BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemilihan umum diakui secara global sebagai sebuah arena untuk membentuk demokrasi perwakilan serta menggelar pergantian pemerintahan secara berkala.
Pemilihan umum merupakan instrumen penting bagi negara-negara yang menganut sistem demokrasi, bukan hanya pengertian pemilihan umum sebagai suatu proses
perwujudan nyata dari kedaulatan rakyat tetapi juga sebagai instrumen perubahan sosial politik dan pergantian kepemimpinan yang berlangsung secara berkala.
Pemilihan umum bagi bangsa Indonesia memiliki arti yang penting dalam penyelenggaraan Negara. Untuk mencapai pemilihan umum yang demokratis harus
dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Pada tanggal 9 April 2014 diselenggarakan pemilihan umum, termasuk
diantaranya pemilihan umum legislatif daerah Kota Medan. Sebelum
dilaksanakannya pemilihan umum para calon legislatif diberi kesempatan untuk melaksanakan kampanye dalam memperoleh dukungan dan pengenalan diri kepada
masyarakat. Kampanye adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan secara terlembaga. Penyelenggara kampanye umumnya lembaga atau organisasi. Lembaga
Universitas Sumatera Utara
tersebut dapat berasal dari lingkungan pemerintahan, kalangan swasta atau Lembaga Swadaya Masyarakat LSM.
1
Melalui kegiatan kampanye, para calon legislatif dan partai politik berupaya mempengaruhi masyarakat dalam pengambilan keputusan, misalnya dalam
pelaksanaan pemilihan umum legislatif, calon legislatif mempengaruhi masyarakat dengan janji-janji agar mereka terpilih sebagai anggota legislatif. Pesan yang
disampaikan oleh calon legislatif berupa ajakan dan ide yang mempengaruhi pemilih bahwa mereka layak untuk dipilih. Biasanya tiap-tiap calon legislatif akan berupaya
menjatuhkan kandidat lain melalui kampanye untuk menarik perhatian pemilih bahwa mereka lebih baik dibandingkan calon lainnya. Kegiatan-kegiatan penyampaian visi,
misi, dan program oleh calon legislatif pada saat kampanye dapat dilakukan melalui media cetak dan elektronik secara berulang-ulang berbentuk tulisan, gambar, animasi,
Terlepas siapapun penyelenggaranya, kampanye selalu memiliki tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan tersebut sangat beragam dan berbeda antara satu
organisasi dengan organisasi lainnya. Terdapat beberapa jenis kampanye, salah satunya adalah kampanye pemilu. Kampanye Pemilu merupakan kegiatan-kegiatan
penyampaian visi, misi, dan program oleh peserta pemilu pada masa kampanye, untuk mendapatkan kekuasaan dan kepercayaan dari masyarakat agar dapat
menduduki jabatan-jabatan politik.
1
Antar Venus. 2004. Manajemen Kampanye Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi. Bandung: Simbiosis Rekatama Media. hal. 9.
Universitas Sumatera Utara
promosi, suara, alat peraga kampanye, debat dan bentuk lainnya yang berisi ajakan, himbauan dan memberikan dukungan kepada peserta pemilihan umum.
Menjelang pemilihan umum legislatif 2014 Komisi Pemilihan Umum merupakan lembaga penyelenggara pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap dan
mandiri yang bertugas melaksanakan pemilihan umum, membuat aturan baru yang membatasi partai politik, calon anggota legislatif, dan calon Dewan Perwakilan
Daerah memasang alat peraga kampanye yang tertuang dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2013. Peraturan tersebut dibuat dengan tujuan,
agar ada perimbangan antar peserta pemilu dalam melakukan kampanye, agar peserta pemilu secara langsung terjun ke masyarakat daerah pemilihan masing-masing, serta
tidak merusak nilai estetika kota. Agar tata kota tidak kotor harus ada penataan melalui pembatasan alat peraga kampanye.
Dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2013 disebutkan, bahwa pelaksana kampanye adalah pengurus partai politik, calon anggota
legislatif, juru kampanye dan orang yang ditunjuk oleh peserta pemilu. Pelaksana kampanye bertanggung jawab atas keamanan, ketertiban, dan kelancaran kampanye.
Alat peraga kampanye yang digunakan calon legislatif hanya berupa spanduk tidak diperbolehkan dalam bentuk lainnya, hanya satu unit pada satu zona wilayah
kampanye yang ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum bersama dengan Pemerintah Daerah. Alat peraga juga tidak diperbolehkan ditempatkan pada tempat
Universitas Sumatera Utara
ibadah, rumah sakit, ataupun tempat pelayanan kesehatan, gedung pemerintahan, lembaga pendidikan, jalan-jalan protokol, jalan bebas hambatan, sarana dan prasarana
publik, taman dan pepohonan. Setelah penetapan peraturan tersebut, muncul permasalahan dari kalangan
partai politik dan calon legislatif. Terjadi pro dan kontra, pihak yang setuju mengatakan bahwa peraturan tentang pembatasan alat peraga kampanye memang
layak ditetapkan, karena jika alat peraga tidak dibatasi akan menguntungkan calon legislatif yang memiliki dana yang besar, karena akan memasang alat peraga dalam
jumlah lebih besar dibandingkan dengan calon legislatif yang memiliki dana tebatas. Pembatasan alat peraga kampanye, akan membuat persaingan lebih sehat karena ada
keseragaman pemasangan alat peraga kampanye. Dilain pihak, partai politik dan calon legislatif yang tidak setuju ditetapkannya
peraturan dengan dibatasinya pemasangan alat peraga kampanye, mengatakan pembatasan alat peraga kampanye hanya menguntungkan calon legislatif yang
sebelumnya sudah terpilih, kemudian mencalonkan lagi sebagai anggota legislatif periode berikutnya, karena sudah lebih dulu dikenal oleh masyarakat dibandingkan
dengan calon legislatif yang baru dan belum dikenal masyarakat. Mereka juga mengatakan calon legislatif peserta pemilu tidak dapat dikenal masyarakat apabila
alat peraga kampanye dibatasi. Kerugian lainnya apabila alat peraga dibatasi adalah sudah banyak calon legislatif dan partai politik mengeluarkan biaya untuk pembuatan
Universitas Sumatera Utara
alat peraga kampanye. Dengan demikian, alat peraga yang sudah dibuat akan terbuang karena tidak dapat dipasang.
Di Kota Medan zona pemasangan alat peraga kampanye telah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum bersama Pemerintah Daerah pada tanggal 13 November
2013. Namun, sampai saat ini terdapat pelanggaran yang dilakukan oleh partai politik dan calon legislatif peserta pemilu tahun 2014 di Kota Medan dalam pemasangan alat
peraga kampanye. Sejak dikeluarkannya peraturan tersebut masih banyak calon legislatif menggunakan alat peraga kampanye berupa baliho yang seharusnya tidak
boleh dilakukan. Begitu juga dalam pemasangan alat peraga kampanye, tidak dipasang sesuai dengan zona pemasangan alat peraga yang sudah ditetapkan oleh
Komisi Pemilihan Umum Kota Medan. Adapun pemasangan alat peraga kampanye sesuai dengan zona yang sudah ditetapkan, calon legislatif banyak menggunakan
baliho, dan menempelkan alat peraga kampanye di pepohonan dan sarana umum. Berdasarkan penjelasan diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
lebih lanjut terhadap Implementasi Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2013 mengenai pembatasan pemasangan alat peraga kampanye, khususnya
pada pemilihan legislatif Kota Medan di Kecamatan Medan Sunggal. B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Implementasi peraturan Komisi
Universitas Sumatera Utara
Pemilihan Umum tentang pembatasan alat peraga kampanye kurang berjalan dengan baik dalam rangka mencapai tujuannya, karena masih banyak calon legislatif
melanggar peraturan yang sudah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum. Maka
dari perumusan masalah diatas dapat ditarik pertanyaan penelitian, yakni: “Mengapa masih banyak terdapat pelanggaran Peraturan Komisi Pemilihan Umum
Nomor 15 Tahun 2013 di Kecamatan Medan Sunggal?” C. Pembatasan Masalah
Dalam melakukan penelitian, perlu membuat pembatasan masalah terhadap apa yang akan diteliti, dengan tujuan untuk memperjelas dan membatasi ruang
lingkup penelitian dan hasil penelitian yang dihasilkan tidak menyimpang dari tujuan awal penulisan yang ingin dicapai. Penelitian ini hanya berfokus pada implementasi
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2013 tentang pembatasan alat peraga kampanye di kecamatan Medan Sunggal oleh calon legislatif Kota Medan
daerah Pemilihan II. Di luar calon legislatif Kota Medan di Kecamatan Medan Sunggal tidak dibahas dalam penelitian ini.
D. Tujuan Penelitian