BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberian layanan melayani keperluan orang dan masyarakat yang mempunyai kepentingan
dan organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. Pemerintah pada hakekatnya adalah pelayan masyarakat, ia tidak
berfungsi untuk melayani dirinya sendiri tetapi melayani masyarakat serta menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap anggota masyarakat
mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya demi mencapai tujuan bersama. Pelayan publik public service oleh birokrasi publik merupakan
perwujudan dari fungsi aparatur negara sebagai abdi masyarakat. Pelayanan publik oleh birokrasi publik dimaksudkan untuk
mensejahterakan rakyat warga negara. Sementara itu kondisi masyarakat saat ini terjadi suatu perkembangan yang sangat dinamis, tingkat kehidupan
masyarakat yang semakin baik merupakan indikasi dari yang dialami oleh masyarakat. Hal ini mengakibatkan masyarakat semakin sadar akan apa yang
menjadi hak dan kewajibannya sebagai warga negara dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Masyarakat semakin berani
mengajukan tuntutan, keinginannya dan aspirasinya kepada pemerintah. Masyarakat semakin kritis dan semakin berani untuk melakukan kontrol
terhadap apa yang dilakukan oleh pemerintahnya. Pelayanan merupakan tugas utama yang hakiki dari sosok aparatur
sebagai abdi negara dan abdi masyarakat. Tugas dan tanggung jawab tersebut telah jelas digariskan dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat
yang meliputi empat aspek pelayanan pokok aparatur terhadap masyarakat, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial. Penjelasan tersebut diperjelas lagi dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.63 tahun
2003 yang menjelaskan pedoman umum penyelenggaraan pelayanan publik. Peraturan tersebut dilatar belakangi oleh semakin menurunnya tingkat
pelayanan publik. Ketetapan MPR-RI Nomor XIMPR1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme KKN, mengamanatkan agar aparatur negara mampu menjalankan tugas dan fungsinya secara profesional, produktif, transparan
dan bebas dari KKN.
Perwujudan nyata dari sikap aparatur negara dalam menjalankan tugas dan fungsinya sesuai yang diamanatkan oleh TAP MPR tersebut antara
lain tercermin dari penyelenggara pelayanan publik. Oleh karena itu, upaya untuk meningkatan kinerja aparatur dalam penyelenggaraan pelayanan
publik terus dilakukan. Dalam menghadapi era globalisasi yang penuh tantangan, aparatur negara hendaknya memberikan pelayanan dengan
berorientasi pada kebutuhan dan kepuasan penerima pelayanan. Pendidikan merupakan salah satu alat untuk mengukur bagaimana
suatu negara dapat dikatakan berkembang, maju atau bahkan yang tertinggal degan negara-negara lainnya. Pendidikan juga merupakan sarana untuk
meningkatkan daya saing sumber daya mausia yang ada di dalamnya yang dapat memberikan dampak positif. Perguruan tinggi merupakan jenjang
pendidikan yang digunakan sebagai tolak ukur bagaimana kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan.
Berlakunya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, dapat juga diharapkan memberi dampak
yang baik terhadap peningkatan pelayanan pada sektor pendidikan, dapat mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dalam undang-undang. Melalui
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, negara telah memberikan kerangka yang jelas kepada Pemerintah
dalam penyelenggaraan pendidikan nasional yang sesuai dengan amanat Pasal 31 ayat 3 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi sebagai bagian yang tak terpisahkan dari penyelenggaraan pendidikan nasional yang sesuai dengan amanat pasal 31
ayat 3 UUD Negara Republik Indonesia. Disamping itu dalam rangka menghadapi perkembangan dunia yang makin mengutamakan basis ilmu
pengetahuan, pendidikan tinggi diharapkan mampu menjalankan peran startegi dalam memajukan peradaban dan kesejahteraan manusia.
Adapun salah satu konsep yang saat ini sedang menjadi mainstream dalam penyelenggaraan perguruan tinggi adalah konsep good university
governance. Konsep ini sebenarnya merupakan turunan dari konsep tata kepemerintahan yang lebih umum, yaitu good governance. Good University
Governance dapat dipahami sebagai struktur, sistem dan proses yang digunakan oleh organ-organ universitas secara berkesinambungan dalam
jangka panjang. Penerpan Good University Governance meliputi ke tujuh prinsip yang terdapat dalam asas umum pemerintahan yang baik dalam hal
ini terkait pada bidang pendidikan yaitu :
1
1. Kepastian Hukum
1
Dwiyanto Agus dkk, Revormasi Good Governance, Jakarta 2006, hlm.210
Pelaksanaan fungsi-fungsi perguruan tinggi tidak dapat berjalan dengan kondusif apabila tidak ada hukum atau peraturan yang di
tegakan dalam penyelenggaraannya.
2. Transparansi
Transparansi atau keterbukaan merupakan sebuah prasyarat dasar untuk menunjang adanya partisipasi dan menjaga akuntabilitas
institusi. Proses partisipasi memerlukan ketersediaan informasi yang memadai dan kemudahan bagi seluruh stakeholder dalam
mengakses suatu informasi.
3. Berkeadilan
Seluruh prinsip-prinsip yang terdapat pada sebuah perguruan tinggi dapat terwujud apabila ada satu kesepahaman persamaan
derajat equity setiap entitas stakeholder. Artinya paradigma yang digunakan bukanlah hierarkikal atau mengutamakan
kepentingan suatu kelompok tertentu, melainkan paradigma yang digunakan adalah persamaan derajat dan adanya pemahaman
bersama bahwa perbedaan antar stakeholder sebenarnya terletak pada peranan, tanggung jawab, dan amanat yang diemban.
Dengan begitu akan tercipta rasa saling menghargai dan menghormati antar stakeholders, mengingat penyelenggaraan
PTN tidak akan berjalan dengan baik apabila salah satu dari peran masing-masing stakeholder tidak berfungsi.
4. Efektif dan Efisien
Efektifitas dan
efisiensi. Output
dari seluruh
proses penyelenggaraan atau program-program yang digariskan harus
tepat sasaran efektif atau sesuai dengan kebutuhan dan harapan stakeholder. Yang terutama adalah efektif dalam menunjang
fungsi-fungsi pendidikan, khususnya dalam hal peningkatan mutu akademik dan riset. Selain itu, penyelenggaraan PTN juga
harus efisien dalam pemanfaatan sumber daya untuk melakukannya.
5. Tanggung Jawab
Tugas dan tanggung jawab masing-masing stakeholder. Hal ini harus didahului dengan pembangunan kesadaran dalam diri
seluruh stakeholder bahwa mereka memiliki kepentingan dan karenanya harus turut berpartisipasi dalam penyelenggaraan PTN.
6. Akuntabilitas
Institusi PTN harus mampu mempertanggungjawabkan seluruh rangkaian proses penyelenggaraan PTN terhadap seluruh stakeholder,
baik internal maupun eksternal.
7. Tidak Menyalahgunakan Wewenang
Penyelenggaraan Perguruan Tinggi merupakan tanggung jawab dari seluruh civitas akademik, sehingga dalam proses
penyelenggaraan dituntut pihak yang bertanggung jawab dan tidak menyalahgunakan wewenang yang ada demi kepentingan
pribadi maupun kelompok tertentu.
Berdasarkan Keputusan Presiden No.19 Tahun 1999 tentang pendirian Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri, STAKPN
merupakan sebuah Perguruan Tinggi Negeri yang bernaung pada Kementrian Agama RI. Dalam penyelenggaraan aktivitas akademika,
penerapan Good University Governance sebagai standar untuk meningkatkan tugas, tanggung jawab serta mutu Perguruan Tinggi sangatlah diharapkan.
Selain tugas dan tanggung jawab dari masing-masing stakeholder, peraturan- praturan yang terdapat di dalamnya diharapkan mampu memenuhi ke tujuh
asas-asas umum pemerintahan yang baik yang mencakup pada bidang pendidikan, sehingga prinsip Good University Governance yang dicita-
citakan dapat sepenuhnya terwujud. Dari uraian latar belakang yang penulis kemukakan, penulis ingin mengkaji tentang berbagai aturan-aturan pada
STAKPN Ambon yang mencakup prinsip Good University Governance dan keterkaitan stakeholder dalam pembuatan aturan-aturan tersebut.
Oleh karena itu good governance yang merupakan pedoman penyelenggaraan negara yang baik menjadi dasar dalam penelitian ini, dalam
mewujudkan pemerintahan yang baik melalui Good University Governance. Peraturan merupakan bentuk keputusan yang di buat dan
dilaksanakan dalam rangka pengembangan lembaga pendidikan tinggi. Peraturan mempunyai dampak bagi penyelenggaraan civitas akademika,
dimana dalam peraturan yang berlaku sebagai dasar tuntunan dan pedoman civitas akademika dalam pelaksanaan tugas dan fungsi. Pelaksanan peraturan
pada STAKPN merupakan salah satu bentuk otonmi pendidikan tinggi yang dapat menciptakan peraturan-peraturan terkait dengan pengembangan
lembaga pendidikan tinggi.
B. Rumusan Masalah