1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sumber daya manusia merupakan faktor sentral dalam organisasi. Apapun bentuk  dan  tujuannya,  organisasi  dibangun  berdasarkan  berbagai  visi  untuk
kepentingan  manusia  dan  dalam  implementasinya,  misinya  dikelola  dan  diurus oleh  manusia  juga.  Jadi  manusia  merupakan  faktor  strategis  dan  vital  dalam
semua  jenis  kegiatan  institusi  atau  organisasi  apapun.  Hal  ini  didukung  oleh Gomez  Almigo,  2004:52  yang  menyatakan  bahwa  “sumber  daya  manusia
memegang peranan penting dan menentukan bagi keberhasilan organisasi”. Terkait  dengan  sumber  daya  manusia  sebagai  faktor  sentral  dalam
organisasi,  dapat  kita  lihat  bahwa  tingkat  kualitas  sumber  daya  manusia  pada instansi pemerintah umumnya belum menunjukkan kinerja pelayanan publik yang
memuaskan.  Potret  tentang  sumber  daya  manusia  di  lingkungan  instansi pemerintah, sedikitnya akan berpengaruh terhadap efektivitas pelayanan birokrasi
yang berhubungan dengan pendidikan. Salah satu faktor pendukung keberhasilan pembangunan  pendidikan  adalah  terselenggaranya  mekanisme  kerja  pegawai
instansi pemerintah yang bersih dan berwibawa dalam mengurus setiap masalah. Pengelolaan  sumber  daya  manusia  dalam  institusiorganisasi  sangat  erat
kaitannya  dengan  kepemimpinan.  Kepemimpinan  selalu  diperlukan  sebagai aktivitas  untuk  mempengaruhi,  menggerakkan,  dan  mengarahkan  tindakan
individu  atau  kelompok  untuk  mencapai  tujuan  yang  diharapkan.  Tanpa
1
2
kepemimpinan  hubungan  antara  perseorangan  dengan  tujuan  organisasi  akan menjadi  lemah.  Kepemimpinan  memiliki  kedudukan  yang  sangat  vital  dan
menentukan  dalam  organisasi.  Pemimpin  yang  melaksanakan  kepemimpinannya secara  efektif,  akan  dapat  menggerakkan  individupersonel  ke  arah  tujuan  yang
dicita-citakan. Yukl  2007:8  mendefinisikan  kepemimpinan  sebagai  proses  untuk
mempengaruhi  orang  lain  untuk  memahami  dan  setuju  dengan  apa  yang  perlu dilakukan  dan  bagaimana  tugas  itu  dilakukan  secara  efektif,  serta  proses  untuk
memfasilitasi upaya individu dan kolektif untuk mencapai tujuan bersama. Senada dengan  itu,  Wiles  1961:29,  mengemukakan  bahwa  “leadership  is  any
contribution  to  the  establishment  and  attainment  of  group  purposes”. Kepemimpinan adalah kegiatan untuk penetapan dan pencapaian tujuan bersama.
Pemimpin-pemimpin  dalam  hal  ini,  tidak  hanya  mengandalkan  kekuasaan formalnya karena adanya legitimasi dari atasan, namun ia hendaknya mempunyai
wibawa yang mendatangkan respek dari para anggotabawahan yang dipimpinnya. Setiap  organisasi  apapun  bentuknya,  memiliki  kompleksitas,  yang  setiap
saat menghadapi
berbagai karakteristik
anggotapersonel yang
dapat mengembangkan  maupun  melemahkan  organisasi.  Hal  ini  menjadi  alasan
diperlukannya  orang  yang  tampil  mengatur,  memberi  pengaruh,  menata, mendamaikan,  memberi  penyejuk,  dan  dapat  menetapkan  tujuan  yang  tepat  saat
anggota  tersesat  atau  kebingungan  dalam  menetapkan  arah.  Disinilah  perlunya pemimpin yang melaksanakan kepemimpinan.
3
Pemimpin  yang  mempunyai  integritas  kepribadian,  konsisten,  adil,  jujur, dan  arif  bijaksana  tentunya  akan  dapat  menciptakan  iklim  organsisasi  yang
kondusif. Kondisi semacam ini pasti akan mendorong anggota  yang dipimpinnya untuk  berpartisipasi  secara  aktif  dan  kreatif,  bekerja  keras  dengan  semangat
tinggi,  mempunyai  komitmen  untuk  mengaktualisasikan  potensi  kemampuan dirinya  dengan  penuh  tanggung  jawab,  bercipta,  rasa,  karsa,  dan  karya  dalam
menggalang tujuan bersama. Pada  dasarnya,  setiap  organisasi  mempunyai  keinginan  agar  dapat
mencapai tingkat produktivitas yang tinggi, terlepas organisasi apapun bentuk dan namanya. Organisasi profit, seperti perusahaan misalnya, berkeinginan agar dapat
mencapai  keuntungan  yang  besar,  karena  itu  setiap  pegawainya  dituntut  dapat bekerja  secara  optimal  dan  maksimal  sehingga  perusahaan  mampu  memproduksi
barangjasa  semaksimal  mungkin.  Dengan  kata  lain  perusahaan  tersebut menginginkan  produktivitas  yang    tinggi.  Dan  tujuan  perusahaan  tersebut  untuk
mendapatkan labaprofit yang maksimal dapat tercapai. Demikian  halnya  dengan  institusi-institusi  pemerintahan  pada  umumnya,
Dinas Pendidikan sebagai organisasiinstitusi non profit yang dimaksudkan untuk membantu  dan  melayani  masyarakat  diharapkan  dapat  memberikan  pelayanan
secara  maksimal  kepada  masyarakat  penggunanya  customer.  Dalam  hal  ini tentunya adalah masyarakat pendidikan. Masyarakat pendidikan ini adalah orang-
orang yang mempunyai kepedulian dalam bidang pendidikan, yang sering disebut dengan  pendidik  dan  tenaga  kependidikan.  Dalam  Undang-undang  RI  Nomor  20
4
Tahun  2003  tentang  Sistem  Pendidikan  Nasional  Bab  XI  Pasal  39,  dinyatakan bahwa:
1 Tenaga  kependidikan  bertugas  melaksanakan  administrasi,
pengelolaan,  pengembangan,  pengawas,  dan  pelayanan  teknis untuk  menunjang  proses  pendidikan  pada  satuan  pendidikan.
Dijelaskan  lebih  lanjut  bahwa  tenaga  kependidikan  itu  meliputi pengelola  satuan  pendidikan,  penilik,  pamong  belajar,  pengawas,
peneliti,  pengembang,  pustakawan,  laboran,  dan  teknisi  sumber belajar.
2 Pendidik  merupakan  tenaga  profesional  yang  bertugas
merencanakan  dan  melaksanakan  proses  pembelajaran,  menilai hasil pemebelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
Tenaga kependidikan sebagaimana yang telah dikemukakan di atas adalah kelompok  masyarakat  yang  menjadi  ujung  tombak  dan  penentu  keberhasilan
dalam  bidang  pendidikan.  Oleh  karena  itu  Dinas  Pendidikan  sebagai  lembaga pengelolanya  harus  mampu  memberikan  pelayanan  secara  maksimal  kepada
kelompok  masyarakat  tersebut  sehingga  mereka  dapat  melaksanakan  perannya masing-masing dengan optimal.
Para Pejabat Struktural di lingkungan Dinas Pendidikan sebagai pemimpin leader  dalam  lembagainstitusi  tersebut  dituntut  mampu  menggerakkan  setiap
pegawai agar dapat bekerja secara maksimal untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat  penggunanya  customer.  Dengan  demikian,  para  pegawai  tersebut
dapat dikatakan mempunyai produktivitas kerja yang tinggi. Produktivitas  kerja  mencakup  sikap  mental  dan  perilaku  pegawai  yang
selalu  mempunyai  pandangan  bahwa  pekerjaan  yang  dilaksanakan  hari  ini  harus lebih  berkualitas  daripada  pelaksanaan  pekerjaan  pada  masa  lalu,  dan  pekerjaan
5
pada  saat  yang  akan  datang  lebih  berkualitas  daripada  saat  ini.  Sistem  kerja  hari ini  lebih  efektif  dan  efisien  daripada  pola  dan  sistem  kerja  masa  lalu,  serta
keluaran  yang  akan  dicapai  di  waktu  akan  datang  harus  lebih  berkualitas  dan berkuantitas daripada keluaran saat ini.
Fremont  2002:928  mendefinisikan  produktivitas  sebagai  “úkuran efisiensi  dalam  penggunaan  sumber  daya  pada  level  masyarakat,  organisasi,  atau
individu”.  Sementara  itu,  Muchdarsyah  2008:17  menyatakan,  “Produktivitas mengikutsertakan  pendayagunaan  secara  terpadu  sumber  daya  manusia  dan
keterampilan,  barang  modal,  teknologi,  manajemen,  informasi,  energi,  dan sumber-sumber lain…”. Perilaku produktivitas kerja ini akan mampu mendorong
pegawai untuk selalu bersifat dinamis, kreatif, inovatif, dan terbuka. Produktivitas  kerja  merupakan  suatu  hasil  kerja  dari  seorang  pegawai.
Hasil kerja pegawai ini merupakan suatu proses bekerja yang dilakukan seseorang dalam  menghasilkan  suatu  barang  atau  jasa.  Sering  terjadi  produktivitas  kerja
pegawai  yang  menurun  dimungkinkan  karena  adanya  ketidaknyamanan  dalam bekerja,  yang  disebabkan  oleh  kepemimpinan  dan  iklim  organisasi  yang  tidak
kondusif. Permasalahan  mengenai  produktivitas  kerja  merupakan  permasalahan
umum  yang  mungkin  terjadi    pada  setiap  lembagainstitusi.  Permasalahan- permasalahan yang timbul mengenai produktivitas kerja tersebut merupakan suatu
indikasi  yang  menggambarkan  bahwa  peranan  manajemen  sebagai  pengelola sumber daya manusia sangat diperlukan dalam upaya meningkatkan produktivitas
kerja pegawai.
6
Terkait  dengan  permasalahan  produktivitas  kerja  yang  dihadapi  oleh lembagainstitusi,  Almigo  2004:51  dalam  penelitiannya  menyatakan  bahwa
“Perusahaan  PT.  Pupuk  Sriwidjaja  yang  notabenenya  adalah  perusahaan  BUMN yang  mempunyai  sekitar  3.492  karyawan  juga  tidak  luput  dari  permasalahan
dengan produktivitas kerja karyawannya”. Produktivitas
kerja yang
merupakan kinerja
pegawai, sebagai
perwujudannya  adalah  performance  appraisal  atau  penilaian  kerja  sering mengalami  kendala.  Kendala  tersebut  diantaranya  berupa  penilaian  kerja  yang
tidak  sesuai  dengan  kinerja  pegawai.  Pimpinan  terkadang  memberikan  penilaian kerja  yang sering didasarkan atas subjektivitas. Hal ini nantinya akan berdampak
pada    pengelolaan  sumber  daya  manusia  yaitu  pegawai  dalam  institusi  tersebut. Institusi  akan  mengalami  kesulitan  dalam  meningkatkan  kinerja  pegawai  yang
nantinya berdampak pada produktivitas kerja. Pegawai yang produktif akan selalu menyelesaikan tugas dengan cepat dan
tepat, bekerja secara kreatif dan inovatif, tekun dan tidak tergantung pada atasan, mempunyai andil yang lebih dari yang diharapkan, menetapkan standar kerja yang
tinggi,  percaya  diri  dan  pantas  memperoleh  penghargaan,  mempunyai  pergaulan yang efektif dengan atasan dan teman sejawat, dapat berkomunikasi secara efektif,
dan selalu memuaskan orang lain. Agar  setiap  pegawai  dapat  bekerja  secara  produktif,  seorang  pemimpin
harus  dapat  mengelola  organisasinya  secara  profesional.  Ia  harus  mampu menciptakan  suasana  kerja  yang  menyenangkan,  yang  biasa  diistilahkan  dengan
iklim  organisasi  yang  kondusif.  Suasana  yang  demikian  akan  dapat
7
memungkinkan para pegawai bekerja dengan nyaman, tenang, tidak terburu-buru, penuh  keakraban  dan  saling  menghargai  diantara  para  pegawai.  Hal  itu  sesuai
dengan  yang  dikemukakan  oleh  Davis  dan  Newstrom  1996:22,  bahwa  iklim organisasi  dapat  mempengaruhi  dan  dapat  pula  dipengaruhi  oleh  motivasi  dan
kepuasan  orang-orang  yang  terlibat  di  dalamnya.  Begitu  juga  Johns  1988:130 melukiskan iklim organisasi berkaitan dengan hubungan sosial orang-orang  yang
ada  dalam  organisasi  tersebut  dan  reward  system  yang  digunakan  untuk kebutuhan para pegawai.
Dari    uraian  di  atas  kita  dapat  melihat  bahwa  kepemimpinan  dan  iklim organisasi akan mempengaruhi produktivitas para pegawai. Terkait dengan hal ini,
demikian  juga  halnya  dengan  salah  satu  instansi  pemerintah,  yaitu  Dinas Pendidikan Kabupaten Subang. Adanya kepemimpinan dan iklim organisasi yang
kondusif    sangat  diperlukan  dalam  melaksanakan  tugas  sehari-hari  demi tercapainya  produktivitas kerja  yang tinggi.
Sementara  itu  dari  pengamatan  dan  wawancara  pendahuluan  di  lapangan ditemukan  gejala-gejala  yang  menunjukkan  bahwa  kepemimpinan  Pejabat
Struktural  dan  iklim  organisasi  di  lingkungan  Dinas  Pendidikan  Kabupaten Subang  belum  begitu  maksimal  dan  kondusif.  Pada  dasarnya  kondisi  ini  dapat
mengakibatkan  pelaksanaan  suatu  pekerjaantugas  menjadi  terganggu,  sehingga tidak dapat diselesaikan tepat pada waktunya atau dapat dikatakan bahwa tingkat
produktivitas  kerja  pegawai  belum  maksimal.  Terkait  dengan  produktivitas  kerja pegawai ini, di lapangan ditemukan gejala-gejala sebagai berikut:
1 Sebagian pegawai belum dapat menyelesaikan tugas dengan cepat dan tepat;
8
2 Sebagian pegawai belum dapat bekerja secara kreatif dan inovatif;
3 Sebagian pegawai masih tergantung pada atasan dalam bekerja;
4 Sebagian pegawai belum mempunyai andil yang lebih dari yang diharapkan;
5 Sebagian pegawai belum mampu mencapai standar kerja yang tinggi;
6 Sebagian  pegawai  belum  dapat  memberikan  pelayanan  yang  dapat
memuaskan masyarakat. Berdasarkan  fenomena  di  atas,  maka  penulis  tertarik  untuk  melakukan
penelitian  dengan  judul  “Kontribusi  Kepemimpinan  Pejabat  Struktural  dan  Iklim Organisasi  terhadap  Produktivitas  Kerja  Pegawai  pada  Kantor  Dinas  Pendidikan
Kabupaten Subang”
B. Batasan Masalah