Kriteria Diagnosis Infeksi VHB
Hepatitis B Kronik 1. HBsAg seropositif 6 bulan
2. DNA VHB serum 20.000 IUmL nilai yang lebih rendah 2000-20.000 IUmL ditemukan pada HBeAg negatif
3. Peningkatan ALT yang presisten maupun intermiten 4. Biopsi hati yang menunjukkan hepatitis kronik dengan
derajat nekroinflamasi sedang sampai berat Pengidap Inaktif
1. HBsAg seropositif 6 bulan 2. HBeAg -, anti HBe +
3. ALT serum dalam batas normal 4. DNA VHB 2000-20000 IUmL
5. Biopsi hati yang tidak menunjukkan inflamasi yang dominan Resolved Hepatitis Infection
1. Riwayat infeksi Hepatitis B, atau adanya anti-HBc dalam darah
2. HBsAg - 3. DNA VHB serum yang tidak terdeteksi
4. ALT serum dalam batas normal Sumber asli: PPHI, 2012
2.8. Vaksin Hepatitis
Cara terbaik untuk mencegah hepatitis B adalah dengan mendapatkan vaksin hepatitis B. Vaksin hepatitis B yang aman dan efektif dan biasanya
diberikan 3-4 suntikan selama 6 bulan. Semua anak harus mendapatkan vaksin hepatitis B pada saat lahir dan menyelesaikan vaksin hingga usia 6-18 bulan.
Vaksin dianjurkan untuk semua bayi sehingga mereka akan terhindar dari penyakit serius. Bayi dan anak- anak berada pada resiko yang lebih besar untuk
mengembangkan hepatitis B akut menjadi infeksi hepatitis B kronis, namun vaksin mampu mencegahnya. Pemberian vaksin hepatitis B menunjukkan
perlindungan terhadap infeksi hepatitis B akut dan kronis, gejala berlangsung selama
≥ 22 tahun Sarah dkk, 2013. Saat ini dikenal 3 type vaksin yaitu Lubis, 2004:
1. Human Plasma Derived
Vaksin ini berasal dari plasma. Dalam pemberiannya tidak ditemukan efek samping yang berarti.
2. Recombinant
DNA recombinan vaccine, merupakan HBsAg yang dimurnikan dimana komposisinya sama dengan human plasma derived yang berasal dari plasma.
3. Polypeptide
Vaksin ini masih dalam tahap ekperimental dan penggunaannya belum ditetapkan. Semua anak- anak dan remaja yang berusia kurang dari 18 tahun dan belum
divaksinasi sebelumnya harus divaksin jika mereka tinggal di negara-negara dimana ada endemisitas rendah atau menengah. Kelompok berisiko tingga dapat
memperoleh infeksi dan mereka juga harus divaksinasi. Mereka termasuk WHO, 2013:
• Orang yang sering membutuhkan donor darah atau pasien dialisis.
• Penerima transplantasi organ padat.
• Orang magang di penjara
• Pengguna narkoba
• Rumah tangga dan kontak seksual orang dengan infeksi VHB kronis.
• Orang dengan beberapa mitra seksual, serta petugas kesehatan dan orang
lain yang mungkin terkena darah dan produk darah melalui pekerjaan mereka. •
Wisatawan yang belum menyelesaikan seri vaksinasi hepatitis B mereka harus ditawarkan vaksin sebelum berangkat ke daerah endemis.
2.9. Penularan Hepatitis B
Ada 2 cara penularan infeksi VHB yaitu penularan secara horizontal dari pengidap hepatitis kepada individu yang masih rentan dan secara vertikal ibu
hamil kepada bayi Soemohardjo, 2008.
2.9.1. Penularan Secara Horizontal
Dapat melalui kulit ataupun selaput lendir a.
Melalui Kulit Penularan melalui kulita bisa disebabkan oleh karena adanya tusukan yang jelas
penularan parenteral, misalnya suntikan, transfusi darah, tatto atau pemberian produk yang berasal dari darah. Ada pula yang disebabkan tanpa tusukan yang
jelas, misalnya bahan infektif melalui goresan dan radang pada kulit. b.
Melalui Selaput Lendir Selaput lendir yang diduga manjadi jalan masuk VHB kedalam tubuh adalah
selaput lendir mulut, hidung, mata dan kelamin. Penularan melalui selaput lendir mulut dapat terjadi pada mereka yang sariawan maupun selaput lendir mulut
terluka. Melalui selaput lendir kelamin dapat terjadi akibat hubungan seksual dengan pasangan yang mengandung HBsAg positif yang bersifat infeksius Ali,
1995.
2.9.2. Secara Vertikal
Terjadi pada masa sebelum kelahiran maupun prenatal, selama persalinan atau perinatal dan setela persalinan atau postnatal. Bayi yang tertular VHB secara
vertikal mendapat penularan pada masa perinatal yaitu saat proses persalinan Ali, 1995.
2.10. Penatalaksanaan Hepatitis B Kronik
Tujuan pengobatan VHB ini adalah untuk mencehag atau menghentikan radang hati liver injury dengan menekan replikasi virus atau menghilangkan
injeksi. Titik akhir dalam pengobatan hepatitis B adalah hilangnya bertanda replikasi virus yang aktif secara menetep Sudoyo, 2006.
Tidak semua pasien dengan infeksi VHB kronis perlumendapatkan terapi antiviral. Pemberian antiviral pada pasien hepatitis kronis tanpa pertimbangan
yang benar hanya akan merugikan pasien, baik dari aspek biaya, keberhasilan terapi, dan resiko resistensi obat Cahyono, 2008.
Banyak obat antiviral yang telah dicoba untuk mengobati hepatitis B tapi belum ada yang memuaskan. Saat ini yang dianggap paling baik hasil adalah
interferon dan lamivudin. •
Interferon, diberikan secara intensif 3 kali seminggu. Lamanya minimal 4- 6 bulan. Keberhasilannya 40-50. Efek sampingnya mengganggu dan harganya
sangat mahal. Ada jenis interferon kerja panjang yang bisa diberikan cukup 1 kali seminggu, yaitu Peggylated Interferon.
• Lamivudin, diberikan per oral, efek sampingnya sedikit. Diberikan
bersama dengan interferon atau dosis tunggal Hilman dkk, 2010.
Tabel 2.3 Rekomendasi Terapi Hepatitis B
HBeAg HBV DNA
10
5
copiesml
ALT Strategi Pengobatan
+ +
≤ 2 x ULN Efikasi terhadap terapi rendah
Observasi, terapi bila ALT meningkat
+ +
2x ULN -Mulai terapi dengan : interferon
alfa, lamivudin atau adefovir -End point terapi : serokonversi
HBeAg dan timbulnya anti HBe Durasi terapi :
iInterferon selama 16 minggu iiLamivudin minimal 1 tahun,
lanjutkan 3-6 bulan setelah terjadi serokonversi HBeAg
iiiAdefovir minimal 1 tahun
-Bila tidak memberikan responada kontraindikasi,
interferon diganti lamivudin adefovir
-Bila resisten terhadap lamivudin, berikan adefovir
- +
2x ULN -Mulai terapi dengan : interferon
alfa, lamivudin atau adefovir. Interferon atau adefovir dipilih
mengingat kebutuhan perlunya terapi jangka panjang
-End point terapi : normalisasi kadar ALT dan HBV DNA
pemeriksaan PCR tidak terdeteksi
-Durasi terapi : ·Interferon selama satu tahun
·Lamivudin selama 1 tahun ·Adefovir selama 1 tahun
-Bila tidak memberikan respon ada kontraindikasi interferon
diganti lamivudin adefovir -Bila resisten terhadap
lamivudin, berikan adefovir
- -
1- 2x ULN Tidak Perlu Terapi
+-
terdeteksi Sirosis Hati
-Terkompensasi : lamivudin atau adefovir
-Dekompensasi : lamivudin atau adefovir, interferon
kontraindikasi, transplantasi hati
Sumber diterjemahkan: Lok, McMahon, 2009
+- Tidak terdektsi
Sirosis Hati -Terkompensasi : observasi
-Dekompensasi : rujuk ke pusat transplantasi hati
Gambar 2.3 Algoritma Penatalaksanaan Hepatitis B Kronik Sumber asli: Anna dkk,2009
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian