seperlunya, tetap melaksanakan surat paksa tersebut dan selanjutnya Jurusita Pajak hanya meninggalkan Surat Paksa salinannya lalu menuliskan pada Berita
Acara bahwa Wajib Pajak atau Penanggung Pajak itu tidak mau menerima Surat Paksa, dan Surat Paksa dianggap telah diberitahukan.
5. Wajib Pajak atau Penanggung Pajak tidak dapat ditemui. Maka Jurusita Pajak
menyampaikan Surat Paksa itu melalui Pemerintah Daerah setempat. 6.
Wajib Pajak tidak mau menandatangani berita acara. Berita acara dibuat dan ditandatangani oleh Jurusita pajak , para saksi dan Wajib
Pajak atau wakilnya yang barangnya disita. Sering terjadi Wajib Pajak tidak mau menandatangani berita acara sita, sehingga penyitaan barang Wajib Pajak guna
pelunasan hutang pajaknya menjadi tertunda. 7.
Jurusita pajak tidak diperbolehkan masuk rumah Wajib pajak. Pada waktu pelaksanaan penyitaan sering terjadi jurusita tidak diperbolehkan
masuk ke dalam rumah Wajib Pajak yang barang-barangnya akan disita.
C. Cara Penyelesaian Masalah dalam Pelaksanaan Penagihan Utang Pajak
dengan Surat Paksa
Adapun solusi atau cara mengatasi masalah dalam Pelaksanaan Penagihan Utang Pajak dengan Surat Paksa adalah :
1. Meningkatkan pengetahuan Wajib Pajak tentang peraturan di bidang perpajakan,
walaupun sistem perpajakan kita menganut sistem selft assemment namun tingkat kepatuhan wajib pajak dalam hal memenuhi perpajakannya serta untuk
melunasi atau membayar utang pajak dengan tepat waktu masih rendah
olehkarena itu, perlu ditingkatkan pembinaan atau pengetahuan terhadap Wajib Pajak dengan melakukan penyuluhan intensif.
2. Apabila Wajib Pajak tidak diperbolehkan masuk ke rumah untuk melaksanakan
tugasnya, maka Jurusita dapat melaporkan kepada pihak kepolisian untuk melaksanakan penyitaan.
3. Dalam hal Wajib Pajak tidak ditemukan, tempat tinggal, tempat kedudukan atau
tempat usahanya maka Jurusita Pajak akan meminta keterangan pada pemerintah daerah setempat dan kemudian akan ditempel pada papan pengumuman di kantor
pelayanan pajak. 4.
Jika Wajib Pajak menolak keberatan atau tidak memperbolehkan Jurusita pajak untuk menyita barang milik Wajib Pajak, maka Jurusita akan memberi penjelasan
kepada Wajib Pajak mengenai maksud penyitaan dilakukan. 5.
Jurusita pajak harus mempunyai bukti dari barang yang akan disita oleh Jurusita pajak apakah barang Lelang tersebut milik Wajib Pajak atau bukan.
6.
Apabila Wajib Pajak tidak hadir, maka Jurusita tetap dapat dilaksanakan penyitaan dengan syarat salah seorang saksi berasal dari Pemerintah Daerah setempat. Saksi
dari Pemerintah Daerah tersebut sekurang-kurangnya sekretaris Kelurahan atau Sekretaris Desa. Saksi dari Pemerintah Daerah setempat setingkat Sekretaris
Kelurahan atau Sekretaris Desa adalah pegawai Pemerintah Daerah setempat sekurang-kurangnya golongan IIa di Kantor Kelurahan Desa atau di Kantor
Kecamatan. Saksi dari Pemerintah Daerah setempat berfungsi sebagai saksi legalisator. Berita Acara Pelaksanaan Sita ditandatangani Jurusita Pajak dan saksi-
saksi. Dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita harus memuat alasan ketidakhadiran
Penanggung Pajak. Dengan demikian Berita Acara Pelaksanaan Sita dimaksud tetap sah dan mempunyai kekuatan mengikat.
7.
Bila Wajib Pajak tidak hadir, penyitaan tetap bisa dilaksanakan dengan syarat ada saksi dari Pemda setempat, memuat alasannya dalam BAPS, ditanda tangani Jurusita
dan saksi, BAPS tetap dianggap sah.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN