TINJAUAN PUSTAKA Manfaat Penelitian

mengevaluasi hasil. Hal ini dapat dilakukan sendiri atau dengan bantuan orang lain Knowles, 1975. SDLbukan merupakan konsep pem belajaran baru bagi orang dewasa Grow, 1991. Aspek yang unik dari pembelajaran ini terletak pada metode penyampaiannya untuk menyesuaikan karakteristik pelajar dewasa, karena orang dewasa berbeda dengan anak -anak dalam hal belajar. Knowles 1984 menegaskan bahwa dewasa adalah self-directed dan mampu untuk bertanggung jawab untuk keputusannya. Orang dewasa ternyata belajar lebih efektif dari melakukan atau pengalaman. SDL pertama kali didefinisikan sebagai kemampuan seorang dewasa melakukan proses pembel ajaran tanpa bantuan Houle, 1961. Semua manusia dilahirkan dengan potensi yang tidak terbatas untuk bertumbuh dan berkembang Dewey, 1938, mendefinisikan edukasi sebagai agen yang memfasilitasi pertumbuhan ini dan guru sebagai pengarah namun tidak boleh mencampuri atau mengendalikan proses belajar. Lingkungan pembelajaran juga mempengaruhi proses SDL. Misalnya, kekurangan sumber untuk mencari ilmu, pengajar yang terlalu berotoritas, kekurangan waktu atau kecelakaan yang tidak terduga dapat mempengaruhi re- evaluasi dan re-directing pelajar Guglielmino, 1977. SDL sering diduga sebagai proses instruksi dan sifat seseorang Brockett dan Hiemstra, 1991. Ada 5 hal yang berperan dalam SDL pelajar yang telah diidentifikasi yakni: aman secara sosial dan profesional, bertempo, berstruktur, dipercaya, dan timbal - balik.Aspek aman secara sosial dan profesional berarti diterima sebagai bagian dari suatu tim adalah hal pertama yang diperlukan untuk menciptakan suasana belajar yang efektif. Hal ini mengurangi ketaku tan untuk menunjukan ketidakpedulian terhadap penghinaan dan meningkatkan kesenangan dalam dunia kedokteran, Bertempo berarti kecepatan belajar pemula sangat lambat karena mereka kekurangan teknik dari pakar. Bisa dalam hal kosa kata yang harus dimengerti dalam bidang kedokteran. Kecepatan belajar seorang mahasiswa sangat penting untuk disesuaikan sesuai dengan kecepatan masing - masing, yang dalam hal ini temponya masih sangat lambat. Berstruktur berarti terjadwal, yang memungkan mahasiswa dapat belajar lebih bebas dan dapat fokus pada topik yang spesifik, Dipercaya. bermakna kepercayaan mahasiswa untuk merencanakan pembelajaran akan melemah bila lingkungannya tidak dapat diprediksi, dosen tidak ha dir dan jadwal tidak sesuai,. Dalam aspek timbal-balik, otonomi dapat dirangsang jika pelajar mengetahui mereka meraih tingkat kompetensi yang sesuai. Hal ini memerlukan timbal balik yang sering, berjadwal dan pantas. Ini dapat diraih dengan tes uji proses untuk mengetahui proses seorang mahasiswa selama tahun ajaran hingga akhir tahun dan pada saat mendekati ujian akhir Blake et al.,1996. Namun, banyak pendidik atau dosen yang justru kekurangan ilmu untuk memberikan timbal - balik ini atau jarang memperha tikan aktifitas klinis pelajar Cox, 1993. Pentingnya pembelajaran dewasa andragogi dalam program pendidikan kesehatan telah diamati, dalam hal ini pada program pendidikan keperawatan tidak hanya menunjang pelajar untuk belajar tetapi juga menstimulasi dan memfasilitasi SDL Rosendahl, 1974. Andragogi ini sendiri bergantung pada beberapa faktor yang kompleks misalnya kondisi fisik, masalah subjek, instruksi yang diberikan, sifat dari pelajar itu sendiri Dickinson, 1973. Pentingnya kemampuan membangun pertanyaan dan belajar mandiri ini bahkan disebutkan oleh Knowles 1975 dapat mempengaruhi terjadinya kecemasan, frustasi dan kegagalan. SDL dideskripsikan dalam berbagai cara, namun, secara keseluruhan dipercayai bahwa self-direction pelajar menjadi inti proses pembelajaran dan ini dapat di kembangkan melalui instruksi dan aktifitas pembelajaran yang sesuai Brockett Hiemstra, 1991; Candy, 1991; Grow, 1991; Knowles, 1983. Berdasarkan hasil kerja Knowles 1975, Iwasiw 1987 menganggap SDL adalah bentuk pembelajaran yakni individu memiliki tanggung jawab untuk merencanakan, menggunakan dan mengevaluasi kerjanya. Iwasiw 1987 menyimpulkan lima karakteristik dari SDL dan mengatakan bahwa pebelajar bertanggung jawab untuk mengidentifikasi kebutuhan belaja rnya, menentukan tujuan belajarnya, menentukan bagaimana mengevaluasi hasil yang akan didapat, mengidentifikasi dan mencari sumber dan strategi pembelajaran, dan evaluasi hasil pembelajaran. Knowles telah mengidentifikasi 7 kemampuan yang diperlukan untuk SDL yakni: 1. Kemampuan untuk mengembangkan rasa keingintahuan, 2. Kemampuan untuk membuat pertanyaan sesuai dengan keingintahuannya. Kemampuan ini adalah permulaan dari kemampuan untuk berpikir konvergen atau berdebat induktif -deduktif, 3. Kemampuan untuk mengidentifikasi data yang didapatkan untuk menjawab berbagai pertanyaan, 4. Kemampuan untuk menentukan sumber informasi yang relevan pakar, guru, kerabat, pengalaman, komunitas, media audio -visual, 5. Kemampuan untuk memilih dan menggunakan cara paling efisien untuk mengumpulkan data dari sumber terpercaya, 6. Kemampuan untuk menyusun, menganalisa, mengevaluasi data untuk mendapatkan jawaban valid, 7. Kemampuan untuk mengaplikasikan dan mengkomunikasikan jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan. Grow 1991 juga melaporkan variasi aktifitas pembelajaran yang banyak untuk memicu pelajar untuk bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri, Hal ini termasuk mengembangkan strategi untuk belajar, tujuan yang diharapkan, perencanaan pembelajaran, dan melat ih strategi ini sampai otomatis. Melalui SDL, kemampuan pelajar untuk mendapatkan informasi akan bertambah. Menurut Gibbons 1994 latihan untuk metode memerlukan 3 tahap, yaitu tahap belajar bagaimana cara belajar dari mentorguru, diikuti oleh tahap belajar bagaimana mengajar diri sendiri, dan diakhiri oleh tahap belajar bagaimana mengarahkan pembelajaran. Pada tahap belajar bagaimana cara belajar dari mentorguru, inti dari pelajaran diajari secara perlahan, dan pelajaran diatur oleh mentor secara hati - hati. Pelajar belajar subjek yang diberikan, bagaimana mengidentifikasi apa yang perlu dipelajari, bagaimana menyusun isi pembelajaran, bagaimana mengingat kembali apa yang sudah dipelajari. Pada tahap berikutnya pelajar dibimbing melewati proses belajar ol eh mentor. Pelajar belajar bagaimana meraih hasil pelajaran secara independen, bagaimana mengembangkan cara belajar secara pribadi, bagaimana merencanakan dan menyusun unit, bagaimana bekerja dengan orang lain, bagaimana mengambil tindakan, melihat kemajua n, dan menyelesaikan tugas. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menguatkan murid untuk menemukan cara paling menarik dan sukses untuk mencapai tujuan. Pada tahap terakhir yakni belajar bagaimana mengarahkan pembelajaran, pelajar memperlajari bagaimana car a memutuskan hal yang penting untuk dipelajari, dilakukan, dan cara mencapainya. Masing -masing pelajar menentukan tujuannya dan berupaya meraihnya. Misalnya, bagaimana cara membayangkan keinginan di masa depan, bagaimana menentukan tujuan pribadi, bagaiman a memanfaatkan waktu, usaha dan sumber, bagaimana mengevaluasi dan mengarahkan kemajuan. Tujuan dari tahap ini adalah untuk membiasakan pelajar untuk hidup dengan terus belajar, prestasi dan perkembangan pribadi. Pendekatan SDL berbeda dengan pendekatan pe ndidikan tradisional. SDL bermula dari menentukan apa yang ingin dipelajari, sedangkan di pendidikan tradisional, program pendidikan yang menentukan apa yang perlu dipelajari. Pendekatan SDL membuat ini bisa ditentukan oleh pelajar misalnya dengan membaca buku atau mengikuti kuliah. Hal yang terakhir yang diperlukan adalah evaluasi. Pada pendidikan tradisional, mentorguru yang menentukan ini dengan cara ujian untuk menilai jumlah pengetahuan yang didapatkan oleh pelajar. SDL memaksa pelajar untuk menentuk an apakah dia sudah mendapatkan informasi yang cukup untuk menyelesaikan masalah. Jika sudah, maka proses belajar disebut sukses; bila belum, pelajar harus kembali mencari informasi tambahan Frisby, 1991. Bagi seorang calon dokter, saat terbaik untuk me latih SDL bukan pada saat mahasiswa sudah menjadi dokter dan lepas dari pendidikan formal, tetapi saat mahasiswa masih di fakultas kedokteran. Brown dan Uhl 1970 menyatakan bahwa seorang dokter harus menjadi pelajar seumur hidup untuk meraih kemampuan medis yang baik dan memberikan pelayanan medis yang berkualitas. Berbagai pendapat menyetujui bahwa mahasiswa kedokteran perlu mengubah cara belajar mereka dari teacher -directed ke self-directed Fisher, 1981; Caplan, 1977; Fox dan West, 1984. Pendidikan k edokteran mampu memfasilitasi perubahan ini dengan cara memberikan instruksi dan latihan dalam kurikulum yang menyerupai masalah -masalah pada saat praktek yang sebenarnya.

2.2. Self Directed Learning Readiness

Self-directed learning readiness adalah derajat seorang individu memiliki sikap, kemampuan, dan karakteristik pribadi yang diperlukan untuk self-directed learning. SDLR dipengaruhi oleh pelajar secara individu karena kepribadian seseorang sangat mempengaruhi kemampuan SDL orang tersebut Wiley, 1983. Teori tentang pembelajaran dewasa menganggap bahwa saat anak -anak bertumbuh dan berkembang menjadi dewasa, dia berubah dari manusia yang dependen menjadi yang mandiri, dan kesiapan dia untuk belajar semakin terarah kepada tugas dan peran dia di kehidupa n sosial dia. Dewasa secara umum memiliki pengalaman yang sangat lama di daerah teacher-dependent, mereka tidak siap untuk SDL tanpa perubahan cara pembelajaran. Knowles mengatakan bahwa titik dimana seseorang menjadi dewasa adalah saat dia menganggap diri self-directing secara keseluruhan dan menginginkan orang lain menganggap dia self-directed Yu-Chiung, 2005. Knowles menjelaskan SDL sebagai tingkat kesiapan dan kemampuan untuk respon terhadap pengalaman dengan menyelesaikan masalah dan menggunakan peng etahuan. Dia juga mengidentifikasi 3 alasan untuk SDL yang sukses: pelajar proaktif belajar lebih baik daripada pelajar reaktif, SDL konsisten dengan perkembangan psikologi dewasa untuk menjadi lebih bertanggung jawab, banyak perkembangan baru di dunia pendidikan menuntut pelajar untuk menjadi bertanggung jawab dan mengambil inisiatif untuk belajar sendiri. SDLR ini sangat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk melakukan SDL, tetapi tidak semua pelajar memiliki SDLR karena sistem pembelajaran anak- anak dan dewasa sangat berbeda. Setiap orang dewasa harus memiliki SDLR karena orang dewasa tidak belajar sepenuhnya dari guru tetapi belajar secara mandiri. Dalam merintis karir, seorang dewasa pasti akan memiliki masalah dalam pekerjaannya, contohnya seorang dokter yang mendapatkan pasien dengan penyakit yang langka dan dokter tersebut tidak mengetahui cara mendiagnosis dan memberi terapi. Oleh sebab itu untuk mencari solusi untuk masalah tersebut, dokter tersebut harus membuka buku atau jurnal untuk mencari p enyakit pasien tersebut dan menyesuaikan dengan gejala klinis pasien. Namun, hal ini tidak dapat terjadi bila dokter tersebut tidak memiliki SDLR.

2.3. Problem Based Learning

Problem based learning adalah salah satu cara untuk merubah sistem pembelajaran teacher-centered menjadi student-centered dan juga memfasilitasi SDL Rideout dan Carpio, 2001. PBL tidak dapat terjadi tanpa keberadaan SDL, Boud dan Felleti 1997 menyatakan PBL sebagai salah satu cara pembelajaran terbaik untuk merangsang pelajar aga r dapat bertanggung jawab terhadap pembelajarannya sendiri. Meningkatkan kemampuan SDL saat perkuliahan adalah tujuan PBL, karena ini membantu pelajar untuk mendapatkan dan menggunakan pengetahuannya dan mepersiapkannya untuk karir profesionalnya Barrows, 1983; Morrison, 2004; O’Shea, 2003. Komponen SDL yang penting tampak pada proses PBL dimana pelajar mengikuti tahap – tahap berikut: membahas skenario dan membuat hipotesa, menentukan learning issue, memastikan sumber yang akan dibahas, melakukan pencarian informasi, mengaplikasikan pembelajaran dan merefleksikan hasil dan proses pembelajaran. PBL yang merangsang SDL merupakan metode terbaik untuk mengembangkan sikap dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang selalu berubah. PBL adalah metode belajar mengajar dalam kelompok kecil dimana murid diberikan pemicu dari masalah pada kasus atau skenario agar mereka dapat menentukan tujuan pembelajaran mereka. Setelah itu, mereka melakukan self-directed study secara independen sebelum kembali ke grup untuk mendiskusikan dan mempertajam pengetahuan yang mereka dapat. Oleh karena itu, PBL bukan untuk memecahkan masalah, tetapi menggunakan masalah yang sesuai untuk meningkatkan pengetahuan dan pengertian Wood, 2003. PBL