31
Kegiatan menoreh ini tidak bisa dilakukan setiap hari, karena getahnyan akan berkurang, biasanya setelah menoreh selama 2 hari
dan hari ketiganya harus distirahatkan, supaya airnya tetap banyak, setelah diistirahatkan hari keempatnya masyarakat kembali menoreh
lagi. Kegiatan menoreh ini hanya bisa dilakukan jika pohon karetnya kering, jika sedang hujan kegiatan ini tidak bisa dilakukan. Dengan
menoreh
inilah masyarakat bisa mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
5. Sistem Kepercayaan atau Religi
Suku Dayak Kayong memiliki sebuah konsep agama yang bukan datang dari luar komunitas mereka, karena agama asli yang mereka yakini
adalah kepercayaan
dinamisme
yang disebut juga dengan nama
Preanimisme.
Kepercayaan ini mengajarkan bahwa roh nenek moyang, tiap-tiap benda atau makhluk hidup mempunyai daya dan kekuatan yang
diyakini mampu memberikan manfaat atau marabahaya. Menurut keyakinan mereka bahwa arwah nenek moyang selalu
memperhatikan dan melindungi mereka, tetapi juga akan menghukum mereka jika melakukan pelanggaran adat. Juga kepercayaan terhadap
semua benda yang terdapat dalam alam semesta mempunyai kekuatan seperti: hutan, tanah, air, sungai, danau, gunung, bukit, batu, kayu, dan
benda-benda buatan manusia lainnya juga diyakini mempunyai kekuatan gaib seperti
ponti’ patung dan jimat.
32
Manusia menjadi yakin bahwa ada kehidupan lain sesudah kematian dan itu merupakan alam gaib
supranatural
. Karena manusia menginginkan kehidupan yang tentram dan bahagia di dunia dan akhirat,
maka manusia selalu berusaha dalam suatu keadaan yang sesuai dengan kehendak Tuhan.
Di dalam sistem religi juga termasuk berbagai aktifitas upacara religius serta sarana yang berfungsi melaksanakan komunikasi antara
manusia dengan kekuatan dalam alam gaib yaitu dengan cara sesaji dengan menyediakan makanan seperti telur ayam kampung, sirih, pinang
dan rokok. Tetapi seiring dengan kemajuan jaman tradisi agama asli ini telah
ditinggalkan oleh sebagian besar masyarakat suku Dayak Kayong, karena saat ini mayoritas masyarakat Suku Dayak Kayong telah memeluk agama
Kristen Katolik.
6. Kesenian
a. Seni Pahat dan Seni Ukir
Seni patung dalam masyarakat Dayak Kayong biasa disebut
pantak. Pantak
ini merupakan simbol penting dalam pemujaan sebagai penggambaran arwah nenek moyang yang telah meninggal.
Pantak
berfunngsi sebagai penolak bala. Seni ukir merupakan salah satu bentuk simbolis yang paling
menonjol dalam kebudayaan Dayak. Karakter kehidupan dan budaya masyarakat tergambar dalam kesenian tersebut. Hal ini karena
33
kesenian tradisional tumbuh sebagai bagian dari kebudayaan masyarakat di wilayahnya, dengan demikian ia mengandung sifat-sifat
atau ciri-ciri yang khas dari masyarakat pula. Seni ukir biasanya terdapat pada tiang utama rumah
panjang
, terdapat pada sarung parang, dan juga pada tiang
sandung. Sandung
adalah kayu belian yang didirikan dan di atasnya terdapat tajau yang berisi tulang belulang orang yang sudah meninggal.
Sandung
ini didirikan di depan rumah warga sebagai lambang keperkasaan
seseorang, dikatakan demikian karena seseorang tersebut semasa hidupnya menjadi dukun atau petua kampung yang sangat disegani
atau dihormati sehingga setelah mati ornamen yang digambarkan pada tiang
sandungnya
berbentuk naga yang melingkar, ini melambangkan keperkasaan semasa hidupnya.
Di Desa Betenung Sandung ini disebut dengan
Sandung Tinggi.
Karena memang ukuranya sangat tinggi sekali. sumber wawancara dengan bapak Sedia.
Ketika arus modernisasi masuk dalam kehidupan orang Dayak, seni ukir ini hampir tidak ditemukan lagi, seiring dengan musnahnya
rumah panjang dan pengaruah agama baru. Seni ukir yang dianggap tidak lagi dapat mengatasi masalah kehidupan ekonomi masyarakat
akan ditinggalkan dan diganti dengan aktifitas lain yang dianggap mampu mengatasi masalah mereka.
34
Selain itu tidak ada pengenalan dan pembelajaran kepada generasi berikutnya mengenai kesenian tersebut, sehingga kaum muda Dayak
Kayong tidak banyak yang mengetahui tentang seni ukir yang pernah ada dalam kebudayaan mereka.
b. Seni anyam
Kegiatan kreatif bagi masyarakat Dayak Kayong adalah seni anyam. Seni anyam ini sudah lama diwariskan secara turun temurun,
dan sampai sekarang masih banyak ditemukan. Bahannya kebanyakan dari rotan, bambu yang berukuran kecil
tinggil
. Hasilnya berupa bakul, tikar,
sandangan
tempat untuk menyimpan padi, keranjang, kursi yang bentuk dan ukurannya bervariasi.
Masuknya modernisasi menyebabkan pekerjaan tenun telah ditinggalkan masyarakat. Hal ini karena perkembangan zaman
menuntut masyarakat untuk bersaing disegala bidang kehidupan yang berorientasi pada peningkatan ekonomi. Mereka menganggap bahwa
pekerjaan menenun banyak memboroskan waktu dan hasilnya tidak dapat dijadikan penunjang perekonomian, sehingga pekerjaan ini
ditinggalkan. Akhirnya kesenian yang sebenarnya berpotensi besar bagi
penunjang kehidupan ekonomi dan budaya telah tenggelam ditinggalkan oleh pemiliknya sendiri. Hal ini juga mengakibatkan
generasi muda sekarang tidak mengetahui cara menenun, bahkan mereka menganggap hasil tenunan itu sudah kuno, dan tidak modern.
35
c. Seni Kerajinan Kulit Kayu
Masyarakat suku Dayak Kayong juga memiliki kerajinan yang khas yaitu kerajinan tangan yang dibuat dari kulit kayu.
Torap
merupakan pohon yang sangat bagus kulitnya untuk dijadikan berbagai macam kebutuhan seperti baju, topi, selendang, pengikat
kepala atau untuk hiasan dinding rumah. Pohon
Torap
ini kulitnya tidak gampang sobek dan mempunyai serat yang saling berhubungan. Cara membuatnya, pertama
masyarakat Dayak pergi ke hutan untuk mencari pohon
Torap
tersebut, kemudia pohon itu dipotong sesuai ukuran yang diinginkan dan dipukuli sampai kulitnya terpisah dari batangnya, kumudian kulit
yang telah terpisah tadi dipukul kembali sampai kulit kerasnya hancur dan tinggal menyisakan kulit dalam yang berserat saja. Proses
selanjutnya kulit yang telah halus itu direndam dengan air selama kurang lebih tiga hari dan dikeringkan dan mulailah dibentuk
kerajinan sesuai keinginan. Biasanya hasil dari kerajinan ini digunakan untuk kegitan upacara
adat, sehingga semuanya dibuat dengan pola-pola khas motif Dayak. d.
Seni Tari Seni tari Dayak Kayong umumnya dibagi dua kelompok yaitu
tarian untuk upacara ritual dan tarian untuk kesenian. Perbedaan yang mendasar dari kedua bentuk tarian ini terletak pada proses
penggunaanya, sebagai tarian ritual khusus dibawakan pada upacara
36
ritual. Tarian tersebut dianggap sakral dan harus digunakan pada waktu dan tempat yang tepat.
Tarian kesenian tradisional, walaupun terkadang sama-sama diperuntukkan dalam konteks upacara, namun hanya sebagai hiburan
yang dibawakan sesudah upacara inti selesai dan dapat digunakan pula dalam konteks lain. Ada beberapa jenis tarian upacara ritual dalam
masyarakat Dayak Kayong, salah satunya adalah tarian dalam upacara perkawinan. Tarian ini digunakan setelah selesai upacara perkawinan,
dengan diiringi musik tradisional. Penggunaan tarian tersebut disesuaikan dengan upacara, sehingga
masyarakat Dayak Kayong mempunyai jenis tarian dan yeng terkait erat dengan setiap upacara. Meskipun demikian, hampir semua
kelompok mempunyai ciri-ciri dasar sama antara satu dengan yang lainnya, dimana hal itu pada umumnya ditampilkan sebagai bagian
upacara besar dalam setiap upacara tradsional. Kesenian Dayak Kayong sebagai refleksi keindahan, menjadi satu
kesatuan dengan upacara yang diikutinya. Hilangnya salah satu unsur penting upacara menyebabkan berubahnya nilai yang telah ada sejak
awal pembentukanya. Berubahnya nilai akan merubah pula arti dasar upacara yang dapat menyebabkan disintegrasi fungsi bagi masyarakat.
Lambat laun masyarakat dapat saja tidak lagi membutuhkan kesenian tersebut, karena tidak sesuai lagi dengan adat dan budaya
mereka. Oleh karena itu upacara adat, serta segala elemen di
37
dalamnya harus dipandang sebagai kesatuan yang tidak terpisahkan oleh waktu yang terus berjalan sehingga suatu tradisi tidak akan
terlupakan. Keterkain antara upacara, kesenian, sesaji dan kepercayaan
masyarakat dapat dipandang sebagai wujud kebudayaan yang tidak terpisahkan. Kebudayaan ideal dan adat akan memberi arah kepada
tindakan manusia, seperti pikiran dan ide-ide. Selanjutnya tindakan dari ide-ide itu akan menghasilkan karya, seperti kesenian dan sesaji. Hal ini
berhubungan dengan pendapat Koentjaraningrat mengenai tiga wujud
kebudayaan, yaitu : a.
Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, norma-norma, peraturan dan sebagainya.
b. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan
berpola dari manusia. c.
Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud pertama
cultural system
adalah wujud ideal dari kebudayaan dan sifatnya abstrak yang terdapat dalam alam pikiran
manusia. Wujud kedua
social culture
adalah tindakan berpola dari manusia itu sendiri. Wujud ketiga
physical culture
adalah hasil dari tindakan atau karya manusia dalam bentuk fisik.
Semua unsur kebudayaan, seperti kepercayaan, upacara dan sesaji dalam upacara dapat dipandang sebagai wujud kebudayaan untuk
memperjelas kedudukannya “ artinya suatu kepercayaan dan tradisi yang
38
telah dijalankan tidak boleh dihilangkan ”. Sebagai contoh kepercayaan dan adat yang menjadi landasan upacara adalah kompleks ide-ide,
gagasan, nilai-nilai, norma-norma dan peraturan yang berhubungan dengan tata cara pemujaan dalam suatu upacara.
Semua realisasi norma dan peraturan dalam bentuk tingkah laku, seperti menari, membaca mantra, dan memainkan alat musik dalam
upacara dapat dilihat sebagai kompleks aktivitas dan tindakan berpola yang terkait dengan kehidupan serta budaya masyarakatnya. Semua
bentuk karya manusia sebagai hasil dari aktifitas, seperti sesaji, tempat sesaji, properti upacara, alat, bahkan itu sendiri merupakan bentuk dari
wujud fisik kebudayaan. Meskipun tidak berbentuk fisik, namun sesajen ini merupakan
hasil karya manusia yang lahir dari tingkah laku tertentu. Di sini dipandang sebagian dari karya, bukan tingkah laku, karena merupakan
bunyi yang dihasilkan dari tingkah laku manusia. Kebanyakan upacara besar yang dilaksanakan masyarakat Dayak
Kayong disertai dengan penampilan seni, seperti dalam upacara pernikahan dan upacara kematian. Kesenian tersebut dimainkan hampir
disetiap proses upacara. Tanpa adanya suatu upacara ritual seperti ini maka kegiatan tradisi
tersebut tidak bisa dilakukan karena bisa menyalahi aturan adat. Dalam masyarakat Dayak Kayong antara tarian, sesaji dan upacara merupakan
39
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Melaksanakan tradisi dalam sebuah upacara merupakan keharusan.
Penyajian irama musik tradisional masyarakat Dayak Kayong kebanyakan digunakan untuk mengiringi vokal mantra dan menari, tari-
tarian itu tidak bisa lepas satu dengan lainnya. Seni tari dan ritus-ritus tertentu, semua itu saling berhubungan erat satu sama yang lain.
Keberadaan tradisi Dayak Kalimantan dianggap mempunyai peranan penting sebagai pengekpresian hubungan manusia dengan alam gaib.
Hal ini dilatarbelakangi oleh lahirnya tradisi tersebut sebagai ritual untuk mengiringi jalannya upacara serta menari dan membacakan mantra
dalam setiap upacara. Pada sisi lain masyarakat menganggap bahwa tradisi ini dapat memenuhi kebutuhan mereka terhadap tuntutan batin
akan nilai keindahan, sehingga keberadaannya dapat memberi arti penting secara menyeluruh terdapat kehidupan masyarakat, baik sebagai hiburan
maupun sebagai penunjang keberadaan masyarakat itu sendiri.
B. Asal mula Suku Dayak Kayong