Penagihan Utang Pajak Dasar Penagihan Pajak

b. Pasal 9 ayat 2a KUP: pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang dalam suatu Masa Pajak dilakukan setelah tanggal jatuh tempo; c. Pasal 19 ayat 1 KUP: dalam hal jumlah pajak yang masih harus dibayar menurut ketetapan, pada saat jatuh tempo tidak atau kurang dibayar; d. Pasal 19 ayat 2 KUP: dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan mengangsur atau menunda pembayaran pajak; e. Pasal 19 ayat 3 KUP: dalam hal Wajib Pajak menunda penyampaian SPT Tahunan yang penghitungan sementara pajak yang terutang kurang dari jumlah pajak yang sebenarnya terutang; f. Pasal 9 ayat 2b KUP: pembayaran atau penyetoran kekurangan pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh dilakukan setelah tanggal jatuh tempo penyampaian SPT Tahunan; g. Pasal 8 ayat 2a KUP: dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri SPT Masa yg mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar. h. Pasal 14 ayat 1 huruf g: Pengusaha Kena Pajak yang gagal berproduksi dan telah diberikan pengembalian Pajak Masukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat 6a UU PPN 1984 dan perubahannya.

D. Penagihan Utang Pajak

Tindakan penagihan utang pajak secara teoritis diatur dalam Undang-undang Nomor 19 tahun 2007 sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-undang Nomor 19 tahun 2000 dapat dilakukan dengan 2 dua langkah: 1. Penagihan pasif Penagihan pajak pasif dilakukan dengan menggunakan Surat Tagihan Pajak STP, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan SKPKBT, Surat Keputusan Pembetulan yang menyebabkan pajak terutang menjadi lebih besar, Surat keputusan Keberatan yang menyebabkan pajak terutang menjadi lebih besar, jika jangka waktu 30 hari belum dilunasi, maka 7 hari setelah jatuh tempo akan diikuti dengan penagihan pajak secara aktif yang dimulai dengan tindakan sita yang telah didahului adanya Surat Teguran dan dilanjutkan dengan pelaksanaan lelang. Dalam hal ini utang pajak itu adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi administrasi berupa bunga, denda atau kenaikan yang tercantum dalam Surat Ketetapan Pajak atau surat sejenisnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. 2. Penagihan Aktif Penagihan aktif merupakan kelanjutan dari penagihan pajak pasif dimana dalam upaya penagihan ini fiskus berperan aktif dalam arti tidak hanya mengirim Surat Tagihan atau Surat Ketetapan Pajak tetapi akan diikuti dengan tindakan sita didahului dengan Surat Teguran dan Surat Paksa akan dilanjutkan dengan pelaksanaan lelang.

E. Dasar Penagihan Pajak

Sesuai dengan sistem self Assessment yang berlaku sekarang ini, Wajib Pajak wajib menghitung, memperhitungkan.membayar, dan melaporkan sendiri utang pajaknya. Apabila terdapat kekeliruan atau kesalahan dalam melakukan penghitungan pajak yang terutang atau Wajib Pajak melanggar ketentuan Undang-Undang Perpajakan maka Direktorat Jenderal Pajak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak yang berupa Surat Tagihan Pajak STP, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan SKPKBT, Surat Keputusan Pembetulan SKP, Surat Keputusan Keberatan SKK dan Putusan Banding PB sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. 1. Surat Tagihan Pajak STP Menurut Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat 20, adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan sanksi administrasi berupa bunga danatau denda. 2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB Menurut Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat 16, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah pajak yang harus dibayar. 3. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan SKPKBT Menurut Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Undang- Undang No 16 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat 17 , adalah Surat Ketetapan Pajak yang mentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan. 4. Surat Keputusan Pembetulan SKP Menurut Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat 16, adalah surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar. 5. Surat Keputusan Keberatan SKK Menurut Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat 34, adalah surat keputusan atas keberatan terhadap surat ketetapan pajak atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Pajak. 6. Putusan Banding PB Menurut Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat 35, adalah putusan badan peradilan pajak atas banding terhadap Surat Kepitusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak.

F. Penagihan Utang Pajak dengan Surat Paksa