keuangan negara kepada pemerintah daerah dengan memperhatikan stabilitas dan keseimbangan fiskal.
Dana perimbangan ini bertujuan untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan antar pemerintah
daerah itu sendiri dengan pemerataan kemampuan keuangan. Dengan demikian, terjadi transfer yang cukup signifikan didalam APBN dari
pemerintah pusat ke pemerintah daerah untuk digunakan daerah dalam hal yang berkaitan penambahan aset untuk peningkatan pelayanan
produktivitas masyarakat. Dalam beberapa tahun berjalan, proporsi DAU terhadap
penerimaan daerah masih yang tertinggi dibanding dengan penerimaan daerah yang lain, termasuk PAD Harianto dan Adi, 2007, yang
disebabkan karena adanya transfer DAU dari pemerintah pusat maka pemerintah daerah bisa mengalokasikan pendapatannya untuk membiayai
belanja modal. Setiap transfer DAU yang diterima daerah akan ditunjukkan untuk belanja pemerintah daerah, maka tidak jarang apabila
pemerintah daerah menetapkan rencana belanja cenderung optimis supaya transfer DAU yang diterima daerah lebih maksimal digunakan
dengan adanya pembangunan infrastruktur memadai.
Pemerintah daerah dalam menyikapi dana perimbangan untuk belanja modal seharusnya bisa lebih kecil dibanding PAD jika mampu
mengoptimalkan potensi daerah yang dimilikinya untuk menghasilkan
pendapatan daerah yang besar. Memang disadari atau tidak, menurut Moisio dalam Abdullah dan Halim 2006 menyatakan bahwa orang akan
lebih berhemat dalam membelanjakan pendapatan yang merupakan hasil effort-nya sendiri dibanding pendapatan yang diberikan pihak lain seperti
grant atau transfer. Penelitian yang dilakukan Indarti dan Sugiartiana 2012,
Kusnandar dan Siswantoro 2012 serta Haryuli 2014, menghasilkan DAU tidak berpengaruh signifikan terhadap pengalokasian anggaran
belanja modal. Berbeda dari penelitian Abdullah dan Halim dalam Harianto dan Adi 2007, menemukan bukti empiris bahwa dalam jangka
panjang transfer DAU berpengaruh terhadap belanja modal dan pengurangan jumlah transfer dapat menyebabkan penurunan dalam
pengeluaran belanja modal. Sama halnya dengan penelitian lain yang dilakukan oleh Maimunah 2006, Christy dan Adi 2009, Darmayasa dan
Suandi 2014 menunjukkan bahwa DAU sangat berpengaruh terhadap belanja modal. Secara spesifik mereka menegaskan bahwa variabel-
variabel kebijakan pemerintah daerah akan disesuaikan dengan transfer yang diterima, sehingga memungkinkan terjadinya respon yang
asymmetric. Penelitian yang terbaru dilakukan oleh Wandira 2013,
menemukan bahwa kemandirian daerah tidak menjadi lebih baik, bahkan yang terjadi malah sebaliknya, yaitu ketergantungan pemerintah daerah
terhadap transfer pemerintah pusat dalam hal ini DAU menjadi semakin tinggi. Hal ini mengindikasikan terdapat keterkaitan sangat erat antara
transfer dari pemerintah pusat dengan alokasi belanja modal pemerintah daerah, dimana perilaku belanja daerah khususnya belanja modal akan
sangat dipengaruhi oleh sumber penerimaan ini dalam hal ini DAU. Berdasarkan teoritis dan paparan-paparan penelitian terdahulu,
maka hipotesis penelitian dapat dinyatakan sebagai berikut : H
2
: Dana Alokasi Umum DAU berpengaruh positif terhadap pengalokasian anggaran belanja modal.
3. Pengaruh DAK terhadap pengalokasian anggaran belanja modal
Abdullah dan Halim 2006, menyatakan bahwa pendapatan dari pemerintah pusat berupa dana perimbangan yang salah satunya berupa
DAK di pemerintah daerah di Indonesia merupakan sumber pendapatan utama dalam APBD. Pendanaan ini untuk menyelenggarakan kewenangan
pemerintahan yang menjadi tanggung jawab pemerintah pusat yang ada di daerah UU No.33 tahun 2004. DAK sebenarnya merupakan dana yang
bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada pemerintah daerah untuk membiayai kegiatan khusus yang merupakan usulan urusan daerah dan
atas dasar prioritas nasional. Hal ini juga sebagai konsekuensi dari pelaksanaan kebijakan desentralisasi dengan tetap memperhatikan
ketetapan dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sama halnya dengan DAU, yang masih merupakan bagian dari dana perimbangan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah, DAK juga sangat penting peranannya bagi belanja daerah khususnya dalam peranannya untuk pembangunan bidang sarana
dan prasarana dengan tujuan pelayanan publik. Hal ini berarti
menunjukkan bahwa masih tingginya ketergantungan daerah pada transfer yang diberikan pemerintah pusat dalam pengelolaan keuangan.
Senada dengan penelitian yang dihasilkan oleh Holtz-Eakin et. al. dalam Abdullah
dan Halim 2006, menyatakan terdapat keterkaitan sangat erat antara transfer dari pemerintah pusat dengan belanja modal.
Setiap daerah jumlah DAK yang diberikan tidak selalu sama karena akan tergantung pada usulan pada bobot daerah masing-masing.
Semakin besarnya DAK yang diberikan maka daerah akan semaksimal mungkin untuk menggunakannya dalam membiayai kegiatan khusus yang
merupakan urusan daerah tersebut untuk pelayanan publik. Sebaliknya, apabila kecil bobot daerah yang terimanya maka kecil kemungkinan
daerah membiayai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dengan biaya yang besar.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Darmayasa dan Suandi 2014, menunjukkan bahwa DAK tidak berpengaruh signifikan terhadap
pengalokasian anggaran belanja modal. Berbeda dengan hasil penelitian Sasana 2011 membuktikan dana perimbangan dalam hal ini DAK
berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja daerah. Riset lain yang
berbeda juga dilakukan oleh Muis 2012, yang menunjukkan bahwa Dana Alokasi Khusus DAK berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
melalui belanja modal. Penelitian yang baru-baru ini dilakukan oleh Setyowati dan Suparwati 2012, Gani dan Kristanto 2013, Nuarisa
2013 menyatakan DAK berpengaruh positif dan signifikan terhadap alokasi belanja modal dalam APBD. Hal ini mengindikasikan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara pemberian dana transfer dari pemerintah pusat dalam hal ini DAK dengan pengalokasian anggaran
belanja modal yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam laporan realisasi APBD.
Berdasarkan teoritis dan paparan-paparan penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian dapat dinyatakan sebagai berikut :
H
3
: Dana Alokasi Khusus DAK berpengaruh positif terhadap pengalokasian anggaran belanja modal.
D. Model Penelitian
H
1
+
H
2
+
H
3
+
Gambar: 2.1 Model Penelitian
Dana Alokasi Umum
X2 Pendapatan
Asli Daerah
X1
Pengalokasian Anggaran Belanja Modal
Y
Dana Alokasi Khusus
X3
Adi 2006
Darwanto Yustikasari 2007
Siswantoro Kusnandar 2012
Haryuli 2014
Sari Indrajaya 2014
Maimunah 2006 Harianto Adi 2007
Christy Adi 2009 Wandira 2013
Darmayasa Suandi 2014
Sasana 2011
Muis 2012
Setyowati Suparwati 2012
Gani Kristanto 2013
Nuarisa 2013
49
BAB III METODE PENELITIAN
A. ObjekSubjek Penelitian
Objek penelitian data ini adalah Pemerintah Daerah pada 35 KabupatenKota di Provinsi Jawa Tengah. Subjek penelitiannya, yaitu data
PAD, DAU, DAK, dan PABM yang diambil dari data yang terdapat pada Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah LRAPBD
kabupatenkota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2010-2013 yang telah dipublikasikan.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi sekelompok orang, tempat kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh Pemerintah Daerah KabupatenKota di Provinsi Jawa Tengah.
Sampel sample yaitu bagian yang terdiri dari sejumlah yang dipilih oleh populasi. Sampel dalam penelitian ini mengambil data pada tahun 2010-
2013, dengan jumlah sampel sebanyak 35 daerah kabupatenkota di Provinsi Jawa Tengah, maka jumlah data penelitian keseluruhan adalah 140 data.
Alasan peneliti memilih Provinsi Jawa Tengah dikarenakan untuk mempermudah ruang lingkup dan mempercepat waktu penelitian.
C. Teknik Pengambilan Sampling
Teknik pengambilan samplingnya menggunakan metode sensus. Metode sensus merupakan metode dengan mengambil sampel secara
keseluruhan dari populasi Ghozali, 2011, yaitu seluruh kabupaten dan kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah memiliki pendapatan daerah aktif dan
dapat membiayai daerahnya sendiri yang dapat dilihat dari Laporan Realisasi APBD. Data sampel yang digunakan adalah pemerintah daerah Kabupaten
dan Kota di wilayah Provinsi Jawa Tengah terdapat 35 KabupatenKota.
D. Jenis Data
Jenis data penelitian terdiri dari data primer dan sumber data sekunder Sugiyono, 2012. Data primer adalah sumber data yang diperoleh secara
langsung dari sumber asli data kualitatif. Sedangankan, data sekunder adalah sumber data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media
perantara data kuantitatif. Biasanya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam data dokumenter yang telah dipublikasikan
dan tidak dipublikasikan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,
berupa data yang sudah tersedia dan dikumpulkan oleh pihak lain. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa angka-angka yang
terdapat pada laporan realisasi APBD Tahun 2010-2013 yang diterbitkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan Perwakilan Jawa Tengah dan situs resmi Dirjen
Perimbangan Keuangan www.djpk.kemenkeu.go.id
E. Teknik Pengumpulan Data
Adapun metode yang digunakan untuk pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini adalah :
1. Metode Dokumentasi merupakan metode dengan pengumpulan data dokumentari yang berhubungan dengan pokok bahasan variabel
penelitian. Data dokumentari yang digunakan terdapat laporan realisasi APBD di Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, Badan Pemeriksa
Keuangan Perwakilan Jawa Tengah dan situs resmi Dirjen Perimbangan Keuangan www.djpk.kemenkeu.go.id
2. Metode Studi Pustaka merupakan metode yang dengan cara mengumpulkan data dengan mengambil bacaan dari buku-buku atau
acuan dari jurnal-jurnal serta bahan pustaka yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian melalui media internet. Metode
ini umum digunakan untuk mendapatkan landasan teori yang kuat dari sumber-sumber pustaka serta situs penyedia data keuangan daerah yang
diperlukan dari internet secara akurat seperti situs resmi Dirjen Perimbangan Keuangan.
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang diteliti terdiri dari tiga variabel independen, yaitu pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus.
Variabel dependennya adalah pengalokasian anggaran belanja modal. Variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian dijelaskan sebagai berikut: