Danau Linting adalah sebuah danau yang unik, dan berpotensi untuk dikembangkan, karena selain keberadaan danau yang menarik kawasan ini juga
didukung oleh keadaan fisik kawasan yang indah dan asri. Dan saat ini, kawasan ini sedang dalam tahap pengembangan, sehingga membutuhkan analisis untuk
tetap menjaga kelestarian dan kesinambungan ekosistemnya. Hasil analisis tersebut akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penglasifikasian
areal-areal di kawasan tersebut sesuai dengan peruntukanpenggunaan lahannya dan juga dalam manajemen pengelolaan.
Pengembangan kawasan ini belum memiliki analisis konsepmodel perencanaan, sehingga peneliti melakukan penelitian untuk merancang model
perencanaan untuk mendukung pengembangan kawasan Danau Linting tersebut.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1.
Merancang model zonasi kawasan objek wisata Danau Linting Desa Sibunga- bunga Hilir, Kecamatan Sinembah Tanjung Muda STM Hulu, Kabupaten
Deli Serdang.
2. Menganalisis kebutuhan fasilitas pada model zonasi kawasan Danau Linting.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah memberikan model zonasi kawasan Danau Linting untuk dijadikan sebagai bahan masukan
atau alternatif pertimbangan bagi pemangku kepentingan stakeholders terkait dalam perencanaan pengelolaan kawasan tersebut sebagai kawasan objek wisata.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
Ekowisata
Ekowisata atau wisata ekologis memiliki pengertian yakni, wisatawan menikmati keanekaragaman hayati dengan tanpa melakukan aktifitas yang
menyebabkan perubahan pada alam, atau hanya sebatas mengagumi, meneliti dan menikmati serta berinteraksi dengan masyarakat lokal dan objek wisata tersebut
Qomariah, 2009. Menurut Fandeli et al 2000, Indonesia memiliki potensi yang sangat
besar dalam pengembangan ekowisata kawasan hutan tropika yang tersebar di kepulauan yang sangat menjanjikan untuk ekowisata dan wisata khusus. Kawasan
hutan yang dapat berfungsi sebagai kawasan wisata yang berbasis lingkungan adalah kawasan Pelestarian Alam Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Taman
Wisata Alam, kawasan suaka Alam Suaka Margasatwa dan Hutan Lindung melalui kegiatan wisata alam terbatas, serta Hutan Produksi yang berfungsi
sebagai Wana Wisata. Dalam konteks ekowisata maka sumberdaya alam dipandang sebagai asset
yang memiliki nilai, baik secara ekologi maupun ekonomi, sehingga kegiatan- kegiatan yang dilahirkan akan bersifat nonekstraktif. Pendekatan yang kemudian
muncul dan harus digunakan para pengembang adalah yang bersifat simbiotik, dimana para pelaku berinteraksi positif dengan kawasan yang dikelolanya dan
bukan bersifat parasitik Lubis, 2006. Lubis 2006 juga menambahkan bahwa pengembangan ekowisata secara
terpadu diperlukan untuk membangun ekowisata yang berkelanjutan dan berbasis masyarakat. Untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat, maka perlu diciptakan
Universitas Sumatera Utara
suasana kondusif yakni situasi yang menggerakkan masyarakat untuk menarik perhatian dan kepedulian pada kegiatan ekowisata dan kesediaan bekerjasama
secara aktif dan berkelanjutan. Pengembangan ini melibatkan adanya sistem perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan dan evaluasi. Hal yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan fisik ialah ketersediaan sarana pendukung dan aksesibilitas di lokasi wisata.
Perencanaan terpadu berupa master plan untuk membangun eco-destination berisi kerangka kerja, stakeholders yang terkait serta tanggung jawab masing-masing
stakeholders untuk kegiatan konservasi lingkungan, peningkatan ekonomi serta apresiasi budaya lokal.
Berikut dikemukakan juga prinsip pengembangan ekowisata dan kriteria ekowisata yang disusun oleh kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Republik
Indonesia bekerjasama dengan Indonesian Ecotourism Network INDECON, yang secara konseptual menekankan tiga konsep dasar, yaitu:
1. Prinsip Konservasi : pengembangan ekowisata harus mampu memelihara,
melindungi atau berkontribusi untuk memperbaiki sumberdaya alam. 2.
Prinsip Partisipasi Masyarakat : pengembangan harus didasarkan atas musyawarah dan persetujuan masyarakat setempat serta peka dan
menghormati nilai-nilai social-budaya dan tradisi keagaman yang dianut masyarakat sekitar kawasan.
3. Prinsip Ekonomi : pengembangan ekowisata harus mampu memberikan
manfaat untuk masyarakat, khususnya setempat, dan menjadi penggerak pembangunan ekonomi di wilayahya untuk memastikan bahwa daerah yang
Universitas Sumatera Utara
bangunan yang seimbang balanced development antara kebutuhan pelestarian lingkungan kepentingan semua pihak.
Dalam penerapannya juga sebaiknya dapat mencerminkan dua prinsip lainnya, yaitu :
4. Prinsip Edukasi : pengembangan ekowisata harus mengandung unsur
pendidikan untuk mengubah perilaku atau sikap seseorang menjadi memiliki kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan
dan budaya. 5.
Prinsip Wisata : pengembangan ekowisata harus dapat memberikan kepuasan pengalaman yang original kepada pengunjung, serta memastikan usaha
ekowisata dapat berkelanjutan. Ekowisata memberikan sarana untuk meningkatkan kesadaran orang akan
pentingnya pelestarian dan pengetahuan lingkungan, baik wisatawan nusantara maupun mancanegara. Ekowisata harus menjamin agar wisatawan dapat
menyumbang dana bagi pemeliharaan, keanekaragaman hayati yang terdapat di daerah yang dilindungi sebagai salah satu proses pendidikan memelihara
lingkungan Sastrayuda, 2010.
Zonasi dan Daya Dukung
Perencanaan pengelolaan kawasan yang dilindungi artinya mengidentifikasikan zona-zona pengelolaan yang berbeda, yang secara geografis
kawasan berada dalam penekanan manajemen yang sama dan tingkat yang sama dalam pemanfaatannya dan pemisahan pemanfaatan yang berbeda. Zonasi dalam
berbagai bentuk secara luas digunakan dan sudah lama dikembangkan sebagai
Universitas Sumatera Utara
metode pengelolaan sumber informasi dan pedoman tugas pengelolaan Zaitunah, 2009.
Zonasi kawasan berhubungan erat dengan daya dukung kawasan. Informasi awal dari gambaran umum kawasan dan permasalahan yang ada
merupakan bahan dalam penentuan zonasi. Zonasi merupakan aspek manajemen kawasan yang berhubungan dengan kepekaan suatu kawasan, objek dan atraksi
wisata serta tingkat kunjungan maksimum yang disarankan Lubis, 2006. Bengen 2002 dalam Prasita 2007 menjelaskan bahwa konsep daya
dukung didasarkan pada pemikiran bahwa lingkungan memiliki kapasitas maksimum untuk mendukung suatu pertumbuhan organisme. Daya dukung
dibedakan menjadi 4 macam, yakni: a.
Daya Dukung Ekologis : tingkat maksimum baik jumlah maupun volume pemanfaatan suatu sumberdaya atau ekosistem yang dapat diakomodasi oleh
suatu kawasan sebelum terjadi penurunan kualitas ekologis. b.
Daya Dukung Fisik : jumlah maksimum pemanfaatan suatu sumberdaya atau suatu ekosistem yang dapat diadsorbsi oleh suatu kawasan tanpa
menyebabkan penurunan kualitasa fisik. c.
Daya Dukung Sosial : tingkat kenyamanan dan apresiasi pengguna suatu sumberdaya atau ekosistem terhadap suatu kawasan akibat adanya pengguna
lain dalam waktu bersamaan. d.
Daya Dukung Ekonomis : tingkat skala usaha dalam pemanfaatan suatu sumberdaya yang memberikan keuntungan ekonomi maksimum secara
berkesinambungan.
Universitas Sumatera Utara
Konsep daya dukung ini berorientasi pada penggunaan jangka panjang dan tindakan jangka pendek yang harus dipertimbangkan efek jangka panjang. Konsep
ini juga berorientasi pada optimalisasi penggunaan jangka panjang yang konstan dengan produk yang maksimum Knudson, 1980; dalam Irayati, 2000.
Rencana Penelitian Integratif tentang Model Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Ekosistem tahun 2010-2014, menyatakan bahwa penetapan
zonasi ditentukan oleh potensi biofisik, sarana prasarana tersedia dan tata ruang dan fungsi lahan daerah penyangga, serta aspek pengamanan. Untuk melihat
seberapa jauh efektifitas pengelolaan dan manfaat zonasi bagi kepentingan pelestarian dan manfaat ekonomi maka perlu evaluasi nilai dan manfaat melalui
indikator yang telah disepakati. Young 1993 dalam Zaitunah 2009 mendefinisikan bahwa zonasi
sebagai apa yang dapat terjadi dan tidak dapat terjadi dalam kawasan taman yang berbeda, dalam artian pengelolaan sumberdaya budaya alam, sumberdaya budaya,
budidaya manusia dan keuntungannya, pengunjung dan pengalaman, aksesibilitas, fasilitas dan pembangunan, serta pemeliharaan dan operasional.
Melalui manajemen zonasi, keterbatasan penggunaan yang diterima dan pembangunan dalam kawasan dikembangkan.
Zonasi bertujuan untuk mendefinisikan tindakan manajemen tertentu untuk setiap zona dan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas manajemen. Zonasi
juga digunakan untuk identifikasi dan merencanakan area-area dimana tingkat pengaruh turis paling tinggi mungkin terjadi tanpa membahayakan wilayah yang
secara ekologi penting Eagles et al, 2000; dalam Zaitunah, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa manfaat dilakukannya penzonasian pengelolaan kawasan konservasi antara lain:
- Menjamin kelestarian keterwakilan danatau kefragilan habitat tertentu
melalui upaya tindakan manajemen yang tepat. -
Memisahkan konflik kepentingan antara aktivitas manusia dengan upaya perlindungan.
- Melindungi sumberdaya alam danatau budaya khas tanpa menghalangi
upaya pemanfaatannya secara rasional. -
Memungkinkan areal yang rusak untuk pemulihan alami maupun campur tangan manusia.
Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No: KM.67UM.001MKP2004 tentang Pedoman Umum Pengembangan Pariwisata
di Pulau-pulau Kecil, mengatakan bahwa jenis-jenis zonasi yang umum digunakan dalam pengembangan pariwisata ada 3 Intensif, Ekstensif, dan Perlindungan,
sedangkan Lubis 2006 menyatakan bahwa selain ketiga zona tersebut ada zona lain yang dapat dimodelkan dalam suatu perancangan ekowisata. Berikut akan
dijelaskan zona-zona tersebut. 1.
Zona Intensif memiliki tingkat kerawanan ekologis dan fisik yang rendah dengan potensi wisata yang menarik. Pada kawasan ini dirancang untuk
menerima kunjungan dan tingkat kegiatan yang tinggi dengan memberikan ruang yang luas untuk kegiatan dan kenyamanan pengunjung.
2. Zona Semi-intensif adalah kawasan yang dirancang sebagai kawasan untuk
menerima kunjungan dengan tujuan kegiatan yang bersifat lebih spesifik. 3.
Zona Ekstensif, dibagi menjadi dua zona, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
- Zona Ekstensif Primer, merupakan kawasan yang dirancang hanya untuk
menerima kunjungan dan tingkat kegiatan terbatas, untuk menjaga kualitas keanekaragaman hayati.
- Zona Ekstensif Sekunder, merupakan kawasan yang dirancang hanya untuk
menerima kunjungan dan tingkat kegiatan yang sangat terbatas. Jalur lintasan memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi dan memberikan nilai
petualangan. 4.
Zona Perlindungan, yaitu suatu kawasan yang dirancang untuk tidak menerima kunjungan dan kegiatan pariwisata. Kawasan ini biasanya merupakan kawasan
yang menjadi sumber air bagi kawasan seluruh pulau, atau memiliki kerentanan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi.
Penataan Ruang Zonasi Kawasan
Rencana tata ruang didasarkan pada konsep pemanfaatan ruang sesuai daya dukung kawasan pada tiap zona tapak yang telah ditetapkan. Zonasi
didasarkan pada daya dukung dan kesesuaian lahan untuk tujuan perlindungan dan pengawetan
sumberdaya alam,
dan pemanfaatan
potensi yang
ada Nurlaelih, 1998.
Dalam penataan ruang ekowisata masyarakat berhak untuk berperan serta dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang, dan mengetahui secara terbuka rencana tata kawasan dan rencana rinci tata ruang kawasan ekowisata Sastrayuda, 2010. Selain itu aspek
yang perlu untuk diperhatikan ialah lingkungan,termasuk konservasi sumber daya alam dan sentitifitas ekosistem serta aspek sosial, budaya dan ekonomi
masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Nurlaelih 1998 mengemukakan bahwa zona intensif memiliki tingkat kerawanan ekologis dan fisik yang rendah dengan potensi wisata yang menarik.
Pada area ini dikembangkan area penerimaan, area piknik, dan area perkemahan dengan fasilitas penunjangnya. Aktivitas pada zona ini bersifat aktif dan pasif.
Dalam zona ini dapat dikembangkan sarana dan prasarana fisik untuk pelayanan pariwisata yang umumnya tidak melebihi 60 luas kawasan zonasi intensif dan
memperhatikan daya dukung lingkungan. Zona ekstensif primer diperbolehkan adanya pembangunan fisik dan hanya
dibatasi maksimal 5, dan hanya sebatas papan informasi dan pendukung kegiatan jalan setapak, tempat istirahat, dan menara pandang, serta hanya
menerima wisatawan dalam jumlah terbatas. Sedangkan pada zona ekstensif sekunder tidak ada pembangunan sarana fisik wisata, karena kawasan tersebut
memiliki keanekaragaman hayati dan kerentanan yang sangat tinggi. Dan untuk zona perlindungan tidak menerima kunjungan wisata dalam bentuk apapun
Lubis, 2006.
Perencanaan Kawasan Wisata
Simonds 1983 dalam Abus 1999 menjelaskan bahwa perencanaan merupakan ilmu dan seni pengorganisasian ruang aktivitas use area menjadi use
volume sehingga tercapai keharmonisan yang secara fungsional berdaya guna dan secara estetis indah. Penekanan terhadap pengorganisasian ruang dikarenakan oleh
setiap ruang mempunyai bentuk, ukuran, bahan, dan tekstur serta kualitas lainnya sehingga ruang-ruang memberikan pengaruh terhadap penggunaanya.
Perencanaan adalah mengumpulkan dan menginterpretasikan data, memproyeksikannya ke masa depan, mengidentifikasi masalah dan memberi
Universitas Sumatera Utara
pendekatan yang beralasan untuk memecahkan masalah-masalah tersebut Knudson,1980 dalam Syahriartato 2010. Perencanaan lanskap tersebut dapat
dilakukan melalui beberapa pendekatan, antara lain pendekatan sumberdaya, pendekatan aktivitas, pendekatan ekonomi dan pendekatan perilaku.
Dalam perencanaan pengembangan ekowisata tujuan yang ingin dicapai adalah kelestarian alam dan budaya serta kesejahteraan masyarakat. Sementara
pemanfaatan hanya dlakukan terhadap aspek jasa estetika, pengetahuan pendidikan dan penelitian terhadap ekosistem dan keanekaragaman hayati
filosofi, pemanfaatan lajur untuk tracking dan adventure Latifah, 2004. Peta merupakan alat yang paling baik untuk membantu perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan, peta dapat diperoleh dengan cara pengukuran langsung di lapangan atau dengan menggunakan interprestasi foto udara maupun
citra Landsat, dengan peta akan didapatkan informasi penyebaran obyek dan keterkaitan secara spesial keruangan dengan penumpang–tindihan tumpang
susun dari beberapa peta dengan skenario tertentu dan diperoleh informasi yang bermanfaat Dimiyati dan Dimyati, 1998; dalam Situmeang dkk, 2005.
Perencanaan lanskap adalah penyesuaian program dengan suatu lanskap untuk menjaga kelestariannya. Proses perencanaan dan perancangan lanskap
kawasan rekreasi menurut Gold 1980 dalam Irayati 2000, terdiri atas enam tahap yaitu persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, perencanaan, dan
perancangan. Pendekatan dasar pembangunan berkelanjutan adalah kelestarian sumber
daya alam dan budaya. Sumber daya tersebut merupakan kebutuhan setiap orang saat sekarang dan dimasa yang datang agar dapat hidup dengan sejahtera, untuk
Universitas Sumatera Utara
itu dibutuhkan pengorganisasian masyarakat agar segala sesuatu yang telah menjadi kebijakan dapat dibicarakan, didiskusikan dan dicari jalan pemecahannya
dalam satu organisasi ekowisata yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan pembinaan ekowisata di satu kota dan kabupaten di daerah tujuan wisata
Syahriartato, 2010.
Sistem Informasi Geografis SIG
Sistem Informasi Geografis SIG atau Geographic Information System GIS, merupakan suatu sistem berbasiskan komputer yang digunakan untuk
menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografis. SIG dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis objek-objek dan fenomena-
fenomena dimana lokasi geografis merupakan karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis. Dengan demikian SIG merupakan sistem komputer yang
mempunyai empat kemampuan berikut untuk menangani data yang bererferensi geografis, diantaranya : a masukkan input data, b keluarana output data, c
manajemen data penyimpanan dan pemanggilan data, d analisis dan manipulasi data Arnoff, 1989; dalam Sinaga. 2008.
Perkembangan dibidang teknologi komputer telah membawa manfaat yang sangat besar bagi penyebaran informasi. SIG adalah bahagian dari sistem
informasi yang diaplikasikan untuk data geografi atau alat database untuk analisis dan pemetaan sesuatu yang terdapat dan terjadi di bumi. SIG merupakan sistem
informasi berbasis komputer digunakan untuk menyajikan data digital dan menganalisa penampakan geografis yang ada dan kejadian dipermukaan bumi.
Penyajian secara digital berarti mengubah keadaan menjadi bentuk digital. Setiap objek yang ada dipermukaan bumi merupakan “geo-refernced” yang merupakan
Universitas Sumatera Utara
kerangka hubungan database ke SIG. database merupakan sekumpulan informasi tentang sesuatu dan hubungannya antar satu dengan lainnya, sedangkan geo-
refernced” menunjukkan lokasi suatu objek diruang yang ditentukan oleh sistem koordinat Supriadi dan Zulkifli, 2007.
Dalam SIG terdapat berbagai peran dari berbagai unsur, baik manusia sebagai ahli dan sekaligus operator, perangkat alat lunakkeras maupun objek
permasalahan. SIG adalah serangkaian sistem yang memanfaatkan teknologi untuk melakukan analisis spasial. Sistem ini memanfaatkan perangkat keras dan
lunak komputer untuk melakukan data, seperti : 1.
Perolehan dan verifikasi 2.
Kompilasi 3.
Penyimpanan 4.
Pembaharuan dan perubahan 5.
Manajemen dan pertukaran 6.
Manipulasi dan penyajian 7.
Analisis Budyanto, 2002.
Prahasta 2004 dalam Febriani 200 menyatakan bahwa, untuk kebaikan pengelolaan kawsan hutan, monitoring kondisi hutan harus dilakukan secara
teratur. Hasil monitoring berguna untuk melakukan evaluasi. Monitoring kondisi hutan dapat berupa pemetaan hutan atau mendeteksi perubahan pada tutupan
lahan. SIG dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menangani berbagai data spasial termasuk peta, foto udara, citra satelit, data survey lapangan, dan
sebagainya. SIG dapat juga digunakan untuk melakukan analisis, serta simulasi
Universitas Sumatera Utara
berbagai proses yang asa dipermukaan bumi. SIG secara luas diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan seperti bisnis, telekomunikasi, lingkungan dan
geologi, pertanian dan kehutanan. Bidang-bidang Aplikasi SIG dapat dimanfaatkan untuk mempermudah
dalam mendapatkan data-data yang telah diolah dan tersimpan sebagai atribut suatu lokasi atau obyek. Data-data yang diolah dalam SIG pada dasarnya terdiri
dari data spasial dan data atribut dalam bentuk digital. Sistem ini merelasikan data spasial lokasi geografis dengan data non spasial, sehingga para penggunanya
dapat membuat peta dan menganalisa informasinya dengan berbagai cara. SIG merupakan alat yang handal untuk menangani data spasial, dimana dalam SIG
data dipelihara dalam bentuk digital sehingga data ini lebih padat dibanding dalam bentuk peta cetak, tabel, atau dalam bentuk konvensional lainya yang akhirnya
akan mempercepat pekerjaan dan meringankan biaya yang diperlukan Octafia, 2012.
Octafia 2012 menambahkan bahwa, aplikasi GIS merupakan prosedur yang digunakan untuk mengolah data menjadi informasi. Misalnya penjumlahan,
klasifikasi, rotasi, koreksi geometri, query, overlay, buffer, jointable, dsb. Data yang digunakan dalam SIG dapat berupa data grafis dan data atribut. Data
posisikoordinatgrafisruangspasial, merupakan data yang merupakan representasi fenomena permukaan bumikeruangan yang memiliki referensi
koordinat lazim berupa peta, foto udara, citra satelit dan sebagainya atau hasil dari interpretasi data-data tersebut. Data atributnon-spasial, data yang
merepresentasikan aspek-aspek deskriptif dari fenomena yang dimodelkannya.
Universitas Sumatera Utara
Kondisi Umum Danau Linting
Secara administrasi kawasan Danau Linting terletak di Desa Sibunga- bunga Hilir, Kecamatan Sinembah Tanjung Muda STM Hulu, Kabupaten Deli
Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Lokasi studi kawasan Danau Linting disebelah utara berbatasan dengan Desa Durian IV Mbelang, sebelah timur
Sungai Buaya Kabupaten Simalungun, sebelah selatan Desa Rumahri, dan sebelah barat Desa Rumahri Desa Tanjung Bampu.
Lokasi studi berada pada jarak 50 km dari Medan, dengan jarak tempuh sekitar 1 jam 30 menit sd 2 jam dengan menggunakan angkutan umum.
Danau Linting merupakan danau vulkanik, air danau yang mengandung belerang sangat bermanfaat untuk kesehatan kulit. meskipun demikian
pengunjung harus berhati-hati ketika mandi di danau ini. menurut beberapa sumber, kedalaman air Danau Linting masih belum bisa diukur. Lagi pula
keindahan alam yang begitu eksotis di danau ini membuat kita sangat nyaman untuk berlama-lama menikmati pesonanya Dinneno, 2011.
Keunikan Danau Linting adalah warna airnya, dari satu sudut, kita bisa melihat warna airnya yang begitu biru seperti laut, namun dari sudut pandang lain
di beberapa tempat, kita bisa melihatnya menjadi hijau.. Air danau yang berwarna biru kehijauan, dikelilingi rimbun pohon-pohon raksasa, dan berpadu dengan
warna langit yang cerah membuat pemandangan di Danau Linting sangat indah Kharir, 2011.
Universitas Sumatera Utara
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian akan dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan Desember 2012 di Desa Sibunga-bunga Hilir, Kecamatan Sinembah Tanjung Muda STM
Hulu, Kabupaten Deli Serdang.
Gambar 1. Peta Desa Sibunga-bunga Hilir
Universitas Sumatera Utara
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Global Positioning System GPS untuk mengambil titik-titik koordinat di lapangan, alat tulis-menulis
sebagai alat bantu dalam pengambilan titik di lapangan dan wawancara, pita ukur sebagai alat bantu dalam pengambilan titik dilapangan, kamera digital untuk
dokumentasi, thermometer untuk mengukur temperatur air danau, perangkat komputer, dan software Arcview 3.3 untuk mengolah data dan titik-titik koordinat
kawasan, serta software Autocad untuk membuat rancangan tata letak fasilitas. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kawasan Danau Linting
dan sekitarnya, citra satelit, peta administrasi Sumatera Utara, Peta Jenis Tanah Curah Hujan Kab.Deli Serdang, kuisioner untuk masyarakat pemilik lahan,
masyarakat sekitar kawasan, dan pengunjung.
Metode Penelitian
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan melalui studi literatur termasuk dari
beberapa instansi terkait, seperti BPKH, pengamatan langsung di lapangan, pengambilan titik koordinat kawasan, serta wawancarapenyebaran kuesioner.
Studi literatur dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran umum mengenai lokasi penelitian yaitu di kawasan Danau Linting yang kemudian diverifikasi dengan
kondisi fisik lapangan. Sedangkan pengambilan titik koordinat kawasan dimaksudkan untuk membantu penulis dalam pembuatan beberapa peta terkait
untuk perancangan model zonasi kawasan. Tanggapan dan persepsi masyarakat serta pengunjung terhadap rencana
pengembangan kawasan yang diperoleh dari kuisioner akan menjadi data
Universitas Sumatera Utara
pelengkap peneliti untuk mendapatkan gambaran umum kondisi sosial dan ekonomi masyarakat di kawasan tersebut.
Jenis dan teknik pengumpulan data dapat dilihat dalam Tabel 1. Tabel 1. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Metode Penentuan Responden
Responden yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi tiga pihak, yaitu pemilik lahan, masyarakat sekitar, dan pengunjung.
1. Masyarakat penggarap lahan
Penentuan responden untuk masyarakat pemilik lahan dilakukan dengan metode sensus. Dimana ada 12 masyarakat penggarap lahan yang akan mengelola
Jenis Data
Data Teknik Pengumpulan Data
Sumber Data Primer 1.
Koordinat kawasan; luas kawasan, keadaan fisik
dan karakteristik kawasan Danau Linting
dan sekitarnya Dengan
menggunakan GPS dan pengamatan
observasi langsung Lapangan
2. Persepsi, partisipasi, serta
harapan pemilik lahan dan masyarakat sekitar
terhadap rencana pengembangan
Kuisioner wawancara
Masyarakat pemilik lahan dan
masyarakat sekitar kawasan penelitian
3. Tanggapan dan harapan
pengunjung terhadap pengembangan dan
model zonasi yang akan dirancang
Kuisioner wawancara
Pengunjung
Sekunder Kondisi umum kawasan
Danau Linting Studi literatur
Dokumen, buku, jurnal-jurnal terkait
yang berhubungan dan relevan dengan
kebutuhan penelitian
Universitas Sumatera Utara
kawasan Danau Linting, dan keduabelas masyarakat tersebut akan menjadi responden dalam penelitian ini.
2. Masyarakat sekitar kawasan dan pengunjung
Penentuan responden untuk masyarakat sekitar kawasan dan pengunjung dilakukan dengan metode sampel acak random sampling. Jumlah sampel yang
diambil adalah sebesar 10 dari jumlah keseluruhan masyarakat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Arikunto 2002 bahwa jumlah sampel ditetapkan sebanyak
10-15 dari jumlah keseluruhan populasi apabila jumlah populasinya lebih dari 100 orang.
Analisis Data 1.
Interpretasi Citra Citra satelit dan titik-titik koordinat yang diambil dari lapangan dan data
sekunder yang diperoleh dari BPKH Badan Pengelolaan Kawasan Hutan akan diolah menggunakan software arcview 3.3 sehingga dapat dibuat beberapa peta
terkait untuk kebutuhan penelitian, berupa peta administrasi, peta tutupan lahan, peta topografi, peta kemiringan lahan, dan peta zonasi kawasan.
2. Analisis Data Deskriptif Kualitatif
Data yang didapat dari hasil wawancara, pengamatan lapangan, studi pustaka dan penyebaran kuisioner dianalisis dengan menggunakan metode
deskriptif kualitatif. Analisis yang dilakukan secara kualitatif untuk memperoleh gambaran tentang kawasan Danau Linting. Data-data dan informasi yang
diperoleh dari lapangan, maupun dari studi pustaka, serta data tentang persepsi para pihak terhadap perencanaan pengembangan kawasan akan membantu
peneliti dalam menganalisis peruntukan dan pemanfaatan lahan dan kondisi
Universitas Sumatera Utara
sosial-ekonomi masyarakat sekitar kawasan Danau Linting, serta pengunjung wisata kawasan ini.
Dengan mempertimbangkan penataan ruang, aspek fisik kawasan, kebutuhan wisata dan mengacu kepada Peraturan Menteri Kebudayaan dan
Pariwisata No:KM.67UM.001MKP2004 tentang Pedoman Umum Pengembangan Pariwisata di Pulau-pulau Kecil akan dibuat model zonasi
kawasan Danau Linting. Dan dari model zonasi tersebut kemudian akan dilakukan analisis terhadap kebutuhan fasilitas setiap zonasi sesuai dengan
potensi, peruntukanpemanfaatan, dan kondisi daya dukung lingkungan. Berikut dapat kita lihat gambar diagram alur dari penelitian:
Gambar 2. Proses perencanaan perancangan landskap menurut Gold 1980
PERSIAPAN INVENTARISASI
ANALISIS SINTESIS
RANCANGAN ZONASI
PERENCANAAN PENGEMBANGAN
-Tujuan studi -Konsep dasar
fungsi yang dikembangkan
-Fisik -Sosial
-Ekonomi -Potensi
-Kendala -Bahaya
lanskap -Penggunaan
lahan -Kesesuaian
lahan -Zona Intensif
-Zona Semi- intensif
-Zona Ekstensif Primer
Sekunder -Zona
Perlindungan
-Rencana sirkulasi
-Rencana tata letak fasilitas
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Aspek Fisik
1. Lokasi dan Aksesibilitas