Keberadaan Fauna Ekosistem Mangrove di Pantai Bali

Nilai kerapatan jenis mangrove kategori pancang pada stasiun III dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Nilai Kerapatan Jenis Mangrove Stasiun III Kategori Pancang No Nama Spesies ∑ Ind ∑Plot K indha 1 Avicennia lanata 12 1 2000,00 2 Avicennia marina 16 2 2666,67 3 Bruguiera cylindrical 4 2 666,67 4 Bruguiera sexangula 134 4 22333,30 5 Excoecaria agallocha 3 1 500,00 JUMLAH 169 10 281666,64 Keterangan: Jumlah plot = 5 plot Luas = 5m x 5m x 520.000 = 0,006 Ha Nilai kerapatan jenis mangrove kategori Semai pada stasiun III dapat dilihat pada tabel 14. Tabel 14. Nilai Kerapatan Jenis Mangrove Stasiun III Kategori Semai No Nama Spesies ∑ Ind ∑Plot K indha 1 Avicennia lanata 4 1 4000 2 Avicennia marina 1 1 1000 3 Bruguiera sexangula 117 4 117000 JUMLAH 122 6 122000 Keterangan: Jumlah plot = 5 plot Luas = 2m x 2m x 520.000 = 0,001 Ha

2. Keberadaan Fauna Ekosistem Mangrove di Pantai Bali

Mangrove memiliki fungsi ekologis sebagai habitat berbagai jenis satwa. Komunitas fauna ekosistem mangrove di Pantai Bali membentuk percampuran antara dua kelompok, yaitu kelompok fauna daratan teresterial dan kelompok fauna perairan akuatik. Kelompok fauna daratan teresterial di Pantai Bali adalah jenis burung seperti kuntul besar Egretta alba, kuntul kecil Egretta garzetta, burung camar Larus saundersi, burung raja udang Alcedo coerulescens dan jenis reptil seperti biawak Universitas Sumatera Utara Varanussalvator. Kelompok fauna perairan akuatik di daerah ini adalah jenis ikan blanak Mugil sp. yang terdiri atas spesies Boleophthalmus boddarti, Periophthalmonodon schlosseri, Periophthalmus chrysospilos. Jenis moluska seperti siput duri Murex trapa, siput pusing Melanoides punctata, siput dokceng Cerithidea quadrata, Gillia altilis L., kerang bakau Polymesoda bengalensis L., dan Telecopium telescopium. Jenis krustasea adalah kepiting kepiting bakau Scylla serrata dan Uca Uca sp.. Foto fauna yang ditemukan di lokasi kegiatan dapat dilihat pada Lampiran 7. Keberadaan fauna-fauna ini dapat menjadi potensi pengembangan alternatif wisata mangrove lainnya. Contoh alternatif –alternatif ini seperti pengamatan jenis burung dan fotografi. Kesesuaian Ekologis untuk Kegiatan Ekowisata Kegiatan wisata yang akan dikembangkan hendaknya disesuaikan dengan potensi sumberdaya dan peruntukannya. Indeks kesesuaian ekologis dapat digunakan untuk mengidentifikasikan apakah suatu ekosistem sesuai S, sesuai bersyarat SB, atau tidak sesuai N untuk suatu kegiatan wisata. Kesesuaian wisata mangrove mempertimbangkan 5 parameter dengan 4 klasifikasi penilaian. Berdasarkan analisis kesesuaian ekologi di 3 stasiun pengamatan, diperoleh 2 stasiun yang termasuk kedalam kategori sesuai S yaitu stasiun 2 dan 3, dan 1 stasiun yang termasuk ke dalam kategori sesuai bersyarat SB yaitu stasiun 1 Tabel 15 dan Lampiran 8. Kategori sesuai menunjukan bahwa kondisi ekosistem mangrove di Pantai Bali ini sesuai untuk dijadikan atau dikembangkan sebagai obyek ekowisata mangrove. Oleh karena itu, perlu adanya pengelolaan yang lebih lanjut agar potensi yang ada pada ekosistem mangrove di kawasan ini dapat terus dikembangkan menjadi suatu kawasan Universitas Sumatera Utara wisata. Kategori sesuai bersyarat menunjukkan bahwa untuk menjadikan lokasi ini sebagai lokasi ekowisata mangrove, diperlukan upaya perlindungan seperti penanaman kembali jenis mangrove guna tetap menjaga potensi mangrove di kawasan tersebut dan pengelolaan terlebih dahulu sebelum dijadikan sebagai kawasan wisata. Perlindungan terhadap keseimbangan ekosistem mangrove penting dilakukan untuk mencegah terjadi biodegradasi mangrove yang menyebabkan terjadinya kerusakan alami. Tabel 15. Indeks Kesesuaian Ekosistem untuk Wisata Mangrove Lokasi Pengamatan Total Skor Indeks Kesesuaian Ekosistem Tingkat Kesesuaian Stasiun1 27 69,23 SB Stasiun 2 37 94,87 S Stasiun 3 37 94,87 S Keterangan: SB = Sesuai Bersyarat, S = Sesuai Kondisi Ekonomi, Sosial dan Budaya

1. Karakteristik Masyarakat Pemanfaatan Ekosistem Mangrove