Jurusita Pajak Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa

c. Perlengkapan Penanggung Pajak yang bersifat dinas. d. Buku-buku yang bertalian dengan jabatan atau pekerjaan Penanggung Pajak dan alat-alat yang dipergunakan untuk pendidikan, kebudayaan, dan keilmuan. e. Peralatan dalam keadaan jalan yang masih digunakan untuk melaksanakan pekerjaan atau usaha sehari-hari dengan jumlah seluruhnya tidak lebih dari Rp. 20.000.000,00. f. Peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh Penanggung Pajak dan keluarga yang menjadi tanggungan.

L. Jurusita Pajak

Jurusita Pajak adalah pelaksana tindakan penagihan pajak yang meliputi penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan Surat Paksa, penyitaan dan penyanderaan Pasal 1 ayat 6 Undang-undang No 19 Tahun 2000. Jurusita pajak diangkat dan diberhentikan oleh penjabat yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk penagihan pajak pusat Gubernur atau Bupati Walikota untuk penagihan pajak Daerah. 1. Syarat -syarat menjadi jurusita pajak adalah: a. Berijazah serendah-rendahnya Sekolah Menengah Umum atau yang sederajat ; b. Berpangkat serendah-rendahnya Pengatur Muda Golongan I; c. Berbadan sehat; d. Lulus pendidikan dan latihan Jurusita Pajak; e. Jujur, bertanggung jawab, dan penuh pengabdian. 2. Pemberhentian Jurusita Pajak : Sesuai dengan Pasal 4 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 562KMK.042000 Jurusita Pajak diberhentikan dari jabatannya dalam hal: a. meninggal dunia; b. pensiun; c. karena alih tugas atau kepentingan dinas lainnya; d. ternyata lalai atau tidak cakap dalam menjalankan tugas; e. melakukan perbuatan tercela; f. melanggar sumpah atau janji Jurusita Pajak; atau g. sakit jasmani atau rohani terus menerus. 3. Jurusita bertugas : Berdasarkan UU PPSP pasal 5 ayat 1 Undang-undang No. 19 Tahun 2000, Tugas Jurusita Pajak adalah: a. Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus; b. Memberitahukan Surat Paksa; c. Melaksanakan penyitaan atas barang Penangung Pajak berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan; dan d. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan Surat Perintah e. Penyanderaan. BAB IV ANALISA DATA EVALUASI DATA Didalam bab ini penulis akan menganalisa suatu masalah guna mendapatkan pengertian yang berasal dari suatu perbandingan anatara hal-hal yang di tetapkan dari suatu teori dan praktik pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Dimana penulis lebih melibatkan Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya.

A. Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa

Tata cara pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama terhadap Wajib Pajak yang tidak melunasi hutang pajaknya adalah : 1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama mengeluarkan atau menerbitkan Surat Teguran setelah 7 hari jatuh tempo pembayaran melalui Kantor Pos dari pruduk hasil penilitian diantaranya : a. Surat Tagihan Pajak STP b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB c. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan SKPKBT Surat Teguran tidak diterbitkan terhadap Wajib Pajak yang telah disetujui untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajaknya. 2. Apabila jumlah utang pajak yang masih harus dibayar atau tidak dilunasi oleh penanggung pajak setelah 21 hari sejak diterbitkannya surat teguran, maka Pejabat akan menerbitkan Surat Paksa dalam hal : 43 a. Jurusita mendatangi tempat tinggal tempat kedudukan Wajib Pajak dengan memperlihatkan pengenalan diri, dan kemudian Jurusita Pajak memberi penjelasan tentang kedatangannya untuk memberitahukan Surat Paksa dengan pernyataan dan menyerahkan salinan Surat Paksa tersebut. b. Jika Jurusita bertemu langsung dengan Wajib Pajak meminta agar Wajib Pajak memperlihatkan surat-surat keterangan pajak untuk diteliti : 1. Apakah tunggakan pajak menurut STPSKPKBSKPKBT sesuai dengan jumlah tunggakan yang tercantum dalam Surat Paksa. 2. Apakah ada surat keputusan keberatan penghapusan. 3. Apakah ada kelebihan pembayaran pajak dari tahun sebelumnya. c. Apabila Jurusita tidak bertemu dengan Wajib Pajak maka Salinan Surat Paksa dapat diserahkan kepada : 1. Keluarga Wajib Pajak atau orang yang tinggal bersama yang dewasa dan sehat mental. 2. Anggota pengurus komisaris atau persero dari badan yang bersangkutan. 3. Penjabat setempat BupatiWalikotaCamaLurah dan harus memberi tanda tangan pada Surat Paksa dan salinanya sebagai tanda diketahui oleh Wajib Pajak yang bersangkutan. 4. Apabila Jurusita telah melaksanakan penagihan utang pajak dengan Surat Paksa, harus membuat laporan pelaksanaan Surat Paksa. d. Biaya penyampaian Surat Paksa Biaya Harian Jurusita = Rp. 50.000,00 Biaya Perjalanan = Rp. 100.000,00 Jumlah = Rp. 150.000,00 e. Surat Paksa yang dilaksanakan kepada Kasubsi Penagihan disertai laporan penagihan dengan Surat Paksa dan diserahkan kepada kepala Seksi Penagihan, verifikasi untuk ditandatangani dan selanjutnya dimasukkan dalam berkas penagihan pajak. f. Laporan Pelaksanaan Surat Paksa Adapun hal-hal yang diperlu diperhatikan untuk dilaporkan dalam laporan Pelaksanaan Surat Paksa yang dibuat oleh Jurusita yang melaksanakan penagihan pajak dengan Surat Paksa tersebut adalah: 1. Penyelesaian surat keberatan harus diuraikan secara jelas dan tidak melakukan penagihan secara paksa sedangkan tunggakan pajak ternyata sudah berkurang. 2. Jenis, letak dan taksiran harga dari objek sita dengan memperhatikan tunggakan pajak dan biaya pelaksanaan yang mungkin dikeluarkan. 3. Hendaknya melaporkan tentang keadaan yang sebenarnya dari Wajib Pajak misalnya kemampuan membayar, itikad mau membayar dan tindakan penagihan selanjutnya. g. Apabila Jurusita tidak dapat melaksanakan Surat Paksa secara langsung kepada Wajib Pajak maka Jurusita membuat laporan secara tertulis mengenai alasan atau sebab-sebab dan usaha-usaha yang telah dilakukan dalam upaya Surat Paksa antara lain menghubungi atau memberi tahu pemerintah daerah setempat atau kepolisian dan sebagainya. 3.Apabila utang yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh Wajib Pajak setelah lewat 2 x 24 jam sejak Surat Paksa diberitahukan kepada Wajib Pajak, Pejabat segera menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan yang dilaksanakan oleh Jurusita Pajak dapat disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 dua orang yang telah dewasa, penduduk Indonesia yang dikenal oleh Jurusita Pajak dan dapat dipercaya. Didalam pelaksanaan Jurusita dapat menempel kertas penyitaan kepada barang yang akan disita. Biasanya barang yang akan disita tidak akan dibawa oleh Jurusita dikarenakan : a. Tidak adanya tempat penyimpanan barang sitaan. b. Mengantisipasi terjadinya kerusakan barang sitaan dalam perjalanan. 4. Apabila utang pajak dan biaya penagihan yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh Wajib Pajak setelah lewat 14 hari sejak tanggal pelaksanaan penyitaan, pejabat segera melaksanakan pengumuman lelang. Dan dalam hal pelaksanaan lelang Jurusita mempertanyakan dulu kepada dinas yang bersangkutan atau kepada Wajib Pajak mengenai hak milik barang yang dilelang. Dalam hal ini hasil lelang sudah mencapai jumlah yang cukup untuk biaya penagihan pajak dan utang pajak, pelaksanaan lelang diberhentikan walaupun barang yang akan dilelang masih ada, sisa barang beserta uang kelebihan hasil lelang dikembalikan oleh pejabat kepada Wajib Pajak setelah pelaksanaan lelang. Dengan dianutnya sistem self assessment yang memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, melaporkan dan membayar sendiri jumalah pajak terutang.Pihak Direktorat Jendral pajak mengharapkan penerimaan Negara dari sektor pajak tersebut dapat ditingkatkan.Hal ini berarti bahwa peranan Wajib Pajak sangat berpengaruh besar terhadap keberhasilan sistem perpajakan tersebut.Namun kenyataan yang terjadi dilapangan masih banyak wajib pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakan yaitu dalam hal pelunasan hutang pajak.Banyak dari wajib pajak yang tidak menghiraukan atas diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak dan selanjutnya pihak aparatur pajak harus menerbitkan, Surat Teguran. Begitu juga Surat Teguran bukanlah suatu sarana yang menjamin atas lancarnya penerimaan pajak, kemudian pihak Aparatur Pajak masih haruskan menerbitkan Surat Paksa yang merupakan salah satu sarana untuk mencairkan tunggakan pajak. Sebagai akibat dari ketidakpatuhan wajib pajak ini, maka dilakukan tindakanpenagihan aktif dimana sebagai sarana dalam mencapai penerimaan Negara dari sektor pajak. 1. Data Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah Tabel 1.1 Wajib Pajak Jumlah Orang Pribadi 89.198 Badan 11.466 Bendahara 223 Blank 147 Jumlah Wajib Pajak 101.034 Sumber : KPP Pratama Medan Petisah 2. Data Wajib Pajak atas Ketidakpatuhan dalam memenuhi perpajakannya dapat dilihat dari tabel sebagai berikut : Jumlah Penerbitan Surat Teguran di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah Tahun 2013 Tabel 2.1 Tahun 2013 Surat Teguran Bulan Lembar Rupiah Jan - Des 1037 3.252.030.043 Sumber : KPP Pratama Medan Petisah Jumlah Penerbitan Surat Teguran di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah Tahun 2014 Tabel 2.2 Tahun 2014 Surat Teguran Bulan Lembar Rupiah Jan - Des 1186 68.621.649.133 Sumber : KPP Pratama Medan Petisah Analisa Tabel 2.1 dan 2.2 Dari tabel diatas dapat dilihat kinerja aparatur pajak seksi penagihan di KPP Pratama Medan Petisah dalam melaksanakan penagihan pajak tahun 2013 dan tahun 2014, ternyata masih banyak Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakan dan dapat dilihat dari jumlah penerbitan Surat Teguran pada KPP Pratama Medan Petisah. Namun setelah Surat Teguran ini diterbitkan masih ada juga Wajib Pajak yang tidak menghiraukannya, maka pihak Aparatur Pajak harus menerbitkan Surat Paksa sebagai sarana pencarian tunggakan pajak. Dibawah ini merupakan tabel penerbitan Surat Paksa oleh KPP Pratama Medan Petisah. Jumlah Penerbitan Surat Paksa di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah Tahun 2013 Tabel 2.3 Tahun 2013 Surat Paksa Bulan Lembar Rupiah Jan – Des 945 685.880.121 Sumber : KPP Pratama Medan Petisah Jumlah Penerbitan Surat Paksa di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah Tahun 2014 Tabel 2.4 Tahun 2014 Surat Paksa Bulan Lembar Rupiah Jan – Des 1080 48.292.828.694 Sumber : KPP Pratama Medan Petisah Analisa Tabel 2.3 dan 2.4 Dari banyak Surat Teguran yang dikeluarkan oleh KPP Pratama Medan Petisah pada tahun 2013 ternyata Wajib Pajak yang segera melunasi atau membayar utang pajaknya meningkat, hal ini dapat dilihat dari jumlah Surat Paksa yang diterbitkan pada tahun 2013 yaitu sebanyak 945 lembar Surat Paksa, lebih sedikit dari jumlah Wajib Pajak yang memperoleh Surat Teguran yang dikeluarkan sebanyak 1037 lembar oleh KPP Pratama Medan Petisah. Dan pada tahun 2014 Wajib Pajak yang melunasi utang pajaknya juga meningkat, dapat dilihat dari jumlah Surat Paksa yang diterbitkan sebanyak 1080 lembar, lebih sedikit dari jumlah penerbitan Surat Teguran sebanyak 1186 lembar. Maka dari itu di tahun 2014 hanya 106 lembar Surat Teguran yang dihiraukan Wajib Pajak untuk membayar utang pajaknya, dan masih banyak juga Wajib Pajak yang tidak menghiraukan diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa oleh KPP Pratama Medan Petisah.

B. Faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan Penagihan Pajak Dengan Surat