Faktor internal pengurus dan anggota karang taruna
ndak penting soalnya ndak dapat apa- apa.” wawancara dengan
saudara MAZ pada 29 Maret 2015 pukul 15.00 WIB Dalam setiap kegiatannya Karang Taruna harus mampu
melakukan sosialisasi terlebih dahulu, apalagi jika menyangkut masyarakat. Sosialisasi yang baik dan tepat tidak hanya akan
memberikan pemahaman yang benar kepada masyarakat sehingga mau mengikuti kegiatan. Lebih daripada itu, dengan mensosialisasikan
sesuatu yang baik, maka secara tidak langsung hal itu telah menjadi pengetahuan terhadap masyarakat.
Berdasarkan uraian diatas diketahui bahwa terdapat berbagai faktor yang menjadi penghambat upaya Karang Taruna sejati dalam melakukan
kegiatan pemberdayaan. Faktor-faktor tersebut meliputi: 1 Internal pengurus dan anggota karang taruna; 2 Faktor pendanaan; 3 Faktor tenaga
profesional; 3 Faktor dukungan masyarakat. 5.
Analisis peran Karang Taruna dalam upaya pemberdayaan pemuda
Secara sistematis, penjabaran dari narasumber dapat digambarkan sebagai berikut:
Individu Alat
Tujuan Voluntarisme
Bagan 5 Alur mengenai pemberdayaan Karang Taruna menggunakan teori aksi
Pemuda Karang Taruna
Pemberdayaan
Dalam teori aksi terdapat beberapa asumsi fundamentas oleh Hinkle dalam Wicaksono, 2006:124:
a. Tindakan manusia muncul dari kesadarannya sendiri sebagai subyek dan
dari situasi eksternal dalam posisinya sebagai obyek. b.
Sebagai subyek manusi bertindak atau berprilaku untuk mencapai tujuan- tujuan tertentu. Jadi tindakan manusia bukan tanpa tujuan.
c. Dalam bertindak manusia menggunakan cara, teknik, prosedur, metode
serta perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut. d.
Kelangsungan tindakan manusia hanya dibatasi oleh kondisi yang tidak dapat diubah dengan sendirinya.
e. Manusia memilih, menilai dan mengevaluasi terhadap tindakan uang
akan, sedang dan telah dilakukannya. f.
Ukuran-ukuran, aturan-aturan atau prinsip-prinsip moral diharapkan timbul pada saat pengambil keputusan.
g. Studi mengenai antar hubungan sosial memerlukan pemakaian teknik
penemuan yang bersifat subyektif seperti metode verstehen, imajinasi, rekonstruksi simpatik atau seakan-akan mengalami sendiri vicarious
experience. Berdasarkan konsep yang dikemukakan oleh Weber, bahwa dalam
berbicara mengenai peranan maka motivasi merupakan sebuah fondasi dan indikator. Sehingga konsep peranan dalam teori aksi mencakup beberapa
sub pokok yang dapat dijadikan sebagai tolok ukur untuk mengetahui suatu peranan, yakni: motivasi dan status Wicaksono, 2006:126.
Para individu yang bergabung dalam Karang Taruna sejati memiliki tujuan atau motivasi-motivasi tersendiri. Dalam menjalankan tujuan
tersebut, individu-individu ini memiliki cara alternatif yang berbeda namun menghadapi situasi dan konsisi yang sama yakni sebagai anggota Karang
Taruna. Pada tahapan ini, maka fungsi organisasi akan memainkan perannya sehingga tidak terjadi konflik diantara para anggota Karang Taruna.
Berbicara staus Karang Taruna, berarti terkait dengan kosep relawan voluntarisme. Relawan individu yang secara ikhlas karena panggilan
nuraninya memberikan apa yang dimilikinya pikiran, tenaga, waktu, harta, dsb kepada masyarakat sebagai perwujudan tanggung jawab sosialnya
tanpa mengharapkan pamrih apapun. Para anggota dari Karang Taruna Sejati merupakan para relawan yang ingin memiliki peran ditengah-tengah
masyarkat. Secara konseptual, pemberdayaan empowerment berasal dari kata
“power” yakni kekuasaan atau keberdayaan. Karenanya ide utama dari pemberdayaan adalah konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan kerap
dikaitkan dengan kemampuan seseorang untuk membuat orang lain melakukan apa yang orang tersebut inginkan, terlepas dari keinginan dan
minat mereka. Berkaitan dengan ini pemberdayaan menunjuk pada kemampuan
orang, khususnya kelompok yang rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya,