PARTISIPASI PEMUDA DALAM PROGRAM KARANG TARUNA DI BIDANG KESENIAN DI DESA TANJUNGHARJO KECAMATAN NANGGULAN KABUPATEN KULON PROGO.

(1)

PARTISIPASI PEMUDA DALAM PROGRAM KARANG TARUNA DI BIDANG KESENIAN DI DESA TANJUNGHARJO KECAMATAN NANGGULAN

KABUPATEN KULON PROGO

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Ela Findyani Mawaddah NIM 11102241005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTTO

 Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah rasa penakut dan bimbang. Teman yang paling setia hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh (Andrew Jackson).

 Kemenangan yang terindah sekaligus tersulit yang bisa diraih manusia adalah menaklukkan dirinya sendiri (RA Kartini).

 Percayalah pada dirimu sendiri, karena tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan selama ada usaha untuk menyelesaikannya (Penulis).


(6)

PERSEMBAHAN

Atas berkat rahmat dan karunis Allah SWT, Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Agama, Nusa, dan Bangsa.


(7)

PARTISIPASI PEMUDA DALAM PROGRAM KARANG TARUNA DI BIDANG KESENIAN DI DESA TANJUNGHARJO KECAMATAN

NANGGULAN KABUPATEN KULON PROGO

Oleh

Ela Findyani Mawaddah NIM. 11102241005

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mendeskripsikan partisipasi pemuda dalam program karang taruna di bidang kesenian (2) Mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat pada partisispasi pemuda dalam program karang taruna di bidang kesenian di Desa Tanjungharjo Nanggulan Kulonprogo.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Subjek penelitian adalah informan yang terdiri dari pengelola, anggota, tokoh masyarakat, dan masyarakat Desa Tanjungharjo. Analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dengan langkah pengumpulan data, reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Pembuktian keabsahan data menggunakan teknik trianggulasi sumber.

Hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: (1) partisipasi pemuda dalam program karang taruna di bidang kesenian yaitu dapat terlihat melalui berbagai kegiatan yang dilaksanakan dan keikutsertaan pemuda dalam pelaksaannya dengan tujuan untuk mengembangkan potensi pemudanya dan melestarikan salah satu budaya lokal yaitu Kesenian Jathilan. (2) Faktor pendukung partisispasi pemuda dalam program karang taruna di bidang kesenian yaitu meliputi letak geografis karang taruna yang berada di desa yang mudah dijangkau, sumber daya manusia yang cukup banyak, dukungan dari masyarakat setempat, dan dukungan dari pemerintah. Sedangkan faktor penghambat adalah adanya latar belakang yang berbeda-beda dari pemuda/pemudinya dan kurangnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan. (3) Manfaat yang dialami pemuda serta masyarakat yaitu mendapatkan manfaat positif dengan adanya program karang taruna di bidang kesenian. Manfaat yang dialami pemuda mencakup 3 aspek, yang meliputi a) ideologi yaitu pemuda memiliki prinsip atau visi dan misi sebagai pedoman pelaksanaan programnya, b) pendidikan yaitu mereka memiliki pengetahuan dan wawasan tentang kesenian jathilan dan berinteraksi antar sesama, dan c) ekonomi yaitu mereka mampu menghasilkan pendapatan sebagai tambahan pemasukan bagi anggota karang taruna itu sendiri melalui program mereka di bidang kesenian, yaitu Paguyupan Kesenian Jathilan Kudo Wiromo. Kata Kunci: Partisipasi Pemuda, Program Karang Taruna, Kesenian


(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga pada kesempatan yang baik ini penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Usaha Kerajinan Tangan Rumput Aji Terhadap Peningkatan Ekonomi Keluarga Di Dusun Tanjunggunung Desa Tanjungharjo Nanggulan Kulon Progo” guna memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan proposal skripsi ini tidak akan berjalan lancar tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini. Dalam kesempatan yang baik ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, yang telah berkenan mengizinkan saya dalam menyelesaikan studi dan memberi kemudahan di dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, yang telah memberikan semangat dan doa kepada saya.

3. Bapak Aloysius Setya Rohadi, M. Kes., selaku pembimbing skripsi yang telah berkenan memberikan arahan-arahan dan kesabaran dalam membimbing saya. 4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu

Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan.


(9)

5. Kepala Desa Tanjungharjo, pengurus dan anggota Karang Taruna Tanjungharjo serta masyarakat yang telah memberikan kemudahan dalam saya menyusun dan menyelesaikan skripi ini.

6. Ayah, Ibu, Kakak Ardy, dan Teguh Hermawan, atas doa, dukungan, bantuan moral/materi, kasih sayang dan waktunya disela-sela kesibukannya.

7. Sahabat-sahabatku Wuri, Dila, Ika, Rima, dan Tyas, atas do’a dan dukungannya.

8. Teman-teman PLS angkatan 2011 yang telah memberikan banyak pembelajaran hidup selama di kampus.

9. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang telah membantu saya dalam penyelesaian studi dan skripsi ini.

Semoga bantuan, doa, bimbingan, dan dukungan yang telah diberikan kepada saya mendapat imbalan dari Allah SWT. Inilah yang dapat penulis berikan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi penulis sendiri, bagi rekan-rekan Pendidikan Luar Sekolah, dan para pembaca.

Yogyakarta, 24 September 2015


(10)

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PERSETUJUAN...ii

SURAT PERNYATAAN...iii

HALAMAN PENGESAHAN...iv

MOTTO...v

PERSEMBAHAN...vi

ABSTRAK...vii

KATA PENGANTAR...viii

DAFTAR ISI...x

DAFTAR TABEL...xii

DAFTAR GAMBAR...xiii

DAFTAR LAMPIRAN...xiv

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah...1

B. Identifikasi Masalah...6

C. Batasan Masalah...7

D.Rumusan Masalah...8

E. Tujuan Penelitian...8

F. Manfaat Penelitian...9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Kajian Teori ...10

1. Kajian tentang Partisipasi ... 10

2. Kajian tentang Pemuda ... 18

3. Kajian tentang Karang Taruna ... 24

4. Kajian tentang Kesenian ... 34

5. Kajian Tentang Kesenian Jathilan...40

B. Kerangka Berfikir ... 46

C. Pertanyaan Penelitian ... 48

BAB III METODE PENELITIAN A.Pendekatan Penelitian ... 50


(11)

E. Instrument Penelitian ...56

F. Teknik Analisis Data ...56

G.Keabsahan Data ...58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian...60

1. LetakGeografisdanKondisiUmumLokasiPenelitian...60

2. Luas Desa Tanjungharjo...60

3. Jumlah Penduduk...61

B. Deskripsi Lembaga...62

1. Sejarah Berdirinya Lembaga...62

2. Lokasi dan Keadaan Lembaga...64

3. Visi dan Misi Lembaga...65

4. Tujuan dan Sasaran Lembaga...66

5. Program Karang Taruna Tanjungharjo...67

6. Keanggotaan Karang Taruna Tanjungharjo...71

7. Legalitas Lembaga...72

8. Jaringan Kerjasama...73

C. Data dan Hasil Penelitian...73

1. Partisipasi Pemuda...73

2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat...79

3. Manfaat yang Dialami Pemuda dan Masyarakat...88

D.Pembahasan...98

1. Partisipasi Pemuda...98

2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat...102

3. Manfaat yang Dialami Pemuda dan Masyarakat...107

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...110

B. Saran...111

DAFTAR PUSTAKA...113


(12)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Teknik Pengumpulan Data ... 55 Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Tanjungharjo ... 61 Tabel 3. Susunan Pengurus Karang Taruna Tanjungharjo... 72


(13)

hal Gambar 1 Kerangka Berpikir ... 49 Gambar 2 Struktur Organisasi Karang Taruna Tanjungharjo ... 72


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1 Pedoman Observasi ... 116

Lampiran 2 Pedoman Wawancara ... 117

Lampiran 3 Pedoman Dokumentasi ... 126

Lampiran 4 Catatan Lapangan ... 127

Lampiran 5 Analisis Data……….134 Lampiran 6 Dokumentasi...148

Lampiran 7 Daftar Anggota...………...151

Lampiran 8 Akte Pendirian Group Kesenian...153


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam perjalan sejarah bangsa Indonesia generasi demi generasi saling bergantian secara teratur, seakan-akan ada yang mengatur dan selalu dipelopori pemuda, khususnya pemuda yang lahir dari kampus menjadi pelopor pembaharuan. Kita mengenal generasi BO (Budi Oetomo) yang dipelopori pemuda Sutomo dan kawan-kawan yang berpusat di Stovia. Kemudian disusul oleh generasi “28” atau generasi Sumpah Pemuda yang juga dipelopori pemuda kampus. Kemudian disusul generasi “45” yang juga dipeloporo pemuda kampus Prapatan dan Menteng yang tidak terlepas dari kelompok generasi muda cendekiawan, khususnya pergutuan tinggi di Jakarta dan Bandung. Akhirnya setelah satu generasi berlalu, timbul generasi baru yang dikenal dengan angkatan “66” yang juga tidak terpisahkan dengan gerakan mahasiswa, baik di kampus Bandung maupunJakarta yang merupakan pelopor Orde Baru.

Setelah era Soekarno lewat diganti oleh Soeharto yang merupakan wakil Angkatan “45”, pada saat direbutnya kemerdekaan serta pada masa perjuangan fisik mempertahankan kemerdekaan, tokoh pemuda dan para pemuda banyak terlihat dan berperan didalamnya. Bagaimana pula peran generasi muda pada rnasa kini dalam mengisi kemerdekaan bangsa Indonesia, sadar atau tidak bahwa didalam diri generasi muda, terdapat berbagai masalah baik yang diakibatkan oleh faktor dari generasi muda itu sendiri maupun faktor dari luar dirinya yang dapat menghambat proses


(16)

usaha dalam memikul tugas dan tanggungjawab pemuda sebagai generasi penerus dan kader pembangunan bangsa (Sudiyo: 2002).

Berbagai permasalahan tersebut mungkin dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan diri pemuda, hal ini dikemukakan oleh Direktorat Kesejahteraan Anak dan Remaja (1978 :37) disebutkan antara lain: 1) tidak seimbangnya jumlah anak dan remaja atau generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang tersedia, 2) cukup besarnya jumlah anak dan remaja yang berhenti sekolah dan anak atau remaja yang tidak sekolah, dan 3) kekurangan atau terbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia bagi pemuda dan jumlah pengangguran dikalangan generasi muda yang semakin mengkhawatirkan.

Melihat permasalahan yang dihadapi pemuda di atas, maka perlu adanya suatu usaha yang nantinya akan dapat membantu pemuda yang bermasalah ini dalam memecahkan masalahnya, yang mana usaha tersebut memerlukan suatu wadah untuk membina dan mengarahkan pemuda tersebut, pelaksanaan pembinaan tersebut merupakan tugas dan kewajiban aparat pelaksana baik dari tingkat pusat maupun daerah yang sesuai dengan bidangnya, yang diterjemahkan ke tengah masyarakat terutama dalam pemberian bantuan dan bimbingan yaitu dengan membentuk suatu organisasi yang nantinya akan menjadi wadah pembinaan pemuda tersebut terkhususnya di pedesaan.

Salah satu wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda yaitu melalui organisasi pemuda. Seiring dengan perkembangan zaman


(17)

organisasi pemuda juga mengalami perkembangan. Hal ini dapat dilihat dengan berdirinya organisasi-organisasi pemuda seperti yang dikemukakan oleh Purba (2000: 4) yaitu: Organisasi Karang Taruna, Organisasi Pemuda Pancasila (PP), Organisasi Ikatan Pemuda Karya (IPK), Organisasi Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI), dan lain-lain. Pada dasarnya keberadaan organisasi-organisasi pemuda tersebut dimaksudkan untuk menjadi wadah penempatan diri para pemuda dalam rangka persiapan memasuki kehidupan yang sebenar-benaraya di tengah-tengah masyarakat, dan juga sebagai wadah komunikasi dan pemersatu generasi muda.

Karang taruna merupakan salah satu organisasi pemuda yang tidak asing lagi karena merupakan wadah yang telah memiliki misi untuk membina generasi muda khususnya di pedesaan. Dalam bidang kesejahteraan sosial, karang taruna sebagai organisasi sosial masyarakat di pedesaan akan ditingkatkan fungsi dan perannya agar dapat menghimpun menggerakkan dan menyalurkan peranserta generasi muda dalam pembangunan. Selain mewujudkan kesejahteraan sosial di desa atau kelurahan, karang taruna berfungsi mengembangkan potensi kreativitas generasi muda agar secara terarah generasi muda di pedesaan membina dirinya sebagai pendukung pembangunan pedesaan.

Dari pengamatan di beberapa desa khususnya Desa Tanjungharjo Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta masih dijumpai pemuda dan pemudi yang belum dapat menggunakan waktu dan


(18)

menyalurkan bakatnya dengan baik dan sesuai. Mereka cenderung lebih senang melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat terutama pemudanya, dimana mereka sebagian sudah mulai mencoba untuk mengkonsumsi narkoba dan minuman keras sehingga permasalahan ini sangat mengkhawatirkan untuk kelangsungan hidup rnereka kelak dan meresahkan keadaan lingkungan desa tersebut. Hal tersebut terlihat pada peran serta atau partisispasi pemuda di Desa Tanjungharjo yang di rasa masih kurang. Dari observasi yang telah dilakukan, pemuda di Desa Tanjungharjo yang berusia 15 - 30 tahun berjumlah kurang lebih 300 orang. Akan tetapi yang aktif dalam kegiatan Karang Taruna Tanjungharjo secara umum hanya sekitar 70 orang. Sebagian besar pemuda dan pemudi adalah pelajar SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi, tetapi banyak juga yang sudah bekerja dan menikah. Sehingga, yang masih aktif dalam kegiatan karang taruna sebagian besar adalah pemuda/pemudi yang masih pelajar.

Sebagian generasi muda di Desa Tanjungharjo meniru dari apa yang mereka lihat yaitu gaya hidup yang modern yang hal ini didukung oleh kemajuan teknologi yang menyajikan berbagai informasi baik yang bersifat lokal maupun internasional, dimana informasi tadi bisa diperoleh lewat berbagai media salah satunya yaitu televisi melalui tayangan-tayangan yang menyajikan adegan-adegan kekerasan dan pornografi. Dimana tayangan televisi ini tidak hanya bisa dinikmati di kota akan tetapi dapat juga dinikmati di pedesaan. Hal inilah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi generasi muda, mereka tidak diimbangi dengan


(19)

pengetahuan akan dampak daripada informasi yang mereka dapatkan melalui televisi. Untuk itulah mereka ini seharusnya mendapat suatu penjelasan dan bimbingan serta pengarahan agar bisa memanfaatkan waktu untuk berpartisipasi pada hal yang lebih berguna yang nantinya akan menjadikan mereka generasi yang tangguh, terampil, berakhlak dan bertakwa serta bertanggungjawab dan dapat diandalkan di tengah masyarakat bangsa dan negara dan mempunyai perhatian terhadap lingkungan sekitarnya. Hal tersebut bisa diwujudkan melalui suatu wadah yaitu yang berperan untuk membina mereka yaitu melalui wadah organisasi karang taruna yang terdapat di pedesaaan.

Untuk mencegah berkembangnya hal-hal negatif pada kalangan pemuda, maka kelompok pemuda dan pemudi di Desa Tanjungharjo Nanggulan Kulon Progo menciptakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan pelestarian kebudayaan Indonesia khususnya di bidang kesenian. Paguyuban kesenian Jathilan Kudo Wiromo adalah organisasi kepemudaan yang bergerak dibidang kesenian yang terbentuk pada tahun 1998. Pada saat ini organisasi tersebut beranggotakan 42 orang yang terdaftar sebagian besar adalah pemuda Dusun Turus serta beberapa pemuda Desa Tanjungharjo dari dusun lain yang menyukai jathilan. Hubungan antara pemuda dengan kelompok karang tarunanya ini adalah mereka sebagai pengelola dan anggota. Selain itu, mereka juga berperan sebagai penggerak dalam program yang mereka miliki di bidang kesenian tersebut diatas. Merekalah yang merencakan, melaksanakan, dan


(20)

mengevaluasi kegiatan program yang mereka miliki ini. Sehingga, sejak tahun berdirinya Jathilan Kudo Wiromo hingga saat ini masih diminati masyarakat. Dan oleh karena tuntutan modernisasi jathilan khususnya dalam kreasi musik, maka jathilan di Desa Tanjungharjo ini ingin melakukan pengadaan gamelan atau alat musik dan perlengkapan lainnya yang dirasa masih kurang. Dengan adanya kegiatan seperti ini diharapkan dapat memacu generasi muda dalam kesenian khususnya jathilan ke arah usaha yang lebih baik untuk kelompok pemuda/pemudi di Desa Tanjungharjo.

Berdasarkan uraian di atas, maka menarik perhatian peneliti untuk membahas dan meneliti lebih lanjut lagi kedalam sebuah skripsi dengan judul "Partisipasi Pemuda Dalam Program Karang Taruna di Bidang Kesenian di Desa Tanjungharjo Kecamatan Nanggulan Kabupaten

Kulon Progo”. Dengan judul ini diharapkan mampu menjawab

permasalahan yang muncul di dunia pemuda Indonesia tentang pentingnya partisipasi pemuda dalam program karang taruna serta mampu mengankat karang taruna tersebut sebagai wahana pengembangan karakter yang berbasis komunitas.

B. Identifikasi Masalah

Setiap pelaksanaan penelitian selalu bertitik tolak dari masalah yang dihadapi dan yang perlu dipecahkan. Untuk memperoleh hasil yang lebih baik dalam penelitian ini, penulis perlu menentukan identifikasi


(21)

masalah agar jangan terbawa kedalam sekian banyak data yang ingin diteliti yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang lain.

Sebagaimana yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah tentang masalah yang diteliti, maka perlu diidentifikasi masalah yang terkait yaitu:

1. Adanya pemuda dan pemudi yang belum dapat menggunakan waktu luang mereka dengan kegiatan yang bermanfaat, seperti kegiatan karang taruna.

2. Kurangnya partisipasi pemuda dan pemudi dalam pelaksanaan kegiatan kepemudaan, khususnya dibidang kesenian.

3. Kurangnya penjelasan dan bimbingan serta pengarahan kepada pemuda/pemudi agar bisa memanfaatkan waktu untuk berpartisipasi pada hal yang lebih berguna, misalnya mengikuti program karang taruna.

4. Kurangnya peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk kegiatan pada organisasi di bidang kesenian yaitu Paguyuban Jathilan, sehingga tidak seimbangnya jumlah anak dan remaja/generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang tersedia.

C. Batasan Masalah

Dari beberapa permasalahan generasi muda yang ada di masyarakat sekarang, maka dalam penelitian ini lebih difokuskan tentang “Partisipasi Pemuda Dalam Program Karang Taruna di Bidang Kesenian di Desa Tanjungharjo Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulon Progo”,


(22)

mengingat partisipasi pemuda dalam seluruh kegiatan atau program karang taruna sangatlah penting bagi perkembangan pemuda itu sendiri baik dari segi kematangan intelektual maupun kematangan kemampuan emosional melalui pendidikan berbasis komunitas masyarakat.

D. Rumusan Masalah

Dari batasan masalah yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana partisipasi pemuda dalam program Karang Taruna desa di bidang kesenian dilihat dari aspek pengelolaan program di Desa Tanjungharjo?

2. Apa saja faktor penghambat dan pendukung partisipasi pemuda dalam pelaksanaan program karang taruna di bidang kesenian di Desa Tanjungharjo?

3. Bagaimana manfaat yang dialami pemuda dan masyarakat dengan adanya program karang taruna di bidang kesenian di Desa Tanjungharjo?

E. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana partisipasi pemuda dalam program Karang Taruna desa di bidang kesenian dilihat dari aspek pengelolaan program di Desa Tanjungharjo.


(23)

2. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung partisipasi pemuda dalam pelaksanaan program karang taruna di bidang Kesenian di Desa Tanjungharjo.

3. Untuk mengetahui manfaat yang dialami pemuda dan masyarakat dengan adanya program karang taruna di bidang kesenian di Desa Tanjungharjo.

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian dan penemuan dilapangan nantinya, diharapkan akan dapat diambil beberapa manfaat antara lain:

1. Bermanfaat bagi Perguruan Tinggi yaitu sebagai bahan kajian atau sebagai bahan diskusi bagi mahasiswa terutama jurusan PLS-FIP Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Sebagai data yang mungkin dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dan pemuda/pemudi agar dapat meningkatkan partisipasinya dalarn program Karang Taruna.

3. Untuk rnemperluas wawasan pemikiran penulis tentang peran pemuda dalam program karang taruna dimasa yang akan datang.


(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritik

1. Kajian Tentang Partisipasi

a. Pengertian Partisipasi

Partisipasi adalah prinsip bahwa setiap orang memiliki hak untuk terlibat dalam pengambilan keputusan di setiap penyelenggaraan pemerintah. Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yakni: to participate yang berarti ikut serta, mengambil bagian atau terkadang juga sebagai berperan serta.

Menurut Ach. Wazir Ws., dkk. (1999: 29) partisipasi bisa diartikan sebagai keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam interaksi sosial dalam situasi tertentu. Dengan pengertian itu, seseorang bisa berpartisipasi bila ia menemukan dirinya dengan atau dalam kelompok, melalui berbagai proses berbagi dengan orang lain dalam hal nilai, tradisi, perasaan, kesetiaan, kepatuhan dan tanggungjawab bersama.

Partisipasi masyarakat menurut Isbandi (2007: 27) adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi.


(25)

Mikkelsen (1999: 64) membagi partisipasi menjadi 6 (enam) pengertian, yaitu:

1) Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan;

2) Partisipasi adalah “pemekaan” (membuat peka) pihak masyarakat untuk meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi proyek-proyek pembangunan;

3) Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukannya sendiri;

4) Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu;

5) Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar supaya memperoleh informasi mengenai konteks lokal, dan dampak-dampak sosial;

6) Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan, dan lingkungan mereka.

Dari tiga pakar yang mengungkapkan definisi partisipasi di atas, dapat dibuat kesimpulan bahwa partisipasi adalah keterlibatan aktif dari seseorang, atau sekelompok orang (masyarakat) secara sadar untuk berkontribusi secara sukarela dalam program pembangunan dan terlibat mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring sampai pada tahap evaluasi.

Pentingnya partisipasi dikemukakan oleh Conyers (1991: 154-155) sebagai berikut: pertama, partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal; kedua, bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan


(26)

perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk-beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut; ketiga, bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri.

Apa yang ingin dicapai dengan adanya partisipasi adalah meningkatnya kemampuan (pemberdayaan) setiap orang yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam sebuah program pembangunan dengan cara melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan dan kegiatan-kegiatan selanjutnya dan untuk jangka yang lebih panjang. Adapun prinsip-prinsip partisipasi tersebut, sebagaimana tertuang dalam Panduan Pelaksanaan Pendekatan Partisipatif yang disusun oleh Department for International Development (DFID) (dalam Monique Sumampouw, 2004: 106-107) adalah:

1) Cakupan. Semua orang atau wakil-wakil dari semua kelompok yang terkena dampak dari hasil-hasil suatu keputusan atau proses proyek pembangunan.

2) Kesetaraan dan kemitraan (Equal Partnership). Pada dasarnya setiap orang mempunyai keterampilan, kemampuan dan prakarsa serta mempunyai hak untuk menggunakan prakarsa tersebut terlibat dalam setiap proses guna membangun dialog tanpa memperhitungkan jenjang dan struktur masing-masing pihak.


(27)

3) Transparansi. Semua pihak harus dapat menumbuhkembangkan komunikasi dan iklim berkomunikasi terbuka dan kondusif sehingga menimbulkan dialog.

4) Kesetaraan kewenangan (Sharing Power/Equal Powership). Berbagai pihak yang terlibat harus dapat menyeimbangkan distribusi kewenangan dan kekuasaan untuk menghindari terjadinya dominasi. 5) Kesetaraan Tanggung Jawab (Sharing Responsibility). Berbagai pihak mempunyai tanggung jawab yang jelas dalam setiap proses karena adanya kesetaraan kewenangan (sharing power) dan keterlibatannya dalam proses pengambilan keputusan dan langkah-langkah selanjutnya.

6) Pemberdayaan (Empowerment). Keterlibatan berbagai pihak tidak lepas dari segala kekuatan dan kelemahan yang dimiliki setiap pihak, sehingga melalui keterlibatan aktif dalam setiap proses kegiatan, terjadi suatu proses saling belajar dan saling memberdayakan satu sama lain.

7) Kerjasama. Diperlukan adanya kerja sama berbagai pihak yang terlibat untuk saling berbagi kelebihan guna mengurangi berbagai kelemahan yang ada, khususnya yang berkaitan dengan kemampuan sumber daya manusia.

b. Faktor-faktor Timbulnya Partisipasi

Beberapa paradigma dalam menganalisis faktor timbulnya partisipasi, dalam hal ini diantaranya Herbert Blumer berpendapat


(28)

bahwa “respon aktor baik langsung maupun tidak,selalu didasarkan atas penilaian atau pemaknaan setiap objek tindakan”. Hal ini dipertegas oleh K. Sunarto yang mengatakan bahwa tindakan seseorang didahaului oleh suatu tahapan penilaian dan pertimbangan untuk memperoleh makna atas objek tindakan (Siti Irene, 2011: 57).

Ditinjau dari segi motivasinya, partisipasi anggota masyarakat terjadi karena:

1) Takut atau terpaksa

Partisipasi yang dilakukan dengan terpaksa atau takut, biasanya akibat adanya perintah kaku dari atasan, sehingga masyarakat seakan-akan terpaksa untuk melakukan rencana yang telah ditentukan.

2) Ikut-ikutan

Partisipasi yang dilakukan karena adanya dorongan solidaritas yang tinggi diantara sesama anggota masyarakat desa. Apalagi jika keterlibatan dalam suatu kegiatan dimulai oleh pemimpin mereka, sehingga keikutsertaan mereka bukan karena dorongan hati sendiri melainkan wujud kebersamaan saja yang sudah merupakan kondisi sosial budaya masyarakat desa.

3) Kesadaran

Partisipasi yang timbul karena kehendak dari individu anggota masyarakat. Partisipasi atas dasar kesadaran ini dilandasi oleh dorongan yang timbul dari hati nurani diri sendiri (Khairuddin, 1992: 126).


(29)

Dalam hal ini George Homans menitikberatkan pada aspek psikologis dan motivasi, serta menilai bahwa tindakan sosial didasarkan pada empat proporsi, yaitu (a) proporsi keberhasilan: semakin positif respon yang diterima, semakin sering tindakan tersebut dilakukan, (b) proporsi stimulus: jika ada kesamaan stimulus yang menguntungkan, maka semakin besar pengulangan tindakan, (c) proporsi nilai: semakin bermakna hasil yang diterima, semakin sering tindakan tersebut diulangi, (d) proporsi berjenuh-kerugian: semakin sering menerima respon yang istimewa, maka respon tersebut semakin berkurang nilainya (Siti Irene, 2011: 57).

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam suatu program, sifat faktor-faktor tersebut dapat mendukung suatu keberhasilan program namun ada juga yang sifatnya dapat menghambat keberhasilan program. Misalnya saja faktor usia, terbatasnya harta benda, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan.

Angell (dalam Ross, 1997: 130) mengatakan partisipasi yang tumbuh dalam masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi, yaitu:

1) Usia

Faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada.


(30)

Mereka dari kelompok usia menengah ke atas dengan keterikatan moral kepada nilai dan norma masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang berpartisipasi daripada mereka yang dari kelompok usia lainnya.

2) Jenis kelamin

Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa mengatakan bahwa pada dasarnya tempat perempuan adalah “di dapur” yang berarti bahwa dalam banyak masyarakat peranan perempuan yang terutama adalah mengurus rumah tangga, akan tetapi semakin lama nilai peran perempuan tersebut telah bergeser dengan adanya gerakan emansipasi dan pendidikan perempuan yang semakin baik.

3) Pendidikan

Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi. Pendidikan dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat.

4) Pekerjaan dan penghasilan

Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan seseorang akan menentukan berapa penghasilan yang akan diperolehnya. Pekerjaan dan penghasilan yang baik dan mencukupi kebutuhan sehari-hari dapat mendorong seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat. Pengertiannya bahwa untuk


(31)

berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus didukung oleh suasana yang mapan perekonomian.

5) Lamanya tinggal

Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan berpengaruh pada partisipasi seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat dalam partisipasinya yang besar dalam setiap kegiatan lingkungan tersebut.

d. Bentuk Partisipasi

Menurut Effendi dalam Siti Irene (2011: 58), partisipasi dapat dibagi menjadi dua yaitu partisipasi vertikal dan partisipasi horizontal. Partisipasi vertikal terjadi dalam bentuk kondisi tertentu masyarakat terlibat atau mengambil bagian dalam suatu program pihak lainnya, dalam hubungan dimana masyarakat pada sebagai status bawahan, pengikut atau klien. Adapun partisipasi horizontal merupakan dimana setiap anggota atau kelompok masyarakat berpartisipasi horizontal satu dengan yang lainnya.

Keith Davis dalam Ibrahim Surotinojo (2006: 6) mengklasifikasikan partisipasi ke dalam 4 bentuk yaitu:

1) Pertisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha-usaha bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan.


(32)

2) Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang harta benda, biasanya alat-alat atau perkakas.

3) Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu program.

4) Partisipasi ketrampilan adalah memberikan dorongan melalui ketrampilan yang dimiliki kepada anggota masyarakat lain yang membutuhkannya.

2. Kajian Tentang Pemuda

a. Pengertian Pemuda

Berbicara mengenai dinamika pemuda atau remaja, adalah dengan melihat perkembangan tingkah laku pemuda atau remaja, perkembangan yang lebih terarah dapat dipergunakan pada tujuan-tujuan hidupnya kelak. Akan tetapi, sifat yang dinamis itu dapat menemukan penghalang yang mengakibatkan adanya tingkah laku, di luar kehormatan atau bersifat pathologis. Pandangan ini mengandung pengertian bahwa tingkah lakunya dapat dibina dan dituntun kearah perkembangan yang dianggap paling bernilai di dalam masyarakat. b. Pemuda atau Remaja Sebagai Aspek Kultural dan Individual

Konsepsi yang lebih bersifat politis di Indonesia pada umumnya menentukan batas umur pemuda (misalnya dalam organisasi gerakan pemuda) antara 15 sampai 35 tahun, hingga 40 tahun. Akan tetapi konsepsi serupa ini akan membawa kita lebih maju


(33)

dalam usaha memahami pemuda dari sudut perkembangannya. Untuk periodisasi perkembangan itu secara psikologis pedagogis diperlukan pertimbangan-pertimbangan lain. Sifat-sifat permulaan dalam periode-periode tersebut diatas adalah munculnya keinginan menunjukan sikap-sikap berani, ingin diperhatikan orang, yang sebenarnya sifat-sifat tersebut pada permulaan hanya merupakan sifat-sifat yang demonstratif untuk menyembunyikan kegelisahan-kegelisahan yang belum dikenalnya.

Sikap-sikap ini kemudian menjadi sempurna setelah ia dapat menemui dirinya sendiri, menemui harga kehidupan dan membuat percobaan dengan harga ini serta hasrat untuk segera masuk ke dalam masyarakat dan mengenal kebudayaan. Pada masa ini anak muda berusaha nmendapatkan status sebagai manusia, ada kecenderungan untuk berusaha ke arah mansipasi dengan melepaskan tarafkekanak-kanakan dimana ia senantiasa harus tunduk kepada kehendak orang tua, karena dianggap rendah dalam umur, pengalaman, dan kecakapan. Perekembangan yang besar secara physis, intelektual, dan emosional memberikan kepadanya dasar-dasar yang kuat untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan dalam banyak lapangan, yang menjadi daya kritis dengan semakin banyak minat kepada soal-soal teoritis. Semakin berkembang pengertian serta penghargaan nilai-nilai semakin terbentuklah pandangan hidup serta cita-cita yang ingin dikejarnya dengan disertai kegiatan-kegiatan sosial, yang kini tidak


(34)

lagi terbatas pada lingkungan rumah dan sekolah. Dalam periode masa muda, sifat-sifat yang berani bertambah dengan sifat-sifat yang dinamis, revolusioner, radikal dan kritis.

Remaja adalah masa kemtangna dan kedewasaan. Masa ini merupakan masa yang paling rawan dalam kehidupan manusia. Anak muda mempunyai tingkat emosional yang sangat tinggi serta mudah terpengaruh oleh segala sesuatu yang didengar dan disaksiakan. Oleh karena itu, krisis remaja pada saat ini lebih kompleks dan lebih rawan.

Harapannya adalah pada masa mendatang mereka akan menjadi tiang masyarakat dan memegang tanggungjawab di dalamnya. Remaja adalah pemindah warisan dan kejayaan dari generasi tua ke para remaja atau dari bapak ke cucu. Kalau suatu masyarakat merasa rugi karena generasi mudanya telah rusak, maka masyarakat itu telah kehilangan eksistensinya.

c. Permasalahan Pemuda atau Remaja 1) Krisis sosial atau Lingkungan

Linkungan sosial remaja sangat mempengaruhi pembentukan jiwa, tujuan, prinsip, dan sebagainya. Apabila linkungan telah mengajarkan mereka untuk berbuat menyimpang, maka perbuatan menyimpang tersebut akan menjadi suatu kebiasaan. Dan apabila lingkungan mengajarkan mereka untuk berbuat baik maka mereka tidak akan terbiasa dan tidak akan bisa untuk berbuat yang menyimpang. Sehingga sangat kecil kemungkinan bagi mereka yang


(35)

telah diajarkan oleh lingkungannya tentang menghadapi kerasnya hidup yang pernah menjadi masalah, dan menyelesaikannya untuk lari dari masalah mereka (frustasi) dan berakibat melakukan aktivitas yang terlarang, seperti mengkonsumsi minuman keras dan narkoba sebagai pelariannya. Karena mereka terlalu tegar untuk dirapuhkan.

2) Krisis iman dan Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

Keimanan dan ketaqwaan seorang remaja sangat mempengaruhi jalan pikiran, tujuan prinsip dan perilaku mereka. Remaja yang selalu beribadah tetapi imtaqnya kurang maka remaja itu masih mudah rapuh. Berbeda dengan remaja yang beribadah dengan ikhlas dan memilih kualitas imtaq yang lebih tinggi, dia akan memiliki pengendali diri (self controlling) yang kuat menahan dirinya untuk tidak terjerumus pada narkoba, karena dengan imtaqnya dia akan menjadi tegar dan berpondasi kuat.

3) Interaksi Sosial Menjelang Dewasa

Persoalan-persoalan yang penting dalam pertumbuhan seorang pemuda atau remaja menjelang dewasa adalah:

a) Pemuda Secara Pribadi dan Masalah Penyesuaian

Mengenai soal-soal penyesusaian, hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa perubahan syarat-syarat hidup itu selalu meminta kemampuan dari setiap individu untuk menyesuaikan diri sehingga masalah penyesuaian diri menjadi satu masalah yang serius bagi manusia yang tengah berkembang itu.


(36)

Dengan bertambahnya pengalaman dan pengetahuan mereka, minat-minat tertentu dapat dikembangkan dan minat-minat yang lain dapan diadakan bahkan dapat mengambil minat-minat yang baru pula. Nampaknya ada hubungan antara jenis-jenis minat dengan taraf kematangan seseorang. Pada masa awal, minat umumnya bersifat sangat pribadi dalam arti kata berpusat pasa Aku seorang remaja. Tetapi kemudian akan tampak bahwa dengan semakin dewasa, minat akan berkembang ke arah sifat sosial. Hal ini tampak baik di kalangan pemuda-pemuda di luar negeri yang memiliki sifat kebudayaan yang berlainan. Minat bergantung pada pengalaman tetapi tidak ditentukan olehnya saja, sebab sifat-sifat pribadi ikut pula menentukan perkembangannya bahkan dapat mempengaruhi minat seseorang.

b) Pemuda atau Remaja di Persimpangan Jalan

Makin hari makin ramai dibicarakan orang tentang gejala meningkatnya kenakalan atau kejahatan remaja. Sebagian cenderung menyalahkan sekolah yang gagal menjalankan fungsinya, sebagian lagi menyalahkan orang tua (terutama dari apa yang disebut golongan “elite”), sebagian lagi menyalahkan kebudayaan Barat, bahkan ada pula yang menyalahkan pemuda itu sendiri. Bilamana dapat diketahui dengan lebih pasti jumlah dan jenis kenakalan atau kejahatan yang dilakukan oleh para remaja, kita akan lebih tertegun.

Secara populer terdapat pendapat bahwa para pemuda yang tergolong nakal pada umumnya adalah pemuda-pemuda yang


(37)

bertingkat inteligensi rendah. Tetapi penyelidikan-penyelidikan tidak membuktikan kebenaran pendapat tersebut. Kejahatan kanak-kanak terdapat di kalangan pemuda yang berinteligensi agak rendah maupun di kalangan pemuda yang memiliki inteligensi cukup tinggi. Penyelidikan tersebut selanjutnya tidak dapat membenarkan pendapat bahwa memang memang terdapat jenis kelompok manusia tertentu yang mempunyai sifat-sifat jahat. Akan tetapi, di dalam kenyataan sehari-hari memang dapat terjadi bahwa kasus-kasus yang dihadapi oleh petugas-petugas hukum dan oleh para pendidik akan banyak terdiri dari mereka yang tidak tergolong cerdas.

Di dalam keadaan serupa ini, adalah tugas masyarakat untuk menyusun rencana-rencana kegiatan “lingkungan ketiga” (yaitu di dalam masyarakat sendiri, sesudah keluarga dan sekolah)yang bernilai edukatif dan rekreatif. Banyak kegiatan sosial yang dapat dilakukan oleh para pemuda, dan yang akan dilakukan oleh mereka dengan kegairahan bilamana saja penyususnan program itu benar-benar berorientasi pada tahap-tahap perkembangan pemuda.

Organisasi pecinta alam, organisasi kepanduan, kegiatan-kegiatan ilmiah regu-regu kesejahteraan sosial, olahraga dan kesenian, dan banyak lagi kegiatan lainnya yang ternyata selalu menarik perhatian mereka untuk dijadikan bidang-bidang eksplorasi membentuk pribadi dan menemukan identitas mereka.


(38)

3. Kajian Tentang Karang Taruna

a. Pengertian Karang Taruna

Karang Taruna adalah organisasi kepemudaan di Indonesia. Karang Taruna merupakan wadah pengembangan generasi muda nonpartisan, yang tumbuh atas dasar kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat khususnya generasi muda di wilayah Desa / Kelurahan atau komunitas sosial sederajat, yang terutama bergerak dibidang kesejahteraan sosial. Sebagai organisasi sosial kepemudaan Karang Taruna merupakan wadah pembinaan dan pengembangan serta pemberdayaan dalam upaya mengembangkan kegiatan ekonomis produktif dengan pendayagunaan semua potensi yang tersedia dilingkungan baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam yang telah ada. Sebagai organisasi kepemudaan, Karang Taruna berpedoman pada Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga dimana telah pula diatur tentang struktur penggurus dan masa jabatan dimasing-masing wilayah mulai dari Desa / Kelurahan sampai pada tingkat Nasional. Semua ini wujud dari pada regenerasi organisasi demi kelanjutan organisasi serta pembinaan anggota Karang Taruna baik dimasa sekarang maupun masa yang akan datang. Karang Taruna beranggotakan pemuda dan pemudi (dalam AD/ART nya diatur keanggotaannya mulai dari pemuda/i berusia mulai dari 11 - 45 tahun) dan batasan sebagai Pengurus adalah


(39)

berusia mulai 17 - 35 tahun (Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas).

Karang taruna pada hakekatnya adalah wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda demi terwujudnya kesejahteraan generasi muda. Berarti Karang Taruna mengemban misi tulus, ikhlas dan penuh rasa manusiawi dalam upaya mengatasi segala bentuk permasalahan generasi muda. Sehingga peranan karang taruna senantiasa dibutuhkan kapanpun, di manapun demi terwujudnya masa depan yang lebih cerah bagi generasi muda, bangsa dan negara dan seluruh masyarakat Indonesia.

Uraian di atas relevan dengan pengertian yang telah digariskan dalam keputusan Kanwil Depsos Provinsi Sumatera Utara (1984: 9) yaitu: Karang Taruna adalah Wadah pembinaan dan Pengembangan Generasi muda, yang tumbuh atas kesadaran dan rasa tanggungjawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat terutama generasi muda di wilayah desa atau kelurahan, bergerak terutama dalam bidang kesejahteraan sosial, yang secara fungsional dibina dan dikembangkan oleh Departemen Sosial.

Berpedoman pada pengertian di atas maka sudah jelas apa itu Karang taruna, yaitu:

1) Wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda.

Keberadan suatu wadah bagi pembinaan dan pengembangan generasi muda dapat menimbulkan masalah besar bagi


(40)

generasi muda, bangsa dan negara. Sebab salah satu masalah yang cukup memprihatinkan bagi generasi muda adalah masalah tentang penyaluran potensi generasi muda dalam suatu.

Wadah dan banyaknya waktu yang terbuang secara sia-sia tanpa ada manfaatnya. Melihat kenyataan yang demikianlah sehingga muncullah Karang Taruna yang bertekad akan memikul sebagian tanggungjawab dan tugas membina dan mengembangkan generasi muda. Salah satu yang melatar belakangi lahirnya karang taruna adalah mengatasi masalah sosial yang dihadapi generasi muda.

2) Tumbuh atas kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial.

Karang Taruna bukanlah pengemis dan tidak bermental lemah karena generasi muda yang membentuknya bukanlah orang-orang yang berprofil seperti itu. Dengan demikian motif untuk tumbuh bagi Karang Taruna haruslah diprakarsai dari bawah, seiring dengan itulah Pemerintah harus ikut andil untuk membina dan mengembangkannya. Idealnya memang demikian jika mengharapkan Karang Taruna yang mandiri, penuh tanggungjawab, ulet dan tangguh serta handal.

3) Bergerak terutama dalam bidaig kesejahteraan sosial.

Karang taruna terutama bergerak dalam bidang kesejahteraan sosial, berarti Karang Taruna berstatus non politik, walaupun pada dasanya pendidikan politik dibenkan dalam upaya pembinaan generasi muda, tetapi bikan untuk mengajak generasi muda berpolitik,


(41)

melainkan agar generasi muda tahu, paham dan mengerti akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan sehari-hari.

4) Secara fungsional dibina dan dikembangkan oleh Departemen Sosial.

Karang taruna adalah wadah yang bergerak dalam bidang kesejahteraan sosial secara fungsional dibina dan dikembangkan oleh Departemen Sosial namun bukan berarti departemen lain tidak ikut ambil bagian. Hubungan instansi terkait senantiasa dibutuhkan. Peranan pemerintah dan departemen sosial hanya pada batas-batas yang tidak memungkinkan untuk ditempuh oleh karang taruna karena alat dan kemampuan tidak dimiliki oleh karang taruna. Seperti karang taruna memberikan pengarahan dan penyuluhan mengenai bahaya pemakaian narkoba dan pengarahan mengenai kegiatan-kegiatan keolahragan dan ketrampilan.

Karang taruna berkedudukan di desa/kelurahan yang anggotanya berusia 17-40 tahun dengan sistem keanggotaan menganut stelsel pasif, dalam arti seluruh generasi muda dalam lingkungan desa atau kelurahan adalah anggota karang taruna yang selanjutnya disebut warga Karang taruna, namun ada yang aktif dan ada yang pasif.

Semua anggota karang taruna memiliki hak dan kewajiban yang sama tanpa membedakan asal keturunan, suku, jenis kelamin, kedudukan sosial dan Agama.


(42)

b. Sejarah Singkat Karang Taruna

Karang Taruna untuk pertama kalinya lahir pada tanggal 26 September 1960 di Kampung Melayu, Jakarta. Dalam perjalanan sejarahnya, Karang Taruna telah melakukan berbagai kegiatan, sebagai upaya untuk turut menanggulangi masalah–masalah Kesejahteraan Sosial terutama yang dihadapi generasi muda dilingkungannya, sesuai dengan kondisi daerah dan tingkat kemampuan masing-masing.

Pada mulanya, kegiatan Karang Taruna hanya sebatas pengisian waktu luang yang positif seperti rekreasi, olah raga, kesenian, kepanduan (pramuka), pendidikan keagamaan (pengajian) dan lain-lain bagi anak yatim, putus sekolah, tidak sekolah, yang berkeliaran dan main kartu serta anak-anak yang terjerumus dalam minuman keras dan narkoba. Dalam perjalanan sejarahnya, dari waktu ke waktu kegiatan Karang Taruna telah mengalami perkembangan sampai pada sektor Usaha Ekonomis Produktif (UEP) yang membantu membuka lapangan kerja/usaha bagi pengangguran dan remaja putus sekolah.

Pada masa Pemerintahan Orde Baru, nama Karang Taruna hanya diperuntukkan bagi kepengurusan tingkat desa atau kelurahan serta Unit/Sub Unit saja (tingkat RT/RW). Sedangkan kepengurusan tingkat Kecamatan sampai Nasional menggunakan sebutan Forum Komunikasi Karang Taruna (FKKT), hal tersebut diatur dalam


(43)

Kepmensos No. 11/HUK/1988. Krisis Moneter yang melanda bangsa ini tahun 1997 turut memberikan dampak bagi menurunnya dan bahkan terhentinya aktivitas sebagian besar Karang Taruna. Saat dilaksanakan Temu Karya Nasional (TKN) IV tahun 2001 di Medan, disepakatilah perubahan nama menjadi Karang Taruna Indonesia (KTI). Oleh karena masih banyaknya perbedaan persepsi tentang Karang Taruna maka pada TKN V 2005 yang diselenggarakan di Banten tanggal 10-12 April 2005, Namanya dikembalikan menjadi Karang Taruna. Ketetapan ini kemudian diatur dalam Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 83/HUK/2005 tentang Pedoman Dasar Karang Taruna. Dengan dikeluarkannya Permensos ini diharapkan tidak lagi terjadi perbedaan penafsiran tentang Karang Taruna, dalam arti bahwa pemahaman tentang Karang Taruna mengacu kepada Peraturan Menteri Sosial tersebut.

Keberadaan Karang Taruna dengan berbagai kegiatan yang dilaksanakan selama ini, bertumpu pada landasan hukum yang dimiliki, yang terus diperbaharui sesuai dengan tuntutan, kebutuhan dan perkembangan masalah kesejahteraan sosial serta sistem pemerintahan yang terjadi. Sampai saat ini, landasan hukum yang dimiliki Karang Tarunaadalah Keputusan Menteri Sosial RI No. 13/HUK/KEP/l/1981 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Karang Taruna, Ketetapan MPR No. II/MPR/1983 tentang GBHN yang menempatkan Karang Taruna sebagai wadah Pembinaan


(44)

Generasi Muda, serta Keputusan Menteri Sosial RI No. 83/HUK/2005 tentang Pedoman Dasar Karang Taruna.

Pendirian dan pengorganisasian Karang Taruna sesuai dengan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor: 83/HUK/2005 tentang Pedoman Dasar Karang Taruna. Peningkatan peranan karang taruna sejak pertumbuhannya dari tahun 1960 telah semakin nampak, dimulai dengan kegiatan rekreatif dan pelatihan sampai saat ini telah mengarah kekegiatan produktif serta kegiatan usaha kesejahteraan sosial lainnya Anggota Karang Taruna adalah pemuda berusia 17 sampai dengan 45 tahun. Karang Taruna merupakan pilar partisipasi masyarakat sebagai wadah pembinaan pembangunan dan pengembangan generasi muda dibidang kesejahteraan sosial.

Karang Taruna adalah organisasi kepemudaan di Indonesia. Karang Taruna merupakan wadah pengembangan generasi muda nonpartisan, yang tumbuh atas dasar kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat khususnya generasi muda di wilayah desa atau kelurahan atau komunitas sosial sederajat, yang terutama bergerak dibidang kesejahteraan sosial. Sebagai organisasi sosial kepemudaan Karang Taruna merupakan wadah pembinaan dan pengembangan serta pemberdayaan dalam upaya mengembangkan kegiatan ekonomis produktif dengan pendayagunaan semua potensi yang tersedia dilingkungan baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam yang telah ada.


(45)

Sebagai organisasi kepemudaan, Karang Taruna berpedoman pada Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga dimana telah pula diatur tentang struktur penggurus dan masa jabatan dimasing-masing wilayah mulai dari desa atau kelurahan sampai pada tingkat Nasional. Semua ini wujud dari pada regenerasi organisasi demi kelanjutan organisasi serta pembinaan anggota Karang Taruna baik dimasa sekarang maupun masa yang akan datang. Karang Taruna beranggotakan pemuda dan pemudi (dalam AD/ART nya diatur keanggotaannya mulai dari pemuda/i berusia mulai dari 11 - 45 tahun) dan batasan sebagai Pengurus adalah berusia mulai 17 - 35 tahun.Karang Taruna didirikan dengan tujuan memberikan pembinaan dan pemberdayaan kepada para remaja, misalnya dalam bidang keorganisasian, ekonomi, olahraga, advokasi, keagamaan dan kesenian.

Organisasi karang taruna adalah organisasi yang berada di lingkungan penduduk dalam lingkup satu Rukun Tetangga atau Rukun Warga, pengurusnya terdiri dari para pemuda pemudi yang berada di lingkungan itu. Dahulu, organisasi karang taruna sangat berpengaruh dan terasa guyub dalam menghidupkan kegiatan dan aktivitas warga, misalnya gotong royong dalam hal kebersihan setiap hari minggu pagi, arisan warga, Menanam pohon pohon dirumah masing masing, kegiatan memperingati acara acara hari besar juga pengadaan


(46)

pengajian serta olahraga bersama dalam satu lingkup Rukun Tetangga atau Rukun Warga tersebut.

c. Tujuan dan Fungsi Karang Taruna

Organisasi yang ideal pada hakikatnya memiliki tujuan dan fungsi yang telah digariskan dalam anggaran dasarnya. Tujuan dan fungsi berguna sebagai pemandu dan pengendali segala aktifitas yang hendak dilaksanakan.

Karang taruna sebagai organisasi sosial yang bermisikan kesejahteraan sosial sudah barang tentu memiliki tujuan dan fungsi yang harus dicapai dandiembannya. Dengan demikian segala aktifitas karang taruna harus berdasarkan dan harus relevan dengan tujuan dan fungsi yang telah digariskan dalam anggaran dasarnya.

Dalam pedoman dasar karang taruna tujuan karang taruna (1984: 10) adalah: Terwujudnya kesejahteraan sosial yang semakin meningkat bagi generasi muda di desa atau kelurahan yang memungkinkan pelaksanaan fungsi sosialnya sebagai manusia, manusia pembangunan yang mampu mengatasi masalah-masalah kesejahteraan sosial dilingkungannya melalui usaha-usaha pengembangan sosial.

Misi utama karang taruna adalah dalam bidang kesejahteraan sosial dengan fokus pertama memperhatikan kesejahteraan generasi muda. Dimana dengan terwujudnya kesejahteraan generasi muda akan membawa dampak positif, generasi muda akan semakin termotivasi


(47)

untuk memacu semangat, partisipasi, dedikasi dan tanggungjawabnya dalam memajukan lingkungannya. Kesejahteraan generasi muda yang dimaksudkan dalam hal ini adalah seperti yang dinyatakan dalam Undang-Undang No. 6/1974 mengenai kesejahteraan sosial yaitu: Kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material maupun spiritual yang diliputi olah rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir dan bathin yang memungkinkan bagi setiap warganegara, keutuhan jasmaniah bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak azasi serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila.

Sebagai wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda dibidang kesejahteraan sosial karang taruna mempunyai tugas pokok bersama-sama pemerintah menanggulangi masalah-masalah kesejahteraan sosial baik secara preventif, rehabilitatif maupun pengembangan serta mengarahkan pembinaan dan pengembangan potensi generasi muda dilingkungannya. Setiap karang taruna melaksanakan fungsi antara lain :

1) Penyelenggara Usaha Kesejahteraan Sosial.

2) Penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan bagi masyarakat.

3) Penyelenggara pemberdayaan masyarakat terutama generasi muda dilingkunggannya secara komprehensif, terpadu dan terarah serta berkesinambungan.


(48)

4) Penyelenggara kegiatan pengembangan jiwa kewirausahaan bagi generasi muda di lingkungannya.

5) Penanaman pengertian, memupuk dan meningkatkan kesadaran tanggung jawab sosial generasi muda.

6) Penumbuhan dan pengembangan semangat kebersamaan, jiwa kekeluargaan, kesetiakawanan sosial dan memperkuat nilai-nilai kearifan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. 7) Pemupukan kreatifitas generasi muda untuk dapat

mengembangkan tanggung jawab sosial yang bersifat rekreatif, kreatif, edukatif, ekonomis produktif dan kegiatan praktis lainnya dengan mendayagunakan segala sumber dan potensi kesejahteraan sosial di lingkungannya secara swadaya.

8) Penyelenggara rujukan, pendampingan, dan advokasi social bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial.

9) Penguatan sistem jaringan komunikasi, kerjasama, informasi dan kemitraan dengan berbagai sektor lainnya. (http://karangtarunajakamuara.blogspot.com/).

4. Kajian Tentang Kesenian

Ada beberapa pengertian kesenian menurut para ahli. Pengertian Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Selain mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia, kesenian juga mempunyai fungsi lain. Misalnya, mitos


(49)

berfungsi menentukan norma untuk perilaku yang teratur serta meneruskan adat dan nilai-nilai kebudayaan.

Seni pada mulanya adalah proses dari manusia, dan oleh karena itu merupakan sinonim dari ilmu. Dewasa ini, seni bisa dilihat dalam intisari ekspresi dari kreativitas manusia. Seni juga dapat diartikan dengan sesuatu yang diciptakan manusia yang mengandung unsur keindahan. Seni sangat sulit untuk dijelaskan dan juga sulit dinilai. Bahwa masing-masing individu artis memilih sendiri peraturan dan parameter yang menuntunnya atau kerjanya, masih bisa dikatakan bahwa seni adalah proses dan produk dari memilih medium, dan suatu set peraturan untuk penggunaan medium itu.

Suatu set nilai-nilai yang menentukan apa yang pantas dikirimkan dengan ekspresi lewat medium itu, untuk menyampaikan baik kepercayaan, gagasan, sensasi, atau perasaan dengan cara seefektif mungkin untuk medium itu. Sekalipun demikian, banyak seniman mendapat pengaruh dari orang lain masa lalu, dan juga beberapa garis pedoman sudah muncul untuk mengungkap gagasan tertentu lewat simbolisme dan bentuk (seperti bakung yang bermakna kematian dan mawar merah yang berarti cinta). (http://www.e-jurnal.com/2013/11/pengertian-kesenian-menurut-ahli.html).

Segala bentuk hasil karya manusia didunia ini tentunya selalu mengalami bentuk perubahan dan perkembangan dari waktu ke waktu, karena tidak akan mungkin karya manusia terjadi begitu saja dan


(50)

sampai disitu saja. demikian pula halnya dengan karya seni yang dibuat oleh manusia. Tentunya karya seni akan berawal dari bentuk karya yang paling sederhana dengan bahan yang sederhana pula. dan karya seni tersebut akan mengalami perkembangan menjadi lebih baik sesuai dengan jamannya. Berikut akan dijelaskan mengenai perkembangan hasil karya seni manusia dari jama primitif sampai jaman modern.

a. Seni Primitif

Seni primitif berkembang pada zaman prasejarah, yang mana tingkat kehidupan manusia pada masanya sangat sederhana sekali dan sekaligus merupakan ciri utama, sehingga manusianya disebut orang primitif. Hal ini berpengaruh dalam kebudayaan yang mereka hasilkan. Mereka menghuni goa-goa, hidup berpindah-pindah (nomaden) dan pekerjan berburu binatang. Di bidang kesenian, karya seni yang dihasilkan juga sangat sederhana, namun memiliki nilai tinggi sebagai ungkapan ekspresi mereka. Peninggalan karya seni yang dihasilkan berupa lukisan binatang buruan, lukisan cap-cap tangan yang terdapat pada dinding goa, seperti pada dinding goa Leang-leang di Sulawesi Selatan, goa-goa di Irian Jaya, dan pada dinding goa Almira Spanyol.

Selain karya lukisan, terdapat juga hiasan-hiasan pada alat-alat perburuan mereka yang berupa goresan-goresan sederhana. Karya seni yang dihasilkan hanya merupakan ekspresi perasaan mereka terhadap dunia misterius atau alam gaib yang merupakan simbolis dari


(51)

perasaan-perasaan tertentu, seperti perasaan takut, senang dan perdamaian. Ciri-ciri lain dari seni premitif yaitu goresannya spontannitas, tanpa perspektif, dan warna-warnanya terbatas pada warna merah, coklat, hitam, dan putih.

b. Seni Klasik

Kesenian klasik merupakan puncak perkembangan kesenian tertentu, yang mana tidak dapat berkembang lagi (mandeg). Karya seni yang dianggap klasik memiliki kriteria sebagai berikut : (1) Kesenian yang telah mencapai puncak (tidak dapat berkembang lagi), (2) merupakan standarisasi dari zaman sebelum dan sesudahnya, dan (3) telah berusia lebih dari setengah abad. Selain dari ketentuan itu, suatu kesenian belum bisa dikategorikan seni klasik. Karya-karya seni klasik dapat dijumpai pada bangunan-bangunan kuno Nusantara pada zaman Hindu-Budha dan bangunan-bangunan kuno di Yunani dan Romawi. c. Seni Tradisional

Tradisi artinya turun temurun atau kebiasaan. Seni tradisional berarti suatu kesnian yang dihasilkan secara turun-temurun atau kebiasaan berdasarkan norma-norma, patron-patron atau pakem tertentu yang sudah biasa berlaku. Seni tradisi bersifat statis, tidak ada unsur kreatif sebagai ciptaan baru. Sebagai contoh dapat kita lihat pada lukisan gaya Kamasan Klungkung, kriya wayang kulit, kriya batik, kriya tenun, dan sebagainya.


(52)

Tradisional merupakan cara berfikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat istiadat yang ada secara turun temurun. Soedarsono mengungkapkan bahwa tari tradisional adalah semua tarian yang telah mengalami perjalanan sejarah yang cukup panjang dan selalu bertumpu pada pola-pola tradisi yang ada. Tari tradisional merupakan suatu hasil ekspresi hasrat manusia akan keindahan dengan latar belakang atau sistem budaya masyarakat pemilik kesenian tersebut. Dalam tari tradisional tersirat pesan dari masyarakatnya berupa pengetahuan, gagasan, kepercayaan, nilai dan norma. Karya tari yang dihasilkan sangat sederhana baik dari sisi gerak, busana maupun iringan.

Setiap karya tari tradisional tidak terlalu mementingkan kemampuan atau tehnik menari yang baik, namun lebih pada ekspresi penjiwaan dan tujuan dari gerak yang dilakaukannya. Kesenian tradisional adalah kesenian yang diciptakan oleh masyarakat banyak yang mengandung unsur keindahan yang hasilnya menjadi milik bersama (Alwi, 2003 : 1038).

d. Seni Modern

Seni modern merupakan kesenian yang menghasilkan karya-karya baru. Seniman yang kreatif akan menghasilkan karya-karya seni yang modern, karena di dalamnya ada unsur pembaharuan, baik dari segi penggunaan media, teknik berkarya maupun unsur gagasan/ide. Seni modern tidak terikat oleh ruang dan waktu, baik itu karya yang


(53)

dihasilkan di masa lampau maupun pada masa kini aslkan ada unsur kreativitasnya. Karya-karya seni rupa modern dapat dilihat pada lukisan karya Van Gogh, Pablo Picasso, Affandi, Basuki Abdullah, Gunarsa, patung karya G. Sidharta, Edi Sunarso, Nuarta, dan sebagainya.

e. Seni Kontemporer

Kontemporer berarti sekarang atau masa kini. Seni kontemporer memiliki masa popularitas tertentu sehingga seni ini dapat dikatakan bersifat temporer. Seni ini dapat dinikmati pada masa populernya dan apabila sudah lewat maka masyarakat tidak lagi menyukainya. Karya-karya seni kontemporer pada mulanya muncul di Eropa dan Amerika, seperti lukisan karya Andy Warhol dan patung karya Hendri Moore. Belakangan ini, seni kontemporer telah berkembang di berbagai negara yang memiliki gagasan yang unik, seperti berupa patung dari es, lukisan pada tubuh manusia (body painting), seni instalasi, grafity, dan sebagainya.

Seni Kontemporer adalah salah satu cabang seni yang terpengaruh dampak modernisasi. Kontemporer itu artinya kekinian, modern atau lebih tepatnya adalah sesuatu yang sama dengan kondisi waktu yang sama atau saat ini. Jadi seni kontemporer adalah seni yang tidak terikat oleh aturan-aturan zaman dulu dan berkembang sesuai zaman sekarang. Lukisan kontemporer adalah karya yang secara tematik merefleksikan situasi waktu yang sedang dilalui. Misalnya


(54)

lukisan yang tidak lagi terikat pada Rennaissance. Begitu pula dengan tarian, lebih kreatif dan modern. Ciri-cirinya yaitu tidak terikat oleh aturan-aturan zaman dulu dan berkembang sesuai zaman dan tidak adanya sekat antara berbagai disiplin seni, alias meleburnya batas-batas antara seni lukis, patung, grafis, kriya, teater, tari, musik, hingga aksi politik.

Uraian berbagai macam teori tentang kesenian di atas, yang digunakan peneliti sebagai pisau untuk mendeskripsikan partisipasi pemuda dalam program karang taruna di bidang kesenian di Desa Tanjungharjo Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulon Progo yaitu kesenian tradisional. Dimana di desa tersebut memiliki kelompok karang taruna yang berkecimpung di bidang kesenian khususnya kesenian tradisional yaitu kesenian tari jathilan.

5. Kajian Tentang Kesenian Jathilan

a. Pengertian Jatilan.

Jathilan adalah kesenian yang telah lama dikenal oleh Masyarakat Yogyakarta dan juga sebagian Jawa Tengah. Jathilan juga dikenal dengan nama kuda lumping, kuda kepang, ataupun jaran kepang. Tersemat kata “kuda” karena kesenian yang merupakan perpaduan antara seni tari dengan magis ini dimainkan dengan menggunakan properti berupa kuda-kudaan yang terbuat dari anyaman bambu (kepang). Dilihat dari asal katanya, jathilan berasal dari kalimat berbahasa Jawa “jaranne jan thil-thilan tenan,” yang jika


(55)

dialihbahasakan ke dalam bahasa indonesia menjadi “kudanya benar-benar joget tak beraturan”. Joget beraturan (thil-thilan) ini memang bisa dilihat pada kesenian jathulan utamanya ketika para penari telah kerasukan.

b. Sejarah Jatilan

Kesenian tari jathilan dahulu kala sering dipentaskan pada dusun-dusun kecil. Pementasan ini memiliki dua tujuan, yang pertama yaitu sebagai sarana menghibur rakyat sekitar, dan yang kedua juga dimanfaatkan sebagai media guna membangkitkan semangat rakyat dalam melawan penjajah. Ada beberapa cerita awal sejarah mengenai jatilan. Versi pertama menceritakan jatilan adalah kesenian yang mengisahkan perjuangan Raden Patah dibantu Sunan Kalijaga dalam melawan penjajahan Belanda. Sebagaimana yang kita ketahui, Sunan Kalijaga adalah sosok yang acap menggunakan budaya, tradisi dan kesenian sebagai sarana pendekatan kepada rakyat, maka cerita perjuangan dari Raden Patah itu digambarkan kedalam bentuk seni tari jathilan.

Versi terahkir adalah jatilan merupakan cerita Panji Asmarabangun, yaitu putra dari kerajaan Jenggala Manik. Tatkala yang disampaikan adalah cerita mengenai Panji Asmarabangun, maka penampilan para penaripun menggambarkan tokoh tersebut, baik aksesoris pun gerakannya. Sebagai contoh aksesorisnya adalah mengenakan gelang tangan, gelang kaki, ikat pada lengan, kalung,


(56)

menyengkelit keris, dan tentu saja mengenakan mahkota yang acap disebut “kupluk Panji”.

c. Gerakan dan Pelaksanaan Tarian

Pagelaran kesenian ini dimulai dengan tari-tarian oleh para penari yang gerakannya sangat pelan tetapi kemudian gerakan-nya perlahan-lahan menjadi sangat dinamis mengikuti suara gamelan yang dimainkan. Gamelan untuk mengiringi jatilan ini cukup sederhana, hanya terdiri dari drum, kendang, kenong, gong, dan slompret, yaitu seruling dengan bunyi melengking. Lagu-lagu yang dibawakan dalam mengiringi tarian, biasanya berisikan himbauan agar manusia senantiasa melakukan perbuatan baik dan selalu ingat pada Sang Pencipta, namun ada juga yang menyanyikan lagu-lagu lain. Setelah sekian lama, para penari kerasukan roh halus sehingga hampir tidak sadar dengan apa yang mereka lakukan, mereka melakukan gerakan-gerakan yang sangat dinamis mengikuti rancaknya suara gamelan yang dimainkan.

Pada mulanya penari nampak lemah gemulai dalam menggerakkan badan, namun seiring waktu berjalan, para penari menjadi kerasukan roh halus, dimana kondisi kerasukan ini dalam

bahasa Jawa sering dikatakan istilah “ndadi” atau dalam bahasa

Inggrisnya ‘trance’. Dalam keadaan kerasukan, para penari jatilan hampir tidak sadar terhadap apa yang diperbuatnya. Gerakan tariannyapun mulai tak beraturan, pada kondisi inilah kata jathilan itu


(57)

tergambar, jaranne jan thil-thilan tenan (kudanya benar-benar berjoget tak beraturan).

Dalam satu pertunjukan, kecuali para penari yang memiki jumlah tertentu tergantung cerita yang hendak disampaikan, maka ada instrumen pertunjukan lainnya, yaitu para penabuh gamelan, para perias, dan yang tak boleh ketinggalan adalah keberadaan “ pawang ”, yaitu sosok yang memiliki peran serta tanggungjawab mengendalikan jalannya pertunjukan dan menyembuhkan para penari yang kerasukan. Ketika terjadinya “ndadi” alias kerasukan, para penari jathilan mampu melakukan atraksi berbahaya yang tidak dapat dicerna oleh akal manusia, sebagai contoh adalah memakan dedaunan, menyantap kembang, bahkan juga mengunyah beling (pecahan kaca), bahkan berperang menggunakan pedang, serta tindakkan menyayat lengan.

Pelaku seni tari kuda lumping tak sebatas pada jenis kelamin laki-laki saja,melainkan ada pula perempuannya, keduanya tetap tak bisa lepas dari kejadian ‘ndadi’ a.k.a trance. Ini memberikan pesan bahwa jathilan selain merupakan hiburan rakyat juga mampu menyertakan unsur ritual. Contoh nyata adalah ketika seorang pawang jathilan melakukan suatu ritual yang intinya memohon ijin kepada Tuhan agar jalannya pertunjukan lancar, serta mengucapkan “permisi” kepada makhluk lain yang berada diseputaran tempat tersebut agar tidak menggangu jalannya pertunjukan.


(58)

Dalam Seni Jatilan disediakan berbagai sesaji yang disediakan. Sajen yang disediakan pada pertunjukan jathilan diantaranya adalah satu tangkep pisang raja, beberapa macam jajanan pasar berupa makanan-makanan, tumpeng robyong yang dihias dengan daun kol, bermacam-macam kembang, beraneka jenis minuman (kopi ,teh , air putih), menyan, hio (dupa China), ingkung (ayam bekakak), sega golong (nasi bulet), dan lain sebagainya. Jenis sesaji ini tentu saja tak sama antara daerah satu dengan yang lainnya.

d. Jathilan Kreasi Baru.

Perkembangan jaman menuntut untuk kita lebih kreatif, karenanya kreasi dan inovasi seolah diwajibkan apabila kita tetap bisa survive dalam melakukan gerakan Begitu pula pada pengembangan seni jathilan ini, agar tak begitu asing bagi anak-anak jaman sekarang yang telah menikmati jaman maju, maka dikembangkanlah jathilan dengan sentuhan kreasi baru. Yang menjadi pembeda dari jatilan kreasi baru atau modern berbanding jathilan klasik adalah pada gamelan sebagai musik pengirim dan juga pada penampilan, baik pemain tambahan, pakaian ataupun aksesorisnya. Sebagai contoh adalah terdapatnya tambahan gamelan dengan drum ataupun alat musik lain yang menggabungkan antara pentatonis dengan diatonis. Pada sisi penampilan, seni tari jathilan “kreasi baru” adakalanya menampilkan peran “celeng” (babi), “munyuk” (monyet), dan beberapa penari topeng. Bahkan ada juga jathilan gedruk, yaitu


(59)

jathilan yang beberapa penarinya mengenakan aksesoris klinthing di kakinya sehingga menimbulkan suara bergemerincing secara kompak.

(http://ensiklo.com/2014/10/jathilan-seni-pertunjukan-yang-menyajikan-cerita-sejarah/ : Diakses 17 Desember 2015).

Dalam buku Estetika Sebuah Pengantar karya A.A.M. Djelantik (2008), mengungkapkan secara umum, bahwa keindahan meliputi keindahan alam dan keindahan buatan manusia. Keindahan buatan manusia sering disebut dengan kesenian. Dengan demikian kesenian dapat dikatakan merupakan salah satu wadah yang mengandung unsur-unsur keindahan (Djelantik, 2008: 17). Ada tiga unsur unsur estetika yang terkandung dalam benda dan peristiwa kesenia yaitu:

a. Wujud atau rupa (appearance) yang terdiri dari bentuk (form) atau unsur yang mendasar dan susunan atau struktur (structure).

b. Bobot terdiri dari tiga aspek yaitu: suasana (mood), gagasan (idea), ibarat atau pesan (massage).

c. Penampilan yang terdiri dari tiga unsur yaitu: bakat (talent), keterampilan (skill), saran atau media

Buku ini memberi tambahan wawasan yang dijadikan landasan untuk mengkaji keindahan yang terdapat dalam Paguyupan Kesenian Jathilan Kudo Wiromo yang ada di Desa Tanjungharjo Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulon Progo.


(60)

B. Kerangka Berfikir

Menurut Ach. Wazir Ws., et al. (1999: 29) partisipasi bisa diartikan sebagai keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam interaksi sosial dalam situasi tertentu. Dengan pengertian itu, seseorang bisa berpartisipasi bila ia menemukan dirinya dengan atau dalam kelompok, melalui berbagai proses berbagi dengan orang lain dalam hal nilai, tradisi, perasaan, kesetiaan, kepatuhan dan tanggungjawab bersama. Sedangkan partisipasi masyarakat menurut Isbandi (2007: 27) adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi.

Karang taruna pada hakekatnya adalah wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda demi terwujudnya kesejahteraan generasi muda. Berarti Karang Taruna mengemban misi tulus, ikhlas dan penuh rasa manusiawi dalam upaya mengatasi segala bentuk permasalahan generasi muda. Sehingga peranan karang taruna senantiasa dibutuhkan kapanpun, di manapun demi terwujudnya masa depan yang lebih cerah bagi generasi muda, bangsa dan negara dan seluruh masyarakat Indonesia. Banyak sekali kegiatan maupun program yang dimiliki oleh suatu kelompok karang taruna, salah satunya program di bidang kesenian. Kesenian memiliki beberapa jenis, yaitu kesenian modern dan kesenian tradisional.


(61)

Paguyupan kesenian jathilan Kudo Wiromo adalah program organisasi kepemudaan yang bergerak dibidang kesenian yang merupakan salah satu kegiatan kelompok karang taruna di Desa Tanjungharjo. Kegiatan ini termasuk ke dalam kesenian tradisional di Yogyakarta. Sebagian besar masyarakat pemuda dan pemudi Desa Tanjungharjo yang mengikuti program tersebut adalah pelajar. Namun ada yang sudah memiliki pekerjaan, bahkan ada pula pemuda/pemudi yang putus sekolah dan menjadi pengangguran. Pada masa remaja ini, mereka mempunyai kesempatan untuk mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat, salah satunya dibidang kesenian.

Berdasarkan kerangka berfikir di atas adalah untuk menggali informasi tentang partisipasi pemuda dalam kegiatan karang taruna yaitu khususnya kesenian tradisional, faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat pada pelaksaan kegiatan, serta manfaat yang dialami oleh pemuda maupun masyarakat di Desa Tanjungharjo Kecamatan Nanguulan Kabupaten Kulon Progo. Hal ini bertujuan agar hasil penelitian yang dilakukan dapat menjadi acuan generasi muda memiliki peran penting dan positif. Serta sebagai upaya untuk melestarikan kebudayaan daerah yang ada di Yogyakarta.


(62)

Gambar 1. Kerangka Berpikir

C. Pertanyaan Penelitian

Upaya untuk memperoleh data yang akurat, maka peneliti merumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai acuan dalam proses penelitiannya sebagai berikut:

1. Apa latar belakang dan sejarah berdirinya Karang Taruna Tanjungharjo? 2. Apa potensi yang dikembangkan oleh Karang Taruna Tanjungharjo di

bidang kesenian?

Karang Taruna di Desa Tanjungharjo

Partisipasi pemuda/pemudi dalam kegiatan kepemudaan.

Bidang Kesenian

Sarana dan prasrana.

Tingkat pendidikan

Kesenian Tradisional.

Partisipasi Pemuda dan Pemudi


(63)

3. Bagaimana partisipasi pemuda dalam program Karang Taruna dalam melestarikan budaya desa dilihat dari aspek pengelolaan program di Desa Tanjungharjo Nanggulan Kulon Progo?

4. Apa saja faktor pendukung dan penghambat partisipasi pemuda dalam pelaksanaan program karang taruna di bidang kesenian di Desa Tanjungharjo Nanggulan Kulon Progo?

5. Bagaimana solusi yang dilakukan untuk mengatasi faktor penghambat dari pelaksanaan program karang taruna di bidang kesenian di Desa Tanjungharjo Nanggulan Kulon Progo?

6. Bagaimana manfaat yang dialami pemuda/pemudi dan masyarakat dengan adanya program karang taruna di bidang kesenian di Desa Tanjungharjo?


(64)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Ditinjau dari jenis datanya pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2007:6).

Sedangkan Nurul Zuriah (2007: 47) mengungkapkan bahwa pendekatan deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadia-kejadian secara sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat populasi maupun daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif tidak bermaksud untuk menguji hipotesis, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala, atau keadaan.

Jenis penelitian deskriptif kualitatif yang digunakan pada penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai partisipasi pemuda dalam program karang taruna kesenian jathilan di Desa Tanjungharjo Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulon ProgoYogyakarta secara mendalam dan komprehensif. Selain itu, dengan pendekatan kualitatif diharapkan dapat diungkapkan situasi dan permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan partisipasi pemuda dan pemudi ini.


(65)

B. Subjek Penelitian

Sasaran dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang terkait dengan organisasi kepemudaan Karang Taruna Tanjungharjo khususnya di bidang kesenian yaitu Paguyuban kesenian jathilan Kudo Wiromo. Dalam penelitian kualitatif, dapat menggunakan criterion—based selection yang didasari bahwa subjek tersebut sebagai aktor dalam tema penelitian. Sedangkan dalam menentukan informan, dapat menggunakan model snow ball sampling untuk memperluas subjek penelitian. Penelitian kualitatif lebih didasari pada kualitas informan yang terkait dengan tema penelitian yang diajukan. Dalam penelitian ini subjek penelitian yang dipilih adalah orang-orang yang terlibat langsung pada kegiatan karang taruna di bidang kesenian, antara lain :

1. Pengelola/pengurus Karang Taruna Tanjungharjo 2. Anggota Karang Taruna Tanjungharjo

3. Tokoh Masyarakat Desa Tanjungharjo 4. Masyarakat Desa Tanjungharjo

C. Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Tanjungharjo Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta tepatnya pada anggota karang taruna. Alasan peneliti mengambil kelompok Karang Taruna Tanjungharjo sebagai setting penelitian adalah karena melihat Karang Taruna Tanjungharjo ini merupakan organisasi kepemudaan yang dinilai mampu mengangkat potensi daerah serta membina dan memberdayakan


(66)

pemuda di lingkungan Desa Tanjungharjo. Karang Taruna Tanjungharjo dalam mengangkat potensi daerah yaitu melalui kegiatan maupun program karang taruna di bidang kesenian dengan terbentuknya Paguyuban Kesenian Jathilan yang diberi nama “Kudo Wiromo”. Selain prestasi yang telah diraih oleh Karang Taruna Tanjungharjo, lingkungan sekitar yaitu masyarakat Desa Tanjungharjo sangat mendukung program tersebut, sehingga semakin memperkuat peneliti memilih setting penelitian di Karang Taruna Tanjungharjo yang berada di Desa Tanjungharjo Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode wawancara, metode observasi, dan metode dokumentasi.

1. Metode Wawancara (interview)

Esterberg (2002) dalam bukunya Sugiyono (2012: 317) mendefinisikan interview sebagai berikut: “a meeting of two persons to exchange information and idea through question and responses, resulting in communication and joint construction of meaning about a particular topic”, yang artinya wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peniliti ingin


(67)

mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau bisa juga disebut self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau kenyakinan pribadi.

Penggunaan metode wawancara ini adalah untuk memperoleh data pertisipasi pemuda dalam penelitian secara akurat. Wawancara akan ditujukan kepada pihak-pihak yang dinilai mengetahui tentang partisipasi pemuda dan menggali sebanyak mungkin data yang terkait dengan masalah penelitian melalui program karang taruna di bidang kesenian yaitu Paguyupan Kesenian Jathilan Kudo Wiromo di Desa Tanjungharjo Nanggulan Kulon Progo Yogyakarta. Untuk mempermudah peneliti memerlukan peralatan seperti alat perekam (video recorder), naskah kuisioner atau daftar pertanyaan, kamera, dan alat tulis.

2. Metode Observasi (Pengamatan Langsung)

Nasution (1988) dalam bukunya Sugiyono (2012: 310) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupu yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.

Observasi adalah dasar pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Observasi


(68)

merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu. Observasi dalam penelitian ini adalah observasi terhadap latar belakang karang taruna dan partisipasi pengelola dan anggota Karang Taruna Desa Tanjungharjo. Dari hasil observasi ditulis dengan cermat dan tepat agar data-datanya bisa valid dan reliable. Melalui pengamatan di lapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan data, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan suasana situasi sosial yang diteliti tersebut.

3. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain oleh subjek. Dokumentasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan peneliti kualitatif untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan.

Dengan metode ini, peneliti mengumpulkan data dari dokumen yang sudah ada, sehingga penulis dapat memperoleh catatan-catatan yang berhubungan dengan penelitian seperti : gambaran umum sekolah, struktur organisasi sekolah dan personalia, keadaan guru dan peserta didik, catatan-catatan, foto-foto dan sebagainya. Metode dokumentasi ini dilakukan


(69)

untuk mendapatkan data-data yang belum didapatkan melalui metode observasi dan wawancara.

Tabel 1 : Teknik Pengumpulan Data

No Jenis Data Detail Metode Sumber

1

2

3

4

5

Identitas organisasi karang taruna di Desa Tanjungharjo

Fasilitas yang dimiliki karang taruna di Desa Tanjungharjo

Data tentang partisipasi pemuda dan pemudi melalui program karang taruna kesenian jathilan

Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dengan adanya program karang taruna kesenian jathilan bagi pemuda pemudi di Desa Tanjungharjo

Manfaat dari adanya program karang taruna kesenian jathilan bagi pemuda pemudi di Desa Tanjungharjo

- Sejarah Karang Taruna

- Jumlah pengelola - Kegiatan karang

taruna

- Sarana dan prasarana

- Sumber dana

- Kehadiran anggota - Tugas anggota

- Faktor pendukung - Faktor

penghambat - Solusi

- Manfaat bagi pemuda

- Manfaat bagi masyarakat Observasi dan wawancara Wawancara dan dokumentasi Wawancara dan dokumentasi Wawancara dan dokumentasi Wawancara dan dokumentasi

Ketua dan Anggota Karang Taruna Desa Tanjungharjo

Ketua, Anggota, dan Masyarakat Desa Tanjungharjo

Ketua, Anggota, dan Masyarakat Desa Tanjungharjo

Ketua, Anggota, dan Masyarakat Desa Tanjungharjo

Ketua, Anggota, dan Masyarakat Desa Tanjungharjo


(1)

152

Sekretaris, Ketua,

Guntur Febriyanto Darinto

35 Kathon Prasojo L 21 Turus, Tanjungharjo Anggota 36 Retno Wulandari P 18 Turus, Tanjungharjo Anggota 37 Ariyanto L 17 Turus, Tanjungharjo Anggota 38 Nanang

Febriyanto

L 21 Turus, Tanjungharjo Anggota

39 Giyono L 17 Turus, Tanjungharjo Anggota 40 Aris Budiman L 18 Turus, Tanjungharjo Anggota 41 Hermanto L 19 Turus, Tanjungharjo Anggota 42 Luckyto Hendro U L 17 Turus, Tanjungharjo Anggota


(2)

153

ANGGARAN BIAYA PENTAS KESENIAN JATHILAN KUDO WIROMO

TANGGAL 24 JULI 2015

Bayaran : Rp 3.500.000,00 Anggota : 20 orang

Anggaran Biaya

1. Sound System Rp 550.000,00

2. Penyanyi Laki-laki Rp 150.000,00

3. Penyanyi Perempuan Rp 150.000,00

4. Saron 3 Rp 300.000,00

5. Barong 1 Rp 100.000,00

6. Kostum 3 + rias Rp 600.000,00

7. Pawang Rp 100.000,00

8. Uang transportasi Rp 300.000,00

9. Rokok dan konsumsi Rp 300.000,00

+


(3)

(4)

(5)

(6)

157