c. Dikontrakkan.
Aset Tetap yang cara perolehannya dengan cara dikontrakkan adalah pembuatan jalan, jembatan, saluran air dan bangunan-bangunan
perusahaan. Proses kontrak pada awalnya dimulai dengan bagian terkait misalnya bagian teknik menyampaikan kebutuhannya akan adanya
pembangunan jalan atau jembatan kepada direksi, setelah mendapat persetujuan direksi dilakukan pemberitahuan kepada kontraktor tentang
adanya pekerjaan proyek kemudian diadakanlah tender. Pemenang tender akan diberikan Surat Perintah Kerja SPK untuk menjalankan pekerjaan
tersebut. Dari ketiga cara perolehan aset tetap tersebut, perusahaan telah
menjalankan kebijakan akuntansi aset tetap sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku PSAK No. 16.
3. Pengukuran Aset Tetap
a. Pengukuran Awal Ketika Aset Tetap Diperoleh
Aset tetap perusahaan pada saat awal perolehan diukur berdasarkan biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan. Yaitu meliputi seluruh
biaya yang dikeluarkan PTPN I Persero untuk memperoleh, menyiapkan aset tetap tersebut agar dapat digunakan dan dioperasikan sebagaimana
mestinya sebagai aset tetap perusahaan. Hal ini telah sesuai dengan kebijakan akuntansi aset tetap yang seharusnya dilakukan dan diterapkan
perusahaan PSAK No. 16 Revisi 2007.
b. Pengukuran Aset Tetap Setelah Pengakuan Awal
IFRSIAS No.16 mengatur pengukuran aset tetap setelah pengakuan awal dalam paragraf-paragraf berikut ini :
Paragraf 29 “Suatu entitas harus memilih model biaya cost model dalam paragraf 30 atau model revaluasi revaluation model dalam paragraf 31
sebagai kebijakan akuntansinya dan menerapkan kebijakan tersebut terhadap seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama”.
Kemudian didalam paragraf 30 menyatakan “Setelah diakui sebagai aset, suatu aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi dengan
akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset”.Dan disini lebih ditekankan pada penerapan model revaluasi atas aset tetap, sesuai
didalam paragraf 31 sebagai berikut “Setelah diakui sebagai aset, suatu aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus dicatat pada jumlah
revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasin dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan niali yang terjadi setelah tanggal
revaluasi. Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup reguler untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari
jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada tanggal neraca”.
Dikarenakan sistem pengukuran setelah pengakuan awal aset tetap perusahaan menganut cost model dimana semua biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh aset tetap tersebut harus dibukukan termasuk biaya pembongkaran dan biaya perbaikan dan kriterianya nilai buku sama dengan
nol, dikarenakan penyusutan sebagai pembagi dari harga perolehan. Sehingga pada saat tertentu akan muncul nilai buku satu rupiah untuk aset tetap tersebut.
Hal ini sangat bertentangan dengan kebijakan akuntansi aset tetap yang diatur dalam PSAK No. 16 yang konvergen IFRS yang sangat menjunjung
nilai wajar fair value pada setiap pengukuran dan pencatatan aset. Tidak ada lagi nilai buku satu rupiah atas aset tetap, dikarenakan apabila aset tetap
tersebut di telaah ulang, masih memiliki nilai jual dipasaran. Hal inilah yang belum bisa diterapkan PTPN I Persero, dikarenakan penerapan ini
membutuhkan pertimbangan biaya dan waktu yang matang, mengingat kondisi cashflow perusahaaan yang tidak memungkinkan untuk melakukan revaluasi
aset yang bernilai satu rupiah tersebut yang jumlahnya mencapai 10.746 unit dalam waktu dekat ini. Rincian mengenai aset tetap bernilai satu rupiah ini
disajikan pada lampiran penulisan ini.
4. Pengeluaran atas Aset Tetap