Struktur pasar di daerah penelitian yang kurang mendukung para petani menyebabkan mereka kurang memperoleh informasi akan pembentukan harga yang terjadi sebenarnya di
pasar sehingga sering kali petani hanya memperoleh sedikit keuntungan dari usahataninya. Di bagian hilir, pasar produk pertanian sering terjadi praktik oligopsoni. Ini disebabkan oleh
kelembagaan pemasaran hasil-hasil pertanian belum optimal dalam memberikan perannya sebagai penyangga kestabilan distribusi dan harga. Dengan demikian, pada saat panen, harga
hasil pertanian di bagian hulu turun tajam. Sebaliknya, kenaikan harga setiap musim paceklik juga sangat signifikan, dimana kelembagaan pemasaran yang menjangkau petani juga kerap
dikuasai oleh kelompok tertentu. Dari uraian yang telah dipaparkan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa petani masih
kesulitan dalam memasarkan dan mendistribusikan hasil usahatani mereka. Disamping itu, konsumen akhir di dalam negeri hanya dilayani sedikit distributor besar. Hal inilah yang
menjadi latar belakang penulis untuk melakukan riset tentang analisis jaringan agribisnis kopi arabika.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :
1 Bagaimana jaringan agribisnis yang meliputi produsen, pedagang perantara
middleman, konsumen, pembentukan harga, margin pemasaran serta bentuk produk akhir kopi arabika di Kabupaten Dairi?
2 Bagaimana keterkaitan tiap bagian tersebut dalam jaringan agribisnis kopi arabika di
Kabupaten Dairi?
Universitas Sumatera Utara
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain : 1
a Untuk mengetahui jumlah produktivitas petani kopi arabika di daerah penelitian.
b Untuk mengetahuiasal perolehan modal yang dimiliki pedagang perantara
middleman dalam jaringan agribisnis kopi arabika di daerah penelitian. c
Untuk mengetahui harga yang terbentuk dalam jaringan agribisniskopi arabika di daerah penelitian.
d Untuk mengetahui keterkaitan pihak-pihak yang terlibat dalam jaringan agribisnis
kopi arabika di daerah penelitian. e
Untuk mengetahui bentuk akhir produk kopi arabika yang dijual dalam jaringan agribisnis kopi arabika di daerah penelitian.
2 Untuk menganalisis besarnya margin pemasaran dan efisiensi tataniaga dalam
jaringan agribisnis komoditi kopi arabika di daerah penelitian.
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1
Penelitian dan penulisan ini dilakukan sebagai sumber informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
2 Penelitian dan penulisan ini ditujukan bagi kalangan akademisi, yang dapat
menambah dan memperkaya bahan kajian teori untuk pengembangan penelitian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Tinjauan Agronomi
Kopi Coffea sp. termasuk ke dalam jenis coffea, anggota dari famili Rubiaceae yang terdiri dari tiga spesies utama yakni coffea arabica, coffea canephora dan coffea liberica. Dari
ketiga spesies tersebut terdapat banyak varietas yang merupakan hasil turunan klon-klon, kopi digolongkan dalam kelas dicotyledoneae. Berikut ini adalah klasifikasi dari tanaman
kopi arabika : Kingdom
: Plantae Divisi
: Magnoliophyta Kelas
: Magnoliopsida Ordo
: Rubiales Family
: Rubiaceae Genus
: Coffea Spesies
: Coffea arabica L. Bahri, 1996.
Tanaman ini tumbuh tegak, bercabang dan tingginya dapat mencapai 12 m. Daunnya bulat telur dengan ujung agak meruncing. Daun tumbuh berhadapan pada batang, cabang dan
ranting. Kopi arabika mempunyai sistem percabangan yang agak berbeda dengan tanaman
Universitas Sumatera Utara
lain. Tanaman ini mempunyai beberapa jenis cabang yang sifat dan fungsinya berbeda Najiyati dan Danarti, 2004.
Kopi arabika adalah jenis tanaman dataran tinggi antara 1250-1850 m dari permukaan laut. Tanaman ini banyak terdapat di Ethiopia pada garis lintang belahan utara 6°-9
o
sampai daerah subtropis 24
o
pada garis lintang belahan selatan. Sebenarnya jenis arabika ini dapat hidup juga di dataran rendah sampai dataran yang lebih tinggi lagi, tetapi apabila ditanam di dataran
yang lebih rendah atau lebih tinggi kurang produktif. Sebab jenis kopi arabika ini jika ditanam di dataran rendah di bawah 1000 m akan mudah terserang penyakit Hemileia
vastatrix. Sebaliknya, jika kopi arabika ini ditanam di dataran tinggi, yang lebih dari 1850 m, udara akan terlalu dingin sehingga akan banyak tumbuh vegetatif saja. Dan yang paling
optimal bila tanaman ini ditanam pada ketinggian 1250-1850 m dari permukaan laut, dengan suhu sekitar 17°-21
o
C.
Ciri-ciri umum kopi arabika antara lain:
•
Kopi arabika peka terhadap penyakit karat daun Hemileia vastatrix HV, terutama bila ditanam di daerah dengan elevasi kurang dari 700 m.
•
Kopi arabika hidup di daerah dataran tinggi dan sejuk.
•
Bentuk cabang tidak teratur, ruas batang agak pendek, cabang meliuk-liuk mendominasi.
•
Daun bulat telor dengan ujung runcing, permukaan dan tepi daun bergelombang.
•
Pohonnya tinggi agak melebar dengan daun rimbun menutupi batang
•
Buah yang masih muda bentuknya agak memanjang
•
Buah yang masak berbentuknya agak bulat dan warna merah hati
•
Pemasakan buah tidak serentak sehingga perlu dipanen secara bertahap
Universitas Sumatera Utara
Ciri-ciri rasa kopi arabika :
•
Memiliki rasa asam yang agak asam.
•
Rasa kopi arabika lebih lembut.
•
Memiliki rasa pahit yang dominan.
•
Memiliki kekental atau kepadatan saat di mulut.
•
Aromanya wangi kopi arabika seperti perpaduan bunga dan buah Herman, 2008.
Kopi arabika berasal dari Ethiopia dan Abessinia. Kopi ini merupakan jenis pertama yang dikenal dan dibudidayakan, bahkan termasuk kopi yang paling banyak diusahakan hingga
akhir abad ke-19. Setelah abad ke-19, dominasi kopi arabika menurun karena kopi ini sangat peka terhadap penyakit Hemileia vastatrix HV, terutama di dataran rendah. Beberapa sifat
penting kopi arabika, sebagai berikut :
a. Menghendaki daerah dengan ketinggian antara 700-1700 m dpl dengan suhu sekitar
16°-20
o
C. b.
Menghendaki daerah beriklim kering atau bulan kering 3 bulantahun secara berturut- turut, tetapi sesekali mendapat hujan kiriman hujan yang turun di musim kemarau.
c. Umumnya peka terhadap serangan penyakit HV, terutama bila ditanam di dataran
rendah atau kurang dari 500 m dpl. d.
Rata-rata produksi sedang 4,5-5 ku kopi berashatahun, tetapi mempunyai kualitas, cita rasa dan harga relatif lebih tinggi dibandingkan kopi lainnya. Bila dikelola secara
intensif, produksinya bisa mencapai 15-20 kuhatahun dengan rendeman sekitar 18. Kopi beras yang dimaksud adalah kopi kering siap giling
e. Umumnya berbuah sekali dalam setahun Najiyati dan Danarti, 2004.
Universitas Sumatera Utara
1. Tanah
Selain menghendaki tanah gembur dan kaya bahan organik, kopi juga menghendaki tanah yang agak masam, yaitu antara pH 5-6,5 untuk kopi arabika. Bila pH tanah kurang dari angka
tersebut, tanaman kopi juga masih dapat tumbuh, tetapi kurang bisa menyerap beberapa unsur hara sehingga terkadang perlu diberi kapur. Sebaliknya, tanaman kopi tidak menghendaki
tanah yang agak basa pH lebih dari 6,5 sehingga pemberian kapur tidak boleh berlebihan Najiyati dan Danarti, 20004.
Tanaman kopi menghendaki reaksi yang agak masam dengan pH 5,5-6,5. Tetapi, hasil yang baik sering kali diperoleh pada tanah yang lebih asam, dengan catatan keadaan fisiknya baik.
Pada tanah yang bereaksi lebih asam, dapat dinetralisasi dengan kapur tohor atau yang lebih tepat diberi pupuk. Pada umumnya tanah yang lebih asam kandungan mineralnya lebih
rendah. Walaupun syarat-syarat yang berhubungan dengan tanah itu dapat dipenuhi dengan baik, tetapi perusahaan kopi belum tentu menguntungkan karena harus memperhatikan faktor
lain, terutama iklim AAK, 1991.
2. Iklim
Faktor iklim besar sekali pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan produksi. Faktor iklim mencakup :
a. Daerah penyebaran, tinggi tempat dan suhu
b. Curah hujan dalam satu tahun
c. Angin
d. Pengaruh iklim terhadap produksi tanaman AAK, 1991.
Kopi adalah salah satu jenis tanaman yang terdapat di daerah tropis dan subtropis yang membentang di sekitar garis ekuator dan dapat hidup pada dataran rendah sampai dataran
Universitas Sumatera Utara
tinggi. Namun, hal ini tergantung dari jenis kopi itu sendiri. Tanaman kopi memerlukan musim kering maksimal 1,5 bulan sebelum masa berbunga lebat. Sedangkan masa kering
sesudah berbunga lebat sebisa mungkin tidak melebihi 2 minggu. Sehubungan dengan keadaan hujan di musim kemarau, maka daerah-daerah membedakan antara daerah basah dan
daerah kering Retnandari dan Tjokrowinoto, 1991.
2.1.2 Tinjauan Sosial Ekonomi
Turunnya produksi kopi arabika sepanjang tahun 2010 lalu hingga mencapai 40, membawa dampak besar pada harga. Karena pasokan yang minim, harga kopi melonjak drastis. Untuk
kopi arabika asalan saja, harganya kini telah mencapai Rp 44.000 hingga Rp 46.000 per kg dan ini merupakan harga tertinggi sepanjang sejarah perkopian di Sumatera. Awal Desember
2010, harga kopi arabika biasa masih berkisar antara Rp 35.000 hingga Rp 36.000 per kg dengan harga ekspor US4,6 per kg. Peningkatan harga lokal ini menyebabkan harga ekspor
semakin bertahan menguat pada level harga US5,5 sampai US6 per kg. Peningkatan harga lokal dan ekspor diperkirakan masih terus berlanjut mengingat penurunan produksi akan
berlangsung hingga tahun ini. Kondisi itu tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi pada negara penghasil kopi lainnya seperti Brazil dan Vietnam Herman, 2008.
Petani menggunakan sumber-sumber yang berbeda untuk mendapatkan pengetahuan dan informasi yang mereka perlukan untuk mengelola usahatani mereka dan pengetahuan baru itu
dikembangkan tidak hanya oleh lembaga penelitian, tetapi juga oleh banyak pelaku yang berbeda. Untuk mengelola usahataninya dengan baik, petani memerlukan pengetahuan dan
informasi mengenai berbagai topik seperti : hasil penemuan dari penelitian berbagai disiplin pengolahan usahatani dan teknologi produksi, pengalaman petani lain, situasi mutakhir dan
perkembangan yang mungkin terjadi di pasaran input dan hasil-hasil produksi serta kebijakan pemerintah Rahardi, 1995.
Universitas Sumatera Utara
Di Indonesia, masa panen kopi jenis arabika mundur dari seharusnya mulai Oktober hingga Desember lalu. Namun, sampai sekarang masih sedikit lahan yang bisa dipanen. Mundurnya
masa panen itu membuat kualitas kopi menurun ke grade rendah, terutama di daerah produksi Sumatera Utara. Meskipun begitu, importir mengalihkan permintaan khusus ke grade rendah
karena menilai harga kopi arabika bertahan menguat itu terlalu tinggi sehingga mempengaruhi biaya produksi Herman, 2008. Salah satu faktor yang menyebabkan
rendahnya pendapatan petani kopi arabika dalam usahatani kopi miliknya dikarenakan harga jual kopi di pasar relatif rendah yaitu Rp. 6667kg. Suyanto 2008 menyimpulkan bahwa
faktor harga meruupakan faktor dominan yang akan mempengaruhi perluasan tanaman kopi di Indonesia. Dengan kata lain, perubahan harga direspon oleh petani dengan respon jangka
panjang keputusan investasi.
2.2 Landasan Teori
Jaringan diartikan sebagai suatu saluran yang menghubungkan suatu subsistem dengan berbagai subsistem lainnya yang memiliki keterkaitan erat antar subsistem-subsistem itu
sendiri. Menurut Arsyad dkk. 1985, yang dimaksud dengan agribisnis adalah “suatu kesatuan
kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti yang
luas. Yang dimaksud dengan ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh
kegiatan pertanian”. Soekartawi, 2005. Agribisnis merupakan sektor perekonomian yang menghasilkan dan mendistribusikan
masukan bagi pengusaha tani dan memasarkan, mengolah serta mendistribusikan produk usahatani kepada pemakai akhir. Agribisnis dalam arti sempit yaitu hanya merujuk pada
Universitas Sumatera Utara
produsen dan pembuat bahan masukan untuk produksi pertanian. Dewasa ini, pandangan tentang agribisnis yang secara umum dianggap tepat sudah semakin meluas. Dengan
demikian, jaringan agribisnis dapat didefinisikan sebagai suatu saluran sektor perekonomian pertanian yang terdiri dari beberapa sektor atau subsistem yang mempunyai hubungan yang
erat dalam menyalurkan hasil usahatani. Agribisnis dikelompokkan menjadi beberapa bagian, yaitu usahatani on-farm dengan
industri hulu up-stream dan industri hilir down-stream pertanian. Secara garis besar, sistem dari agribisnis tersebut memiliki subsistem. Subsistem pertama adalah subsistem
agribisnis hulu upstream agribusiness, yaitu kegiatan ekonomi yang menghasilkan barang- barang modal bagi pertania, seperti industri pembibitanpembenihan hewan dan tumbuhan,
industri agrokimia pupuk, pestisida, obatvaksin ternak dan industri agrootomotif mesin dan peralatan pertanian serta industri pendukung Soekartawi, 2002.
Kedua, subsistem usahatani atau pertanian primer on-farm agribusiness, yaitu kegiatan yang menggunakan sarana produksi pertanian untuk menghasilkan komoditas pertanian
primer. Termasuk dalam hal ini adalah usahatani tanaman pangan dan holtikultura Soekartawi, 2002.
Ketiga, subsistem agribisnis hilir atau pengolahan downstream agribusiness, yakni kegiatan ekonomi yang mengolah komoditas pertanian primer agroindustri menjadi produk olahan,
baik produk antara intermediate product maupun produk akhir finish product. Termasuk didalamnya industri makanan, industri minuman, industri barang-barang serat alam barang-
barang karet, polywood, pul, kertas dan bahan-bahan bangunan terbuat dari kayu, rayon, benang dari kapas atau sutera, barang-barang kulit tali dan karung goni, industri biofarmaka
dan industri agrowisata dan estetika, termasuk kegiatan perdagangannya Soekartawi, 2002.
Universitas Sumatera Utara
Keempat, subsistem pemasaran, yakni kegiatan-kegiatan untuk memperlancar pemasaran komoditas pertanian, baik segar maupun olahan, di dalam dan luar negeri. Termasuk di
dalamnya adalah kegiatan distribusi untuk memperlancar arus komoditas dari sentra produksi ke sentra konsumsi, promosi dan informasi pasar Soekartawi, 2002.
Gambar: Sistem agribisnis dari hulu sampai hilir Downey, 1987.
Faktor produksiinput adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi sangat menentukan
besar kecilnya produksi yang diperoleh. Faktor produksi lahan, modal untuk membeli bibit, INPUT PERTANIAN
Bibit Unggul
Usahatani Pestisida
Pupuk Mesin dan
Peralatan Pengangkutan
Pemrosesan
Industrial Lainnya
Eceran Bahan Pangan
Pasar Swalayan
Restoran Lembaga
Universitas Sumatera Utara
pupuk, obat-obatan, tenaga kerja dan aspek manajemen merupakan faktor produksi terpenting diantara faktor produksi yang lain Soekartawi, 2005.
Pengolahan hasil merupakan salah satu kegiatan yang cukup penting dari serangkaian kegiatan agribisnis. Hal ini disebabkan kegiatan pengolahan hasil memberikan beberapa
manfaat dan keuntungan, seperti : meningkatkan nilai tambah, meningkatkan kualitas hasil, meningkatkan penyerapan tenaga kerja, meningkatkan keterampilan produsen dan
meningkatkan pendapatan produsen Soekartawi, 2005. Pemasaran pertanian adalah proses aliran komoditi yang disertai dengan perpindahan hak
miik dan penciptaan guna waktu, guna tempat dan guna bentuk yang dilakukan oleh lembaga- lembaga pemasaran dengan melaksanakan satu atau lebih fungsi-fungsi pemasaran.
Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran produk pertanian seperti : produsenpetani, pedagang pengumpul, pedagang besar dan pedagang pengecer. Tugas
lembaga pemasaran ini adalah menjalankan fungsi-fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin. Konsumen memberikan balas jasa kepada
lembaga pemasaran ini berupa margin pemasaran Sudiyono, 2004. Margin pemasaran terdiri dari biaya-biaya untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran dan
keuntungan lembaga-lembaga pemasaran. Setiap lembaga pemasaran biasanya melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran yang berbeda sehingga share margin yang diperoleh pada masing-
masing lembaga pemasaran yang terlibat berbeda pula Sudiyono, 2004. Pendapatan bersih adalah penerimaan dikurangi biaya produksi. Petani dalam memperoleh
pendapatan bersih yang tinggi, maka petani harus mengupayakan penerimaan yang tinggi dan biaya produksi yang rendah. Jenis hasil yang pasarnya baik dan mengupayakan biaya
produksi yang rendah dengan mengatur biaya produksi, menggunakan teknologi yang baik,
Universitas Sumatera Utara
mengupayakan harga input yang rendah dan mengatur skala produksi yang efisien Simanjuntak, 2004.
2.3 Kerangka Pemikiran