Fisiologi Nyeri Nyeri Kanker Intensitas Nyeri .1 Pengukuran Intensitas Nyeri

2.1.2. Fisiologi Nyeri

Reseptor nyeri merupakan suatu organ tubuh yang berfungsi dalam penerimaan rangsangan nyeri. Reseptor nyeri merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak meliliki myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada visare, persendihan, dinding arteri, hati, dan kandung empedu. Reseptor nyeri dapat dapat memberikan respons akibat adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulus tersebut dapat berupa zat kimia seperti histamin, bradikinin, prostaglandin, dan macam- macam asam yang dilepas apabila terdapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi. Stimulus yang lain dapat berupa termal, listrik, atau mekanis. Selanjutnya, stimulus yang diterima oleh reseptor tersebut ditransmisikan berupa impuls-implus nyeri ke sumsum tulang belakang Alimul, 2009. 2.1.3 Teori Nyeri 2.1.3.1. Teori Pemisahan Specivicity Thory Teori Spesivitas ini diperkenalkan oleh Descartes, teori ini menjelaskan bahwa nyeri berjalan dari resepror-reseptor nyeri yang spesifik melalui jalur neuroanatomik tertentu kepusat nyeri diotak Andarmoyo, 2013. Menurut teori ini, rangsangan sakit masuk ke medulla spinalis spinal cord melalui kornu dorsalis yang bersinaps di daerah posaterior, kemudian naik ke tractus lissur dan menyilang di garis median ke sisi lainnya, dan berakhir di korteks sensoris tampat Universitas Sumatera Utara rangsangan nyeri tersebut diteruskan Alimul, 2009. Teori spesivitas ini tidak menunjukkan karakteristik multidimensi dari nyeri, teori ini hanya melihat nyeri secara sederhana yakni paparan biologis tanpa melihat variasi dari efek psikologis individu Prasetyo, 2010.

2.1.3.2. Teori Pola Pattern Theory

Teori Pola diperkenalkan oleh Goldscheider pada tahun 1989, teori ini menjelaskan bahwa nyeri disebabkan oleh berbagai reseptor sensori yang dirangsang oleh pola tertentu, dimana nyeri ini merupakan akibat dari stimulasi resepror yang menghasilkan pola dari implus saraf Andarmoyo, 2013. Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsalke medulla spinalis dan merangsang aktivitas sel T. Hal ini mengakibatkan suatu respons yang merangsang kebagian yang lebih tinggi, yaitu korteks serebri, serta kontraksi menimbulkan persepsi dan otot berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri. Peraepsi di pengaruhi oleh modalitas respons dari reaksi sel T Alimul, 2009.

2.1.3.3. Teori Pengontrol Nyeri Theory Gate Control Theory

Teori gate control dari Melzack dan Wall 1965, menyatakan bahwa implus nyeri dapat diatur dan dihambat oleh mekanisme pertahanan disepanjang sistem saraf pusat, dimana implus nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan implus dihambat saat sebuah pertahanan tertutup Andarmoyo, 2013. Menurut Alimul 2009, nyeri yang terjadi tergantung kerja serat saraf besar dan kecil Universitas Sumatera Utara yang keduanya berada dalam akar ganglion dorsalis. Rangsangan pada serat saraf besar akan meningkatkan aktivitas substansia gelatinosa yang mengakibatkan tertutupnya pintu mekanisme sehingga aktivitas sel T terhambat dan menyebabkan hantaran rangsangan ikut terhambat, rangsangan serat besar dapat langsung merangsang korteks serebri.

2.1.3.4. Endogenous Opiat Theory

Teori ini dikembangkan oleh Avron Goldstein, ia mengemukakan bahwa terdapat substansi seperti opiet yang terjadi selama alami didalam tubuh substansi ini disebut endorphine Andarmoyo, 2013. Adanya stimulus pada nociceptor melaui trasmisi impuls-impuls saraf, sehingga transmisi impuls nyeri menjadi efektif oleh neorotransmiter yang spesifik Alimul, 2009. Endorphine mempengaruhi trasmisi implus yang diinterpretasikan sebagai nyeri. Endorphine kemugkinan bertindak sebagai neurotrasmiter maupun neoromodulator yang menghambat trasmisi dari pesan nyeri Andarmoyo, 2013. Universitas Sumatera Utara 2.1.4 Klasifikasi Nyeri 2.1.4.1. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Durasi 1. Nyeri Akut Nyeri akut adalah nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, yang tidak melebihi 6 enam bulan dan di tandai adanya pengingkatan tegangan otot Alimul, 2009. Nyeri akut timbul secara mendadak dan lenyap bila penyebabnya hilang. Nyeri akut di tandai oleh aktivitas sistem saraf otonom berupa takikardia, hipertensi, hiperhidrosis, midriasis, dan pucat dan terdapat perubahan pada wajah seperti menyeringai, cemas, atau menangis Aziz, F, dkk, 2006. 2. Nyeri kronik Nyeri kronik adalah nyeri konstan yang intermiten yang menetap sepanjan suatu priode waktu, Nyeri ini berlangsung lama dengan intensitas yang bervariasi dan biasanya berlangsung lebih dari 6 bulan McCaffery, 1986 dalam Potter Perry, 2005. Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung dalam waktu yang cukup lama, yaitu lebih dari 6 enam bulan Alimul, 2009. Universitas Sumatera Utara

2.1.4.2. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Asal

1. Nyeri Nosiseptif Nyeri nosiseptif adalah nyeri yang timbul akibat rangsangan pada eferen serta saraf perifer. Nyeri ini terjadi akibat pengaruh Prostaglandin E2 sehingga nosiseptor serat saraf perifer menjadi lebih peka terhadap bahan mediator penyebab nyeri. 2. Nyeri Neurogenik Nyeri neurogenik adalah nyeri yang terjadi akibat kerusakan saraf perifer. Kerusakan ini bisa terjadi akibat terpotongnya serat saraf misalnya: interkostal akibat mastektomi atau torakotomi; Tekanan kronis pada saraf-saraf perifer misalnya: invasi tumor yang menekan pleksus brakhialis atau lumbosakralis. 3. Nyeri Psikogenik Nyeri psikogenik terjadi akibat faktor non fisik atau lazim disebut faktor kejiwaan. Faktor kejiwaan dapat mempengaruhi hebatnya nyeri, terutama pada kanker yang stadium lanjut. Nyeri psikogenik dapat timbul akibat, Merah anger, Cemas anxiety, Depresi Aziz, F, dkk, 2006.

2.1.4.3 Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Lokasi

1. Pheriperal pain , yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh. Contohnya pada kulit, mukosa. Universitas Sumatera Utara 2. Deep pain , yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih dalam atau pada organ-organ tubuh visceral. 3. Refered pain , yaitu nyeri dalam yang disebabkan kerena penyakit organ atau struktur dalam tubuh yang ditransmisikan ke bagian tubuh di daerah yang berbeda, bukan daerah asal nyeri. 4. Central pain , yaitu nyeri yang terjadi kerena perangsangan pada sistem saraf pusat, spinal cord, batang otak, talamus, dan lain sebagainya Asmadi, 2008.

2.1.5 Nyeri Kanker

Nyeri yang dihubungkan dengan penyakit kanker, dapat berarti nyeri akut maupun kronik. Keluhan nyeri kanker merupakan keluhan yang paling ditakutkan oleh penderita kanker Desen, 2008. Beberapa keadaan yang dapat dihubungkan dengan nyeri pada pasien kanker yaitu: 1. Nyeri yang langsung ditimbulkan oleh kanker misalnya infiltrasi kanker, terkenanya sistem saraf dan organ dalam. 2. Nyeri kanker juga dapat timbul akibat dari terapi dan pemeriksaan penunjang kanker misalnya pembedahan, atau radiasi. 2.1.6 Intensitas Nyeri 2.1.6.1 Pengukuran Intensitas Nyeri Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri bersifat sangat Universitas Sumatera Utara sabjektif dan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan berbeda oleh dua orang yang berbeda Andarmoyo, 2013. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mugkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri, namun pengukuran dengan pendekatan objektif juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri Tamsuri, 2007. Beberapa skala intensitas nyeri: 1. Skala Intensitas Nyeri Deskriftif Sederhana Skala pendeskripsi verbal Verbal Descriptor scale, VDS merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih objekti. Pendeskripsian VD diranking dari “tidak nyeri” sampai “nyeri yang tidak tertahankan”. Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Alat ini memungkinkan klien memilih sebuah ketegori untuk mendeskripsika nyeri Andarmoyo, 2013. Skema 2.1. Skala Intensitas Nyeri Deskriftif Sederhana Universitas Sumatera Utara Andarmoyo, S. 2013. Konsep Proses Keperawatan Nyeri, Jogjakarta: Ar-Ruzz 2. Skala Intensitas Nyeri Numerik Skala penilaian numerik Numerical Rating Scale, NRS lebih digunak sebagai pengganti alat pendeskripsian kata. Dalam hal ini, klien menila nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi Andarmoyo, 2013. Andarmoyo, S. 2013. Konsep Proses Keperawatan Nyeri, Jogjakarta: Ar-Ruzz Skema 2.2. Skala Intensitas Nyeri Numerik 3. Skala Intensitas Nyeri Visual Analog Scale Skala analog visual Visual Analog Scale merupakan suatu garis lurus yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan memiliki ala pendeskripsian verbal pada setiap ujungnya Andarmoyo, 2013. Universitas Sumatera Utara Skema 2.3. Skala Intensitas Nyeri Visual Analog Scale Andarmoyo, S. 2013, Konsep Proses Keperawatan Nyeri, Jogjakarta: Ar-Ruzz 2.1.7 Manajemen Penatalaksanaan Nyeri 2.1.7.1. Manajemen Non Farmakologi