Aplikasi Strategi Komunikasi Dakwah Terhadap Tingkat Partisipasi Jama’ah Ikatan Da’i Indonesia (Ikadi) Jember Jawa Timur

(1)

APLIKASI STRATEGI KOMUNIKASI DAKWAH

TERHADAP TINGKAT

PARTISIPASI JAMA’AH

IKATAN DA’I INDONESIA (IKADI)

JEMBER JAWA TIMUR

SKRIPSI

OLEH :

THALITHA SACHARISSA ROSYIDIANI NIM : 1110051000014

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1435 H/2014 M


(2)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul :

APLIKASI STRATEGI KOMUNIKASI DAKWAH TERHADAP

TINGKAT PARTISIPASI JAMA’AH IKATAN

DA’I INDONESIA

(IKADI) JEMBER JAWA TIMUR

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Disusun oleh

THALITHA SACHARISSA NIM.1110051000014

Disetujui oleh Dosen Pembimbing

Dr. H. A. Ilyas Ismail, MA NIP. 19630405 199403 1 001

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M


(3)

(4)

(5)

i ABSTRAK Thalitha Sacharissa

Aplikasi Strategi Komunikasi Dakwah Terhadap Tingkat Partisipasi Jama’ah Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) Jember Jawa Timur

Salah satu indikator keberhasilan dakwah ialah dengan terbentuknya jama’ah dakwah. Di satu sisi, keaktifan jama’ah menjadi salah satu indikator proses komunikasi yang efektif dan aplikatif. Di sisi lain, jama’ah dakwah tidak akan terwujud secara efisien dan efektif tanpa strategi yang terencana dan matang. Tiap-tiap langkah dakwah haruslah teragendakan dan terorganisasi dengan baik. Penggabungan dua faktor di atas terlihat ada pada IKADI Jember. Institusi dakwah ini berhasil menghadirkan beragam kegiatan yang selalu dekat dan menyentuh masyarakat sehingga IKADI tidak pernah kehilangan jama’ah.

Strategi komunikasi terhadap tingkat partisipasi jama’ah IKADI Jember banyak dipengaruhi oleh faktor narasumber, tema, konten acara atau kegiatan, publikasi melalui media-media komunikasi, pemilihan waktu, tempat, serta penyediaan sarana dan prasana. Tinggi rendahnya tingkat partisipasi dilihat dari keaktifan jama’ah mengakses informasi, kehadiran jama’ah, partisipasi jama’ah pada kegiatan IKADI Jember lainnya, partisipasi jama’ah dalam berinfaq materi, dan partisipasi jama’ah dalam mengajak orang lain. Onong Uchana menyatakan strategi komunikasi adalah paduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk itu, strategi komunikasi harus dapat menunjukan bagaimana operasionalnya secara taktis dengan menentukan efek yang diharapkan.

Strategi komunikasi IKADI Jember awalnya dikhususkan untuk kegiatan fundraising, namun sejalan dengan peningkatan partisipasi jama’ah. IKADI Jember menggunakan metode differensiasi, segmentasi, passioning, dan branding dalam perencanaan. Sedangkan pada operasionalisasinya, ia menggunakan strategi pemilihan kalimat atau etika komunikasi, strategi top-down, dan strategi iqro’ (dokumentasi). Strategi ini menciptakan bentuk partisipasi yang beragam dari jama’ahnya. Namun, yang paling menonjol adalah partisipasi jama’ah dalam pendanaan program-program umat IKADI Jember di antaranya; pembangunan Ma’had Tahfidz, penyediaan mobil qur’an, program umroh bagi hafidz 30 juz, dan lain sebagainya.

IKADI Jember adalah ormas dakwah yang berhasil meimplementasikan komunikasi dalam berdakwah. Ia menerapkan strategi melalui perencanaan dan operasionalisasi di lapangan. Dengan menerapkan strategi komunikasi, maka efek yang diharapkan akan dapat terealisasi. Sehingga nilai-nilai dakwah dapat terimplementasikan dalam kehidupan umat beragama.


(6)

ii ABSTRACT Thalitha Sacharissa

The Aplication Of Communication Strategy To Improve Congregation’s Partisipacy In Ikadi Jember

One indicator of success is the formation of the congregation preaching propaganda. On the one hand, the activity of the congregation is one indicator of effective implementation of the communication process. On the other hand, the congregation preaching will not be realized efficiently and effectively without a well-planned strategy and mature. Each step should be the agenda of propaganda and well organized. Merging the above two factors seen there on IKADI Jember. This propaganda institution succeeded in presenting a variety of activities that are always close and touch people so IKADI never lost the congregation.

The communication strategy of the level of participation of the congregation IKADI Jember much influenced by the speaker, theme, content events or activities, publicity through the media of communication, timing, place, and the provision of facilities and infrastructures. High or low levels of participation seen from the liveliness of the congregation access to information, the presence of the congregation, the congregation's participation in IKADI Jember other activities, the participation of the congregation in berinfaq materials, and participation in the congregation invite others. Onong Uchana stated communication strategy is a combination of planning communication (communication planning) and management communication (communication management) to achieve a goal. To that end, the communication strategy should be able to show how the tactical operations to determine the expected effect.

IKADI Jember’s communication strategy was initially devoted to fundraising activities, but in line with the increase in the participation of the congregation. IKADI Jember using differentiation, segmentation, passioning, and branding in the planning. While in operation, he uses a sentence selection strategy or communication ethics, top-down strategy, and the documentation strategy. This strategy creates a variety of forms of congregation participation. However, the most prominent is the congregation's participation in funding programs among people IKADI Jember; Ma'had Tahfidz development, provision of car quran, Umrah program for hafidz 30 chapters, and so forth.

IKADI Jember is a propaganda organization that successfully practice communication in preaching. He applied the strategy through planning and operating in the field. By implementing communication strategies, the effect is expected to be realized. So that the values can da'wah been implemented in the religious life.


(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yanng telah memberikan rahmat, taufiq dan hidayat-Nya dan shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Aplikasi Strategi Komunikasi Dakwah Terhadap Tingkat Partisipasi Jama’ah Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) Jember Jawa Timur.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang peneliti temukan namun syukur alhamdulilah berkat rahmat dan hidayah-Nya, dan kesungguhan disertai dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung, segala kesulitan dapat diatasi dengan sebaik-baiknya yang pada akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh sebab itu, sudah sepantasnyalah pada kesempatan kali ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih dan penghargaan sedalam-dalamnya kepada:

1. Dr. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Suparto, M.Ed, MA, Drs. Jumroni, M.Si, dan Drs. Wahidin Saputra, MA selaku Wakil Dekan I, II dan III Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Rachmat Baihaki, MA ,selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan Ibu Hj. Umi Musyarofah, MA selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang telah banyak membantu. 4. Ibu Ellies Sukmawati, M.Si selaku dosen pembimbing akademik serta


(8)

iv

terimakasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah meluangkan waktu dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Segenap Bapak dan Ibu dosen atau Staf Pengajar yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu dan pengetahuan, selama penulis mengikuti perkuliahan.

6. Segenap Jajaran Staf dan Karyawan Akademik dan Perpustakaan Fakultas yang telah banyak membantu dalam pengadaan referensi-referensi sebagai bahan rujukan skripsi.

7. Ucapan terimakasih peneliti haturkan secara khusus kepada Mamaku Hj. Idaningsih, S.P dan Papaku tersayang Dr. H. Marga Mandala, M.P, yang senantiasa memberikan dukungan penuh berupa dukungan materi, non materi dan doa yang tulus ikhlas dalam mengiringi setiap langkahku sehingga peneliti dapat menyelesaikan pendidikan pada jenjang perguruan tinggi

8. Kakak dan adikku Rosyidamayanti, Rosyidamayani, Achmad Firman Wahyudi, Prareswara, Elvia Rahmi, dan Ahmad Abror tersayang yang selalu mendukungku dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Patner, kawan, sekaligus kakak Anas, yang sudah membantu banyak hal dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih karena sudah sanggup bersabar dan berjuang bersama-sama.

10.Sahabat-sahabatku Haeriah Rachman, Dina Arum, Nabila Paramitha, Destri Lantika, Ulvah Nur Jamilah, Alvina Malvi, dan segenap keluarga besar KPI A 2010, yang selalu mendukung peneliti hingga akhir sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.


(9)

v

11.Abdul Muslin, Wiwin Winata dan segenap rekan-rekan KKN Respect 2013 yang telah mendukung dan menjadi teman diskusi. Terima kasih banyak.

12.Teman-teman seperjuangan Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam angkatan 2010. Terimakasih atas dukungan, semangat, kenangan dan kebersamaan selama ini.

13.Temanku, Nanda terimakasih atas pinjaman bukunya. Serta kakak-kakak kos seperjuangan yang menjadi tauladan sehingga peneliti mampu menyelesaikan tugas akhir ini di waktu yang sesingkat-singkatnya.

14.Adek-adekku Alfiyah Nurul Azizah, Imroatus Syaripah, Habibatul Khairoh, Maulidah Khaerani, Aan Sholehah, dan lainnya yang telah menyemangati penulis tanpa henti.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi penulis sendiri. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak dijumpai kekurangan. Oleh kareana itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca sekalian untuk menambah kesempurnaan skripsi ini. Semoga kebaikan semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini mendapat balasan dari Allah SWT. Aminn.

Jakarta , 27 Januari 2014


(10)

vi DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Tinjauan Pustaka ... 6

E. Metodologi Penelitian ... 8

F. Sistematika Penulisan ... 17

BAB II LANDASAN TEORI A. Strategi Komunikasi Dakwah 1. Definisi Strategi Komunikasi Dakwah... 18

2. Macam-Macam Strategi Komunikasi Dakwah ... 23

B. Dimensi-Dimensi Partisipasi 1. Partisipasi Sebuah Konsep ... 29

2. Partisipasi Sebagai Efek Komunikasi ... 30

3. Jenis Partisipasi dalam Lingkup Komunikasi ... 31

C. Metode Dakwah di Era Globalisasi ... 32

E. Keutamaan Partisipasi Jama’ah dalam Dakwah ... 34

F. Kerangka Teori ... 37

E. Hipotesis Penelitian ... 38


(11)

vii BAB III PROFIL LOKASI PENELITIAN

A. IKADI PUSAT ... 39

B. IKADI JEMBER ... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Hasil Analisis Data Deskriptif Karakteristik Responden ... 60

B. Analisa Data Deskriptif Aplikasi Strategi Komunikasi ... 63

C. Analisa Data Deskriptif Tingkat Partisipasi Jama’ah ... 70

D. Strategi Komunikasi Dakwah IKADI Jember ... 73

E. Aplikasi Strategi Komunikasi Dakwah terhadap Tingkat Partisipasi Jama’ah IKADI Jember... 84

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 95

B. Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

viii

DAFTAR TABEL

1.Tabel 1 Definisi Operasional ... 12

2.Tabel 2 Rumus Penghitungan Kategori Jawaban Tunggal ... 15

3.Tabel 3 Rumus Penghitungan Kategori Jawaban VariatifAnalisa ... 15


(13)

ix

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1 Logo Majlis Dhuha ... 57

2. Gambar 2 Persentase Partisipasi Jama’ah Berdasarkan Jenis Kelamin ... 63

3. Gambar 3 Persentase Partisipasi Jama’ah Berdasarkan Umur ... 64

4. Gambar 4 Persentase Partisipasi Jama’ah Berdasarkan Tempat Tinggal .... 65

5. Gambar 5 Persentase Partisipasi Jama’ah Berdasarkan Profesi ... 66

6. Gambar 6 Persentase Partisipasi Jama’ah Berdasarkan Jenis Kelamin ... 63

7. Gambar 7 Strategi Komunikasi Narasumber ... 67

8. Gambar 8 Strategi Komunikasi Tema ... 67

9. Gambar 9 Strategi Komunikasi Konten Kegiatan ... 68

10.Gambar 10 Strategi Komunikasi Publikasi ... 69

11.Gambar 11 Strategi Komunikasi Durasi ... 69

12.Gambar 12 Strategi Komunikasi Frekuensi ... 70

13.Gambar 13 Strategi Komunikasi Daya Tarik Lokasi ... 71

14.Gambar 14 Strategi Komunikasi Akses Lokasi ... 72

15.Gambar 15 Strategi Komunikasi Daya Tampung Lokasi ... 73

16.Gambar 16 Strategi Komunikasi Sarana dan Prasarana ... 73

17.Gambar 17 Partisipasi dalam Mengakses Informasi ... 75

18.Gambar 18 Partisipasi dalam Kehadiran ... 75

19.Gambar 19 Partisipasi dalam Kegiatan IKADI lainnya ... 76

20.Gambar 20 Partisipasi dalam Infaq Materi ... 76

21.Gambar 21 Partisipasi dalam Mengajak Orang Lain ... 77


(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Umat Islam masa kini berada di pusaran turnamen globalisasi dunia yang dapat menyeret pada kemiskinan identitas. Berbagai macam serangan dari pihak luar dari segi adat, budaya, dan kebiasaan telah diekspor dan diadopsi oleh banyak kaum muslimin sehingga tidak sedikit dari mereka yang menorehkan identitas keislamannya hanya pada selembar kartu tanda penduduk. Dalam hal ini, Imam Hasan Al-Banna mengatakan, “Suatu zaman telah datang kepada Islam dan kaum muslimin, di mana bencana dan kerusakan datang silih berganti. Musuh-musuh Islam berusaha untuk memadamkan cahaya kecemerlangan Islam, menyesatkan generasinya, menghilangkan batas-batas negerinya, dan melemahkan tentaranya, dan umat Islam sedang berada dalam cengkeraman orang-orang kafir.1”

Serangan-serangan semacam itu, haruslah segera dicegah dengan melakukan imunisasi ummat. Penguatan dan penyatuan jama’ah Islam sebagai basis kekuatan untuk melawan pemikiran-pemikiran kaum kafir yang akan meracuni aqidah umat. Dengan apa? Senjata utamanya ialah dakwah.

Menurut, Syekh Ali Mahfudz, dakwah adalah mengajak manusia untuk mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat. Pendapat ini juga selaras dengan pendapat al-Ghazali bahwa

amr ma’ruf nahi mungkar adalah inti gerakan dakwah dan penggerak dalam

1

Muhammad Abduh, Memperbaharui Komitmen Dakwah, (Jakarta: Robbani Press, 2008), h. 10.


(15)

2

dinamika masyarakat Islam.2 Taufiq al-wa’iy3 berpendapat tidak akan pernah berdiri tegak suatu agama, tidak akan menang satu keyakinan, tidak akan populer suatu aliran kecuali dengan dakwah. Tidak akan roboh pilar-pilar agama setelah tegak, tidak akan punah suatu aliran setelah tinggi menjulang kecuali ketika dakwah ditinggalkan. Allah berfirman:

























































































152. Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada sa'at kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan diantara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu, dan sesunguhnya Allah telah mema'afkan kamu. dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang orang yang beriman (Q.S Ali-Imron: 152).

Salah satu indikator keberhasilan dakwah ialah dengan terbentuknya

jama’ah dakwah, yaitu sekelompok masyarakat yang menjadikan keIslamannya

sebagai peningkatkan akhlak pribadi dan lingkungan sosialnya. Perubahan Islami adalah perubahan total yang meliputi seluruh aspek kehidupan dan mendatangkan kedamaian hidup. Jama’ah merupakan sumber kekuatan kaum muslimin. Allah Swt berfirman:

2

Harjani Hefni, dkk, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 7.

3

Taufiq al-Wa’iy, Dakwah Ke Jalan Allah-Muatan, Sarana, dan Tujuan, (Jakarta: Robbani Press, 2010), h. 47.


(16)

3

















































































103. Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk (Q.S. Ali-Imron: 103).

Perubahan yang komprehensif tidak akan terwujud tanpa adanya kesinambungan amalan yang kontinyu. Inilah yang menjadi tugas seluruh ormas Islam, khususnya di Indonesia sebagai Negara penyumbang ummat muslim terbesar di dunia. Sayangnya, sedikit sekali yang berhasil mempertahankan

jama’ahnya dalam skala kuantitas dan kualitas. Berdasarkan riset Kementrian

Agama Republik Indonesia tahun 20114 menyatakan, bahwa jumlah masjid di Indonesia lebih dari 800 ribu masjid. Di Jawa Timur sendiri, menurut data DMI Jawa Timur tercatat lebih dari 100 ribu. Namun, Kementrian Agama menemukan kondisi yang sangat ironis, bahwa 89,9% dari jumlah masjid yang tercatat, sepi

dari jama’ah dan kegiatan keagamaan.

Keaktifan jama’ah merupakan salah satu indikator telah terlaksananya proses komunikasi yang efektif. Di mana yang menjadi titik pencapaiannya adalah perubahan pada diri komunikan. Dipandang dari komponen komunikan,

4

http://www.jatim.kemenag.go.id/file/file/mimbar316/qavw1356598410.pdf (diakses pada tanggal 28 januari 2014).


(17)

4

komunikasi yang efektif akan terjadi jika komunikan mengalami internalisasi, identifikasi diri, dan ketundukan. 5 Hal ini tentu saja searah dengan misi dakwah.

Jama’ah, dakwah sebagai megaproyek tidak mungkin dicapai secara

efisien dan efektif tanpa strategi yang terencana dan matang. Tiap-tiap langkah dakwah haruslah teragendakan dan terorganisasi dengan baik. Sebab ada sasaran dan tujuan yang harus dicapai secara gradual melalui tahapan yang jelas. Di samping itu, di zaman tekhnologi ini, masyarakat yang melek akan media dan informasi sudah tidak lagi menerima cara-cara kuno dalam mengkaji ilmu agama. Perlu adanya sinkronisasi antara keduanya dengan sebuah strategi yang matang. Sehingga dakwah islam tetap diterima di segala zaman.

Penggabungan dua faktor di atas terlihat ada pada IKADI Jember. Sebuah institusi cabang di daerah jember yang bergerak dalam bidang pengembangan dakwah Islam. Institusi dakwah yang terbilang muda ini berhasil menghadirkan beragam kegiatan yang selalu dekat dan menyentuh masyarakat sehingga IKADI tidak pernah kehilangan jama’ah. Setiap kegiatannya selalu disesaki oleh jama’ah yang datang dari berbagai daerah di jawa timur. Hal tersebut, sangat jarang kita temui di beberapa pengajian lainnya. IKADI jember juga telah berupaya untuk menghadirkan strategi dakwah yang berbeda dan sangat menarik untuk dikaji.

Sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, dakwah tidak akan berkembang tanpa adanya strategi komunikasi yang matang. Perlu adanya treatment khusus untuk menghadapi objek dakwah yang heterogen di wilayah Jember. Oleh karena itu, penulis berinisiatif untuk meneliti lebih dalam terhadap

5

Hamidi, Metode Penelitian dan Teori Komunikasi Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan Laporan Penelitian, (Malang : UMM Press, 2010), h. 74.


(18)

5

permasalahan tersebut. Dengan judul penelitian “Aplikasi Strategi Komunikasi Dakwah Terhadap Tingkat Partisipasi Jama’ah Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) Jember- Jawa Timur,” maka ia layak menjadi bahan penelitian yang berguna bagi kemajuan dakwah Islam kontemporer.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Pada penelitian kali ini, terfokus pada hal-hal apa saja yang dapat memengaruhi tingkat partisipasi khalayak dalam lingkup strategi komunikasi yang digunakan di antaranya: Kredibiltas nara sumber, tema, konten kegiatan, publikasi, waktu, tempat, dan pemenuhan fasilitas. Agar penelitian ini berjalan dengan sistematis, maka perlu dibuat perumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah strategi komunikasi IKADI Jember?

2. Bagaimanakah gambaran tingkat partisipasi Jama’ah IKADI Jember?

3. Bagaimanakah deskripsi tentang aplikasi strategi komunikasi dalam

peningkatan partisipasi jama’ah IKADI Jember?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Menjelaskan strategi komunikasi dakwah yang digunakan oleh IKADI

Jember.

2. Menggambarkan tingkat partisipasi jamaah IKADI Jember.

3. Menggambarkan aplikasi starategi komunikasi terhadap tingkat partisipasi


(19)

6

Dalam melakukan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dari segi akademis dan praktis, yaitu:

1. Teoritis

Untuk pengembangan ilmu komunikasi dan dakwah, diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi dan peningkatan wawasan akademis terutama dalam menemukan strategi komunikasi untuk meningkatkan partisipasi jama’ah dakwah.

2. Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menemukan dan mengaplikasikan strategi komunikasi untuk meningkatkan partisipasi

jama’ah IKADI Jember khususnya, dan untuk lembaga-lembaga dakwah

secara umum.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam penyusunan penelitian ini, terdapat beberapa karya ilmiah yang serupa namun memiliki fokus permasalahan yang berbeda. Perbedaan tersebut jelas terlihat pada fokus penelitian kali ini yang lebih mengarah kepada tingkat partisipasi jama’ah dan menggunakan pendekatan kuantitatif. Sedangkan penelitian sebelumnya yaitu:

1. Skripsi yang ditulis oleh Qomariah Lubis, mahasiswi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) UIN Jakarta berjudul: Efek Komunikasi Dzikir Terhadap Pengalaman Agama Jama’ah Majelis Dzikir Nurul Musthofa Di Jagakarsa Jakarta Selatan.


(20)

7

Skripsi ini secara umum menyajikan tentang respon jama’ah tentang pengalaman agama yang mereka dapatkan di Majelis Dzikir Nurul Mustofa baik dari segi kognitif maupun afektif. Metode penelitiannya menggunakan analisis deskriptif yang lebih menekankan kepada efek komunikasi terhadap pengalaman spiritual jama’ah.

2. Jurnal yang ditulis oleh Yoyon Mudjiono, seorang dosen tetap Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya berjudul, Strategi Dakwah Wali Songo dalam Perspektif Ilmu Komunikasi.

Jurnal ini secara umum membahas tentang macam-macam metode dakwah wali songo dalam lingkup kajian komunikasi. Wali Songo sebagai tokoh inspiratif telah lama menerapkan rumus komunikasi yang dicanangkan oleh Laswell dalam pengembangan dakwah Islam di Jawa.

3. Skripsi yang ditulis oleh Nur Komalasari, mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010, yang berjudul, Partisipasi Badan Keswadayaan

Masyarakat “Setia Abadi” dalam Upaya Penanggulangan Pengangguran di

Kelurahan DepokKecamatan Pancoran Mas Kota Depo.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui partisipasi BKM dalam melaksanakan program penanggulangan pengangguran serta mengetahui faktor pendukung dan penghambat partisipasinya.

4. Skripsi yang ditulis oleh Hambali, mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, tahun 2010 yang berjudul, Strategi Dakwah Lingkungan


(21)

8

Perkantoran; Analisa Perencanaan Strategi Ikatan Da’I Indonesia DKI Jakarta.

Skripsi ini secara umum membahas tentang strategi dakwah IKADI Pusat di lingkungan perkantoran. Dalam tulisannya menyimpulkan tiga tahapan strategi yang dilakukan oleh IKADI, yaitu: Perumusan Strategi, Implementasi Strategi, dan Evaluasi Strategi.

5. Skripsi yang ditulis oleh Nur Fahmi, mahasiswa Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2010, yang berjudul, Sistem Pelatihan Dakwah Ikatan Da’I Indonesia (IKADI) Jakarta tahun 2009.

Inti dari penelitian ini terfokus pada sistem pelatihan dakwah yang merupakan salah satu program dari Ikatan da’I Indonesia (IKADI) Jakarta untuk meningkatkan mutu dan kualitas da’i. penelitian ini juga menyoroti tentang tahapan pelatihan dari sebelum, ketika, dan sesudah kegiatan berlangsung.

E. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan, Perspektif dan Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang menganggap bahwa terdapat keteraturan atau hukum-hukum yang dapat digeneralisasikan dalam fenomena sosial. Karena itu, penelitian ini mensyaratkan bahwa peneliti harus membuat jarak dengan objek atau realitas yang diteliti. Penilaian yang


(22)

9

bersifat subjektif, atau yang mengandung bias pribadi dari peneliti, hendaknya dipisahkan dari temuan penelitian.

Pendekatan kuantitatif ini telah mengukur variabel-variabel penelitian sesuai dengan perspektif etik. Bila mana data yang dikumpulkan oleh peneliti didasarkan pada pandangan peneliti, dalam arti bahwa peneliti telah menetapkan jumlah dan jenis indikator yang digunakan dalam menggali data.6

Sedangkan metode yang digunakan adalah metode survey, yaitu meneliti populasi yang relatif banyak dengan cara menentukan sampel yang merepresentasikan populasi yang akan diteliti. Metode survey ini dilakukan dengan menyebarkan kuisioner.

2. Data Penelitian

Peneltian ini menggunakan jenis data berskala nominal untuk mengukur variabel independen (strategi komunikasi) dan variabel dependen (tingkat

partisipasi jama’ah). Sedangkan sumber data diperoleh memalui dua macam,

yaitu:

a. Data primer : ialah, data yang didapat oleh peneliti sendiri. Pada kesempatan ini, data primer berasal dari kuisioner yang diisi oleh responden, wawancara pihak terkait, dan dokumentasi.

b. Data sekunder : ialah, data yang menjadi bahan pelengkap dalam menyusun laporan penelitian yang berasal dari pihak lain. Pada penelitian ini, peneliti mengambil data sekunder berupa dokumentasi milik IKADI Jember dan presensi kehadiran jama’ah.

6


(23)

10 3. Tekhnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode kuisoner (angket). Kuisioner adalah tekhnik pengumpulan data melalui pembuatan daftar pertanyaan dengan jumlah pilihan jawaban yang telah ditetapkan oleh peneliti. Tekhnik ini dipilih untuk penelitian kuantitatif.7Data diperoleh dengan cara mengajukan pertanyaan kombinasi (tertutup dan terbuka) melalui kuesioner yang akan dijawab oleh jama’ah IKADI.

Kuesioner sebagai instrument penelitian disesuaikan dengan tujuan peneliti yang mengacu pada kerangka konsep dan teori yang telah dibuat. Kuesioner diberikan langsung kepada responden untuk diisi tanpa melalui wawancara. Kuesioner yang dibuat mencakup variabel independen yaitu strategi komunikasi yang digunakan IKADI Jember sedangkan variabel dependen yaitu tingkat partisipasi jama’ah. Instrument ini terdiri dari tiga bagian, yaitu:

- Bagian (A) berisi tentang kata pengantar penelitian sebagai penghantar maksud dan tujuan pengisian kuisioner.

- Bagian (B) berisi tentang data demografi responden yang terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan, status, alamat, telephone, dan saran untuk penelitian ini.

- Bagian (C) berisi tentang variabel penelitian. Pertanyaan pada variabel strategi komunikasi diwakili oleh pertanyaan nomer 1-10, sedangkan variabel tingkat

partisipasi jama’ah diwakili oleh pertanyaan nomer 11-15.

Proses-proses dalam pengumpulan data pada penelitian melalui beberapa tahap yaitu:

7


(24)

11

1. Memperoleh persetujuan pembimbing untuk melakukan tindak lanjut dalam penelitian.

2. Menyelesaikan kelengkapan administrasi seperti surat izin penelitian dari Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian.

4. Menetapkan quota responden yang akan mengisi lembar kuisoner atas persetujuan pihak terkait.

5. Memberikan penjelasan kepada responden tentang cara pengisian kuesioner

6. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada peneliti apabila ada yang tidak jelas dengan kuesioner.

7. Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner.

8. Responden menyerahkan kembali lembar kuesioner yang telah diisi kepada peneliti untuk diperiksa.

4. Populasi dan Sampling

Populasi adalah keseluruhan satuan analisis yang hendak diteliti. Dalam

penelitian ini, populasinya ialah jama’ah Ikatan Da’I (IKADI) cabang Jember

yang aktif mengikuti pengajian-pengajian IKADI. Untuk mempermudah penelitian, maka peneliti telah menentukan kriteria populasi dengan cara menetapkan syarat-syarat tertentu bagi anggota populasi, yang berhak menjawab atau mengisi kuisoner. Syarat-syarat tersebut ialah:


(25)

12

b. Mengikuti Pengajian Majlis Dhuha IKADI Jember c. Dalam kondisi yang baik (tidak rabun, cacat, dsb)

Dikarenakan jumlah populasi jama’ah mencapai 500 orang, maka untuk memudahkan penelitian, peneliti menggunakan tekhnik quota sampling. Peneliti telah menetapkan ukuran sampel sebesar 10% dari jumlah populasi, yaitu 50-60 responden sesuai kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti.

5. Variabel dan Pengukuran Variabel

Penelitian ini mempunyai variabel dependen, yaitu tingkat partisipasi jama’ah yang dioperasionalisasikan menjadi:

a. Keaktifan mengakses informasi b. Intensitas kehadiran

c. Partisipasi pada kegiatan IKADI Jember lainnya d. Partisipasi dengan infaq materi

e. Partisipasi dengan mengajak orang lain

dan variabel independen yaitu strategi komunikasi yang terdiri dari: a. narasumber

b. tema

c. konten kegiatan d. publikasi e. waktu kegiatan f. tempat kegiatan.


(26)

13 Tabel 1

Definisi Operasional

Variabel Indikator Ukuran Butir pernyataan

STRATEGI KOMUNIKASI Nara sumber Tingkat nasional Tingkat regional Tingkat lokal a. Nasional b. Regional c. Lokal

d. Ketiganya benar

1.Saya akan menghadiri pengajian majlis dhuha, jika narasumbernya

merupakan tokoh terkenal di

tingkat: Konten

Kegiatan

Daya tarik Tema

Keunikan kegiatan

a. Sudah saya ketahui sebelumnya

b. Sudah saya ketahui dan menarik

bagi saya

c. Meski Belum saya ketahui

a. Ceramah dan penyampaiannya

b. Dzikir dan muhasabahnya

c. Sholat dhuha bersama-nya

d. Kostum busana pengajiaanya

e. Layanan Konsultasi Syariah

f. Layanan Kesehatan

2.Saya pasti menghadiri pengajian

majlis dhuha, jika tema

pengajiannya:

3.Saya sangat menyukai kegiatan majlis dhuha pada bagian:

Publikasi Cetak

Elektonik Online Marketing

a. Orang lain(teman,kerabat, atasan)

b. Sms

c. Media elektronik (jtv dan radio)

d. Media cetak (Pamflet, bulletin,

kalender,banner)

e. Social media (facebook, twitter,

blog)

f. Pengajian IKADI lainnya

g. Komunitas Rumah Qur’an h. Lainnya…

4.Saya mengetahui kegiatan majlis dhuha dari:

Waktu Durasi a. Terlalu lama

b. Cukup

c. Kurang lama

d. Lainnya….

5. Pengajian majlis dhuha

berlangsung dari pukul 05.30-08.30 WIB.

Ketepatan a. Cukup 1 bulan 1 kali

b. Kurang banyak

c. Terlalu banyak

d. Lainnya…

6.Pengajian majlis dhuha

dilaksanakan setiap 1 bulan 1 kali di minggu ke-empat pada hari Ahad. Tempat/

lokasi

Daya Tarik Lokasi a. memiliki daya tarik yang tinggi

b. cukup memiliki daya tarik

c. kurang memiliki daya tarik

7.Lokasi pengajian majlis dhuha menurut anda:

Akses Lokasi a. sangat strategis

b. cukup strategis

c. kurang strategis

8.menurut anda, lokasi pengajian majlis dhuha

Daya Tampung a. sangat memadai

b. cukup memadai

9.menurut anda, lokasi pengajian majlis dhuha


(27)

14

c. kurang memadai

d. lainnya…

Fasilitas a. sangat memuaskan

b. cukup memuaskan

c. kurang memuaskan

d. lainnya..

10.menurut anda, fasilitas, sarana dan prasarana yang ada di majlis dhuha ini:

TINGKAT PARTISIPASI JAMA’AH Keaktifan

mengakses informasi.

Mencari tahu kegiatan Mencatat tanggal kegiatan Menempel jadwal pengajian

a. Facebook grup majlis dhuha b. Kalender/brosur majlis dhuha

c. Bertanya pada jama’ah lain

d. Pengajian IKADI

e. Lainnya…

11.saya selalu meng-update informasi tentang pengajian majlis dhuha melalui:

Kehadiran Frekuensi a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Lainnya…….

12.Intensitas Saya mengikuti pengajian majlis dhuha:

Kontribusi Partisipasi pada kegiatan lain

a. Pengajian IKADI di PTPN pada minggu ke-3

b. Kajian tafsir setiap kamis

c. Tahsin Qur’an

d. Pondok tahfidzul qur’an

e. Layanan Konsultasi Syariah f. Lainnya..

13.Kegiatan IKADI yang saya ketahui selain majlis dhuha:

Partisipasi dalam berinfaq materi

a. Pengajian IKADI PTPN b. Pengajian majlis dhuha

c. Program Orang Tua Asuh Ibnu

Katsir

d. Lainnya..

14.Saya berinfaq pada kegiatan:

Partisipasi mengajak orang lain

a. Mengajak saudara b. Mengajak kolega c. Lainnya..

15.Saya selalu……untuk turut meramaikan pengajian


(28)

15 6. Tekhnik Analisis Data

Analisis data dilakukan memudahkan interpretasi dan menguji hipotesis penelitian dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Di mana hasilnya akan menyajikan data rangkuman statistik dalam bentuk tabulasi atau grafik, berdasarkan kelompok variabel-variabel terpilih. Hasil analisis deskriptif dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:

a. Rangkuman data demografis responden yang terdiri dari jenis kelamin, umur, profesi, dan alamat (jarak rumah ke lokasi pengajian).

b. Rangkuman statisitik yang menunjukkan variabel strategi komunikasi yang meliputi; narasumber, tema, konten kegiatan, publikasi, waktu, tempat, dan fasilitas.

c. Rangkuman statistik yang menggambarkan tingkat partisipasi jama’ah IKADI Jember, yang meliputi: keaktifan mengakses informasi, intensitas kehadiran, dan bentuk-bentuk partisipasi jama’ah (materi, non-materi). Jawaban responden diakumuluasikan dalam bentuk persentase. Untuk memudahkan analisis data, maka diperlukan rumus untuk menentukan hasil persentase. Ada dua macam rumus yang digunakan sesuai dengan varian jawaban:

a. Rumus persentase dengan pilihan tunggal, yaitu Jumlah jawaban terpilih

total responden (60)

Contoh: Pada pertanyaan ke-1, Saya akan menghadiri pengajian majlis dhuha, jika narasumbernya merupakan tokoh terkenal di tingkat:


(29)

16 Tabel 2

Rumus Persentase Pilihan Tunggal

Pilihan Jawaban Jumlah Jawaban Persentase Jawaban

a.Nasional 4 6,7%

b.Regional 0 0

c.Lokal 0 0

d.Ketiganya benar 56 93,3%

b. Rumus persentase dengan variasi jawaban, yaitu: Jumlah jawaban terpilih

jumlah total jawaban

Contoh: Pada pertanyaan ke-3, Saya sangat menyukai kegiatan majlis dhuha pada bagian:

Tabel 3

Rumus Persentase Varian Jawaban

Pilihan Jawaban Jumlah Jawaban Persentase Jawaban

Ceramah dan metode penyampaiannya 57 48,71%

Dzikir dan muhasabahnya 33 28,2%

Sholat dhuha bersama-nya 18 15,38%

Kostum busana pengajiaanya 0 0

Layanan Konsultasi Syariah 7 5,98%

Layanan Kesehatan 2 1,7%

Total 117 100%


(30)

17 F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam menyusun penelitian ini terdiri dari lima bab, yaitu:

BAB I : Pada bab ini membahas pendahuluan yang menggambarkan tentang latar belakang, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : Pada bab ini membahas mengenai landasan teori yang menunjang dalam pembahasan materi penelitian ini. Di antaranya, strategi komunikasi dakwah, dimensi-dimensi partisipasi, keutamaan partisipasi jama’ah dalam dakwah, dan lain sebagainya.

BAB III: Pada bab ini menguraikan tentang gambaran lokasi penelitian yang mencakup profil lokasi penelitian baik dari sisi aspek sejarah, visi dan misi, struktur organisasi, program kerja organisasi dan lain sebagainya.

BAB IV: Pada bab ini terdiri dari hasil dan pembahasan berdasarkan temuan data di lapangan. Hasil dan pembahasan menyajikan dan menguraikan tentang gambaran aplikasi strategi komunikasi dakwah terhadap tingkat partisipasi jama’ah IKADI Jember Jawa Timur.

BAB V : Bab ini adalah bab penutup yang terdiri dari simpulan yang merupakan jawaban dari masalah penelitian dan saran untuk penyempurnaan penelitian ini


(31)

18 BAB II

LANDASAN TEORI A. Strategi Komunikasi Dakwah

1. Definisi Strategi Komunikasi Dakwah

Para ahli komunikasi terutama di negara-negara berkembang mempunyai perhatian yang sangat besar terhadap strategi komunikasi dalam hubungannya dengan penggiatan pembangunan nasional di negara-negara. Fokus perhatian ahli komunikasi ini memang penting karena efektivitas komunikasi bergantung pada strategi komunikasi yang digunakan.

Pada hakikatnya, strategi merupakan penggabungan antara dua kata, yaitu perencanaan dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan dengan taktik tertentu dalam operasionalisasinya. Jadi, strategi komunikasi adalah paduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai suatu tujuan1.Untuk itu, strategi komunikasi harus dapat menunjukan bagaimana operasionalnya secara taktis dengan menentukan efek yang diharapkan melalui beberapa pertanyaan:

a) siapa sasarannya

b) apa pesan yang akan disampaikan c) kapan penyampaiannya

d) mengapa harus disampaikan

e) di mana lokasi penyampaian pesannya

1

Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), h. 301.


(32)

19

Effendy mengatakan2, strategi yang baik secara makro (planned multimedia strategy) mempunyai fungsi ganda yaitu :

a. Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif, dan instruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang optimal.

b. Menjembatani “cultural gap” akibat kemudahan diperolehnya dan dioperasionalkannya media massa yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya.

Strategi dan perencanaan (planning) tidak dapat dipisahkan dan saling berkaitan. Karena untuk menciptakan strategi yang efektif dalam penyampaian komunikasi dibutuhkan perencanaan yang matang dan terukur. Perencanaan yang bagus bisa dijadikan koridor kerja bagi orang-orang yang melaksanakan misi komunikasi. Strategi akan membimbing kita ke arah mana komunikasi digerakkan, mulai dari proses persiapan hingga menyampaikan pesan pada publik. Strategi komunikasi bersifat dinamis sesuai dengan perkembangan zaman dan peradaban manusia.

Skinner3 menemukan bahwa komunikasi akan berlangsung selama orang mempunyai apa yang disebut expection of reward atau adanya harapan untuk memperoleh keuntungan dalam praktik komunikasi. Keuntungan tersebut dapat berbentuk:

2

Onong Uchjana Effendy, Peranan Komunikasi Massa Dalam Pembangunan, (Yogyakarta, Gadjah Mada University, 1987) h. 23

3


(33)

20

a. Personal Needs, kebutuhan pribadi semisal makan dan minum. b. Social Needs, kebutuhan untuk bergaul dengan orang lain. c. God Needs, kebutuhan akan Tuhan.

Dilihat dari segi bahasa, kata dakwah berasal dari kata Arab da’wah, merupakan bentuk mashdar dari kata kerja da’a-yad’u, berarti seruan, ajakan, atau panggilan. Seruan dan panggilan ini dapat dilakukan dengan suara, kata-kata, atau perbuatan.4 Secara terminologi, dakwah adalah ajakan dan seruan kepada umat manusia untuk mengamalkan ajaran Islam.

Maka dapat disimpulkan bahwa pengertian strategi komunikasi dakwah adalah gabungan antara manajemen dan perencanaan yang secara taktis mengarahkan kegiatan penyampaian pesan, baik secara verbal dan non-verbal kepada pengamalan ajaran atau nilai-nilai keislaman.

Dalam konteks dakwah, menurut Arifin5 untuk menciptakan expaction of reward tersebut, strategi komunikasi haruslah memiliki empat rumusan, yang terdiri dari:

1) Mengenal khalayak

Untuk memaksimalkan keberhasilan dalam berkomunikasi, maka komunikator perlu mengenal kerangka referensi khalayak, sehingga tidak terjadi kesenjangan

4

Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub Rekonstruksi Pemikiran Dakwah

Harokah, (Jakarta: Penamadani, 2008), hal. 144.

5

Anwar Arifin, Strategi Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas, (Bandung: Amrico, 1994), h. 58-86.


(34)

21

antara komunikator dengan komunikan yang menyebabkan pesan tidak tersampaikan dengan benar. Kerangka referensi khalayak adalah sebagi berikut6: - Kondisi kepribadian dan fisik yang menyangkut pengetahuan khalayak

terhadap materi, kemampuan menerima pesan, dan kemampuan khalayak menerima bahasa pengantar.

- Pengaruh kelompok dan masyarakat yang menyangkut nilai-nilai dan norma yang dianut.

- Situasi tempat tinggal khalayak 2) Menyusun pesan

Menyusun pesan yaitu, menentukan tema dan materi. Syarat utamanya adalah mampu membangkitkan perhatian. Perhatian dijadikan tolak ukur untuk menilai keberhasilan komunikator dalam melakukan komunikasi.

Dalam menetukan tema dan materi, dikenal dua bentuk penyajian permasalahan7: - One sides issue (sepihak). Dikenal pula sebagai top-down strategy, yaitu hanya

mengemukakan hal yang positif, atau hal-hal yang negative saja kepada khalayak untuk memengaruhi khalayak. Permasalahan dalam bentuk ini berisi konsepsi dari komunikator semata-mata tanpa mengusik pendapat yang telah berkembang.

- Both side issue (kedua belah pihak). Suatu permasalahan yang disajikan baik yang positif maupun negative yang tujuannya untuk memengaruhi khalayak. ,

6

Sapuri, Psikologi Islam, h.402. 7


(35)

22

permasalahan diketengahkan baik konsepsi dari komunikator maupun konsepsi yang berkembang pada khalayak.

3) Menetapkan metode8

Metode dalam kegiatan dakwah adalah suatu rencana yang tersusun dan teratur yang berhubungan dengan cara penyajian. Beberapa macam metode cara penyajian adalah:

Repeatation Methods

Adalah cara memengaruhi khalayak dengan mengulang-ulang pesan. Tujuannya, agar khalayak dapat memperhatikan pesan dan tidak mudah melupakan pesan tersebut.

Canalizing

Cara memengaruhi khalayak dengan jalan menyediakan saluran-saluran tertentu untuk menguasai motif-motif khalayak untuk kemudian diubah sedikit-demi sedikit ke ara tujuan komunikator. Istilah lain yang muncul adalah start where the audience.

 Informatif

Penyampaian sesuatu apa adanya, apa yang sesungguhnya di atas data dan fakta yang valid. Metode ini lebih ditujukan pada penggunaan akal pikiran khalayak dan bentuknya berupa pernyataan, penerangan, berita, dan sebagainya.

 Persuasif

8


(36)

23

Memengaruhi khalayak dengan jalan membujuk yang digugah adalah pikiran dan perasaan. Tidak ada kesan-kesan yang menjurus kepada pemaksaan kehendak.

 Edukatif

Memengaruhi khalayak dari satu pertanyaan umum yang dilontarkan dapat diwujudkan dalam bentuk pendapat, fakta, dan pengalaman.

 Kursif

Cara memengaruhi khalayak dengan jalan memaksa. Khalayak dipaksa tanpa harus berpikir untuk menerima gagasan yang dilontarkan. Pesan jenis ini mengandung ancaman-ancaman.

4) Seleksi dan Penggunaan Media

Dalam menyusun pesan dari suatu komunikasi yang ingin dicapai haruslah selektif, dengan cara menyesuaikan keadaan dan kondisi khalayak. Penyesuaian khalayak akan mempengaruhi penyesuaian media yang digunakan. Fungsi media adalah menyalurkan gagasaan, ide, informasi yang ditampung oleh opinion leader kepada khalayak komunikan.

2. Macam-Macam Strategi Komunikasi Dakwah

Komunikasi ialah inti dari kegiatan dakwah. Ketika kita berkomunikasi, maka telah terjadi proses menjadikan sama sebuah persepsi dari komunikator ke komunikan. Dalam efek yang lebih luas, terjadi perubahan dalam diri mad’u ke arah yang diinginkan oleh da’i sebagai fasilitator ajaran-ajaran Islam. Para mad’u yang


(37)

24

awalanya hanya diarahkan, kemudian berlanjut pada kesadaran pribadi untuk lebih mencintai Allah dan agamanya. Itulah substansi dari strategi komunikasi dakwah. Beberapa macam strategi komunikasi yang perlu diperhatikan untuk mencapai keberhasilan dakwah ialah:

a. Kredibiltas Komunikator

Untuk menjadi seorang komunikator harus memiliki kredibilitas yang tinggi. Kredibilitas menurut Aristoteles9 dapat diperoleh jika seorang komunikator memiliki ethos, patos, dan logos yang baik. Ethos ialah kemampuan seorang komunikator melalui karakter pribadinya, sehingga ucapan-ucapannya tidak mungkin diragukan orang lain. Pathos ialah kemampuan yang dimiliki seorang pembicara dalam mengendalikan emosi pendengarnya, sedangkan logos adalah kekuatan yang dimiliki komunkator melalui argumentasinya. Menurut bentuknya, kredibiltas dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu10:

Initial Credibility, yakni kredibilitas yang diperoleh komunikator sebelum proses komunikasi berlangsung.

Derived Credibility, yakni kredibiltas yang diperoleh saat komunikasi berlangsung.

Terminal Credibility, yakni kredibiltas yang diperoleh setelah pendengar mendengarkan ulasan komunikator sampai selesai.

9

Hamidi, Metode Penelitian dan Teori Komunikasi: Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan Laporan Penelitian, (Malang : UMM Press, 2010), hal. 71-72.

10

Saiful Rohim, Teori Komunikasi-Ragam, Perspektif, dan Aplikasi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), hal. 73.


(38)

25 b. Kualitas penyampaian dan isi pesan

Perkataan yang berasal dari hati akan sampai ke hati. Itulah tujuan penyampaian pesan dakwah. Kalimat menjadi sarana penghubung antara da’i dan mad’u. karenanya,ada beberapa lima hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

1) Hendaknya perkataan itu berisi, tidak sekedar kalimat yang tanpa makna. 2) Kalimat yang dipilih harus bersih dari kalimat-kalimat asing yang

sekiranya tidak bisa dipahami oleh sasaran dakwah.

3) Fikrah dakwah itu hendaknya disampaikan menggunakan bahasa yang mengandung unsur harapan, khayalan, dan keinginan manusia pada umumnya.

4) Fikrah dakwah harus disampaikan dengan bahasa yang universal, tidak terbatas pada keuntungan kelompok tertentu.

5) Hindari menggunakan redaksi perintah yang membuat mad’u merasa

tertekan atau terpojokkan.

c. Sasaran dakwah/ mad’u/komunikan

Secara etimologi kata mad’u memiliki asal kata da’a- yad’u dengan ismul

maf’ul(kata objek) mad’u yang berarti orang yang diseru. Secara terminologi, mad’u ialah orang atau kelompok orang (jama’ah) yang sedang menuntut ilmu agama dari seorang da’i.

Mad’u yang satu dengan yang lain berbeda dalam hal kemampuan untuk

menerima informasi. Perbedaan tersebut dipicu oleh beberapa faktor, diantaranya11:

11

Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), h. 279-280.


(39)

26

1) Faktor sosiologis, yaitu mad’u yang dilihat berdasarkan wilayah tinggalnya. Orang yang tinggal di daerah pedesaan, perkotaan dan pinggiran memiliki daya tangkap yang berbeda.

2) Faktor struktur kelembagaan, berupa masyarakat, pemerintahan, dan keluarga.

3) Faktor sosial kultural, meliputi golongan priyayi, abangan, dan santri. 4) Faktor usia, brupa golongan anak-anak, remaja, dewasa, orang tua, dan

lansia.

5) Faktor ekonomi, mad’u pada jenis ini diklasisfikasikan pada tingkat

ekonomi rendah, sedang, dan tinggi.

6) Faktor okupasional (pendidikan dan profesi), penggolonganya disesuaikan dengan pendidikan dan profesi.

7) Faktor jenis kelamin, materi dakwah dengan mad’u mayoritas perempuan tentulah bukan seputar kewajiban mencari nafkah, namun disesuaikan dengan peran dan tanggung jawab perempuan.

8) Faktor golongan masyarakat. pada factor ini seorang da’i harus bisa melihat mad’u apakah berasal dari golongan biasa atau seorang tuna wisma, tuna karya, narapidana, dan lain sebagainya.

Faktor-faktor tersebut memengaruhi terbentuknya klasifikasi khalayak yang dapat dilihat dalam aspek-aspek berikut12:

12


(40)

27

Innovator (senang mendapatkan pengetahuan keagamaan yang baru dipelajari)

Early adapters (cepat bersedia mengamalkan ajaran agama yang baru diterima)

Early majority (cepat menerima ajaran agama jika orang lain banyak yang menerima)

Majority (menerima atau menolak dalam jumlah besar terbatas pada suattu daerah)

Non-Adopters (tidak suka pengetahuan keagamaan bagi mereka yang belum pernah mempelajari agama sebelumnya)

Bagi lakon dakwah, untuk memahami mad’u sebelum menyampaikan dakwah merupakan salah satu strategi yang sangat penting. Oleh sebab itu, masalah masyarakat ini harus dipelajari dengan sebaik-baiknya sebelum melangkah ke aktivitas dakwah yang sesungguhnya. Agar dakwah bisa diterima oleh seluruh lapisan masyarakat.

d. Waktu dan Tempat

Penentuan waktu dan tempat mempunyai pengaruh bagi kelancaran dakwah. Lokasi haruslah memiliki segi yang menguntungkan. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan tempat atau lokasi ialah; macam kegiatan dakwah yang


(41)

28

akan dilaksanakan, sumber tenaga pelaksana, fasilitas atau alat yang diperlukan, serta keadaan lingkungan.13

Sedangkan penentuan waktu sangat berkaitan dengan urutan pelaksanaan dan penyelesaian dari kegiatan dawah. Dengan diketahuinya kapan setiap kegiatan dakwah itu harus dilakukan, maka para pelaku dakwah dapat mempersiapkan materi, fasilitas, dan biaya yang perlu dikeluarkan untuk menunjang kegiatan dakwah. Di samping itu. Akan memudahkan pimpinan dakwah untuk mengorganisir dan mngkoordinir peserta (jama’ah) dakwah secara efisien dan efektif.

e. Tema

Tema merupakan inti pesan yang akan disampaikan oleh da’i (komunikator)

kepada mad’unya (komunikan). Karena itu, tema menjadi penting. Dalam

menentukan tema, maka perlu lah seorang da’i atau organisasi dakwah mempelajari problematika ummat yang sesuai dengan kondisi lingkunan mad’u. tema merupakan fikrah utama yang akan mengantarkan pesan dakwah pada efek yang diharapkan dan mengawal da’i agar tidak keluar dari substansi pesan ketika menyampaikan dakwah.

f. Publikasi/ Penyebaran Informasi Efektivitas komunikasi sangat ditentukan oleh cara penyampaian dan nilai dari informasi yang akan disampaikan. Oleh sebab itu, sebelum dilakukan penyebaran, ada baiknya informasi diteliti terlebih dahulu. Berkaitan dengan penyelenggaraan kegiatan dakwah, maka informasi tersebut harus diteliti terlebih dahulu apakah

13


(42)

29

waktu, tempat, dan tema yang dicantumkan telah sesuai dengan perencanaan

sebelumnya. Baru kemudian, informasi tersebut didistribusikan kepada khalayak. Efektivitas strategi publikasi juga dapat dilihat dari menarik tidaknya kemasan

suatu informasi. di era cyber saat ini, mengkombinasikan antara pesan dengan visual sangatlah mudah. pihak informasi harus berupaya untuk membangkitkan perhatian khalayak sehingga mereka tertarik untuk berpartisipasi dalam kegiatan dakwah.

B. Dimensi-Dimensi Partisipasi 1. Partisipasi Sebuah Konsep

Secara terminologi, partisipasi berasal dari kata „participate’ yang artinya mengikutsertakan. Menurut FAO 1986, partisipasi memiliki beberapa definisi14, yaitu:

 Partisipasi adalah suatu proses aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau sekelompok terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal.

 Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukannya sendiri.

 Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan, dan lingkungan.

Partisipasi sebagai bentuk kepedulian dalam upaya pengaktualisasikan diri, di mana seorang partisipan terlibat atau melibatkan diri dalam suatu kegiatan.

14

Britha Mikkelsen, Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-Upaya Pemberdayaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003, hlm. 64.


(43)

30

Semakin besar tingkat partisipasi semakin besar pula status sosial yang dimilikinya. Ia merupakan suatu proses identifikasi diri seseorang untuk menjadi peserta dalam suatu proses kegiatan bersama dalam situasi social tertentu. Oleh karena itu unsur intern dalam partisipasi adalah adanya keterlibatan mental dan emosional.15

Pada konteks partisipasi dakwah, kata partisipasi memilik makna kemampuan seseorang atau sekelompok orang untuk melakukan sesuatu secara sadar dan sukarela serta mampu mengajak orang lain untuk bergabung bersamanya yang diyakini sebagai suatu kebaikan.

2. Partisipasi Sebagai Efek Komunikasi

Dalam berkomunikasi untuk membangkitkan partisipatif masyarakat, Harmoko mengemukakan bahwa pesan yang disampaikan kepada khalayak haruslah:16

a. Menyuguhkan berita hangat yang isinya cocok dengan kepentingan masyarakat. b. Menggugah hati masyarakat sehingga gagasan dan perasaan yang disampaikan

oleh si pembawa pesan sudah seperti milik si penerima pesan itu sendiri.

c. Menimbulkan dorongan bertindak bagi sasaran khalayak secara spontan dan penuh kesan.

Untuk mendorong tingkat partisipasi melalui proses komunikasi, para ahli komunikasi sependapat bahwa dalam melancarkan komunikasi lebih baik mempergunakan pendekatan yang disebut A-A Procedure atau from Attention to Action Procedure. AA Procedure adalah penyederhanaan dari suatu proses; Attention

15

Soejono Sukanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Press,1996), hal.192

16


(44)

31

(perhatian), Interest (minat), Desire (kemauan atau hasrat), Decision (keputusan), dan Action (tindakan). Jadi proses perubahan sebagai efek komunikasi dimulai dengan membangkitkan perhatian. Apabila perhatian komunikan telah terbangkitkan, hendaknya disusul dengan upaya menumbuhkan minat, yang merupakan derajat yang lebih tinggi dari perhatian. Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan komunikator. Hanya ada hasrat saja pada diri komunikan, bagi komunikator belum berarti apa-apa sebab harus dilanjutkan dengan datangnya keputusan, yakni keputusan untuk melakukan tindakan. Selain melalui pendekatan di atas, maka seseorang komunikator harus mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap, pendapat, dan tingkah laku apabila dirinya terdapat faktor-faktor kredibilitas dan attractiveness.

3. Jenis Partisipasi dalam Lingkup Komunikasi

Partisipasi merupakan salah satu bentuk efek dari terjadinya proses komunikasi. Apabila tingkat partisipasi khalayak tinggi, dapat diasumsikan bahwa komunikasi yang diterapkan telah mencapai sasaran yang tepat. Dalam masyarakat atau pun

jama’ah dakwah tentunya memiliki model yang berbeda-beda dalam menunjukkan

sisi partisipasinya. Berdasarkan lingkup komunikasi, terdapat dua jenis partisipasi, yaitu partisipasi aktif dan partisipasi pasif:

- Partisipasi aktif, adalah partisipasi yang berlangsung karena adanya komunikasi dua arah. Sehingga memungkinkan adanya timbal-balik secara langsung dan memicu keterlibatan aktif para anggota-anggota komunikasi.


(45)

32

- Partisipasi pasif, ialah partisipasi yang timbul melalui komunikasi satu arah. Di mana komunikator merupakan seorang Opinion Leader yang kuat. Sehingga mampu mempersuasi khalayak untuk melakukan sesuatu secara suka rela. Selain itu, ada beberapa indikator tingkat partisipasi yang dapat menggambarkan kondisi partisipasi, di antaranya:

a. Kehadiran, jenis partisipasi ini mudah diketahui berdasarkan kuantitas kehadiran tanpa banyak berperan dalam pengambilan keputusan terkecuali yang bersifat voting atau pengambilan suara berdasarkan kehadiran.

b. Kontribusi, jenis partisipasi ini mengandung aktifitas tertentu yang dilakukan untuk terlibat secara mendalam pada suatu hal, khususnya dalam pengambilan keputusan yang bersifat internal.

c. Pemilikan dan pengendalian, jenis partisipasi ini merupakan varian tertinggi karena telah terlibat secara mental dan emosional, memberikan semangat kepada yang lain, serta melakukan pengorbanan materi secara suka rela.

C. Metode Dakwah di Era Globalisasi

Untuk mengantisipasi trend masyarakat modern maka diperlukan materi-materi dakwah yang lebih mengarah pada kecenderungan masyarakat. Oleh karena itu, seluruh komponen yang menentukan keberhasilan dakwah perlu ditata secara profesional dan disesuaikan dengan kondisi mad’u agar dapat menghasilkan kemasan dakwah yang benar-benar mampu memperbaiki dan maningkatkan semangat serta kesadaran dalam mengaktualisasikan nilai-nilai Islam.


(46)

33

Ada empat hal penting yang harus diorganisir oleh da’i dalam memfilter trend masyarakat global yang negatif, serta masalah manusia yang semakin kompleks, yaitu17;

1) Perlu adanya konsep dan strategi dakwah yang tepat untuk membentuk ketahanan diri dan keluarga melalui pengefektifan fungsi nilai-nilai agama, karena dengan dasar agama yang kuat dapat dijadikan filter pertama dan utama untuk menghadapi berbagai trend budaya yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam.

2) Mempertahankan nilai-nilai budaya luhur yang dapat melestarikan tradisi positif yang pada dasarnya tidak bertentangan dengan paham dan ajaran agama (Islam) yang menanamkan nilai-nilai baik dan suci.

3) Perlu dukungan dan keikutsertakan semua lapisan masyarakat untuk menciptakan dan memiliki komitmen yang sama dalam melihat seberapa bergunanya nilai-nilai baru itu untuk sebuah komunitas dan kemajuan masyarakat.

4) Kesiapan dan kematangan intelektual serta emosional setiap penerima message baru, apakah hal tersebut memang akan mendatangkan manfaat plus bagi diri dan lingkungannya.

Dalam melaksanakan suatu kegiatan dakwah diperlukan metode penyampaian yang tepat agar tujuan dakwah tercapai. Metode berarti rangkaian yang sistematis dan merujuk kepada tata cara yang sudah dibina berdasarkan rencana yang pasti, mapan,

17Abd. Madjid, Tantangan dan Harapan Umat Islam di Era Globalisasi, (Bandung:


(47)

34

dan logis.18 Metode yang tepat merupakan bagian dari strategi komunikasi dakwah

untuk meningkatkan partisipasi jama’ah dalam upaya pengembangan nilai-nilai Islam

di masyarakat.

Oleh karena itu, di era globalisasi ini, sangat dianjurkan metode-metode dakwah yang tidak kaku dan terkesan kolot, namun dapat lebih interaktif dengan memanfaatkan perkembangan tekhnologi komunikasi yang semakin canggih dan akrab dengan kehidupan manusia. Sehingga dakwah Islam dapat diterima di seluruh lapisan masyarakat di segala zaman.

D. Keutamaan Partisipasi Jama’ah dalam Dakwah 1. Fungsi Jama’ah

Jama’ah merupakan produk dakwah yang pada akhirnya akan berkembang menjadi basis pengembangan masyarakat. Tentunya, dengan menimbang kondisi umat Islam yang mulai terpecah belah karena saling meninggikan baju kebesaran kelompok masing-masing. Ilmu pengetahuan dan juga budaya masyarakat lambat laun bergeser kiblat ke dunia Barat, menyadarkan kita tentang urgensi berjama’ah. Islam sebagai satu-satunya agama Allah telah menegaskan bahwa bentuk pemikiran apapun di luar sumber ajaran agama Islam, berpotensi untuk menggoyahkan aqidah ummat. Urgensi ini melahirkan dua fungsi jama’ah. Yaitu, sebagai basis pengembangan masyarakat dan sebagai jama’ah inti dakwah.

18Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra


(48)

35

Jama’ah sebagai basis pengembangan masyarakat dibentuk melalui aktivitas dakwah yang mengikuti beberapa prinsip dasar. Pertama, orientasi pada kesejahteraan lahir dan batin masyarakat luas. Dakwah tidak sekedar merumuskan sebagian masyarakat saja, tetapi direncanakan sebagai usaha membenahi kehidupan sosial bersama masyarakat agar penindasan, ketidakadilan, dan kesewenang-wenangan tidak lagi hidup di tengah-tengah masyarakat. Hal ini selaras dengan firman Allah Swt dalam surat Ali-Imron ayat 110:























































110. Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik (Q.S Ali-Imron:110)

Kedua, dakwah pengembangan masyarakat pada dasarnya adalah upaya melakukan social engineering (rekayasa sosial) untuk mendapatkan suatu tatanan kehidupan sosial yang lebih baik serta berlandaskan nilai-nilai Islam.

Sayyid Quthub berpendapat bahwa gerakan dakwah menghendaki adanya sekelompok orang yang secara khusus memusatkan perhatian dalam bidang dakwah. Kelompok inilah yang disebut dengan jama’ah inti yang secara fungsional bertugas melaksanakan dan menggerakkan dakwah dalam lingkungannya.19 Dalam pandangan

19Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub Rekonstruksi Pemikiran Dakwah


(49)

36

Sayyid Quthub, keberadaan jama’ah inti sangatlah mutlak karena ia dipersepsi sebagai mediator yang mempresentasikan system Islam dalam kehidupan nyata. Dalam komunitas ini, kebajikan dan kebenaran akan tumbuh tanpa banyak daya karena dukungan dari jama’ah inti. Ia juga bertanggung jawab bagi perkembangan Islam dengan cara memperluas wilayah dan jaringanya secara bertahap untuk membentuk umat Islam yang dicita-citakan.

2. Partisipasi Sebagai Alat Mobilisasi Dakwah

Toto Tasmara dalam buku Komunikasi Dakwah, bahwa komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communicare yang artinya partisipasi atau komunikasi juga bisa berasal dari kata commones yang artinya sama. Dengan demikian, secara sangat sederhana, dapat kita katakan bahwa seseorang yang berkomunikasi berarti mengharapkan agar orang lain dapat ikut serta berpartisipasi atau bertindak sama sesuai dengan tujuan, harapan atau isi pesan yang disampaikannya.20

Geliat partisipasi memliki dampak yang besar terhadap kemajuan suatu bangsa, Negara, organisasi, partai politik, dan sebagainya. Karena pada hakikatnya, manusia adalah makhluk social yang tidak dapat mencapai tjuannya sendiri. Antara manusia yang satu dengan yang lain bersingungan dengan kebutuhan dan kepentingan yang akan mudah dicapai bila dilakukan bersama-sama. Contoh dasar ketika seseorang ingin menjadi presiden. Maka, dapat dipastikan ia membutuhkan dukungan dari banyak orang dan keikutsertaan orang lain untuk membantu

20


(50)

37

merealisasikan impiannya dengan memberikan suara mereka saat Pemilihan Umum (PEMILU) berlangsung. Dengan tingkat partisipasi yang tinggi, maka menjadi presiden bukanlah hal yang sulit. Begitulah gambaran dari efek partisipasi. Partisipasi masyarakat merupakan alat efektif untuk memobilisasi sumber-sumber daya baik materi atau pun manusianya dengan tujuan melaksanakan program tertentu.

Dalam kegiatan dakwah, partisipasi juga dapat dijadikan sebagai alat untuk memajukan ideologi atau tujuan-tujuan yang bersifat normatif.. Jika partisipasi

jama’ahnya tinggi, maka dapat dipastikan banyak program-program dakwah lainnya

seperti pengadaaan Alqur’an, santunan anak yatim, pembangunan sarana ibadah dan pesantren yang terealisasi dengan mudah. Maka, tidak perlu lagi ada sekelompok masyarakat yang harus meminta-minta di tengah jalan dengan dalih pembangunan

masjid. Karena jama’ahnya telah sadar dan secara suka rela membantu kegiatan

-kegiatan dakwah.

Dalam bentuk alternatif, partisipasi ditafsirkan sebagai alat untuk mencapai efisiensi pada manajemen proyek. Implikasinya, partisipasi menyangkut pula strategi manajemen, komunikasi melalui mana organisasi dakwah mencoba untuk

memobilisasi jama’ahnya untuk mencapai tujuan dakwah.

E. Kerangka Konsep

Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah variabel independen yaitu

tingkat partisipasi jama’ah Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) Jember. Sedangkan

variabel dependen yang akan diteliti adalah strategi komunikasi.Partisipasi adalah bagian dari sikap yang merupakan reaksi atau respon secara terbuka dari seseorang


(51)

38

terhadap suatu stimulus dari proses efektivitas strategi komunikasi . Berdasarkan pengertian tersebut, partisipasi ada setelah adanya strategi komunikasi yang terkonsep dan teralisasi di lapangan, peneliti ingin melihat dari sekian banyak model strategi komunikasi yang dapat digunakan, manakah yang paling memberi pengaruh besar

terhadap tingkat partisipasi jama’ah.

F. Hipotesis Penelitian

Strategi komunikasi telah sangat baik diaplikasikan oleh IKADI Jember terhadap upaya peningkatan partisipasi jama'ah. Apabila item terpilih kurang dari 20%, maka strategi komunikasi tersebut dinyatakan kurang aplikatif. Jika item jawaban terpilih sebanyak 20-50%, maka strategi komunikasi tersebut dinyatakan telah diaplikasikan dengan cukup baik dan jika item jawaban terpilih di atas 50%, maka strategi komunikasi tersebut dinyatakan telah diapikasikan dengan sangat baik


(52)

39 BAB III

PROFIL LOKASI PENELITIAN A. IKADI PUSAT

1. Sejarah Berdirinya Ikatan Da’i Indonesia (IKADI)

Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) merupakan ormas pendatang baru dalam pengembangan dakwah jika dibandingkan dengan lembaga-lembaga dakwah lainnya. IKADI dideklarasikan di Asrama pondok Gede Jakarta Timur pada tanggal 12 Juli 2004 M bertepatan dengan tanggal 1 Jumadil Ula 1423 H. Kehadirannya dipicu oleh problematika da’i yang berkarir secara pribadi, tidak terencana, dan tidak membesarkan lembaga atau ormas.1 Di sisi lain, problematika dakwah dan keumatan yang semakin hari semakin kompleks membutuhkan respon serius dari semua pihak terutama para da’i.

Kompleksitas dakwah dalam menghadapi gelombang dan tantangan globalisasi memerlukan langkah-langkah yang progegsif, proaktif, intensif, terencana, sistematis dan seimbang dengan merumuskan, mengimplementasikan, serta mengevaluasi suatu strategi. Semua langkah ini diharapkan melahirkan pandangan baru umat yang melihat Islam sebagai solusi bagi semua persoalan hidup. Obsesi inilah yang mendorong para aktivis dakwah mendirikan wadah para da’i yang kemudian dikenal dengan Ikatan Da’i Indonesia (IKADI).

IKADI tumbuh sebagai organisasi masyarakat (ormas) dakwah yang bergerak di atas landasan visi dan misi, sifat dan ciri khas sebagai sebuah organisasi dakwah. Keaktifan dan konsistensi telah menjadikan IKADI

1

Laporan Utama. Da’i Ramah Menebar Rahmah, Tabloid Robithoh Edisi 17 Januari-17 Februari, 2010.


(53)

40

semakin berkembang di seluruh Indonesia. Hingga saat ini, IKADI tercatat memiliki 27 Pengurus Wilayah (PW) dari 33 provinsi di Indonesia. Sepak terjang dakwah yang dilakukan oleh IKADI merupakan cikal bakal dari kemajuan perkembangan dakwah Islam di daerah-daerah. Dan merupakan miniatur dari penerapan strategi komunikasi dakwah cabang IKADI lainnya.

2. Sifat dan Ciri Keorganisasian IKADI

a. IKADI merupakan organisasi kemasyarakatan yang bersifat ke-Islam-an yke-Islam-ang diwujudkke-Islam-an dalam bentuk ukhuwah dke-Islam-an silaturahim dalam membina dan mengembangkan ta’aruf (saling mengenal), ta’awun (saling menolong), dan tausyiah (saling berwasiat) di jalan kebenaran guna memperkukuh kesatuan dan persatuan bangsa serta mengangkat harkat dan martabat umat manusia.

b. IKADI adalah organisasi berciri keterbukaan dalam penerimaan anggota, menampung aspirasi, partisipasi, prakarsa, dan dinamika anggota.

c. Berciri kemandirian yang dicerminkan dalam sikap organisasi yang memiliki otonomi dalam pemikiran, pengambilan keputusan, penyelenggaraan kegiatan secara amal jama’i terutama bertumpu pada kemampuan pemikiran, upaya, dan sumber daya sendiri sesuai dengan program yang telah ditetapkan.

d. Berciri kekeluargaan yang diimplementasikan pada pengembangan wawasan kebangsaan dan kebersamaan untuk menumbuhkan sikap kekeluargaan da’i serta berpartisipasi dalam pemersatu umat, masyarakat, bangsa, dan negara


(54)

41 3. Visi

Menjadi Lembaga Profesi Da’i yang mampu mengoptimalkan potensi para da’i dalam menegakkan nilai-nilai Islam sebagai rahmatan lil 'alamin.

4. Misi

a. Membangun pemahaman Islam berdasarkan al-Quran dan Sunnah sesuai manhaj ulama salafush shaleh bagi segenap umat manusia. b. Membangun sikap hidup berislam yang rahmatan lil'alamin. c. Menyebarkan, mengamalkan dan membela nilai-nilai Islam. d. Meningkatkan ukhuwah Islamiyah antara ummat.

e. Meningkatkan kemampuan dan peran da’i dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

5. Struktur Kepengurusan Pusat 2008-20132

Ketua Umum Prof. Dr. KH. Achmad Satori Ismail

Sekretaris Jenderal Dr. H. M. Idris Abdul Shomad, MA

Bendahara Umum H. M. Aniq Syahuri, Lc

Ketua Departemen Dakwah H. A. Kusyairi Suhail, MA

Ketua Departemen Pendidikan Dr. H. Abdul Jabbar Majid, MA Ketua Departemen Riset dan Kajian H. Samson Rahman, MA

Ketua Departemen Humas dan Keorganisasian H. Suryanapadma Abdurrahman Departemen-Departemen:

Ketua Dept. Dakwah Zulhamdi,Lc

Ketua Dept. Pendidikan Ahlul Irfan, MM

2Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Da’i Indonesia (


(55)

42

Ketua Dept. Riset dan Kajian Dr. Tajuddin Pogo, Lc. MH

Ketua Dept. Org dan Humas Dr. Baharudin

6. IKADI JEMBER

Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) Jember, merupakan salah satu dari 38 Pengurus Daerah (PD) IKADI di Jawa Timur. Ia tumbuh dan berkembang dari tahun ke tahun dengan membawa nuansa Islam yang ramah dan hangat. Wajah baru inilah yang menjadikan IKADI Jember memiliki banyak jama’ah yang loyal terhadap dakwah. Kiprah IKADI Jember dalam upaya meningkatkan partisipasi jama’ah dakwah telah menghasilkan kemanfaatan bagi masyarakat luas di berbagai daerah.

1. Sejarah Berdirinya IKADI Jember

Berangkat dari kesadaran para da’i muda Jember, akan perkembangan zaman yang semakin pesat dan menggerus nilai-nilai moral sebagai umat beragama, maka mereka (Syuhada, Marga Mandala, Abu Hasan, Syukri, dll) berkumpul membentuk suatu komunitas yang konsen pada pengembangan dakwah di bawah naungan yayasan Ad-Dzikro, tepatnya pada tahun 2006.

Yayasan Ad-Dzikro memulai kegiatan dakwah dengan membina, menyiapkan

serta mendistribuskan da’I-da’I muda Jember untuk berbagai keperluan siraman

rohani di masyarakat.

Pada tahun 2007, penggagas Ad-Dzikro menyadari kekuatan dakwah haruslah terorganisir, sebagaimana yang disampaikan oleh sayyidina Ali, kebaikan yang tidak terorganisir akan kalah oleh kebathilan yang terorganisir. Allah Swt juga berfirman:


(56)

43

Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar217; mereka adalah orang-orang yang beruntung.(Ali-Imron: 104)

Artinya: Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.(Ash-Shaaf:4)

Di sisi lain, pengurus Ad-Dzikro mendapatkan ajakan dari IKADI pusat untuk mengembangkan dakwah di Jember di bawah naungan IKADI. Karena visi misi IKADI sama dan sejalan, berlandaskan bukti qauliyah yang sudah Allah sampaikan pada firman-firmannya, serta keinginan untuk mendapatkan jaringan yang lebih luas dan lebih diterima oleh masyarakat, maka pada bulan Januari 2007, Ad-Dzikro meleburkan diri terbentuklah Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) Jember. Layaknya sebuah organisasi, maka tentulah dibutuhkan adanya struktur kepengurusan agar organisasi berjalan dengan manajemen dan system yang teratur dan berkelanjutan. Berdasarkan hasil mufakat, penggagas Ad-Dzikro yang telah melebur menjadi IKADI Jember, maka terbentulah kepengurusan IKADI Jember periode 2007-2013, sebagai beriku


(57)

44

Sekretaris : dr. Indarto

Bendahara : Bapak Zayin

Bid. Dakwah : Ustadz Syukri Nur Salim, S.Pd.

Media : Ustadz Fahd

Humas&Kesekretariatan : Agus Rahmawan, S.E. Sarana dan prasanana : Ustadz Saidin

Pembentukan struktur pengurus pun dilanjutkan dengan pembahasan mengenai metode dakwah apa yang akan ditampilkan oleh IKADI Jember kepada masyarakat. Dalam pembahasan tersebut diputuskanlah metode pengajian akbar, karena disinyalir metode inilah yang dirasa paling efektif untuk mengenalkan IKADI secara masif pada saat itu. Baru kemudian dibahas mengenai strategi pemilihan tempat, waktu, dan siapa saja yang sekiranya dapat diajak bekerja sama. Alhamdulillah, atas bantuan dari salah satu kolega pengurus IKADI yang bekerja di Bank Syariah Mandiri, IKADI bisa meminjam halaman kantor BSM yang luas sebagai tempat pengajian akbar pertama IKADI Jember di bulan Februari 2007. Untuk menggaet massa, strategi IKADI yang pertama adalah menyebarkan undangan yang kemasannya hampir sama mewahnya dengan undangan pernikahan. IKADI mengundang semua kerabat dan kolega yang IKADI kenal untuk hadir dalam pengajian akbar tersebut. Dan Alhamdulillah pengajian berjalan lancar. Sampai pada bulan Mei 2007, di mana setiap program yang telah berjalan dievaluasi. Pada evaluasi tersebut, ditemukan beberapa kekurangan pada lokasi pengajian akbar yang mengurangi kenyamanan bagi para


(1)

b. Kurang banyak c. Terlalu banyak 7. Daya Tarik Lokasi

Lokasi pengajian majlis dhuha menurut anda: a. memiliki daya tarik yang tinggi

b. cukup memiliki daya tarik c. kurang memiliki daya tarik 8. akses lokasi

menurut anda, lokasi pengajian majlis dhuha a. sangat strategis

b. cukup strategis c. kurang strategis 9. Daya Tampung Lokasi

menurut anda, lokasi pengajian majlis dhuha a. sangat memadai

b. cukup memadai c. kurang memadai 10.sarana dan prasana

menurut anda, fasilitas, sarana dan prasarana yang ada di majlis dhuha ini: a. sangat memuaskan

b. cukup memuaskan c. kurang memuaskan

- TINGKAT PARTISIPASI JAMA’AH 11.Keaktifan mengakses informasi.*

saya selalu meng-update informasi tentang pengajian majlis dhuha melalui: a. Facebook grup majlis dhuha

b. Kalender/brosur majlis dhuha c. Berta ya pada ja a’ah lai d. Pengajian IKADI lainnya e. lainnya

12.Intensitas kehadiran

Intensitas Saya mengikuti pengajian majlis dhuha: a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

13.Partisipasi pada kegiatan lain*

Kegiatan IKADI yang saya ikuti selain majlis dhuha: a. Pengajian IKADI di PTPN pada minggu ke-3 b. Kajian tafsir setiap kamis

c. Tahsi Qur’a

d. Po dok Tahfidzul Qur’a e. Layanan konsultasi Syariah


(2)

f. Lai ya….

14.Partisipasi dalam berinfaq materi* Saya berinfaq pada kegiatan:

a. Pengajian IKADI PTPN b. Pengajian majlis dhuha

c. Program Orang Tua Asuh Ibnu Katsir d. Lainnya..

15.Partisipasi dalam mengajak orang lain

“aya selalu e gajak….. u tuk hadir di pe gajia Majlis Dhuha. a. Keluarga/saudara

b. Teman/kolega c. lainnya

16.Tentang Ikadi Jember - Kesan :

- Pesan :

- Saran :


(3)

(4)

(5)

Dokumentasi Kegiatan Jama’ah IKADI Jember

Jama’ah IKADI Jember khidmat mengikuti Pengajian Akbar


(6)

Majlis Dhuha IKADI Jember