bank sebagai

pemegang amanah dari Nasabah, Pemilik dan Masyarakat secara luas untuk menjaga kerahasiaan dan mengamankan kepercayaan tersebut.

“Kemitraan” adalah suatu jalinan kerjasama usaha yang erat dan setara

antara Bank dan Nasabah yang merupakan strategi bisnis bersama dengan prinsip saling membutuhkan, saling memperbesar dan saling menguntungkan diikuti dengan pembinaan dan pengembangan secara berkelanjutan.

d. Logo Bank Aceh Syariah

Gambar 4.1 Logo Bank Aceh Syariah

Bentuk dasar adalah sekuntum bunga Seulanga / Kenanga (Cananga

Odorata / Canangium Odoratum) yang terkenal akan keharumannya,

dengan model ukiran khas Aceh dengan 3 helai kelopak bunga yang mewakili; manajemen Bank Aceh, pemegang saham dan masyarakat Aceh dengan warna: kuning kehijauan – hijau muda – hijau sedang sebagaimana warna bunga kenanga; melambangkan sebuah pertumbuhan dan kemakmuran serta kesejahteraan masyarakat Aceh yang holistik dan menggambarkan dari semangat manajemen dan karyawan untuk terus


(52)

berusaha melakukan pengembangan bank, dengan mengedepankan kemitraan sehingga mampu menjadi bank kepercayaan/kebanggaan masyarakat Aceh.

Bentuk elips seperti bulan sabit berwarna merah terbuka bagian atas dengan posisi miring adalah merupakan gambaran semangat Bank Aceh sebagai wadah lembaga keuangan/perbankan yang membuka peluang informasi dan menampung aspirasi nasabah sebagai mitra sesuai dengan dinamika dan perkembangan zaman dengan tidak meninggalkan identitas kedaerahan dan kaidah yang islami.

Gambar 4.2

Letak Logo Bank Aceh Syariah

Letak logo diantara tulisan Bank dan Aceh menggambarkan logo sebagai mediator antara manajemen Bank Aceh dengan masyarakat Aceh, tulisan Bank menggunakan jenis huruf Friz Quardata Regular sedang tulisan Aceh menggunakan jenis huruf Friz Quardata Bold dengan maksud untuk lebih memperlihatkan nama Aceh.

e. Jenis Produk dan Jasa Yang Ditawarkan

Seperti halnya bank pada umumnya, Bank Aceh Syari’ah menawarkan produk dan jasa bagi para nasabahnya antara lain:


(53)

- Produk Penghimpunan Dana seperti: Giro wadiah, Tabungan Firdaus, Tabungan Sahara (Haji dan Umrah), TabunganKu Syariah dan Deposito Mudharabah.

- Produk Penyaluran Dana/Pembiayaan seperti: Pembiayaan Murabahah,

Pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah, Ijarah, Qardh.

- Jasa-Jasa seperti: Kiriman Uang (SKN-BI dan RTGS), Inkasso, Jaminan

Bank (garansi bank/ kafalah), ATM, ATM Bersama, Referensi Bank dan lain-lain.

4.3Karakteristik Responden

Responden yang mengisi kuesioner adalah nasabah yang menggunakan alat pembayaran nontunai di Bank Aceh Syariah di wilayah Bireuen. Hasil total terhadap kuesioner yang dijalankan adalah 100 responden. Adapun profil responden jika dilihat berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan Terakhir, Jenis Pekerjaan, Jumlah Pendapatan dan Jumlah Pengeluaran Perbulan adalah sebagai berikut:

4.3.1 Usia

Dari aspek usia, persentase tertinggi ada pada responden berusia 15-24 tahun, yakni 48 persen. Pada usia ini sesorang sudah dapat dikatakan memiliki ilmu pengetahuan yang dalam untuk dapat menggunakan alat pembayaran nontunai. sebagian besar responden berada pada usia produktif, antara 25-34 tahun, yaitu sebesar 27 persen, dan pada usia 35-44 tahun sebesar 14 persen, pada usia 45-54 tahun sebesar 6 persen, dan persentase responden yang paling kecil pada responden yang


(54)

berusia > 55 tahun, dimana umur akan berpengaruh sehingga semakin tua seseorang maka penggunaan instrumen pembayaran nontunai akan semakin berkurang. Adapun penyebaran karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada gambar 4.3.

Gambar 4.3

Jumlah Responden Berdasarkan Usia (Data Primer)

4.3.2 Jenis Kelamin

Dari hasil penyebaran kuesioner, didapatkan bahwa sebagian besar yang menjadi responden adalah perempuan, yakni sebesar 57 persen, sedangkan responden laki-laki sebesar 43 persen. Dari hasil ini dapat dilihat bahwa tidak menentukan dari jenis kelamin untuk menggunakan alat pembayaran nontunai. Adapun penyebaran karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada gambar 4.4.

15-24 tahun 48% 25-34 tahun

27% 35-44 tahun

14%

45-54 tahun 6%

>55 tahun 5%


(55)

Gambar 4.4

Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin (Data Primer)

4.3.3 Pendidikan Terakhir

Latar belakang pendidikan responden sebagian besar adalah lulusan S1 sebesar 44 persen, dan SD sebanyak 3 persen lulusan SMP sebanyak 4 persen lulusan SMA sebanyak 29 persen, diploma 16 persen, dan sisanya adalah lulusan S2/S3 sebanyak 4 persen. Gambar 4.5. di bawah ini menyajikan sebaran respoden menurut latar belakang pendidikan. Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden merupakan masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan yang baik. Jika menggunakan batas SMP, maka responden yang memiliki pendidikan di atas SMP mencapai 93 persen, dan yang minimal sarjana terdapat 48 persen dari responden.

Perempuan 57% Laki-laki


(56)

Gambar 4.5

Persentase Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir (Data Primer)

4.3.4 Pekerjaan

Pekerjaan responden sangat menentukan untuk menggunakan alat pembayaran nontunai. Karakteristik lainnya dilihat dari pekerjaan responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 28 persen responden adalah pegawai negri/swasta, mahasiswa 20 persen, angkatan 2 persen, petani 4 persen, wiraswasta 26 persen, ibu rumah tangga 11 persen dan pekerjaan lainnya 9 persen. Sebaran karakteistik berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada gambar 4.6.

SD 3%

SMP 4%

SMA 29%

DIPLOMA 16% S1

44% S2 3%

S3 1%


(57)

Gambar 4.6

Jumlah Responden Berdasarkan Pekerjaan (Data Primer)

4.3.5 Pendapatan

Tingkat pendapatan responden sangat menentukan sikap responden dalam menggunakan alat pembayaran nontunai. Berdasarkan identitas penghasilan menunjukkan bahwa repsonden yang berpenghasilan Rp 2.000.000-Rp 3.000.000 lebih banyak dibandingkan dengan yang lainnya yaitu sebesar 52 persen. Responden dengan kategori penghasilan tertinggi > Rp 10.000.000 hanya 4 persen. Banyaknya responden yang berpenghasilan Rp 2.000.000-Rp 3.000.000 menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah pegawai negri/swasta yang rata-rata berpenghasilan pada kisaran tersebut. Penghasilan responden tersebut disajikan pada Gambar 4.7 berikut.

Pegawai Negeri/Swasta

28%

Mahasiswa 20% Angkatan

2%

Petani 4% Wiraswasta

26% Ibu Rumah

Tangga 11%

Lainnya 9%


(58)

Gambar 4.7

Persentase Responden Berdasarkan Pendapatan (Data Primer)

4.3.6 Pengeluaran

Identitas responden lainnya dilihat dari pengeluaran responden setiap bulannya. Pengeluaran responden paling besar persentasenya pada kisaran Rp 1.000.000-Rp 2.000.000 perbulan yaitu 58 persen, yang merupakan kelompok responden yang paling dominan. Pengeluaran responden antara Rp 1.000.000-Rp 2.000.000 perbulan dapat dimasukan ke dalam kategori masyarakat kelas menengah. Komposisi responden dengan pengeluaran yang semakin besar semakin sedikit jumlahnya. Responden dengan pengeluaran diatas Rp 9.000.000 yaitu 1 persen, sisanya responden yang memiliki pengeluaran antara Rp 3.000.000–4.000.000 sebesar 35 persen. Gambar 4.8 menyajikan pengeluaran responden setiap bulannya

52% 28%

9% 7%

4% Rp 2.000.000-Rp

3.000.000 Rp 4.000.000-Rp 5.000.000 Rp 6.000.000-Rp 7.000.000 Rp 8.000.000-Rp 9.000.000 >Rp 10.000.000


(59)

Gambar 4.8

Persentase Responden Berdasarkan Pengeluaran (Data Primer)

4.3.7 Lama Menjadi Nasabah di Bank Aceh Syariah

Karakteristik responden dari lamanya menjadi nasabah di Bank Aceh Syariah di Kota Bireuen. Persentase tertinggi yaitu berada pada 1 bulan-1 tahun yaitu sebesar 40 persen, 1,5 tahun-2,5 tahun sebesar 23 persen, 3 tahun-4,5 tahun sebesar 24 persen, dan diatas 5 tahun yaitu sebesar 13 persen. Persentase lamanya menjadi nasabah di Bank Aceh Syariah tersebut disajikan pada Gambar 4.9 berikut.

58% 35%

4% 2% 1%

Rp 1.000.000-Rp 2.000.000 Rp 3.000.000-Rp 4.000.000 Rp 5.000.000-Rp 6.000.000 Rp 7.000.000-Rp 8.000.000 >Rp 9.000.000


(1)

2

3

4

5

6

7

8

9

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

80

24

a

c

e

b

b

3

thn

a

4

5

5

4

5

4

4

5

4

5

4

5

4

81

41

b

c

a

b

a

2

thn

a

5

4

5

3

4

4

5

4

3

5

4

3

5

82

49

b

d

a

b

b

5

thn

a

5

4

5

5

4

5

5

5

5

4

5

5

4

83

25

b

e

e

a

a

2 bln

a

4

4

5

5

5

4

5

5

5

5

4

5

4

84

30

a

c

e

d

b

9 bln

a

4

4

4

4

5

4

4

4

4

4

4

4

5

85

27

a

e

e

d

b

10bln

a

5

5

4

4

5

4

4

5

5

5

5

4

5

86

20

b

e

b

a

a

1

thn

a

4

5

4

5

4

5

3

4

5

4

5

4

5

87

21

b

e

b

a

a

3

thn

a

5

4

5

4

5

4

5

4

5

5

4

5

4

88

25

a

e

g

d

d

5

thn

abc

5

5

5

5

5

5

5

4

5

5

5

5

5

89

24

b

d

a

b

b

1

thn

a

5

5

4

5

4

5

5

5

4

5

5

4

5

90

24

a

e

e

b

b

4

thn

a

4

5

4

5

4

5

5

4

5

5

4

5

4

91

24

b

e

a

d

b

1

thn

a

4

5

4

4

4

4

5

4

4

5

5

4

4

92

25

a

e

e

b

b

3

thn

a

5

4

5

4

5

4

5

5

4

5

4

5

4

93

26

b

e

a

b

a

7 bln

a

5

5

4

5

4

4

5

4

4

4

4

4

4

94

20

b

d

b

a

a

2

thn

a

5

4

5

4

5

5

5

5

5

5

4

5

4

95

22

a

c

b

a

a

7 bln

a

5

5

5

4

5

5

5

4

4

5

5

4

4

96

58

a

c

e

c

c

1

thn

a

5

5

4

5

5

4

4

5

4

4

4

5

4

97

36

a

e

a

a

b

6

thn

a

5

4

5

5

5

5

5

5

5

4

5

5

5

98

53

a

b

d

a

a

1

thn

a

5

5

5

5

4

4

5

5

5

5

5

5

5

99

43

b

b

f

a

a

2

thn

a

5

5

5

4

5

5

4

5

5

5

5

5

5

100

27

a

e

a

c

b

3

thn

acd

5

5

5

4

4

4

4

5

4

4

4

5

5


(2)

LAMPIRAN 3

Output

Uji Validitas dan Realibilitas melalui SPSS 21

Scale: ALL VARIABLES

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

.791

13

Case Processing Summary

N

%

Cases

Valid

100

100.0

Excluded

a

0

.0

Total

100

100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Item Statistics

Mean

Std. Deviation

N

Pernyataan 1

4.52

.594

100

Pernyataan 2

4.38

.708

100

Pernyataan 3

4.37

.734

100

Pernyataan 4

4.17

.985

100

Pernyataan 5

4.39

.709

100

Pernyataan 6

4.47

.577

100

Pernyataan 7

4.62

.528

100

Pernyataan 8

4.49

.522

100

Pernyataan 9

4.42

.589

100

Pernyataan 10

4.50

.628

100

Pernyataan 11

4.47

.502

100

Pernyataan 12

4.24

.793

100


(3)

Scale Mean if

Item Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha

if Item Deleted

Pernyataan 1

52.94

18.239

.478

.772

Pernyataan 2

53.08

18.115

.399

.779

Pernyataan 3

53.09

17.598

.468

.772

Pernyataan 4

53.29

15.824

.539

.766

Pernyataan 5

53.07

17.015

.598

.759

Pernyataan 6

52.99

18.959

.344

.783

Pernyataan 7

52.84

19.732

.215

.792

Pernyataan 8

52.97

18.979

.388

.780

Pernyataan 9

53.04

18.726

.382

.780

Pernyataan 10

52.96

17.817

.530

.767

Pernyataan 11

52.99

19.566

.271

.788

Pernyataan 12

53.22

17.143

.495

.770

Pernyataan 13

53.04

19.170

.318

.785

Scale Statistics

Mean

Variance

Std. Deviation

N of Items


(4)

LAMPIRAN 4

Output

Analisis Faktor melalui SPSS 21

Factor Analysis

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy.

.788

Bartlett's Test of Sphericity

Approx. Chi-Square

269.659

Df

78

Sig.

.000

Communalities

Initial

Extraction

Per nyataan 1

1.000

.431

Per nyataan 2

1.000

.615

Per nyataan 3

1.000

.526

Per nyataan 4

1.000

.558

Per nyataan 5

1.000

.584

Per nyataan 6

1.000

.453

Per nyataan 7

1.000

.624

Per nyataan 8

1.000

.584

Per nyataan 9

1.000

.668

Per nyataan 10

1.000

.687

Per nyataan 11

1.000

.674

Per nyataan 12

1.000

.521

Per nyataan 13

1.000

.587


(5)

Total Variance Explained

Component

Initial Eigenvalues

Extraction Sums of Squared Loadings

Total

% of

Variance

Cumulative %

Total

% of

Variance

Cumulative %

1

3.783

29.100

29.100

3.783

29.100

29.100

2

1.283

9.873

38.973

1.283

9.873

38.973

3

1.240

9.541

48.514

1.240

9.541

48.514

4

1.205

9.269

57.783

1.205

9.269

57.783

5

.976

7.507

65.290

6

.790

6.080

71.370

7

.722

5.557

76.927

8

.654

5.033

81.961

9

.563

4.327

86.288

10

.502

3.861

90.149

11

.488

3.756

93.905

12

.442

3.403

97.308

13

.350

2.692

100.000

Extraction Method: Principal Component Analysis.

Component Matrix

a

Component

1

2

3

4

Per nyataan 1

.591

-.098

-.175

-.205

Per nyataan 2

.524

-.189

.086

-.545

Per nyataan 3

.589

-.217

-.071

-.356

Per nyataan 4

.670

-.240

-.141

.177

Per nyataan 5

.715

-.197

-.070

.170

Per nyataan 6

.439

.490

.102

.101

Per nyataan 7

.300

.376

-.583

.228

Per nyataan 8

.483

.504

-.094

-.297

Per nyataan 9

.484

.310

.463

.352

Per nyataan 10

.649

-.435

-.193

.199

Per nyataan 11

.363

-.003

.703

-.219

Per nyataan 12

.610

.372

-.065

-.077

Per nyataan 13

.420

-.188

.253

.558

Extraction Method: Principal Component Analysis.

a. 4 components extracted.


(6)

Anti-image Matrices

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13

Ant i-ima ge Cov aria nce

P1 ,713 -,146 -,053 -,075 -,031 -,052 -,115 -,095 ,085 -,048 -,075 ,007 -,086 P2 -,146 ,734 -,137 ,020 -,031 -,006 ,113 -,063 ,004 -,085 -,079 -,075 ,063 P3 -,053 -,137 ,706 -,083 -,020 ,002 -,042 -,098 ,018 -,125 -,115 ,016 ,052 P4 -,075 ,020 -,083 ,602 -,177 -,018 ,035 -,001 ,042 -,061 ,034 -,122 -,127 P5 -,031 -,031 -,020 -,177 ,534 -,086 ,053 -,006 -,096 -,190 ,025 -,070 ,027 P6 -,052 -,006 ,002 -,018 -,086 ,813 -,128 -,005 -,104 ,077 -,086 -,101 ,007 P7 -,115 ,113 -,042 ,035 ,053 -,128 ,802 -,147 -,029 -,128 ,172 -,034 -,020 P8 -,095 -,063 -,098 -,001 -,006 -,005 -,147 ,734 -,048 ,107 -,046 -,188 -,016 P9 ,085 ,004 ,018 ,042 -,096 -,104 -,029 -,048 ,718 ,002 -,155 -,132 -,196 P1

0 -,048 -,085 -,125 -,061 -,190 ,077 -,128 ,107 ,002 ,567 ,004 -,019 -,134 P1

1 -,075 -,079 -,115 ,034 ,025 -,086 ,172 -,046 -,155 ,004 ,797 ,017 -,085 P1

2 ,007 -,075 ,016 -,122 -,070 -,101 -,034 -,188 -,132 -,019 ,017 ,650 ,096 P1

3 -,086 ,063 ,052 -,127 ,027 ,007 -,020 -,016 -,196 -,134 -,085 ,096 ,759 Ant i-ima ge Cor rela tion

P1 .847a -,202 -,075 -,114 -,051 -,069 -,151 -,131 ,119 -,075 -,099 ,010 -,117

P2 -,202 .814a -,190 ,030 -,049 -,007 ,147 -,086 ,006 -,132 -,103 -,108 ,085

P3 -,075 -,190 .849a -,128 -,032 ,003 -,056 -,136 ,025 -,197 -,154 ,023 ,071

P4 -,114 ,030 -,128 .833a -,313 -,026 ,050 -,002 ,064 -,105 ,049 -,195 -,188

P5 -,051 -,049 -,032 -,313 .816a -,131 ,081 -,010 -,155 -,344 ,038 -,120 ,043

P6 -,069 -,007 ,003 -,026 -,131 .812a -,159 -,007 -,136 ,113 -,107 -,139 ,008

P7 -,151 ,147 -,056 ,050 ,081 -,159 .588a -,191 -,038 -,191 ,215 -,047 -,026

P8 -,131 -,086 -,136 -,002 -,010 -,007 -,191 .762a -,066 ,165 -,061 -,272 -,021

P9 ,119 ,006 ,025 ,064 -,155 -,136 -,038 -,066 .741a ,003 -,205 -,193 -,266

P1

0 -,075 -,132 -,197 -,105 -,344 ,113 -,191 ,165 ,003 .777

a ,006 -,032 -,204

P1

1 -,099 -,103 -,154 ,049 ,038 -,107 ,215 -,061 -,205 ,006 .701

a ,024 -,109

P1

2 ,010 -,108 ,023 -,195 -,120 -,139 -,047 -,272 -,193 -,032 ,024 .810

a ,137

P1

3 -,117 ,085 ,071 -,188 ,043 ,008 -,026 -,021 -,266 -,204 -,109 ,137 .696

a