7. Temuan Peneliti Pada Observasi VII 31 Maret 2014 sd 7 April 2014
Pada observasi VII, peneliti tidak menemukan perubahan dalam pemasangan alat peraga kampanye, masih sama seperti temuan pada observasi
sebelumnya. Pada 6 April 2014 sd 8 April 2014 merupakan masa tenang kampanye sebelum diselenggarakannya pemilu pada 9 April 2014.
Masa tenang adalah masa yang tidak dapat digunakan untuk melakukan aktivitas kampanye.
Berdasarkan temuan peneliti pada 6 April 2014 tidak ada pembersihan alat peraga kampanye baik dari peserta pemilu maupun penyelenggara pemilu, kemudian
pada 7 April 2014 alat peraga kampanye sudah dibersihkan di Kecamatan Medan Sunggal.
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2013 adalah peraturan yang menyangkut pelaksanaan kampanye oleh peserta pemilu sebelum
diselenggarakannya pemilihan umum. Berdasarkan pemaparan hasil dan temuan penelitian diatas, Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2013 tidak
dilaksanakan oleh calon legisaltif daerah Pemilihan II di Kecamatan Medan Sunggal. Sebagaimana yang dikatakan oleh Pressman dan Wildavsky implementasi dimaknai,
untuk menjalankan kebijakan to carry out, untuk memenuhi janji-janji sebagaimana dinyatakan dalam dokumen kebijakan to fulfill, untuk menghasilkan output
sebagaimana dinyatakan dalam tujuan kebijakan to produce, untuk menyelesaikan misi yang harus diwujudkan dalam tujuan kebijakan to complete.
Universitas Sumatera Utara
Dalam pelaksanaannya, tidak ada calon legislatif Kota Medan memasang alat peraga kampanye sesuai dengan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15
Tahun 2013, yaitu alat peraga kampanye berupa spanduk dengan ukuran 1,5 x 7 m pada zona dan lokasi pemasangan alat peraga kampanye. Adapun pemasangan alat
peraga kampanye pada zona dan lokasi yang sudah ditetapkan, melanggar ketentuan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2013. Alat peraga kampanye
yang dipasang oleh calon legislatif Kota Medan di Kecamatan Medan Sunggal juga tidak menunjukan adanya visi dan misi serta program peserta pemilu, hanya
menunjukkan gambar calon legislatif, partai politik dan nomor urut calon legislatif. Terdapat dua zona dan lokasi pemasangan alat peraga kampanye paling banyak
terjadi pelanggaran yaitu, zona penggabungan 11 yang berada di Jl. Pinang Baris Kantor BKN sd PDAM dan Kantor BKN sd Simp. Gatot Subroto sebanyak 122
pelanggaran dan zona 13 yang berada di Jalan Rajawali sebanyak 20 pelanggaran. Sedangkan zona penggabungan 12, yaitu jalan Gagak Hitam Sp. Jl. Amal sd Sp. Jl.
Kenangan sebanyak 3 pelanggaran dan zona 14, yaitu jalan Sei Batang Hari sebanyak 6 pelanggaran. Pada zona penggabungan 12 dan zona 14 hanya sedikit
calon legislatif memasang alat peraga kampanye, calon legislatif Kota Medan daerah pemilihan II lebih banyak memasang alat peraga kampanye pada lokasi lain. Dengan
demikian, zona dan lokasi pemasangan alat peraga kampanye yang ditetapkan Komisi Pemilihan Umum Kota Medan di Kecamatan Medan Sunggal juga tidak terlaksana
Universitas Sumatera Utara
sesuai aturan. Berdasarkan hasil wawancara dengan wakil sekretaris DPD Golkar Kota Medan bapak Erwin, mengatakan bahwa:
“…Tidak digunakannya zona dan lokasi pemasangan alat peraga kampanye oleh calon legislatif yang ditetapkan oleh Komisi Pemilihan
Umum Kota Medan di Kecamatan Medan Sunggal, karena para calon legislatif menganggap zona dan lokasi yang sudah ditetapkan tidak
efektif dan tidak akan memperoleh suara dari masyarakat jika hanya memasang 1 alat peraga kampanye. Calon legislatif memasang alat
peraga kampanye pada lokasi yang berbeda meskipun menyalahi aturan untuk memperoleh suara…”
35
“…Alat peraga kampanye akan dipasang calon legislatif pada daerah dimana akan memperoleh suara yang banyak, jadi calon legislatif tidak
akan memasang alat peraga kampanye pada daerah yang tidak akan memberikan dukungan kepada salah satu calon legisaltif karena akan
sia-sia, setiap calon legislatif memiliki basis masa pada suatu daerah…”
Pernyataan diatas sejalan dengan apa yang dikatakan oleh calon legislatif dari Partai PKS daerah pemilihan II yaitu, Bapak H. Azhar Arifin, Lc,
36
“…Seharusnya Komisi Pemilihan Umum Kota Medan menyediakan media pemasangan alat peraga kampanye pada zona dan lokasi yang
sudah ditetapkan agar calon legislatif tidak kebingungan dalam memasang alat peraga kampanye. Dengan menggunakan media sendiri
dalam memasang spanduk oleh masing-masing calon legislatif akan mengeluarkan biaya yang lebih besar sehingga calon legislatif lebih
Hamdan Sukrawati, ST calon legislatif daerah pemilihan II dari Partai Persatuan Pembangunan mengatakan,
35
Wawancara dengan wakil Sekretaris DPD Partai Golkar Kota Medan Erwin di Kantor DPD Partai Golkar Kota Medan Pada 6 Maret 2014 Pukul 14.03 WIB
36
Wawancara dengan Caleg Kota Medan H. Azhar Arifin, Lc, ST di DPD PKS Kota Medan Pada 26 Februari 2014 Pukul 15.03 WIB
Universitas Sumatera Utara
memilih media yang sudah tersedia seperti pohon dan fasilitas umum...”
37
Jumlah calon legisaltif Kota Medan pada daerah pemilihan II sebanyak 142, terdapat 43 calon legislatif melakukan pelanggaran pemasangan alat peraga
kampanye di Kecamatan Medan Sunggal. Calon legislatif paling banyak melakukan pelanggaran adalah dari partai PKS, Demokrat, Golkar dan Gerindra sedangkan calon
legislatif paling sedikit melakukan pelanggaran dari partai Nasdem dan PPP. Data tersebut menunjukkan meskipun terjadi pro dan kontra peserta pemilu dibentuknya
Peraturan Nomor 15 Tahun 2013, tidak menjamin para calon legislatif dari partai politk yang setuju akan mematuhi dan melaksanakannya, begitu juga sebaliknya tidak
menjamin calon legislatif dari partai politik yang tidak setuju melakukan pelanggaran, meskipun tidak ada calon legislatif melaksanakan pemasangan alat peraga kampanye
Berdasarkan data yang diperoleh dari setiap kelurahan, terdapat 110 Jalan di Kecamatan Medan Sunggal. 31 jalan digunakan calon legislatif memasang alat peraga
kampanye disembarang tempat terutama pada sarana umum dan pohon, termasuk jalan yang ditetapkkan sebagai zona dan lokasi pemasangan alat peraga kampanye.
Pelanggaran pada lokasi yang bukan merupakan tempat pemasangan alat peraga kampanye bila dijumlahkan dari awal penelitian paling banyak terjadi di Jalan
Sunggal sebanyak 80 pelanggaran dan Jalan Perjuangan sebanyak 75 pelanggaran.
37
Wawancara dengan Caleg Kota Medan Hamdan Sukrawati, ST di DPC PPP Kota Medan Pada 4 April 2014 Pukul 16.49 WIB
Universitas Sumatera Utara
berupa spanduk dengan ukuran 1,5 x 7 m dan diletakkan pada zona dan lokasi tempat pemasangan alat peraga kampanye, tetapi para calon legislatif memasang alat peraga
kampanye dengan menggunakan strategi lain, yaitu pemasangan alat peraga kampanye pada bangunan milik pribadi, rumah warga dan alat transportasi umum.
Implementasi mempunyai makna bahwa telah ada perubahan yang bisa diukur dalam masalah yang luas yang dikaitkan dengan program, undang-undang publik dan
putusan yudisial. Disini, tidak ada perubahan besar yang dapat diukur setelah ditetapkannya Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2013 di
Kecamatan Medan Sunggal. Kebebasan kepada calon legislatif memasang alat peraga kampanye pada bangunan milik warga, alat transportasi dan media cetak tidak
mencapai tujuan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2013, yaitu keseragaman dan keadilan bagi calon legislatif dalam pemasangan alat peraga
kampanye, karena calon legislatif yang memiliki dana besar tetap memasang alat peraga kampanye dengan jumlah yang besar dibandingkan dengan calon legislatif
yang memiliki dana sedikit. Tujuan utama penetapan peraturan mengenai pembatasan pemasangan alat peraga kampanye juga tidak tercapai, yaitu ketertiban dan keindahan
tatanan kota karena calon legislatif tetap memasang alat peraga kampanye di pohon dan taman kota, dengan alasan hemat biaya dan lokasi yang strategis dalam meraih
suara masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
C. Faktor Penghambat Tidak Terlaksananya Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2013 Tentang Pembatasan Alat Peraga Kampanye
di Kecamatan Medan Sunggal
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2013 oleh calon legislatif daerah pemilihan II khususnya di Kecamatan Medan Sunggal tidak
dijlankan dengan baik. Peraturan yang sudah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum seharusnya dilaksanakan, baik oleh penyelenggara pemilu, partai politik dan
calon legislatif agar tepat sasaran. Tetapi pada kenyataannya, masih saja terjadi pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh peserta pemilu.
Penyebab implementasi peraturan tersebut tidak terealisasi disebabkan beberapa faktor, diantaranya kurangnya kepedulian calon legislatif sebagai aktor
utama pelaksana kampanye mengenai peraturan yang sudah ditetapkan Komisi Pemilihan Umum dengan dibatasinya penggunaan alat peraga kampanye, karena
tujuan dan kepentingan calon legislatif, sesuai dengan pendapat Charles U. Larson, untuk memenangkan dukungan masyarakat terhadap kandidat-kandidat yang diajukan
partai politik agar dapat menduduki jabatan-jabatan politik yang diperebutkan lewat proses pemilihan umum. Dengan demikian berbagai strategi kampanye pemilu akan
dilakukan oleh calon legislatif untuk meraih suara masyarakat, hal ini terbukti pada temuan peneliti, banyaknya calon legislatif memasang alat peraga kampanye
disembarang tempat dan bukan pada zona dan lokasi yang ditetapkan Komisi Pemilihan Umum Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Zalman, DKK, adanya tim kerja seperti leaders dan supporters dalam pelaksanaan kampanye. Dalam kelompok leaders terdapat koordinasi
pelaksana, penyandang dana, petugas administrasi kampanye, dan pelaksana teknis. Sementara dalam kelompok supporters terdapat petugas lapangan atau kader,
penyumbang, dan simpatisan yang meramalkan acara kampanye. Leaders dikategorikan sebagai calon legislatif sebagai koordinasi pelaksana, penyandang dana
dan administrasi kampanye, sedangkan supporters termasuk kedalam juru kampanye atau tim sukses. Disini kelompok juru kampanye tidak memahami Peraturan Komisi
Pemilihan Umum tentang pembatasan alat peraga kampanye dan tidak mengetahui dimana zona dan lokasi pemasangan alat peraga kampanye. meskipun, sudah
diberikan pemahaman tetapi pelanggaran pemasangan alat peraga kampanye masih tetap terjadi.
Salah satu Penyelenggara pemilu dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 adalah Panitia Pengawas Pemilu. Panitia Pengawas Pemilu berperan dalam
mengawasi dan memberikan rekomendasi apabila terjadi pelanggaran pemasangan alat peraga kampanye, tetapi tidak mempunyai hak eksekusi pembersihan. Pihak
Panwaslu Kota Medan mengatakan, melakukan pengawasan secara terus menerus dan tidak mengenal waktu serta pengawasan dilakukan secara keseluruhan bukan hanya
pada zona dan lokasi yang sudah ditetapkan. Namun berdasarkan temuan peneliti masih terdapat beberapa jalan yang terjadi pelanggaran dalam pemasangan alat
Universitas Sumatera Utara
peraga kampanye tidak ditinjau pada saat berlangsungnya pembersihan oleh Satuan Polisi Pamong Praja, karena masih banyak alat peraga kampanye tidak dicabut sama
sekali. Seharusnya pihak panwaslu Kota Medan meninjau seluruh jalan wilayah Kecamatan Medan Sunggal dan mengarahkan Satuan Polisi Pamong Praja pada
seluruh titik jalan yang terjadi pelanggaran pemasangan alat peraga kampanye. Selama pelaksanaan pembersihan pemasangan alat peraga kampanye yang
menyalahi aturan, pemerintah daerah hanya tiga kali melaksanakan penertiban melalui Satuan Polisi Pamong Praja dengan jangka waktu yang cukup lama antara
pembersihan pertama, kedua dan ketiga. Seharusnya koordinasi antara pemerintah daerah dan panwaslu dalam menentukan jadwal penertiban alat peraga kampanye
lebih rutin, karena tiga kali penertiban alat peraga kampanye tidak maksimal bagi berlangsungnya Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2013 dan tidak
memberikan efek jera bagi calon legislatif dalam memasang alat peraga kampanye pada sembarang tempat. Dengan jangka waktu yang cukup lama dalam pembersihan
alat peraga kampanye, membuat alat peraga kampanye tetap terpasang dan bertambah pada pohon dan sarana umum.
Komisi Pemilihan Umum Kota Medan menjalankan tugasnya dengan baik dalam mensosialisasikan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2013
kepada partai politik dan Komisi Pemilihan Umum juga sudah menjalankan tugasnya meninjau pelaksanaan pemasangan alat peraga kampanye serta ikut memantau pada
Universitas Sumatera Utara
saat dilaksanakannya pembersihan alat peraga kampanye. Tetapi, dalam penetapan zona dan lokasi pemasangan alat peraga kampanye, menurut pandangan peneliti
Komisi Pemilihan Umum Kota Medan kurang melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah. Terdapat zona dan lokasi pemasangan alat peraga kampanye yang
sudah ditetapkan, tidak memiliki ruang yang cukup bagi peserta pemilu memasang alat peraga kampanye, seperti pada zona 14 yang terletak di Jalan Sei Batang Hari,
tidak ada tempat bagi calon legislatif memasang spanduk dengan menggunakan media pemasangan pribadi, karena kondisi jalan langsung berbatasan dengan trotoar
dan parit, dengan demikian calon legislatif tetap menggunakan pohon sebagai tempat pemasangan alat peraga kampanye. Hal ini merupakan salah satu faktor penghambat
terlaksananya Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2013 Hal lainnya yang membuat Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15
Tahun 2013 tidak berjalan adalah tidak diberikannya sanksi tegas kepada calon legislatif yang melakukan pelanggaran pemasangan alat peraga kampanye. Apabila
terjadi pelanggaran, maka alat peraga kampanye hanya dibersihkan oleh satuan polisi pamong praja. Setelah itu, calon legislatif memasang kembali alat peraga kampanye
di sembarang tempat. Dengan demikian, kampanye pemilu tidak dilaksanakan secara bertanggung jawab oleh peserta pemilu.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan