43
Perempuan-perempuan ini tidak akan dikenakan persyaratan adat. Karena persyaratan adat tesebut hanya diperuntukkan bagi laki-laki sebagai bentuk
tanggung jawabnya.
E. Adat Pinang Pintak Meminang
Setiap orang yang akan memulai hidup berkeluarga haruslah melewati berbagai tahap menuju kejenjang perkawinan. Dalam adat Dayak, perkawinan
merupakan suatu yang sangat sakral sehingga dinilai dengan penghargaan dan penghormatan yang sangat layak, karena setiap nafas orang Dayak berada di
dalam genggaman Jubata, Betara, Penompa, Sangiang dan sebagainya, sehingga segala kegiatan selalu didasarkan kepada yang kuasa. Seperti
umumnya orang Dayak di Kalimantan, Dayak Kayong yang berada di Kecamatan Tanga Tayap, Kabupaten Ketapang juga masih melakukan adat
istiadat dalam
setiap upacara
termasuk upacara
perkawinan. http:www.kebudayaan-dayak.orgindex.php?title=Upacara_Adat_
Perkawinan_Dayak_Linoh_Belayong Dalam upacara itu yang perlu dilakukan pertama adalah pinang
pintak
.
Pinang pintak adalah pihak lelaki harus meminang pihak wanita. Sebelum meminang kedua belah pihak saling bertanya terlebih dahulu, kalau
ada kecocokan dan sama-sama mau, dan apabila sudah matang pembicaraan baru meminang. Adat pengikatnya adalah satu buah pinggan dan golang
sebontok satu buah gelang. Dalam meminang sudah tidak diperbolehkan ingkar. Kalau ada pihak ingkar laki-laki maka yang bersangkutan mendapat
44
hukuman adat berupa tiga buah tajau, jika pihak wanita yang ingkar dikenakan hukum dua buah tajau dan adat pengikat harus dikembalikan.
Apabila ada kesepakatan maka pihak yang sudah saling menyukai akan melangsungkan pertunangan. Alat pengikat dalam bertunangan adalah
satu buah cincin, kain dan perangkat kosmetik serta alat mandi, dan sebagainya sesuai kemampuan laki-laki. Sama seperti waktu meminang, jika
pasangan sudah bertunangan maka tidak diperbolehkan ingkar. Kalau ada pihak ingkar maka yang bersangkutan mendapat hukuman. Dan hukum disini
merupakan hukum adat karena dalam upacara pertunangan sudah melibatkan domong kampung dan seluruh warga msyarakat yang dalam bahasa adatnya
be rbunyi “
Manok balang mati, tuak balang tumpah
“. Yang aratinya segala hewan yang sudah disiapkan ayam tidak jadi mati atau disembelih dan tuak
tidak jadi diminum. Hukum adatnya adalah jika pihak laki-laki yang ingkar hukumnya
adalah tajau 3 tiga serta barang pengikat tidak boleh diambil. Sedangkan pihak wanita yang ingkar hukumnya tajau 2 dua dan barang pengikat harus
dikembalikan kepada pihak laki-laki. Setelah acara pertunangan, kembali keluarga besar laki-laki dan
perempuan bermufakat untuk menentukan tanggal pernikahan. Apabila sudah ada kesepakatan maka pihak yang sudah saling menyukai akan
melangsungkan perkawinan di gereja. Malam harinya atau beberapa hari berdasarkan hasil kesepakatan dilangsungkan Upacara Adat atau Perkawinan
45
Adat. Upacara ini biasanya dilangsungkan malam hari karena sekaligus dilanjutkan dengan acara begendang.
http:www.kebudayaan-dayak.orgindex.php?title=Upacara_Adat_ Perkawinan_Dayak_
Tamambaloh
Bagi suku Dayak Kayong dan suku-suku Dayak lainnya, ritual pernikahan secara adat merupakan keharusan agar sang pengantin beserta
keturunannya terhindar dari murka sang penguasa alam menurut cerita orang-orang tua dan diakui kebenarannya, namun disisi lain sebagai upaya
pelestarian adat istiadat budaya yang telah turun-temurun mentradisi dan mendarah daging dalam segala aspek kehidupan mereka.
Bahasa aslinya :
tulah
atau
kualat
jika perkawinan tersebut tidak dilaksanakan secara adat. Tulah atau kualat disini mengandung arti mendapat
sial atau sandungan bagi sang pengantin beserta keturunannya dalam mengarungi kehidupan berumah tangga, misalnya kehidupan mereka tidak
bahagia, selalu bertengkar, baik dengan pasangannya maupun pihak lain, juga kehidupan perekonomian keluarga selalu kurang dan sebagainya.
F. Proses Ritual Upacara Perkawinan Suku Dayak Kayong