Cicih Juarsih, 2015 PENGEMBANGAN RANCANGAN STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL DENGAN INKUIRI BERBASIS
MODEL PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Kimia adalah salah satu cabang dari ilmu sains yang dipelajari oleh siswa agar dapat memahami berbagai fenomena yang terjadi di sekitarnya. Topik kimia
umumnya berhubungan dengan struktur materi sehingga kimia menjadi subjek yang dianggap sulit oleh kebanyakan siswa Sirhan, 2007. Kesetimbangan kimia
merupakan salah satu dari konsep yang paling sulit dalam kimia untuk dipelajari oleh siswa pada berbagai tingkatan Chiu, Chou, Liu, 2002, padahal kesetimbangan
kimia merupakan salah satu konsep pokok dalam pembelajaran kimia, baik di sekolah menengah atau perguruan tinggi van Driel Gräber, 2002. Materi ini penting untuk
dipahami oleh siswa karena menjadi materi prasyarat dalam mempelajari topik kimia lain seperti larutan asam basa, hidrolisis, larutan penyangga serta kelarutan, dan hasil
kali kelarutan. Namun, menurut Garritz, Irazoque, Izquierdo 2012, materi kesetimbangan kimia juga sulit untuk diajarkan.
Mengajarkan materi kesetimbangan kimia termasuk tantangan yang besar karena sifatnya yang kompleks dan khusus. Dalam mempelajari kesetimbangan kimia, siswa
menggunakan konsep lain yang abstrak dan khusus seperti reaksi kimia, stoikiometri dan kinetika. Hal ini sejalan dengan fakta banyak literatur yang menuliskan bahwa
terdapat kesulitan pembelajaran terkait dengan konsep kesetimbangan kimia van Driel Gräber, 2002. Hasil penelitian Islahiah 2012 mengenai model mental
siswa SMA pada materi kesetimbangan kimia, khususnya mengenai konsep kesetimbangan dinamis, ditemukan bahwa siswa mengalami kesulitan pada level sub
mikroskopik dan level simbolik serta belum mampu mempertautkan ketiga level representasi dari fenomena reaksi kesetimbangan. Begitu pun Chiu, dkk. 2002
menyatakan bahwa tidak ada siswa yang memiliki model mental yang benar terkait keadaan kesetimbangan kimia. Selain itu, siswa mengalami kesulitan yang lebih
dalam memahami konsep kesetimbangan kimia yang bersifat dinamis yaitu siswa
Cicih Juarsih, 2015 PENGEMBANGAN RANCANGAN STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL DENGAN INKUIRI BERBASIS
MODEL PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
harus mengasumsikan bahwa dua reaksi yang berlawanan terjadi secara terus- menerus, tapi fakta tersebut tidak dapat diperoleh dari pengamatan van Driel
Gräber, 2002. Kesulitan tersebut dapat menimbulkan miskonsepsi karena “...siswa
cenderung mendasarkan berpikirnya pada hal-hal yang tampak dalam suatu situasi masala
h” Dahar, 2011, hlm. 154. Chiu, dkk. 2002 menemukan bahwa siswa pada berbagai tingkatan mengalami
miskonsepsi tentang kesetimbangan kimia. Temuan ini sejalan dengan Berquist Heikkinen dalam Barke, Hazari, Yitbarek, 2009 yang menyatakan bahwa siswa
dengan kemampuan tinggi pun masih mengalami miskonsepsi dalam materi kesetimbangan kimia. Beberapa hasil penelitian lainnya mengenai miskonsepsi
mengungkapkan bahwa siswa mengalami miskonsepsi pada beberapa konsep dalam kesetimbangan kimia termasuk konsep reaksi dapat balik dan keadaan kesetimbangan
kimia Erdemir, dkk. 2000; van Driel Gräber, 2002; Purtadi Sari, 2008; Barke,
dkk. 2009; Susanti, 2010; Adaminata Marsih, 2011; Gokhan, dkk. 2013. Banyak
miskonsepsi dalam kimia disebabkan karena ketidakmampuan siswa dalam memvisualisasikan struktur dan proses pada level sub-mikroskopik atau molekular,
sedangkan sebagian besar dalam pembelajaran kimia hanya melibatkan level makro atau laboratorium dan level simbolik Tasker Dalton, 2006.
Siswa harus dapat berpikir mengenai kesetimbangan pada level makroskopik, sub-mikroskopik dan simbolik, sehingga dapat memahaminya secara konseptual
Yildrim, dkk. 2013. Level makroskopik melibatkan fenomena yang dapat diamati, level sub-mikroskopik melibatkan sesuatu yang sangat kecil seperti atom, ion,
molekul untuk menjelaskan fenomena, dan level simbolik melibatkan representasi dari atom, ion, molekul, dan sebagainya Gilbert Treagust, 2009. Hasil penelitian
Gabel dalam Sirhan 2007 menunjukkan bahwa pembelajaran yang menghubungkan sifat partikel dari materi level sub-mikroskopik dengan level yang lain level
makroskopik dan simbolik, efektif dalam membantu siswa membuat hubungan di antara ketiga level pada kimia, sehingga pemahamannya lebih baik. Ini sesuai dengan
Cicih Juarsih, 2015 PENGEMBANGAN RANCANGAN STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL DENGAN INKUIRI BERBASIS
MODEL PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
pendapat Chittleborough 2004 bahwa representasi kimia berperan penting dalam pengajaran dan pembelajaran kimia.
Dalam pembelajaran kimia, siswa memperoleh pengetahuan dengan menggunakan serangkaian keterampilan tertentu seperti mengamati dan melakukan
eksperimen. Sesuai dengan hakekat kurikulum 2013, proses pembelajaran kimia harus menghasilkan pengetahuan dan keterampilan menyangkut Kompetensi Dasar
yang dikembangkan dari KI-3 dan KI-4. Keduanya dikembangkan secara bersamaan dalam suatu proses pembelajaran. Keterampilan dalam pembelajaran kimia adalah
keterampilan proses sains, yang merupakan bagian dari kurikulum kimia dan salah satu aspek dari pembelajaran sains yang dapat bertahan apabila aspek pengetahuan
telah terlupakan. “Keterampilan proses sains melibatkan keterampilan-keterampilan
kognitif atau intelektual, manual, dan sosial” Rustaman, dkk. 2005, hlm. 78.
Keterampilan proses sains penting digunakan dalam transfer pengetahuan yang diperlukan untuk pemecahan masalah dan berguna dalam kehidupan Akinbobola
Afolabi, 2010. Faktanya selama pembelajaran, pada umumnya keterampilan proses sains yang
dikembangkan siswa masih belum optimal Dwiyanti Siswaningsih, 2005. Hal ini didukung oleh beberapa hasil penelitian lain mengenai pengembangan keterampilan
proses sains, di antaranya yang dilakukan oleh Dwiyanti dan Musthapa 2002 dan Pangestu 2012. Secara umum dapat dikemukakan bahwa keterampilan proses sains
siswa belum berkembang secara optimal karena siswa tidak mendapatkan pengalaman secara langsung dan berkelanjutan dalam pembelajaran yang merupakan
wahana bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan proses sains. Keterampilan proses sains dapat diperoleh dan dikembangkan melalui pembelajaran yang
melibatkan siswa dalam kegiatan sains Akinbobola Afolabi, 2010. Pembelajaran berbasis inkuiri memberikan kesempatan bagi siswa untuk dapat
mengembangkan keterampilan yang akan dibutuhkan untuk kehidupannya Branch Oberg, 2004. Yang ditonjolkan dalam inkuiri adalah guru membantu siswa dalam
mengidentifikasi dan mengkomunikasikan pemikirannya agar terlibat ke dalam
Cicih Juarsih, 2015 PENGEMBANGAN RANCANGAN STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL DENGAN INKUIRI BERBASIS
MODEL PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
proses merancang dan melakukan penelitian. Melalui pengalaman tersebut, siswa dapat memperoleh keduanya yaitu keterampilan ilmiah dan konsep Kessler
Galvan, 2007. Hal ini sesuai dengan pendapat McBride, dkk. dalam Supriyatman Sukarno, 2014 bahwa penggunaan inkuiri dalam pembelajaran dapat meningkatkan
penguasaan konsep sains dan keterampilan proses sains siswa, karena strategi pembelajaran inkuiri menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Peran
siswa dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri konsep tertentu, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar
Sanjaya, 2006. Seiring perkembangan pelaksanaan inkuiri, menurut Windschitl, Thompson,
Braaten 2008 terdapat gambaran permasalahan bahwa pelaksanaan inkuiri dalam prakteknya lebih memfokuskan siswa pada kegiatan fisik namun konsep sains siswa
tidak dinyatakan secara jelas. Sebagai alternatif untuk penyelidikan sains, diperkenalkan inkuiri berbasis model sebagai sebuah sistem dari kegiatan
pembelajaran yang melibatkan siswa untuk lebih mendalami materi dan mewujudkan lima karakteristik epistemik pengetahuan ilmiah, yaitu bahwa ide-ide dapat diwakili
dalam bentuk model yang dapat diuji, direvisi, jelas, bersifat dugaan, dan generatif. Berdasarkan permasalahan di atas, perlu dikembangkan strategi pembelajaran
intertekstual dengan inkuiri berbasis model pada materi kesetimbangan kimia untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa.
B. Rumusan Masalah Penelitian