Patogenesis Kanker Serviks Kanker Serviks 1. Definisi Kanker Serviks

7. Paritas Jumlah kelahiran Wanita yang memiliki 3 atau lebih kali persalinan akan meningkatkan risiko pertumbuhan kanker serviks. Perubahan hormonal selama kehamilan menyebabkan wanita lebih rentan terhadap infeksi HPV atau pun pertumbuhan kanker. Di samping itu, sistem imun selama kehamilan lebih lemah dan memungkinkan untuk terjadinya infeksi HPV dan pertumbuhan kanker. 8. Usia pertama kali hamil Wanita yang hamil pertama kali di bawah umur 17 tahun hampir 2 kali lebih besar kemungkinan menderita kanker serviks daripada wanita yang hamil pertama kali pada umur 25 atau lebih. 9. Sosial ekonomi Banyak wanita dengan penghasilan rendah tidak memiliki akses pelayanan kesehatan yang baik, termasuk skrining pap smear. 10. Diethylstilbestrol DES DES merupakan obat hormonal yang digunakan untuk mencegah keguguran pada tahun 1940-1971. Wanita yang ibunya mengkonsumsi DES juga berisiko terkena SCC Squamous Cell Carcinoma dan pre-kanker serviks. 11. Riwayat keluarga Jika ibu atau saudara perempuan wanita menderita kanker serviks, peluang wanita tersebut untuk terkena kanker serviks 2-3 kali lebih besar daripada wanita yang riwayat keluarganya tidak menderita kanker serviks.

2.3.4. Patogenesis Kanker Serviks

HPV ditemukan pada 85 hingga 90 lesi prakanker dan neoplasma invasif, dan secara lebih spesifik, HPV tipe risiko tinggi tertentu, termasuk 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 52, 56, 58, dan 59. Sebaliknya, kondiloma, yang merupakan lesi jinak, berkaitan dengan infeksi oleh tipe risiko-rendah yaitu 6, 11, 42, dan 44. Pada lesi-lesi ini, DNA virus tidak terintegrasi ke genom pejamu, dan tetap berada dalam bentuk episomal bebas. Sebaliknya, HPV tipe 16 dan 18 memiliki gen yang, setelah terintegrasi ke genom pejamu, mengkode protein yang Universitas Sumatera Utara menghambat atau menginaktifkan gen penekan tumor TP53 dan RB1 di sel epitel sasaran serta mengaktifkan den terkait siklus sel, seperti siklin E sehingga terjadi proloferasi sel yang tidak terkendali. Prakanker serviks menyebabkan kelainan sitologik yang sering mencerminkan keparahan CIN. Saat ini, evaluasi Pap smear merupakan hal pokok dlam permeriksaan penapisan kanker serviks. Yang menarik, sebagian besar lebih dari 70 CIN dari semua derajat dilaporkan berkaitan dengan HPV “risiko-tinggi”. Namun, hanya sebagian kecil yang berisiko berkembang menjadi kanker invasif. Hampir separuh dari kelainan Pap smear yang “nondiagnostik” missal, sel gepeng atipikal yang maknanya tidak diketahui juga mungkin berkaitan dengan HPV risiko-tinggi, tetapi kurang dari dari 25 dari perubahan ini diikuti oleh CIN II atau CIN III dibuktikan dengan biopsi. Sepuluh hingga 15 persen perempuan dengan asupan yang secara sitologis normal mengandung HPV risiko-tinggi. Dari jumlah ini, sekitar 10 akhirnya mengalami CIN derajat berat. Meskipun pemeriksaan HPV dapat mengidentifikasi kelompok perempuan yang berisiko mengidap kanker serviks, sebagian besar perempuan yang aktif secara seksual akan terjangkit infeksi HPV di serviksnya pada suatu saat selama kehidupan mereka. Hal ini membatasi kegunaan pemeriksaan HPV sebagai alat penapisan untuk kanker serviks. Oleh karena itu, sitlogi serviks dan pemeriksaan serviks kolposkopi tetap merupakan alat utama untuk mencegah kanker serviks. Bagaimanapun, perempuan dengan uji HPV negative pada pemeriksaan dengan probe molecular untuk DNA HPV sangat kecil kemungkinannya mengidap CIN. Informasi ini mungkin bermanfaat bagi berbagai strategi yang dirancang untuk memilah secara lebih efisien perempuan yang Pap smear-nya abnormal Kumar et al, 2004.

2.3.5. Stadium dan Klasifikasi Kanker Serviks