Gambaran Klinik Kanker Serviks

-karsinoma adenosquamosa -Adenoid kistik karsinoma i. Karsinoma sel kecil j. Undifferentiated carcinoma k. Metastasis tumor payudara, ovarium, usus besar, dan penyebaran langsung ke karsinoma endometrium

2.3.6. Gambaran Klinik Kanker Serviks

Kanker invasif sering menimbulkan pendarahan setelah aktivitas seksual, intermenstruasi, ataupun postmenopause. Pada pasien yang belum aktif secara seksual, pendarahan dari kanker serviks jarang terjadi kecuali perjalanan penyakit memasuki tahap lanjut. Gejala keputihan, nyeri pada bagian pelvis, edema pada kaki, dan gangguan berkemih. Pada negara berkembang, tidak jarang dijumpai pengeluaran urin maupun feses dari vagina, karena pembentukan fistula Hacker et al, 2010. 2.3.7. Diagnosis Kanker Serviks Simptoms. Sebagian besar wanita yang terdiagnosis kanker serviks bersifat asimptomatis. Pada wanita yang memiliki symptoms, stadium awal kanker serviks dapat memberikan gejala seperti keputihan bercampur darah, edema pada kaki, nyeri pinggang, tumor yang bertumbuh juga dapat menekan ke organ sekitar sehingga menimbulkan gejala lainnya. Pemeriksaan fisik. Kebanyakan wanita dengan kanker serviks memiliki pemeriksaan fisik yang normal. Tetapi, seiring perjalanan penyakit, pembesaran kelenjar supraklavikular atau inguinal lymphadenopathy, edema tungkai, ascites, ataupun penurunan suara nafas dengan auskultasi paru dapat menunjukkan adanya metastasis. Pada wanita yang diduga terkena kanker serviks, pemeriksaan genitalia eksterna dan vagina harus dilakukan. HPV merupakan faktor risiko umum pada kanker serviks, vagina, dan vulva. Dengan pemeriksaan spekulum, penampakan serviks dapat normal apabila kanker masih mikroinvasif. Sekret yang bersifat cair, purulen, atau bercampur darah, juga dapat dijumpai. Untuk alasan ini, Universitas Sumatera Utara kanker serviks dapat memiliki gambaran klinis yang serupa dengan penyakit lain, seperti leiomioma serviks, polip serviks, vaginitis, servisitis, plasenta previa, kehamilan servikal, kondiloma akuminata, herpetic ulcer, dan chancre. Pada pemeriksaan bimaual, dapat diraba pembesaran uterus akibat dari invasi dan pertumbuhan tumor. Pada kanker serviks tahap lanjut, perlu dilakukan pemeriksaan rektovaginal. Palpasi pada septum rektovaginal memberi gambaran septum yang tebal, keras, dan irregular. Invasi paling sering terjadi pada bagian proksimal posterior dari dinding vagina. Papanicolaou Smear. Evaluasi secara histologi pada biopsi serviks dulunya merupakan alat diagnosis utama untuk kanker serviks. Meskipun Pap smears digunakan untuk skrining, tes ini tidak selalu dapat mendeteksi kanker serviks. Pada wanita dengan stadium I kanker serviks, hanya 30-50 dari cytologic smears yang didapati sebagai positif kanker. Oleh karena itu, pemeriksaan Pap smear tunggal untuk evaluasi lesi mencurigakan tidak disarankan. Lesi-lesi tersebut harus langsung dibiopsi dengan Tischler forceps biopsy atau kuret Kevorkian. Kolposkopi dan Biopsi Serviks. Jika ditemukan pemeriksaan Pap smear yang tidak normal, kolposkopi dapat dilakukan. Selama evaluasi ini, seluruh zona transformasi idealnya diidentifikasi, dan biopsi serviks dan endoserviks yang memadai diperoleh. Biopsi serviks atau spesimen konisasi adalah yang metode paling akurat untuk penilaian invasi kanker serviks. Kedua jenis sampel biasanya berisi stroma yang mendasari dan memungkinkan diferensiasi antara invasif dan karsinoma in situ. Spesimen konisasi menyediakan jaringan sampel yang lebih besar dan sangat membantu untuk mendiagnosis karsinoma in situ dan kanker serviks mikroinvasif Williams, 2008. Pengujian tambahan dengan pemeriksaan sitologi dan pengujian HPV pada hasil skrining yang abnormal sangat disarankan oleh American College of Obstetricians and Gynaecologists pada wanita dengan rentang usia 30-64 tahun Massad et al, 2012. Universitas Sumatera Utara

2.3.8. Terapi Kanker Serviks