sebenarnya telah disambut baik oleh Presiden Barack Obama, yang mengatakan “prinsip-prinsip keamanan Eropa ialah keamanan Amerika dan sebaliknya”,
namun komitment ini tentu saja bergantung dari keputusan Perancis.
158
B. Analisis Pengunduran Diri dari Keanggotaan Beberapa Organisasi Internasional
Tujuan utama Perancis masuk kembali ke dalam srtuktur integrai militer NATO ialah
untuk mengimbangi dominasi Amerika Serikat di NATO dan Eropa. Sistem pembagian tugas dan distribusi tanggung jawab keanggotaan NATO menjadi
agenda utama bagi keanggotaan NATO, khususnya Perancis dan Amerika Serikat dalam hal kepemimpinan mereka di NATO.
Pada tahun 2011, Presiden Sarkozy memimpin panggilan untuk intervensi militer di Libya. Dalam kasus ini, Perancis mengambil peran utama dalam upaya
stabilisasi keamanan internasional di Libya, sekaligus menjadi titik tolak bagi posisi Perancis sebagai pemain penting di NATO.
Kepemimpinan Perancis dalam misi perdamaian di Libya sekaligus menandai era baru keanggotaan Perancis dalam meyelesaikan misi NATO di luar
wilayah Atlantik Utara. Sebelumnya, Perancis berada di luar struktur integrasi militer NATO hingga tahun 2009. Kondisi ini tentu saja memiliki efek signifikan
bagi peningkatan struktur dan kualitas militer Perancis, dengan demikian telah mendorong peningkatan postur pertahanan Perancis dan Eropa secara
menyeluruh. Langkah selanjutnya yang harus ditempuh adalah mencari strategi baru untuk mencapai kepentingan Perancis di NATO.
158
“Background Note: France”, op. cit., diakses pada 30 Mei 2016 pukul 09.44 WIB.
Universitas Sumatera Utara
Dari rumusan Pasal 56 VCLT, pandangan para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pengunduran diri dari konstitusi organisasi internasional
apabila tidak memiliki ketentuan mengenai pengunduran diri maka ketentuan mengenai pengunduran diri seseorang tidak dapat dilakukan.
Organisasi Internasional memang tidak dilengkapi dengan sanksi hukum yang imperatif. Memang benar negara memiliki kedaulatansehingga dapat
bertindak berdasarkan kehendaknya. Akan tetapi, seperti yang telah diketahui kedaulatan tersebut memiliki batasan-batasan, terutama harus sesuai dengan
hukum internasional dan apabila telah melakukan perjanjian maka negara tersebut terikat dengan perjanjian tersebut. Dalam hal ini, hukum internasional yang
membatasi hal tersebut adalah Pasal 56 VCLT. Demikian halnya dengan perjanjian yang membentuk konstitusi suatu
organisasi internasional. Negara tersebut terikat dengan komitmennya terhadap organisasi internasional yang bersangkutan. Apabila kedaulatan ini tidak dibatasi,
maka seperti pendapat dari Hans Kelsen, negara hanya terikat dalam suatu perjanjian selama negara yang bersangkutan menghendaki. Dengan demikian,
fungsi dari perjanjian internasional tersebut tidak dapat dijalankan. Apabila sebuah negara anggota memaksa mengundurkan diri dari suatu
konstitusi organisasi internasional yang tidak memiliki ketentuan pengunduran diri, maka pengunduran diri yang dilakukan negara tersebut pada dasarnya adalah
tidak sah sehingga negara tersebut masih terikat dengan kewajiban-kewajibannya di dalam organisasi yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Kedudukan suatu negara dalam Organisasi Internasional tentu memiliki hak
dan kewajiban organisasi yang dimana benar-benar hak dan kewajiban organisasi internasional dan bukan hak dan kewajiban negara-negara yang
menjadi anggota Organisasi Internasional tersebut secara individu. Oleh karena itu, apa yang disebut sebagai aktor Organisasi Internasional dewasa ini
semakin meluas. Anggapan tradisionalis yakni negara sebagai satu-satunya subjek hukum internasional dianggap tidak relevan lagi, karena berbagai
perubahan dalam hubungan internasional menyebabkan semakin beragamnya kerjasama dan interaksi negara-negara. Setelah Perang Dunia II, munculah
ratusan bahkan ribuan Organisasi Internasional.Dengan legal personalitynya, organisasi internasional berkekuatan hukum bagi negara atau individu
anggotanya kemudian memberinya tanggung jawab hukum legal responsibility. Berkaitan dengan seberapa jauh hak dan kewajiban sebuah
organisasi internasional, maka munculah istilah subjek hukum internasional penuh
dan terbatas.Baik jenis organisasi yang Inter-
Universitas Sumatera Utara
GovernmentalOrganization IGO atau
Non-Governmental Organization NGO, biasanya lahir dari sebuah konvensi atau perjanjian
internasional. Secara otomatis diperlukan sebuah badan otonom yang memiliki kewenangan untuk mengadili perkara hukum yang dihasilkan dari
interaksi negara-negara melalui organisasi internasional. 2.
Pengunduran diri dari keanggotaan suatu organisasi internasional diatur oleh instrumen pokok organisasi internasional yang bersangkutan. Instrumen
pokok suatu organisasi internasional merupakan suatu perjanjian internasional yang dibuat untuk membentuk suatu organisasi internasional.
Oleh karena itu, instrumen pokok merupakan suatu bentuk kesepakatan para pihak dan para pihak tersebut terikat oleh instrumen pokok tersebut.Sebagai
akibat dari kenyataan bahwa instrumen pokok merupakan perjanjian internasional, maka instrumen pokok tersebut tunduk pada ketentuan hukum
perjanjian internasional, yakni yang terdapat di dalam Vienna Convention on the Law of Treaties 1969 VCLT yang tepatnya ada pada Pasal 54 dan 56.
Sementara itu, terdapat beberapa praktik pengunduran diri yang dilakukan negara anggota dari organisasi internasional yang tidak memiliki ketentuan
mengenai pengunduran diri. Dengan demikian, pada dasarnya pengunduran diri dari organisasi internasional yang tidak memiliki ketentuan mengenai
pengunduran diri tidak diperbolehkan. Namun, dalam hal ini penting untuk diperhatikan sanksi dari organisasi internasional yang bersangkutan apabila
suatu negara bersikeras untuk mengundurkan diri. 3.
Organisasi Internasional secara umum tidak memiliki pengaturan mengenai pengunduran diri negara anggota. Organisasi Internasionaljuga tidak
Universitas Sumatera Utara
menyebutkan apakah pengunduran diri dilarang ataupun diperbolehkan, dan tidak menyebutkan prosedurnya apabila diperbolehkan. Di dalam bagian
yang berjudul “Membership” hanya diberikan nama-nama dari anggota organisasi internasional, syarat-syarat pengajuan keanggotaan, serta hak dan
kewajiban dari anggotaorganisasi internasional. Apabila dilihat dalam proses pembuatannya, sama sekali tidak terdapat pembahasan mengenai
permasalahan pengunduran diri ini. Permasalahan pengunduran diri ini baru disinggung pada akhir dari pembuatan organisasi internasional, yaitu ketika
para pemimpin negara-negara anggota mengadakan pertemuan. Di dalam pertemuan tersebut, beberapa negara anggota ingin memasukkan ketentuan
mengenai sanksi sebagai bentuk hukuman terhadap pelanggaran yang dilakukan negara anggota di dalam Charter tersebut.
B. SARAN
1. Dengan semakin berkembangnya zaman yang diiringi dengan banyaknya
Organisasi Internasional yang muncul atau terbentuk, maka diharapkan perlu adanya suatu badan otonom yang memiliki kewenangan untuk mengadili
perkara hukum yang dihasilkan dari interaksi negara-negara melalui organisasi internasional sebagai payung hukum bagi setiap anggota negara
yang terlibat di dalam organisasi internasional tersebut. 2.
Diharapkan perlu adanya suatu ketentuan yang detail dan spesifik mengenai kemungkinan pengunduran diri oleh suatu anggota negara dari suatu
organisasi internasional atau berdasarkan sifat dari perjanjian yang tercantum dalam ketentuan pokok organisasi tersebut. Demikian pula terhadap ketentuan
mengenai sanksi yang masih kabur bagi negara yang tetap ingin
Universitas Sumatera Utara
mengundurkan diri apabila di dalam organisasi internasional tersebut tidak dicantumkan ketentuan mengenai pengunduran diri, di mana kemungkinan
akan hal ini untuk terjadi tetaplah ada, lebih baik perlu ditambahkan untuk mencegah terjadinya pengunduran diri dari keanggotaan organisasi semaunya
sekaligus sebagai upaya untuk memperjelas mekanisme dari organisasi internasional tersebut.
3. Dengan ketidakjelasan dari ketentuan mengenai pengunduran diri negara dari
keanggotaan organisasi internasional, akan lebih baik dibuat ataupun ditambahkan dalam ketentuan atau instrumen pokok dari organisasi
internasional mengenai withdrawal supaya mencegah terjadinya inefektivitas dari kegiatan organisasi tersebut akibat dari negara yang memang ingin
mengundurkan diri itu. Ketentuan yang dimaksud dapat diatur secara terbatas, misalnya pengunduran diri dapat dilakukan jika terjadi suatu keadaan rebus
sic stantibus, yang maksudnya ialah prinsip yang dapat digunakan untuk memutuskan perjanjian secara sepihak jika terdapat perubahan yang
fundamental dalam keadaan yang berkaitan dengan perjanjian internasional yang telah lebih dulu disepakati.
Universitas Sumatera Utara
BAB II KEDUDUKAN KEANGGOTAAN DALAM ORGANISASI
INTERNASIONAL
A. Organisasi Internasional sebagai Subjek Hukum Internasional