penderita hepatitis B kronik mendapatkan infeksi pada masa perinatal. Kebanyakan penderita ini tidak mengalami keluhan ataupun gejala yang berarti
sampi akhirnya terjadi penyakit hati kronis Soemoharjo, 2009. Gambaran klinis hepatitis B kronik sangat bervariasi. Banyak kasus tidak
didapatkan keluhan maupun gejala dan pemerikaan tes faal hati hasilnya normal IPD,2009.
Berdasarkan status HBeAg, hepatitis B kronik dikelompokkan menjadi hepatitis B kronik HBeAg positif dan hepatitis B kronik HBeAg negatif. Hepatitis B kronik
HBeAg negatif dengan konsentasi DNA VHB tinggi merupakan indikasi terapi antivirus Soemohardjo, 2009.
Belum adanya ditemukan penelitian mengenai karakteristik hepatitis B kronik di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012-2013. Oleh karena itu,
berdasarkan uraian data diatas maka perlu dilakukan penelitian karakteristik penyakit hepatitis B kronik di RSUP Haji Adam Malik Medan sejak Januari 2012-
Desember 2013.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Karakteristik Penyakit Hepatitis B Kronik pada Pasien
Rawat Jalan di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan Januari 2012-Desember 2013?”
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui karakteristik penyakit hepatitis B kronik pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Haji Adam Malik periode Januari 2012 sd Desember
2013.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hepatitis B kronik
berdasarkan sosiodemografi yang meliputi umur, jenis kelamin, suku, agama, pekerjaan, status pernikahan dan tempat tinggal.
b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hepatitis B kronik
berdasarkan jenis golongan hepatitis B kronik. c.
Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hepatitis B kronik berdasarkan kadar viral load HBV DNA.
d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hepatitis B kronik
berdasarkan jenis pengobatan. e.
Untuk mengetahui distribusi proporsi indikasi pengobatan pada penderita hepatitis B kronik berdasarkan nilai enzim transferase.
f. Untuk mengetahui distribusi proporsi repon pengobatan yang diberikan
pada penderita hepatitis B kronik.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk: 1.
Memberikan gambaran dari karakteristik pasien hepatitis B kronik di poli penyakit dalam RSUP Haji Adam Malik Medan.
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi statistik
penyakit heptitis B kronik pada Januari 2012 hingga Desember 2013 di RSUP Haji Adam Malik Medan.
3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber bacaan atau referensi
bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan hepatitis B kronik. 4.
Sebagai sarana bagi penulis untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai hepatitis B kronik.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Hepatitis
Hepatitis adalah peradangan pada hati yang disebabkan oleh beberapa etiologi. Etiologi yang menyebabkan peradangan hati ini antara lain berupa virus,
kelainan sistem imun tubuh, alkohol, obat-obatan tertentu dan juga za- zat yang bersifat racun Schmidt, 2010.
2.2. Anatomi dan Fisiologi Hati
2.2.1. Anatomi Hati
Hati merupakan organ terbesar yang terletak disebelah kanan atas rongga perut. Beratnya 1.500 gram, 2-2,5 berat badan orang dewasa yang normal.
Hati kaya akan persediaan darah sehingga pada kondisi yang sehat berwarna merah tua. Hati dibagi menjadi 2 lobus yaitu lobus kanan dan lobus kiri. Kedua
lobus ini dipisahkan oleh ligamen falsiformis. Lobus kanan hati mempunyai 3 bagian utama yaitu: lobus kanan atas, lobus kuadratus, dan lobus kaudatus. Lobus
kanan lebih besar dibandingkan lobus kirinya Sloane,2004. Hati menerima darah dari 2 sumber: Sherwood, 2011
a. Darah arteri, yang menyediakan O
2
bagi hati dan mengandung metabolit darah untuk diproses oleh hati, disalurkan oleh arteri hepatika.
b. Darah vena yang berasal dari saluran cerna dibawa oleh vena porta
hepatika ke hati untuk pemrosesan dan penyimpanan nutrien yang baru diserap. Didalam hati, vena porta kembali bercabang-cabang menjadi anyaman kapiler
sinusoid hati untuk memungkinan terjadinya pertukaran antara darah dan
hepatosit sebelum darah mengalir ke dalam vena hepatika, yang kemudian menyatu dengan vena kava inferior.
2.2.2. Fisiologi Hati
Hati dipandang sebagai pabrik biokimia utama tubuh. Perannya dalam sistem penceranaan adalah untuk sekresi garam empedu, yang membantu
pencernaan dan penyerapan lemak. Hati juga melakukan berbagai fungsi yang tidak berkaitan dengan pencernaan Sherwood, 2011. Fungsi utama hati yang
tidak berkaitan dengan pencernaan, sebagai berikut: a.
Untuk Metabolisme Metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Bergantung kepada kebutuhan
tubuh. Ketiganya dapat saling dibentuk. b.
Untuk Penyimpanan Zat Seperti mineral Cu, Fe serta vitamin larut lemak Vit. A, D, E, dan K, glikogen
dan berbagai racun yang tidak dapat dikeluarkan dari tubuh seperti, peptisida DDT.
c. Untuk Detoksifikasi
Hati melakukkan inaktivasi hormon dan menguraikan zat sisa tubuh yang toksin dan obat.
d. Untuk Fagositosis
Fagositosis mikroorganisme, sel darah merah, dan sel darah putih yang sudah tua maupun rusak.
e. Untuk Sekresi
Hati memproduksi empedu yang berperan dalam emulsifikasi dan absorbsi lemak Sloane, 2004.
f. Pengaktifan Vit. D
Pengaktifan vit. D dilakukan hati bersama dengan ginjal. g.
Fungsi Vaskular
Membentuk protein plasma, termasuk protein yang dibutuhkan untuk pembekuan darah dan yang untuk menganggkut hormon steroid dan tiroid serta kolesterol
dalam darah Sherwood, 2011
2.3. Definisi Hepatitis B
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B VHB, anggota famili Hepadnavirus yang menyebabkan peradangan hati yang
akut ataupun kronik dan pada sebagian kecil kasus mengalami komplikasi berupa sirosis hati atau kanker hati Selvaraju, 2012.
2.4. Hepatitis B Kronik
2.4.1. Definisi
Pada saat ini definisi hepatitis B kronik adalah adanya persistensi virus hepatitis B VHB yang menetap lebih dari 6 bulan. Sehingga istilah carrier sehat
tidak lagi dianjurkan untuk digunakan Soemohardjo,2009. Hepatitis B kronik adalah masalah klinis utama di seluruh dunia. Hal ini
sangat penting di kawasan Asia-Pasifik dimana prevalensi infeksi HBV tinggi, termasuk Indonesia, yang termasuk hepatitis B daerah endemik sedang sampai
tinggi Juniastuti, 2014.
2.4.2. Patogenesis
Hepatitis B kronik terjadi karena reaksi immunologik pasien terhadap virus hepatitis B kurang sempurna, sehingga memungkinkan terjadi koeksistensi
dengan virus hepatitis B. Pada koeksistensi ini HBsAg akan muncul pada masa awal dan titernya akan naik mencapai angka yang sangat tinggi, tetapi serologi
HBsAg ini akan tetap positif sampai berbulan-bulan, bahkan seumur hidup. Kira- kira 10 penderita hepatitis B akut akan mengalami keadaan ini.
Gambar 2.2 Perjalanan Penyakit Hepatitis B Kronik Sumber : JRSM, 2004
Fase infeksi dari keadaan ini terdiri atas 2 fase, yaitu infeksi kronis dan fase
pengidap HBsAg tanpa gejala.
a. Fase Infeksi Kronis
Dalam fase ini penderita tidak menunjukkan gejala atau hanya mengalami keluhan ringan. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan kenaikan enzim amino
transferase 5- 10 kali dari normal, HBsAg yang menurun, HBeAg dan DNA virus hepatitis B tetap positif. Fase ini akan berlangsung selama satu sampai puluhan
tahun. Dan sebagian penderita akan mengalami kompikasi berupa sirosis hati, hepatoma bahkan meninggal karena kegagalan fungsi hati.
b. Fase HBsAg tanpa gejala
Diawali dengan kelainan biokimia dan hilangnya gejala klinis. Pemeriksaan kadar enzim amino transferase normal, HBsAg tetap atau menurun, HBeAg serta DNA
virus hepatitis B akan negatif. Fase ini umumnya berlangsung seumur hidup. Keadaan ini terjadi pada 10 dari penderita yang terinfeksi pada masa dewasa
Handri,2012.
2.5. Epidemiologi
Diperkirakan bahwa sepertiga populasi dunia pernah terpajan virus ini dan 350-400 juta diantaranya merupakan pengidap hepatitis B.Prevalensi yang lebih
tinggi didapatkan di negara berkembang, termasuk Indonesia. Di Indonesia, angka pengidap hepatitis B pada populasi sehat diperkirakan mencapai 4.0-20.3,
dengan proporsi pengidap di luar Pulau Jawa lebih tinggi daripada di Pulau Jawa.Secara genotip, virus hepatitis B di Indonesia kebanyakan merupakan virus
dengan genotip B 66 CDC,2013 Sekitar 2 miliar penduduk di seluruh dunia pernah terinfeksi dengan virus
hepatitis B dan 600.000 penduduk meninggal setiap tahun oleh komplikasi dari hepatitis B serta lebih dari 240 juta menderita infeksi hati yang kronik WHO,
2012. Tahun 2007, Hasil Riset Kesehatan Dasar Riskesdas menunjukkan dari 10.391
serum yang diperiksa, prevalensi HBsAg positif 9,4 yang berarti 1dari 10 juta penduduk Indonesia pernah terinfeksi hepatitis B. Hal ini menyebabkan Indonesia
digolongkan sebagai negara dengan kategori endemisitas sedang sampai tinggi Depkes RI, 2013.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa prevalensi HBsAg ditemukan lebih tinggi dari 10 di luar Pulau Jawa, yaitu Pulau Sumatera, Pulau Bali dan
Irian Jaya. Ini dapat dimengerti karena Indonesia memiliki daerah yang sangat luas, dengan perilaku dan budaya yang berbeda-beda Sulaiman, 1997.
Gambar 2.3 Epidemiologi Hepatitis B Kronik Sumber: CDC, 2013
2.6. Serologi Penanda VHB