Badan amil zakat dapat menerima harta selain zakat, seperti infaq, shadaqah, wasiat waris dan kafarat.
BAB V Pasal 16
1 Hasil pengumpulan zakat didayagunakan untuk mustahiq sesuai dengan ketentuan agama.
2 Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat berdasarkan skala prioritas kebutuhan mustahiq dan dapat dimanfaatkan untuk usaha yang produktif.
3 Persyaratan dan prosedur pendayagunaan hasil pengumpulan zakat sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 diatur dengan keputusan menteri.
2. UNDANG-UNDANG HAJI DAN UMROH
Penyelenggaraan ibadah haji di Indonesia diatur oleh Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji.
BAB I. KETENTUAN UMUM Pasal 1
Ayat 1 Ibadah Haji adalah rukun Islam kelima yang merupakan kewajiban sekali seumur
hidup bagi setiap orang Islam yang mampu menunaikannya. Ayat 2
Penyelenggaraan Ibadah Haji adalah rangkaian kegiatan pengelolaan pelaksanaan Ibadah Haji yang meliputi pembinaan, pelayanan, dan perlindungan Jemaah Haji.
Ayat 3 Jemaah Haji adalah warga negara Indonesia yang beragama Islam dan telah men-
daftarkan diri untuk menunaikan Ibadah Haji sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
Ayat 7 Komisi
Pengawas Haji Indonesia,
selanjutnya disebut KPHI, adalah lembaga mandiri yang dibentuk untuk melakukan pengawasan terhadap Penyelenggaraan Ibadah
Haji. Ayat 8
Biaya Penyelenggaraan Ibadah
Haji, yang selanjutnya disebut
BPIH, adalah sejumlah dana yang harus dibayar oleh warga negara yang akan menunaikan
Ibadah Haji. Pasal 11 Paspor Haji adalah dokumen perjalanan resmi yang diberikan kepada Jemaah Haji
untuk menunaikan Ibadah Haji. Pasal 16 Ibadah umrah adalah umrah yang dilaksanakan di luar musim haji.
Pasal 17 Dana Abadi Umat, yang selanjutnya disebut DAU, adalah sejumlah dana yang di- peroleh dari hasil pengembangan Dana Abadi Umat danatau sisa biaya
operasional Penyelenggaraan Ibadah Haji serta sumber lain yang halal dan tidak mengikat.
Pasal 18 Badan Pengelola Dana Abadi Umat, yang selanjutnya disebut BP DAU, adalah badan untuk menghimpun, mengelola, dan mengembangkan Dana Abadi Umat.
BAB II. ASAS DAN TUJUAN Pasal 2
Penyelenggaraan Ibadah Haji dilaksanakan berdasarkan asas keadilan, profesionalitas, dan akuntabilitas dengan prinsip nirlaba.
Pasal 3
Penyelenggaraan Ibadah Haji bertujuan untuk memberikan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan yang sebaik-baiknya bagi Jemaah Haji sehingga Jemaah Haji dapat menunaikan
ibadahnya sesuai dengan ketentuan ajaran agama Islam.
BAB III. HAK DAN KEWAJIBAN Pasal 4
1 Setiap warga negara yang beragama Islam berhak untuk menunaikan Ibadah Haji dengan syarat :
a. berusia paling rendah 18 delapan belas tahun atau sudah menikah; dan
SMA PGRI 2 Kajen _RPP PAIS Kelas X Semester 2
Page 24
b. mampu membayar BPIH. 2 Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat 1
diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 5
Setiap warga negara yang akan menunaikan Ibadah Haji berkewajiban sebagai berikut : a. mendaftarkan diri kepada Panitia Penyelenggara Ibadah Haji kantor Departemen Agama
kabupatenkota setempat; b. membayar BPIH yang disetorkan melalui bank penerima setoran; dan
c. memenuhi dan mematuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku dalam Penyelenggaraan Ibadah Haji.
Pasal 6
Pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan dengan menyediakan layanan administrasi, bimbingan ibadah haji, akomodasi, transportasi,
pelayanan kesehatan, keamanan, dan hal-hal lain yang diperlukan oleh jemaah haji.
Pasal 7
Jemaah Haji berhak memperoleh permbinaan, pelayanan dan perlindungan dalam menjalan- kan Ibadah Haji, yang meliputi :
a. pembimbingan manasik haji danatau materi lainnya, baik di tanah air, di perjalanan, maupun di Arab Saudi;
b. pelayanan akomodasi, konsumsi, transportasi, dan pelayanan kesehatan yang memadai, baik di tanah air, selama di perjalanan, maupun di Arab Saudi;
c. perlindungan sebagai warga negara Indonesia; d. penggunaan paspor haji dn dokumen lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan Ibadah
Haji; dan e. pemberian kenyamanan transportasi dan pemondokan selama di tanah air, di Arab
Saudi, dan saat kepulangan ke tanah air.
BAB IV. PENGORGANISASIAN Pasal 11
1 Menteri membentuk Panitia Penyelenggara Ibadah Haji di tingkat pusat, di daerah yang memiliki embarkasi, dan di Arab Saudi.
2 Dalam rangka Penyelenggaraan Ibadah Haji, Menteri menunjuk petugas yang menyertai Jemaah Haji, yang terdiri atas :
a. Tim Pemandu Haji Indonesia TPHI b. Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia TPIHI
BAB XIII PENYELENGGARAAN PERJALANAN IBADAH UMRAH
Pasal 43
1 Perjalanan Ibadah Umrah dapat dilakukan secara perseorangan atau rombongan melalui penyelenggara perjalanan Ibadah Umrah.
2 Penyelenggara perjalanan Ibadah Umrah dilakukan oleh Pemerintah danatau biro per- jalanan wisata yang ditetapkan oleh Menteri.
3
.
Undang-Undang Wakaf di Indonesia
Untuk mengatur perwakafan, Pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.
BAB I Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan : 1. Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan danatau menyerahkan
sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah danatau kesejahteraan
SMA PGRI 2 Kajen _RPP PAIS Kelas X Semester 2
Page 25
umum menurut syariah. 2. Wakif adalah pihak yang mewakafkan harta benda miliknya.
3. Ikrar wakaf adalah pernyataan kehendak wakif yang diucapkan secara lisan danatau tulisan kepada Nazhir untuk mewakafkan harta benda miliknya.
4. Nazhir adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari Wakif untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya.
5. Harta benda wakaf adalah harta benda yang memiliki daya tahan lama danatau manfaat jangka panjang serta mempunyai nilai ekonomi menurut syariah yang diwakafkan oleh
Wakif. 6. Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakif, selanjutnya disingkat PPAIW, adalah pejabat ber-
wenang yang ditetapkan oleh menteri untuk membuat akta ikrar wakaf. 7. Badan Wakaf Indonesia adalah lembaga independen untuk mengembangkan
perwakafan di Indonesia. 8. Pemerintah adalah perangkat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas
Presiden beserta para menteri. 9. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawaba di bidang agama.
BAB II Pasal 4
Wakaf bertujuan memanfaatkan harta benda wakaf sesuai dengan fungsinya.
Pasal 5
Wakaf berfungsi mewujudkan potensi dan manfaat ekonomis harta benda wakaf untuk kepentingan ibadah dan untuk memajukan kesejahteraan umum.
Pasal 7
Wakif meliputi : a perseorangan; b organisasi; c badan hukum.
Pasal 9
Nazhir meliputi : a perseorangan; b organisasi; c badan hukum. PENDAFTARAN DAN PENGUMUMAN HARTA BENDA WAKAF
Pasal 32
PPAIW atas nama Nazhir mendaftarkan harta benda wakaf kepada instansi yang berwenang paling lambat 7 tujuh hari kerja sejak akta ikrar wakaf ditandatangani.
Pasal 33
Dalam pendaftaran harta benda wakaf sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32, PPAIW menyerahkan :
a. salinan akta ikrat wakaf; b. surat-surat danatau bukti-bukti kepemilikan dan dokumen terkait lainnya.
Pasal 34
Instansi yang berwenang menerbitkan bukti pendaftaran harta benda wakaf.
Pasal 35
Bukti pendaftaran harta benda wakaf sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 disampaikan oleh PPAIW kepada Nazhir.
Pasal 36
Dalam hal harta benda wakaf ditukar atau diubah peruntukannya, Nazhir melalui PPAIW mendaftarkan kembali kepada instansi yang berwenang dan Badan Wakaf Indonesia atas
harta benda wakaf yang ditukar atau diubah peruntukannya itu sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam tata cara pendaftaran harta benda wakaf.
BAB IV PERUBAHAN STATUS HARTA BENDA WAKAF
SMA PGRI 2 Kajen _RPP PAIS Kelas X Semester 2
Page 26
Pasal 40
Harta benda wakaf yang sudah diwakafkan dilarang : a dijadikan jaminan; b disita; c dihibahkan; d dijual; e diwariskan; f ditukar; atau g dialihkan dalam bentuk pengalihan
hak lainnya.
Pasal 41
1 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 huruf f dikecualikan apabila harta benda wakaf yang telah diwakafkan digunakan untuk kepentingan umum sesuai dengan
rencana umum tata ruang RUTR berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan syariah.
2 Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 hanya dapat dilakukan setelah memperoleh izin tertulis dari menteri atas persetujuan Badan Wakaf Indonesia.
3 Harta benda wakaf yang sudah diubah statusnya karena ketentuan pengecualian sebagai-mana dimaksud pada ayat 1 wajib ditukar dengan harta benda yang manfaat
dan nilai tukar sekurang-kurangnya sama dengan harta benda wakaf semula.
BAB V PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN HARTA BENDA WAKAF
Pasal 42
Nazhir wajib mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan, fungsi dan peruntukannya.
Pasal 43
1 Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf oleh Nazhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 dilaksanakan sesuai dengan prinsip syariah.
2 Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan secara produktif.
3 Dalam hal pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf yang dimaksud pada ayat 1 diperlukan penjamin, maka digunakan lembaga penjamin syariah.
Pasal 44
1 Dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf, Nahir dilarang melakukan perubahan peruntukan harta benda wakaf kecuali atas dasar izin tertulis dari Badan
Wakaf Indonesia.
Pasal 45
1 Dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf, Nazhir diberhentikan dan diganti dengan Nazhir lain apabila Nazhir yang bersangkutan :
a. meninggal dunia bagi Nazhir perseorangan; b. bubar atau dibubarkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku untuk Nazhir organisasi atau Nazhir badan hukum; c. atas permintaan sendiri;
d. tidak melaksanakan tugasnya sebagai Nazhir danatau melanggar ketentuan larangan dalam pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; e. dijatuhi hukuman pidana oleh pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap.
BAB VI Pasal 47
1 Dalam rangka memajukan dan mengembangkan perwakafan nasional, dibentuk Badan Wakaf Indonesia.
2 Badan Wakaf Indonesia merupakan lembaga independen dalam melaksanakan tugasnya.
Pasal 48
Badan Wakaf Indonesia berkedudukan di ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia dan dapat membentuk perwakilan di Provinsi danatau KabupatenKota sesuai dengan
kebutuhan.
SMA PGRI 2 Kajen _RPP PAIS Kelas X Semester 2
Page 27
i. METODE PEMBELAJARAN
Ceramah , diskusi dan tanya jawab ii.
LANGKA-LANGKAH NO
KGIATAN PEMBELAJARAN PENGORGANI
SASIAN SISWA
WAKT U
PENDAHULUAN 1
Guru Mengucapkan Salam
Menanyakan kabar
Berdo’a
Presensi Siswa
K 10
Menit
2 Appersepsi
Mencari informasi awal sejauh mana pengetahuan peserta
didik tentang perawatan jenazah dengan menyampaikan pertanyaan :
Sudah pernahkah kalian membaca undang-undang tentang Zakat, Hajiumroh dan wakaf ?
3 Motivasi
Memberi gambaran kepada siswa bahwa pentingnya
pengelolaan zakat, haji uroh dan wakaf secara profesional. 4
Guru Menyampaikan Tujuan Pembelajaran K
5 KEGIATAN INTI
EKSPLORASI Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok
Kelompok 1-2 mendiskusikan tata cara
pengelolaan zakat.
Kelompok 3-4 mendiskusikan tatacara
pengelolaan haji.
Kelompok 5-6 mendiskusikan tata cara pengelolaan wakaf
G
60
Menit
ELABORASI
Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya
Kelompok yang lain memberikan tanggapan baik berupa
pertanyaan, penguatan ataupun sanggahan jika memang di anggap keliru.
G
KONFIRMASI
Guru memberikan penguatan terhadap hasil belajar siswa, memberikan umpan balik positif dalam bentuk lisan.
Memberikan koreksi terhadap hasil diskusi jika dianggap
perlu K
6 PENUTUP
Peserta didk dengan dipandu oleh guru memberikan
simpulan dari materi yang telah dipelajari bahwa merawat jenazah merupakan ilmu yang wajib di pelajari oleh setiap
muslim mengingat begitu pentingnya perkara ini. EVALUASI
Guru memberi kan tes lisan untuk mengukur keberhasilan
pembelajaran yang baru berlalu
Memberikan tugas rumah
Menutup pembelajran dengan mengucap hamdalah nilai religius
Guru mengakhiri pertemuan dengan mengucapkan salam
nilai religius dan didiplin K
20
Menit
7 Jumlah Waktu
90
SMA PGRI 2 Kajen _RPP PAIS Kelas X Semester 2
Page 28
Menit
VI. SUMBER BELAJAR
-
Buku Paket PAI kelas X Penerbit Erlangga
-
Al-Qur’an dan terjemah VII.
PENILAIAN
1. . Prosedur Tes :
-
Tes awal : Tidak Ada
-
Tes Proses : Ada
-
Tes Akhir : Ada
2. Jenis Tes :
-
Tes awal : Tidak ada
-
Tes Proses : Pengamatan
-
Tes Akhir : Lisan
3. Alat Tes Tes Proses
: Lembar Pengamatan Terlampir Tes Akhir
: tes tulis
Soal :
No
Uraian Soal
Kunci jawaban Skor
1 Jelaskan tata cara mengelola zakat
berdasarkan undng-undang zakat indonesia
2 2
Jelaskan tata cara mengelola haji berdasarkan uu haji
4 3
Jelaskan tata cara mengelola wakaf berdasarkan uu wakaf
4
Keterangan :
K
= Klasikal
G
= Group
I
= Individu
Mengetahui Kepala Sekolah Kajen, Januari 2015
Pendidik Mapel Pendidikan Agama Islam
Achmad Jaenudin, S. Pd NIY. 201877
Drs. Ahmad Hasibuan NIY. 201 901
SMA PGRI 2 Kajen _RPP PAIS Kelas X Semester 2
Page 29
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RPP
SATUAN PENDIDIKAN : SMA PGRI 2 KAJEN
MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
KELAS SEMESTER : X 2
ALOKASI WAKTU : 4 X 45 Menit
PERTEMUAN KE : 1 satu
STANDAR KOMPETENSI :
12. Memahami keteladanan Rasulullah SAW dalam membina umat periode Madinah