Analisa Perbandingan Waktu dan Produktivitas Pengecoran Menggunakan Concrete Bucket dan Concrete Pump pada Pembangunan Gedung Bertingkat (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Apartemen Mansyur Residence)

(1)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A : DataTime SchedulePerencanaan Lampiran B : Data Gambar Perencanaan

Lampiran C : Penentuan Posisi Pekerjaan Pengecoran Kolom denganTower Cranedan

Concrete Bucket

Lampiran D : Waktu Angkat Pengecoran Kolom denganTower CranedanConcrete Bucket

Lampiran E : Waktu Kembali Pengecoran Kolom denganTower CranedanConcrete Bucket

Lampiran F : Waktu Siklus Pengecoran Kolom denganTower CranedanConcrete Bucket

Lampiran G : Waktu dan Produktivitas Pekerjaan Pengecoran Kolom denganTower Crane

danConcrete Bucket

Lampiran H : Waktu dan Produktivitas Pekerjaan Pengecoran Balok dan Plat Lantai denganConcrete Pump

Lampiran I : Foto Dokumentasi Penelitian


(2)

LAMPIRAN A

DATA

TIME SCHEDULE

PERENCANAAN


(3)

(4)

LAMPIRAN B

DATA GAMBAR PERENCANAAN


(5)

LAMPIRAN B.1.Pembalokan Lantai 5


(6)

LAMPIRAN B.2.Pembalokan Lantai 6


(7)

LAMPIRAN B.3.Pembalokan Lantai 7


(8)

LAMPIRAN B.4.Layout Kolom


(9)

LAMPIRAN B.5.Detail Balok B10, B11, B12, dan B13


(10)

LAMPIRAN B.6.Detail Balok B14, B15, dan B16


(11)

LAMPIRAN B.7.Detail Balok B17, B18, dan B19


(12)

LAMPIRAN B.8.Detail Balok B26, dan B27


(13)

LAMPIRAN B.9.Detail Kolom


(14)

LAMPIRAN B.10.Detail Kolom


(15)

LAMPIRAN C

PENENTUAN POSISI PEKERJAAN PENGECORAN KOLOM

DENGAN

TOWER CRANE

DAN

CONCRETE BUCKET


(16)

(17)

(18)

(19)

LAMPIRAN D

WAKTU ANGKAT PENGECORAN KOLOM DENGAN

TOWER CRANE

DAN

CONCRETE BUCKET


(20)

(21)

(22)

(23)

LAMPIRAN E

WAKTU KEMBALI PENGECORAN KOLOM DENGAN

TOWER CRANE

DAN

CONCRETE BUCKET


(24)

(25)

(26)

(27)

LAMPIRAN F

WAKTU SIKLUS PENGECORAN KOLOM DENGAN

TOWER CRANE

DAN

CONCRETE BUCKET


(28)

(29)

(30)

(31)

LAMPIRAN G

WAKTU DAN PRODUKTIVITAS PEKERJAAN PENGECORAN

KOLOM DENGAN

TOWER CRANE

DAN

CONCRETE BUCKET


(32)

(33)

(34)

(35)

LAMPIRAN H

WAKTU DAN PRODUKTIVITAS PEKERJAAN PENGECORAN

BALOK DAN PLAT LANTAI DENGAN

CONCRETE PUMP


(36)

(37)

(38)

(39)

(40)

(41)

(42)

LAMPIRAN I

FOTO DOKUMENTASI PENELITIAN


(43)

PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN MANSYUR RESIDENCE

KEADAAN PROYEK APARTEMEN MANSYUR RESIDENCE


(44)

LOKASI PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN

PROSES PEMBUATAN BEKISTING

LOKASI PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN

PROSES PEMBUATAN BEKISTING

LOKASI PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN

PROSES PEMBUATAN BEKISTING


(45)

ALATTOWER CRANEYANG DIGUNAKAN

ALAT CONCRETE PUMP YANG DIGUNAKAN


(46)

xii

DAFTAR ACUAN

[1] Soeharto, Imam. 1999. Manajemen Proyek: Dari Konseptual Sampai Operasional, Penerbit : Erlangga, Jakarta.

[2] Soeharto, Imam. 1999. Manajemen Proyek: Dari Konseptual Sampai Operasional, Penerbit : Erlangga, Jakarta.

[3] Ervianto, W. I.2002.Manajemen Proyek Konstruksi,Penerbit : Andi, Yogyakarta. [4] Soeharto, Imam. 1999. Manajemen Proyek: Dari Konseptual Sampai Operasional,

Penerbit : Erlangga, Jakarta.

[5] Santosa, Budi. 2009. Manajemen Proyek: Konsep dan Implementasi. Graha Ilmu, Yogyakarta.

[6] Soeharto, Imam. 1995. Manajemen Proyek: Dari Konseptual Sampai Operasional, Penerbit : Erlangga, Jakarta.

[7] Husen, Abrar. 2009. Manajemen Proyek: Perencanaan, Penjadwalan, dan Pengendalian Proyek. Penerbit: Andi, Yogyakarta.

[8] Sears, R. H., & Clough, G. A.1991.Construction Project Management.

[9] Husen, Abrar. 2009. Manajemen Proyek: Perencanaan, Penjadwalan, dan Pengendalian Proyek. Penerbit: Andi, Yogyakarta.

[10] Soeharto, Imam. 1999. Manajemen Proyek: Dari Konseptual Sampai Operasional, Penerbit : Erlangga, Jakarta.


(47)

xiii [11] Hidayat, Wahyu. 2007. "Faktor-faktor Resiko yang Menyebabkan Rendahnya

Produktivitas Tenaga Kerja Terampil yang Berpengaruh Terhadap Keterlambatan Waktu Proyek".Tesis. Universitas Indonesia, Jakarta.

[12] Rostiyanti, S. F. 2002. Alat Berat Untuk Proyek Konstruksi. Penerbit : PT. Rineka Cipta, Jakarta.

[13] Rostiyanti, S. F. 2002. Alat Berat Untuk Proyek Konstruksi. Penerbit : PT. Rineka Cipta, Jakarta.

[14] Rostiyanti, S. F. 2002. Alat Berat Untuk Proyek Konstruksi. Penerbit : PT. Rineka Cipta, Jakarta.

[15] Rostiyanti, S. F. 2002. Alat Berat Untuk Proyek Konstruksi. Penerbit : PT. Rineka Cipta, Jakarta.

[16] Rostiyanti, S. F. 2002. Alat Berat Untuk Proyek Konstruksi. Penerbit : PT. Rineka Cipta, Jakarta.

[17] Rostiyanti, S. F. 2002. Alat Berat Untuk Proyek Konstruksi. Penerbit : PT. Rineka Cipta, Jakarta.

[18] Rostiyanti, S. F. 2002. Alat Berat Untuk Proyek Konstruksi. Penerbit : PT. Rineka Cipta, Jakarta.

[19] Ridha, Muhammad. 2011. "Perbandingan Biaya dan Waktu Pemakaian Alat Berat Tower Crane dan Mobile Crane Pada Proyek Rumah Sakit Haji Surabaya". Skripsi. Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.


(48)

xiv [20] Sajekti, Amien. 2009. Metode Kerja Bangunan Sipil, Penerbit : Graha Ilmu,

Yogyakarta.

[21] Suryadharma, H., dan Wigroho, H. Y.1998. Alat-alat Berat. Penerbit: Graha Ilmu, Yogyakarta.

[22] Ridha, Muhammad. 2011. "Perbandingan Biaya dan Waktu Pemakaian Alat Berat Tower Crane dan Mobile Crane Pada Proyek Rumah Sakit Haji Surabaya". Skripsi. Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.


(49)

xv

DAFTAR PUSTAKA

Soeharto, Imam. 1995. Manajemen Proyek: Dari Konseptual Sampai Operasional, Penerbit : Erlangga, Jakarta.

Soeharto, Imam. 1999. Manajemen Proyek: Dari Konseptual Sampai Operasional, Penerbit : Erlangga, Jakarta.

Sajekti, Amien.2009.Metode Kerja Bangunan Sipil, Penerbit : Graha Ilmu, Yogyakarta.

Ervianto, W. I.2002.Manajemen Proyek Konstruksi,Penerbit : Andi, Yogyakarta.

Santosa, Budi. 2009. Manajemen Proyek: Konsep dan Implementasi. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Sears, R. H., & Clough, G. A.1991.Construction Project Management.

Husen,Abrar.2009.Manajemen Proyek: Perencanaan, Penjadwalan, dan Pengendalian Proyek. Penerbit: Andi, Yogyakarta.

Rostiyanti, S. F.2002. Alat Berat Untuk Proyek Konstruksi. Penerbit : PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Ridha, Muhammad. 2011. "Perbandingan Biaya dan Waktu Pemakaian Alat Berat Tower Crane dan Mobile Crane Pada Proyek Rumah Sakit Haji Surabaya".Skripsi. Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.

Kholil, Ahmad.2012.Alat Berat. Penerbit : PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Hidayat, Wahyu. 2007. "Faktor-faktor Resiko yang Menyebabkan Rendahnya Produktivitas Tenaga Kerja Terampil yang Berpengaruh Terhadap Keterlambatan Waktu Proyek".Tesis. Universitas Indonesia, Jakarta.


(50)

xvi

Suryadharma, H., dan Wigroho, H. Y. 1998. Alat-alat Berat. Penerbit: Graha Ilmu, Yogyakarta.

Limanto, S.2009. "Analisis Produktifitas Concrete Pump Pada Proyek Bangunan Tinggi".

Skripsi. Universitas Kristen Petra, Surabaya.

Yenny., dkk. 2014. "Produktifitas Alat dan Pekerja pada Pengecoran Plat dan Balok Lantai Gedung". Jurnal Rekayasa Sipil. Universitas Brawijaya : Volume 8, Nomor 2, 2014.

Frederika, A., dan Widhiawati, I. A. R. 2017. "Analisis Produktivitas Metode Pelaksanaan Pengecoran Beton Ready Mix pada Balok dan Pelat Lantai Gedung". Jurnal Spektran.Universitas Udayana : Volume 5, Nomor 1, Januari 2017.


(51)

41

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. UMUM

Penelitian ini berupa analisa perbandingan pengecoran menggunakan alat beratconcrete pump danconcrete bucketuntuk pekerjaan konstruksi pada proyek bangunan. Permodelan penggunaan alat dilakukan dalam tinjauan waktu dan produktivitas. Metodologi tugas akhir ini akan dimulai berdasarkan jenis data dan tahapan pelaksanaan. Bagan dari metodologi pada tugas akhir ini dapat dilihat pada flowchart.

3.2. ALUR PENYELESAIAN PENELITIAN TUGAS AKHIR

Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai maka berikut adalah tahapan-tahapan dari penelitian Tugas Akhir ini.

3.2.1. Studi Literatur dan Lapangan

Penggunaan literatur yang menunjang antara lain: buku tentang peralatan, buku petunjuk penggunaan alat berat, brosur dan lain-lain, sehingga dapat dipelajari dan diketahui cara penggunaan dan spesifikasi alat berat yang digunakan. Setelah itu perlu dilakukan pengamatan di lapangan untuk mengetahui bagaimana mekanisme kerja dan penempatan alat berat tersebut dilapangan.


(52)

42 3.2.2. Jenis Data dan Sumber Data

Dalam pelaksanaan penelitian ini dibutuhkan berbagai macam data input dan masukan untuk dianalisa lebih lanjut. Data-data input tersebut dibedakan menjadi dua macam, yaitu data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer adalah input pokok yang diperlukan dalam penyusunan tugas akhir ini. Data primer meliputi data informasi yang diperoleh dari hasil pengamatan di lapangan.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data pendukung yang dibutuhkan dalam penyusunan penelitian ini. Data sekunder meliputi data pendukung yang diperoleh dari pihak konstruksi meliputi data time schedule, gambar proyek, data volume pekerjaan, spesifikasi alat, dan lain sebagainya. Sehingga dapat langsung digunakan sebagai sumber perhitungan yang siap digunakan.

3.2.3. Pengumpulan Data

Data-data yang berkaitan dengan permasalahan yang ada, tidak hanya berasal dari proyek tetapi juga dari sumber lain sehingga memberikan informasi yang dibutuhkan. Adapun data yang berasal dari proyek yang bersangkutan antara lain:

- Gambar struktur bangunan - Time Schedule

- Volume pekerjaan


(53)

43 - Jenis dan spesifikasi peralatan berat yang dipakai

3.2.4. Menentukan Metode Pelaksanaan

Menentukan metode pelaksanaan pekerjaan antara penggunaan alat berat concrete bucket dan concrete pump yang berpengaruh terhadap waktu dan produktivitas di lapangan.

3.2.5. Menganalisa dan Mengolah Data

- Melakukan perhitungan volume pekerjaan meliputi pekerjaan kolom, plat, dan balok.

- Menentukan posisi titik pusat pengecoran atau pusat segmen.

3.2.6. Perhitungan Waktu dan Produktivitas Pengecoran

Setelah diketahui volume pekerjaan, dan posisi peralatan maka waktu dan produktivitas pekerjaan pengecoran untuk penggunaan alat concrete bucket dan concrete pumpdapat diperoleh.

3.2.7. Membandingkan Hasil Perhitungan

Setelah waktu dan produktivitas pengecoran dari kedua alat berat diperoleh, maka dibandingkan antara kedua alat berat tersebut.


(54)

44 3.3. ALUR METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN PENGECORAN 3.3.1. Dengan MenggunakanTower CranedanConcrete Bucket

Pada proses pengecoran beton segar diambil dari tanah yaitu dari level ±0,00 sehingga jarak pengengkatan beton pada pekerjaan kolom berbeda-beda sesuai dengan ketinggian lantai. Disini peralatan tower cranedanconcrete bucket digunakan hanya untuk pekerjaan kolom.

Adapun langkah – langkah metode pelaksanaan pekerjaan pengecoran dengan menggunakantower cranedanconcrete bucket, sebagai berikut :

1. Proses Muat

Penuangan beton ready mix dari truck mixer ke dalam bucket yang disediakan.

2. Proses Pengangkatan

Dalam proses pengangkatan terdapat beberapa proses yaitu : a. ProsesHoisting(Angkat)

Yaitu proses pengangkatan bucket beton yang telah berisi beton basah ready mix.

b. ProsesSlewing(Putar)

Yaitu proses perpindahan/perputaran lengan crane (jib), yang mengangkat bucket beton yang telah berisi beton basah ready mix ke area yang akan dicor.

c. ProsesTrolley(Jalan)

Yaitu proses untuk memindahkan bucket beton yang telah berisi beton basah ready mix sepanjang lengantower crane(jib) secara horizontal atau maju dan mundur.


(55)

45 d. ProsesLanding(Turun)

Yaitu proses penurunan bucket beton yang telah berisi beton basah ready mixuntuk dituangkan ke lokasi/tempat yang akan dicor.

3. Proses Pembongkaran

Yaitu proses pembongkaran/penuangan beton ready mix ke dalam/area yang akan dicor.

4. Proses Kembali

Yaitu proses setelah beton basah ready mixdituangkan ke area yang akan dicor, kemudianbucketbeton kembali untuk mengambil beton basahready mixditruck mixer.

Gambar 3.1.ProsesHoisting, Slewing, Trolley, Landing (Sumber : Olahan Sendiri)

1

3

4

2


(56)

46 3.3.2. Dengan MenggunakanConcrete Pump

Pada proses pengecoran beton segar dipompa dari tanah yaitu dari level ±0,00 sehingga jarak pemompaan beton pada pekerjaan plat lantai dan balok berbeda-beda sesuai dengan ketinggian lantai. Disini peralatan concrete pump digunakan hanya untuk pekerjaan plat lantai dan balok.

Adapun langkah – langkah metode pelaksanaan pekerjaan pengecoran dengan menggunakanconcrete pump, sebagai berikut :

1. Proses Muat

Penuangan betonready mixdaritruck mixerke dalamconcrete pumpyang disediakan.

2. Proses Pemompaan dan Pengecoran

Yaitu proses untuk memindahkan beton yang telah berisi beton basah ready mixke dalam/area yang akan di cor.

Gambar 3.2.Metode Pelaksanaan Pengecoran MenggunakanConcrete Pump (Sumber : Olahan Sendiri)


(57)

47 3.4. PROSES PENGOLAHAN DATA

Dalam penelitian pada proyek tersebut, pelaksanaan pekerjaan pengecoran kolom dan plat/balok dalam keadaan sedang berlangsung sehingga data didapat pada proses pengamatan dilapangan.

3.4.1. Gambar Ilustrasi Posisi Pergerakan Alat

Posisi operasional alat adalah penempatan alat pada suatu lokasi proyek untuk melakukan pekerjaan pengangkatan dan pengecoran. Dimana radius alat tersebut mampu menjangkau seluruh lokasi proyek sehingga dapat membantu menyelesaikan pekerjaan seefektif mungkin.

Gambar 3.3.Ilustrasi Posisi Pergerakan Alat (Sumber : Olahan Sendiri)

Tower Crane

Concrete Pump

Truck Mixer


(58)

48 3.4.2. Penggunaan Alat

a. Spesifikasi PeralatanTower Crane

Spesifikasi dari tower crane yang digunakan adalah tipe Free Standing Crane karena tipe tower crane ini mampu berdiri bebas dengan pondasi khusus untuk tower crane itu sendiri, dengan lifting capacity ; 1,6 ton di ujung jib dan maximum capacity; 6 ton dan memiliki jib radius 50 m.

b. SpesifikasiConcrete Bucket

Spesifikasi dari concrete bucket yang digunakan adalah concrete bucket dengan kapasitas 0,3 m3atau 300 liter.

c. SpesifikasiConcrete Pump

Spesifikasi dari concrete pump yang digunakan adalah tipe HBTS40-15-82R.

3.4.3. Perhitungan Waktu dan Produktivitas dengan Tower Crane dan Concrete Bucket

Perhitungan waktu pelaksanaan tower crane dan concrete bucket tergantung pada :

1. Volume material yang diangkat

Material yang akan diangkat yaitu: beton segar. 2. Produksi per jam

Produktivitas dari tower crane dan concrete bucket didasarkan pada volume yang dikerjakan persiklus waktu dan jumlah siklus dalam satu jam.


(59)

49 Yang dimaksud satu siklus adalah urutan-urutan pekerjaan yang dilakukan tower cranedanconcrete bucketdalam satu kegiatan produksi , yaitu: 1. Muat

2. Angkat 3. Bongkar 4. Kembali

a. Perhitungan Produksi dalam Satu Siklus

Yang dimaksud dengan produksi dalam satu siklus disini adalah volume material yang akan diangkut tower crane dan concrete bucket untuk satu kali pengangkatan. Untuk mendapatkan produksi dalam satu siklus adalah dengan melakukan pengamatan dilapangan.

b. Perhitungan Waktu Siklus

Waktu siklus adalah waktu yang diperlukan oleh tower cranedanconcrete bucket untuk menyelesaikan kegiatan produksi, meliputi waktu muat, waktu angkat, waktu bongkar, dan waktu kembali.

Sulit untuk mendapatkan waktu standar sesuai dengan waktu sebenarnya. Hal itu karena banyaknya kondisi yang menyebabkan ketidakseragaman dari waktu siklus, kondisi tersebut adalah :

1. Kondisi cuaca : seperti angin, hujan

2. Kondisi alat : seperti merk, usia, perawatan

3. Kondisi tenaga kerja : seperti keterampilan operator, kecepatan pekerja, kedisiplinan, fisik pekerja.


(60)

50 Komunikasi antara operator dengan pekerja ditempat pemuatan dan pelepasan material.

Perhitungan Waktu Pengangkatan

Waktu pengangkatan oleh tower crane dihitung berdasarkan jarak tempuh dan frekuensi alat melakukan pulang, pergi dan waktu untuk bongkar muat dimana waktu tersebut tergantung berdasarkan waktu hoisting, slewing, trolley dan landing. Perhitungan jarak tempuh atau perletakan material didasarkan pada segmen – segmen yang telah ditentukan.

Setelah diketahui segmen dari perletakan material atau masing-masing kolom pada proses pengecoran kolom, maka dapat dihitung waktu pengangkatan dengan menggunakan tower crane berdasarkan waktu hoisting,slewing,trolley dan landing.

Perhitungan Waktu Kembali

Waktu kembali adalah waktu yang diperlukan tower crane untuk kembali ke posisi semula sehingga dapat dilakukan pemuatan kembali. Besarnya waktu kembali dipengaruhi oleh kecepatan dan jarak hoisting, slewing,trolley danjaraklanding.

Perhitungan Waktu Muat dan Bongkar

Waktu muat adalah waktu untuk mengisi concrete bucket dengan beton basah dari truck mixer, yang besarnya tergantung pada volume dari concrete bucket. Sedangkan waktu bongkar adalah waktu untuk menuangkan beton basah dari concrete bucket yang besarnya tergantung


(61)

51 pada jenis pekerjaannya, Untuk mendapatkan waktu bongkar muat dengan melakukan pengamatan di lapangan.

3.4.4. Perhitungan Waktu dan Produktivitas denganConcrete Pump Perhitungan waktu pelaksanaan concrete pump dipengaruhi oleh : 1. Volume pengecoran

2. Produksi per jam

Produktivitas dariconcrete pumpdidasarkan pada volume yang dikerjakan persiklus waktu.

a. Perhitungan Produksi per Segmen

Yang dimaksud dengan produksi per segmen disini adalah pengecoran yang dilakukan dengan concrete pump untuk mengisi beton dalam volume yang telah ditentukan. Untuk mendapatkan produksi per segmen adalah dengan melakukan pengamatan dilapangan.

b. Perhitungan Waktu Pengecoran

Waktu pengecoran adalah waktu yang diperlukan oleh concrete pump untuk menyelesaikan kegiatan produksi. Sulit untuk mendapatkan waktu standar sesuai dengan waktu sebenarnya. Hal itu karena banyaknya kondisi yang menyebabkan ketidakseragaman dari waktu pengecoran, kondisi tersebut adalah :

1. Kondisi cuaca : seperti hujan

2. Kondisi alat : seperti merk, usia, perawatan


(62)

52 3. Kondisi tenaga kerja : seperti keterampilan operator, kecepatan pekerja,

kedisiplinan, fisik pekerja.

Komunikasi antara operator dengan pekerja ditempat pemuatan dan pelepasan material.

3.5. PERHITUNGAN DAN ANALISIS DATA

Produktivitas adalah besarnya keluaran (output) volume pekerjaan yang dihasilkan alat per-satuan waktu. Beberapa metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Melakukan perhitungan volume pekerjaan pengecoran beton. 2. Melakukan perhitungan waktu pekerjaan pengecoran beton. 3. Melakukan perhitungan volume beton dalamtruk mixer.

Dari data yang diperoleh di lapangan akan diolah dengan analisis yang memakai programMicrosoft Excel.

Dalam penelitian ini rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

Produktivitas Pengecoran = ( )

( )

Analisa regresi digunakan untuk memperoleh hubungan linier antara variabel X dengan variabel Y. Dimana variabel X adalah ketinggian sedangkan variabel Y adalah produktivitas. Analisa regresi dinyatakan dengan persamaan: Y = AX + B dimana “A” merupakan konstanta variabel Y dan “B” merupakan koefisien dari variabel X. Keterangan dari persamaan analisa regresi ini dapat dilihat pada formula dibawah ini :


(63)

53 A =

2 2 X X n Y X XY n          

...( 1 )

B =

n X A Y   

... ( 2 )

Keterangan: X = variabel X , Y = variabel Y, n = jumlah data


(64)

54 3.6. BAGAN ALIR PENELITIAN (FLOWCHARD)

Gambar 3.4.Bagan Alir Penelitian (Flowchard) (Sumber : Olahan Sendiri)

Pengumpulan Data Penelitian

Data Primer Pengamatan dilapangan

Data Sekunder  Time Schedule  Gambar proyek

 Jenis dan spesifikasi alat

Menganalisa dan Mengolah Data Perhitungan volume pekerjaan, dan menentukan

titik pusat segmen pekerjaan

Membandingkan Hasil Perhitungan Kesimpulan

Judul : Analisa Perbandingan Waktu dan Produktivitas Pengecoran MenggunakanConcrete BucketdanConcrete PumpPada

Pembangunan Gedung Bertingkat Studi Literatur

Menentukan Metode Pelaksanaan Pekerjaan

Perhitungan Waktu dan Produktivitas Menghitung waktu dan produktivitas pengecoran

dengan alat concrete bucketdanconcrete pump


(65)

55

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1. UMUM

Pada bab ini akan dijelaskan secara rinci mengenai analisa pembahasan waktu dan produktivitas pengecoran menggunakan alat tower crane danconcrete bucket serta concrete pump pada proyek pembangunan Apartemen Mansyur Residence di Jalan Dr. Mansyur, Medan.

Pada pelaksanaan pembangunan proyek ini peralatan tersebut difungsikan sebagai pengangkat dan melakukan pekerjaan pengecoran. Dari kondisi tersebut maka perlu dianalisa perbandingan dalam penggunaan peralatan tersebut.

4.2. PERHITUNGAN WAKTU DAN PRODUKTIVITAS PELAKSANAAN 4.2.1. Perhitungan dengan MenggunakanTower CranedanConcrete Bucket

Tower cranedigunakan pada pekerjaan kolom, pada pekerjaan ini tower crane dilengkapi dengan concrete bucket. Pemilihan peralatan tower crane didasarkan pada beban maksimum dan radius terjauh dari jarak tower crane tersebut. Dari gambar letaktower cranediketahui dengan jarak atau radius terjauh sebesar 50 meter dengan ujung beban maksimum 1600 kg. Pada pengecoran dipakai concrete bucket dengan kapasitas 0,3 m3atau 300 liter. Dimana BJ beton yang dipakai 2400 kg/m3, maka beban yang diangkat sebesar 0,3 m3x 2400 kg/m3 = 720 kg. Dengan beban angkat pada pekerjaan struktur tiap segmen adalah 720 kg maka kecepatantower cranepada waktu pergi adalah sebagai berikut :


(66)

56

Tower Crane Truck Mixer

 Kecepatanhoisting = 80 m/menit

 Kecepatanslewing = 0,6 rpm = 216o/menit  Kecepatantrolley = 25 m/menit

 Kecepatanlanding = 80 m/menit

Sedangkan kecepatantower cranepada waktu kembali adalah sebagai berikut :  Kecepatanhoisting = 100 m/menit

 Kecepatanslewing = 0,6 rpm = 216o/menit  Kecepatantrolley = 50 m/menit

 Kecepatanlanding = 100 m/menit

Gambar 4.1.LayoutDistribusi Beton denganTower Crane (Sumber : Olahan Sendiri)


(67)

57

200

400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 2200 2400 2600 2800 3000 3200 3400 3600 3800 4000 4200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 y x

Tower Crane Concrete Pump

Truck Mixer

200

Gambar 4.2.Posisi Koordinat Alat pada Saat Pengecoran (Sumber : Olahan Sendiri)

 Jarak kolom terhadaptower crane D =

=

= 2379,71 cm 23,797 m

 Jaraktruck mixerterhadaptower crane D' =

=

= 2252,22 cm 22,522 m  Jaraktrolley

D" = Jarak kolom terhadap TC – Jarak truck mixer terhadap TC = 2379,71 – 2252,22

= 127,49 cm 1,275 m

600 420 420 A B C D 650 650 650 650 650

6 5 4 3 2 1


(68)

58  Sudut slewing

a. Untuk Xkolomlebih besar dari Xtc

α = tan-1

π + tan

-1

π

= tan-1 + tan-1 = 49,53o

b. Untuk Xkolomlebih kecil dari Xtc

α = tan-1

π + tan

-1

π + 90

Untuk penentuan posisi pekerjaan pengecoran kolom dengan tower crane ditabelkan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Penentuan Posisi Pekerjaan Pengecoran Kolom dengan Tower Crane danConcrete Bucket

Sumber : Olahan Sendiri

Untuk selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.


(69)

59 1. Perhitungan Waktu Pengangkatan

a. Hoisting(Mekanisme Angkat)

 Kecepatan (v) = 80 m/menit  Jarak ketinggian (h) = 18 meter  Waktu (t = h/v)

t =

/ = 0,225 menit

b. Slewing(Mekanisme Putar)

 Kecepatan (v) = 0,6 rpm (216o/menit)  Sudut ( ) = 49,53o

 Waktu (t = /v) t = ,

/ = 0,229 menit

c. Trolley(Mekanisme Jalan Trolley)  Kecepatan (v) = 25 m/menit  Jarak (d) = 1,27 meter  Waktu (t = d/v)

t = ,

/ = 0,051 menit

d. Landing(Mekanisme Turun)

 Kecepatan (v) = 80 m/menit  Jarak ketinggian (h) = 2,9 meter  Waktu (t = h/v)

t = ,

/ = 0,036 menit


(70)

60 Untuk perhitungan waktu angkat pengecoran kolom dengan tower crane danconcrete bucketditabelkan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Waktu Angkat Pengecoran Kolom denganTower CranedanConcrete Bucket

Sumber : Olahan Sendiri

Untuk selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran D.

2. Perhitungan Waktu Kembali a. Hoisting(Mekanisme Angkat)

 Kecepatan (v) = 100 m/menit  Jarak ketinggian (h) = 2,9 meter  Waktu (t = h/v)

t = = 0,029 menit


(71)

61 b. Slewing(Mekanisme Putar)

 Kecepatan (v) = 0,6 rpm (216o/menit)  Sudut ( ) = 49,53o

 Waktu (t = /v) t = ,

/ = 0,229 menit

c. Trolley(Mekanisme Jalan Trolley)  Kecepatan (v) = 50 m/menit  Jarak (d) = 1,27 meter  Waktu (t = d/v)

t = ,

/ = 0,025 menit

d. Landing(Mekanisme Turun)

 Kecepatan (v) = 100 m/menit  Jarak ketinggian (h) = 18 meter  Waktu (t = h/v)

t =

/ = 0,18 menit

Untuk perhitungan waktu kembali pengecoran kolom dengan tower crane danconcrete bucketditabelkan pada Tabel 4.3.


(72)

62 Tabel 4.3. Waktu Kembali Pengecoran Kolom dengan Tower Crane dan

Concrete Bucket

Sumber : Olahan Sendiri

Untuk selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran E.

3. Waktu bongkar muat a. Waktu bongkar

Waktu untuk membongkar betonready mixdaribucketuntuk dituangkan pada kolom yang akan dicor.

Waktu bongkar = 3 menit (pengamatan dilapangan) b. Waktu muat

Waktu untuk memuat betonready mixdaritruck mixeruntuk dituangkan pada concrete bucket.

Waktu muat = 2 menit (pengamatan dilapangan)


(73)

63 4. Perhitungan Waktu Siklus

= waktu muat + waktu angkat + waktu kembali + waktu bongkar = 2 + 0,583 + 0,497 + 3

= 6,08 menit

Untuk perhitungan waktu siklus ditabelkan pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Waktu Siklus Pengecoran Kolom dengan Tower Crane dan Concrete Bucket

Sumber : Olahan Sendiri

Untuk selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran F.

5. Perhitungan Waktu Pelaksanaan  Volume kolom = 1,32 m3  Produksi per siklus = 0,3 m3


(74)

64  Waktu siklus = 6,005 menit

 Waktu penyelesaian per kolom

= ( x Waktu per siklus

= ( x 6,005 = 26,424 menit  Produktivitas

= Volume /

= 1,32 / ( = 2, 997 m3/jam

Untuk perhitungan waktu dan produktivitas pekerjaan pengecoran kolom dengantower cranedanconcrete bucketditabelkan pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Waktu dan Produktivitas Pekerjaan Pengecoran Kolom denganTower CranedanConcrete Bucket.

Sumber : Olahan Sendiri

Untuk selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran G.


(75)

65 6. Pengaruh Ketinggian pada Produktivitas Pengecoran dengan Concrete

Bucket

Dari nilai – nilai produktivitas masing – masing ketinggian kemudian dihitung pengaruh ketinggian terhadap nilai produktivitas, sehingga didapat persamaan sebagai berikut.

y = -0,0091x + 2,7856 persamaan ini menunjukan bahwa setiap kenaikan 2,7 m, maka produktivitas yang dihasilkan menurun sebesar 0,0091 m3/jam.

Gambar 4.3. Analisa Regresi Pengecoran Masing – Masing Segmen Tiap Lantai denganConcrete Bucket

65 6. Pengaruh Ketinggian pada Produktivitas Pengecoran dengan Concrete

Bucket

Dari nilai – nilai produktivitas masing – masing ketinggian kemudian dihitung pengaruh ketinggian terhadap nilai produktivitas, sehingga didapat persamaan sebagai berikut.

y = -0,0091x + 2,7856 persamaan ini menunjukan bahwa setiap kenaikan 2,7 m, maka produktivitas yang dihasilkan menurun sebesar 0,0091 m3/jam.

Gambar 4.3. Analisa Regresi Pengecoran Masing – Masing Segmen Tiap Lantai denganConcrete Bucket

65 6. Pengaruh Ketinggian pada Produktivitas Pengecoran dengan Concrete

Bucket

Dari nilai – nilai produktivitas masing – masing ketinggian kemudian dihitung pengaruh ketinggian terhadap nilai produktivitas, sehingga didapat persamaan sebagai berikut.

y = -0,0091x + 2,7856 persamaan ini menunjukan bahwa setiap kenaikan 2,7 m, maka produktivitas yang dihasilkan menurun sebesar 0,0091 m3/jam.

Gambar 4.3. Analisa Regresi Pengecoran Masing – Masing Segmen Tiap Lantai denganConcrete Bucket


(76)

66 Tower Crane Concrete Pump Truck Mixer 650 650 650 650 650

6 5 4 3 2 1

4.2.2. Perhitungan dengan MenggunakanConcrete Pump

Concrete pump yang digunakan pada pekerjaan balok dan plat ini spesifikasi dariconcrete pumpyang digunakan adalah tipe HBTS40-15-82R.

Gambar 4.4.LayoutDistribusi Beton denganConcrete Pump (Sumber : Olahan Sendiri)

Gambar 4.5.Posisi Koordinat Alat pada Saat Pengecoran (Sumber : Olahan Sendiri)

200

400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 2200 2400 2600 2800 3000 3200 3400 3600 3800 4000 4200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 y x

Tower Crane Concrete Pump

Truck Mixer 200 600 420 420 A B C D


(77)

67 1. Perhitungan Produktivitas Waktu Operasi

Perhitungan waktu pelaksanaan untuk pengecoran balok dan plat lantai  Volume : 7,13 m3

 Waktu Operasi : 13,25 menit  Produktivitas Waktu Operasi

= Volume /

= 7,13 m3/ , = 32,27 m3/jam

2. Perhitungan Produktivitas Waktu Total  Waktu Persiapan (asumsi dari lapangan)

a. Pengaturan Posisi : 5 menit b. Pasang Pipa : 10 menit  Waktu Pasca Operasi

a. Bongkar Pipa : 10 menit b. Persiapan Kembali : 5 menit  Waktu Total

= Waktu Persiapan + Waktu Operasi + Waktu Pasca Operasi = 15 menit + 13,25 menit + 15 menit

= 43,25 menit

 Produktivitas Waktu Total = Volume /


(78)

68 = 17,13 m3/

= 9,89 m3/jam

Untuk perhitungan waktu dan produktivitas pekerjaan pengecoran balok dan plat lantai denganconcrete pumpditabelkan pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6.Waktu dan Produktivitas Pekerjaan Pengecoran Balok dan Plat Lantai denganConcrete Pump

Sumber : Olahan Sendiri

Untuk selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran H, Tabel 4.6.

3. Pengaruh Ketinggian pada Produktivitas Pengecoran dengan Concrete Pump

Dari nilai – nilai produktivitas masing – masing ketinggian kemudian dihitung pengaruh ketinggian terhadap nilai produktivitas, sehingga didapat persamaan sebagai berikut.


(79)

69 y = -0,0673x + 9,7141 persamaan ini menunjukan bahwa setiap kenaikan 2,7 m, maka produktivitas yang dihasilkan menurun sebesar 0,0673 m3/jam.

Gambar 4.6. Analisa Regresi Pengecoran Masing – Masing Segmen Tiap Lantai denganConcrete Pump

4.3. ANALISA HASIL PERHITUNGAN

Setelah dilakukan perhitungan waktu dan produktivitas pelaksanaan pengecoran terhadap masing – masing alat, maka langkah selanjutnya adalah membandingkan waktu dan produktivitas pelaksanaan antara penggunaan alat concrete bucketdanconcrete pump.

y = -0.0673x + 9.7141

8.25 8.50 8.75 9.00 P ro d u k ti v it a s (m 3 /j a m ) Ketinggian (m) 12.9 m (5) 18.3 m (7) 15.6 m (6)


(80)

70 4.3.1. Perbandingan Waktu Pelaksanaan Pengecoran

Dari nilai – nilai yang telah didapat pada masing – masing lantai kemudian dihitung perbandingan waktu pelaksanaan pengecoran antara kedua alat.

 Waktu yang dibutuhkan untuk pengecoran 1 m3dengan menggunakan alat Concrete Bucket

= ∑

=

,

,

= 22,647 menit/m3

 Waktu yang dibutuhkan untuk pengecoran 1 m3dengan menggunakan alat Concrete Pump

= ∑

=

,

,

= 6,80 menit/m3

 Δ = Waktu denganConcrete Bucket– Waktu denganConcrete Pump = 22,65 menit/m3– 6,80 menit/m3

= 15,85 menit/m3

Untuk perbandingan waktu pekerjaan pengecoran pada masing – masing lantai ditabelkan pada Tabel 4.7.


(81)

71 Tabel 4.7.Perbandingan Waktu Pekerjaan Pengecoran

Sumber : Olahan Sendiri

4.3.2. Perbandingan Produktivitas Pengecoran

Dari nilai – nilai yang telah didapat pada masing – masing lantai kemudian dihitung perbandingan produktivitas pengecoran antara kedua alat.

 Δ = ProduktivitasConcrete Pump– ProduktivitasConcrete Bucket = 8,82 m3/jam – 2,67 m3/jam

= 6,15 m3/jam

Produktivitas yang telah didapat pada masing – masing lantai kemudian ditabelkan pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8.Perbandingan Produktivitas Pengecoran

Sumber : Olahan Sendiri


(82)

72

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Dari analisa perbandingan perhitungan waktu dan produktivitas pengecoran menggunakan concrete bucket dan concrete pump pada proyek pembangunan Apartemen Mansyur Residence dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil yang didapat pada waktu pelaksanaan pekerjaan pengecoran, maka waktu yang dibutuhkan untuk pengecoran 1 m3 dengan menggunakan alatconcrete bucketpada masing – masing lantai adalah :  Lantai 5 sebesar 22,65 menit/m3

 Lantai 6 sebesar 22,86 menit/m3  Lantai 7 sebesar 23,04 menit/m3

Sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk pengecoran 1 m3 dengan menggunakan alatconcrete pumppada masing – masing lantai adalah :  Lantai 5 sebesar 6,80 menit/m3

 Lantai 6 sebesar 6.88 menit/m3  Lantai 7 sebesar 7,09 menit/m3

Maka waktu yang tercepat adalah dengan menggunakan alat concrete pump.

2. Berdasarkan hasil yang didapat pada produktivitas pelaksanaan pekerjaan pengecoran, maka produktivitas dengan menggunakan alat concrete bucket pada masing – masing lantai adalah :


(83)

73  Lantai 5 sebesar 2,67 m3/jam

 Lantai 6 sebesar 2,64 m3/jam  Lantai 7 sebesar 2,62 m3/jam

Sedangkan produktivitas dengan menggunakan alat concrete pump pada masing – masing lantai adalah :

 Lantai 5 sebesar 8,82 m3/jam  Lantai 6 sebesar 8,72 m3/jam  Lantai 7 sebesar 8,46 m3/jam

Maka produktivitas terbesar adalah dengan menggunakan alat concrete pump.

3. Berdasarkan perbandingan waktu dan produktivitas pengecoran pada pembangunan Apartemen Mansyur Residence maka didapat waktu tercepat dan produktivitas terbesar dengan menggunakan alat concrete pump.

5.2. SARAN

1. Untuk pelaksanaan kegiatan proyek perlu diperhatikan penggunaan dan pemilihan peralatan pada lokasi dan kondisi proyek, serta metode kerja dari peralatan tersebut.

2. Adanya waktu delay pada persiapan operasi dan pasca operasi dapat mempengaruhi besar kecilnya produktivitas alat. Untuk itu harus dikontrol dan diperhatikan dengan baik.

3. Perlu dibahas lagi suatu alternatif penggunaan peralatan yang lain untuk melakukan penelitian atau studi lanjutan tentang masalah tersebut.


(84)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PROYEK

2.1.1. Pengertian Umum

Proyek dapat diartikan sebagai suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk atau deliverable yang kriteria mutunya telah digariskan dengan jelas. (Soeharto, I., 1999).

Menurut Soeharto. I. (1999) bahwa ciri pokok sebuah proyek adalah sebagai berikut:

 Bertujuan menghasilkan lingkup (scope) tertentu berupa produk akhir atau hasil kerja akhir.

 Dalam proses mewujudkan lingkup di atas, ditentukan jumlah biaya, jadwal serta kriteria mutu.

 Bersifat sementara, dalam arti umurnya dibatasi oleh selesainya tugas. Titik awal dan akhir ditentukan dengan jelas.

 Nonrutin, tidak berulang-ulang. Macam dan intensitas kegiatan berubah sepanjang proyek berlangsung.

Sedangkan menurut Ervianto, W. I., (2002) bahwa proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka pendek, dimana dalam rangkaian tersebut ada suatu proses yang mengolah sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan.


(85)

6 Sebuah proyek merupakan suatu usaha atau aktivitas yang kompleks, mempunyai objektif yang spesifik yang harus diselesaikan, terdefinisi dengan jelas waktu awal dan akhirnya, mempunyai batas dana, menggunakan sumber daya (manusia, uang, peralatan, dan sebagainya), serta multifungsional dimana anggota proyek bisa berasal dari departemen yang berbeda. Sebuah proyek juga dapat diartikan sebagai upaya atau aktivitas yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan, sasaran dan harapan-harapan penting dengan menggunakan anggaran dana serta sumber daya yang tersedia yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu.

2.1.2. Jenis - Jenis Proyek

Menurut Soeharto I., (1999) dari segi komponen kegiatan utama, proyek dapat dikelompokan menjadi :

a. Proyek Engineering-Konstruksi

Komponen kegiatan utama jenis proyek ini terdiri dari pengkajian kelayakan, desainengineering, pengadaan dan konstruksi.

b. Proyek Engineering-Manufaktur

Dimaksudkan untuk menghasilkan produk baru, meliputi pengembangan produk, manufaktur, perakitan, uji coba fungsi dan operasi produk yang dihasilkan.

c. Proyek Penelitian dan Pengembangan

Bertujuan untuk melakukan penelitian dan pengembangan dalam rangka menghasilkan produk tertentu.


(86)

7 d. Proyek Pelayanan Manajemen

Proyek pelayanan manajemen tidak memberikan hasil dalam bentuk fisik, tetapi laporan akhir, misalnya merancang sistem informasi informasi manajemen.

e. Proyek Kapital

Proyek kapital merupakan proyek yang berkaitan dengan penggunaan dana capital untuk investasi.

f. Proyek Radio-Telekomunikasi

Bertujuan untuk membangun jaringan telekomunikasi yang dapat menjangkau area yang luas dengan biaya minimal.

g. Proyek Konservasi Bio-Diversity

Proyek konservasi bio-diversity merupakan proyek yang berkaitan dengan usaha pelestarian lingkungan.

Sedangkan proyek konstruksi sendiri dibedakan lagi atas dua jenis kelompok bangunan yaitu:

1. Proyek konstruksi gedung seperti rumah tempat tinggal, villa, pabrik, hotel dan sebagainya.

2. Proyek bangunan sipil seperti jembatan, bendungan dan infrastruktur lainnya.


(87)

8

2.2. MANAJEMEN PROYEK

Manajemen proyek adalah kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengendalikan sumber daya organisasi perusahaan untuk mencapai tujuan tertentu dalam waktu tertentu dengan sumber daya tertentu. Manajemen proyek mempergunakan personil perusahaan untuk ditempatkan pada tugas tertentu dalam proyek (Santosa, B., 2009).

Manajemen proyek sangat menentukan keberhasilan pekerjaan suatu proyek. Salah satu masalah yang biasa dihadapi di proyek adalah masalah keterlambatan pekerjaan. Keterlambatan suatu proyek dapat disebabkan karena alasan-alasan tertentu, seperti masalah ketersediaan tenaga kerja, masalah cuaca dan masalah lain sehingga diperlukan manajemen yang baik untuk mengatasi keterlambatan tersebut.

Menurut Soeharto, I. (1995) adapun tujuan dari proses manajemen tersebut adalah:

 Agar semua rangkaian kegiatan tepat waktu, dalam hal ini tidak terjadi keterlambatan penyelesaian suatu proyek.

 Biaya sesuai dengan kontrak maksudnya agar tidak ada biaya tambahan sesuai dari perencanaan yang telah ditentukan.

 Kualitas sesuai dengan isi kontrak.

 Proses kegiatan sesuai persyaratan


(88)

9

2.2.1. Unsur-unsur Manajemen Proyek

Menurut Husen, A. (2009) adapun kegiatan yang meliputi dari unsur-unsur kegiatan manajemen adalah:

1. Perencanaan (Planning)

Pada kegiatan ini dilakukan antisipasi tugas dan kondisi yang ada dengan menetapkan sasaran dan tujuan yang harus dicapai serta menentukan kebijakan pelaksanaan, program yang akan dilakukan, jadwal waktu pelaksanaan, prosedur pelaksanaan secara administratif dan operasional serta alokasi anggaran biaya dan sumber daya.

2. Pengorganisasian (Organizing)

Pada kegiatan ini dilakukan identifikasi dan pengelompokan jenis-jenis pekerjaan, menentukan pendelegasian wewenang dan tanggung jawab personel serta meletakkan dasar bagi hubungan masing-masing unsur organisasi. Untuk menggerakan organisasi, pimpinan harus mampu mengarahkan organisasi dan menjalin komunikasi antar pribadi dalam hierarki organisasi. Semua ini dibangkitkan melalui tanggung jawab dan partisipasi semua pihak. Struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan proyek dan kerangka penjabaran tugas personel penanggung jawab yang jelas, serta kemampuan personel yang sesuai keahliannya, akan diperoleh hasil yang positif bagi organisasi.

3. Pelaksanaan (Aktualling)

Kegiatan ini adalah implementasi dari perencanaan yang telah ditetapkan, dengan melakukan tahap pekerjaan yang sesungguhnya secara fisik atau non fisik sehingga prosedur akhir sesuai dengan sasaran dan tujuan yang


(89)

10 telah ditetapkan. Karena kondisi perencanaan sifatnya masih ramalan dan subjektif serta masih perlu penyempurnaan. Dalam tahapan ini sering terjadi perubahan-perubahan dari rencana yang telah ditetapkan.

4. Pengendalian (Controlling)

Kegiatan ini untuk memastikan program dan aturan kerja yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan penyimpanan paling minimal dan hasil paling memuaskan

2.2.2. Aspek-aspek Manajemen Waktu

Dasar yang dipakai pada sistem manajemen waktu yaitu perencanaan operasional dan penjadwalan yang selaras dengan durasi proyek yang sudah ditetapkan. Dalam hal ini penjadwalan digunakan untuk mengontrol aktivitas proyek setiap harinya. Adapun aspek-aspek manajemen waktu yaitu menentukan penjadwalan proyek, mengukur dan membuat laporan kemajuan proyek, membandingkan penjadwalan dengan kemajuan proyek sebenarnya di lapangan, menentukan akibat yang ditimbulkan oleh perbandingan jadwal dengan kemajuan di lapangan pada akhir penyelesaian proyek, merencanakan penanganan untuk mengatasi akibat tersebut, yang terakhir memperbaharui kembali penjadwalan proyek (Clough and Sears, 1991).


(90)

11

Gambar 2.1.Sistem Manajemen Waktu (Sumber : Clough and Sears, 1991)

2.2.3. Perencanaan dan Penjadwalan Proyek

Perencanaan adalah suatu tahapan dalam manajemen proyek yang mencoba meletakkan dasar tujuan dan sasaran sekaligus menyiapkan segala program teknis dan administrative minimal serta hasil akhir maksimal.

Adapun tujuan perencanaan ini adalah melakukan usaha untuk memenuhi persyaratan spesifikasi proyek yang ditentukan dalam batasan biaya, mutu, dan waktu ditambah dengan terjaminnya faktor keselamatan.

Penjadwalan merupakan tahap awal yang sangat penting dalam memulai suatu pekerjaan. Penjadwalan proyek merupakan salah satu elemen hasil perencanaan yang dapat memberikan informasi tentang jadwal rencana dan kemajuan proyek dalam hal kinerja sumber daya berupa biaya, tenaga kerja,

Menentukan penjadwalan

Mengukur dan membuat laporan kemajuan

Membandingkan kemajuan di lapangan dengan penjadwalan

Menentukan akibat yang ditimbulkan pada akhir penyelesaian

Merencanakan penanganan untuk mengatasi akibat

Memperbaharui penjadwalan proyek


(91)

12 peralatan, dan material serta rencana durasi proyek dan progress waktu untuk penyelesaian proyek (Husen, A., 2009).

Dengan adanya penjadwalan ini kita bisa mengetahui kapan kegiatan-kegiatan akan dimulai, ditunda, dan diselesaikan, sehingga pengendalian sumber-sumber daya akan disesuaikan waktunya menurut kebutuhan yang ditentukan.

Agar suatu proyek dapat berjalan dengan lancar serta efektif, maka diperlukan pengaturan waktu atau penjadwalan dari kegiatan-kegiatan yang terlibat didalamnya. Sehubungan dengan itu, maka pihak pelaksana dari suatu proyek biasanya membuat suatu jadwal kegiatan (time schedule).

Jadwal kegiatan adalah urutan-urutan kerja, yang berisi antara lain :

 Jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan.

 Waktu dimana suatu pekerjaan dimulai dan diakhiri.

 Urutan dari pekerjaan

Dengan adanya jadwal waktu ini, pemimpin proyek dapat mengetahui dengan jelas rencana kerja yang akan dilaksanakan, sehingga kelangsungan atau kontinuitas proyek dapat dipelihara. Hal ini memudahkan pimpinan proyek untuk mengkoordinasi unit-unit pekerjaan sehingga diperoleh efisiensi kerja yang tinggi (Soeharto, I., 1999).

Adapun tujuan penjadwalan adalah sebagai berikut :

 Mempermudah perumusan masalah proyek.

 Menentukan metode atau cara yang sesuai.

 Kelancaran kegiatan lebih terorganisir.

 Mendapatkan hasil yang optimum.

Sedangkan fungsi penjadwalan dalam suatu proyek konstruksi antara lain :


(92)

13

 Menentukan durasi total yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek.

 Menentukan waktu pelaksanaan dari masing-masing kegiatan.

 Menentukan kegiatan-kegiatan yang tidak boleh terlambat atau tertunda pelaksanaannya dan menentukan jalur kritis.

 Menentukan kemajuan pelaksanaan proyek.

 Sebagai dasar perhitungancash flowproyek.

 Sebagai dasar bagi penjadwalan sumber daya proyek, seperti tenaga kerja, material, dan peralatan.

 Sebagai alat pengendalian proyek.

Data yang diperlukan dalam penjadwalan proyek ini adalah :

 Proyek konstruksi yang akan dilaksanakan.

 Metode pelaksanaan.

 Membuat list semua kegiatan yang sudah dilakukan untuk proyek tersebut, serta perkiraan waktu yang diperlukan.

 Urutan pelaksanaan kegiatan.

 Ketergantungan pelaksanaan antara kegiatan satu dan lainnya.

2.3. PRODUKTIVITAS

Produktivitas didefinisikan sebagai ratio antara output dengan input, atau ratio antara hasil produksi dengan total sumber daya yang digunakan. Dalam proyek konstruksi ratio produktivitas adalah nilai yang diukur selama proses konstruksi. Sukses dan tidaknya proyek konstruksi tergantung dari efektifitas penggunaan sumberdaya. Produktivitas kerja adalah salah satu sasaran penting


(93)

14 dari perusahaan apapun. Dengan produktivitas kerja yang tinggi dan ongkos produksi yang bisa ditekan, maka laba perusahaan dapat ditingkatkan.

Produktivitas tenaga kerja merupakan kemampuan seorang tenaga kerja untuk mengelola efisiensi input (material, mesin, metode dan informasi) yang ditransformasikan untuk menghasilkan efektivitas output berdasarkan standar yang telah ditentukan. Produktivitas merupakan hasil dari efisiensi pengelolaan masukan dan efektivitas pencapaian sasaran yang berhubungan upah tenaga kerja, pengalaman, curahan waktu kerja untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik dengan yang telah ditetapkan hingga tujuan yang ingin dicapai dapat diperoleh.

Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas dibagi menjadi dua yaitu faktor internal yang berhubungan dengan pekerjaannya sendiri dan faktor eksternal yang berhubungan dengan pihak di luar tenaga kerja (Cornelia, 2003).

a. Faktor-faktor Internal

Faktor-faktor internal yang mempengaruhi produktivitas terdiri dari 4 yaitu:

1. Keterampilan dan Pengalaman Kerja

Pengalaman kerja pengawas dan pekerja dapat menyebabkan terjadinnya keterlambatan proyek, karena durasi kerja yang direncanakan dapat berjalan dengan baik apabila pekerja itu mengerti apa yang harus dikerjakan dan pengawas juga mengetahui bagaimana urutan kerja untuk menghasilkan hasil yang optimal. Pengalaman dan keterampilan akan semakin bertambah jika seseorang melakukan pekerjaan yang sama berulang-ulang, sehingga waktu penyelesaian yang dibutuhkan semakin sedikit dan produktivitas dalam melaksanakan tugas akan meningkat.


(94)

15 2. Pendidikan

Para pekerja biasanya berasal dari berbagai macam latar belakang pekerjaan, daerah dan pendidikan yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Kurangnya pendidikan menyebabkan kesulitan berkomunikasi karena kurang mengerti maksud dan tujuan dari instruksi yang disampaikan yang berakibat pada waktu kerja yang lebih besar namun hasil kerja yang kurang optimal pada produk yang dihasilkan. 3. Efektifitas Jam Kerja

Efektifitas adalah mengerjakan hal-hal yang benar, menghasilkan alternative-alternatif yang kreatif, mengoptimalkan penempatan sumber daya untuk memperoleh hasil, memperoleh keuntungan. Dalam usaha untuk memperoleh jam kerja yang efektif, perlu diterapkan satu kedisiplinan pola kerja. Pengawas lapangan harus benar-benar dapat mendisiplinkan seluruh tenaga kerja di lapangan sehingga kehilangan waktu produktif dapat dicegah. Waktu produktif ini berkurang karena waktu istirahat yang berlebihan, pekerjaan terlambat dimulai, terlalu awal untuk mengakhiri pada suatu pekerjaan.

4. Usia Pekerja

Usia pekerja ini menyangkut hasil kerja. Hal ini terjadi karena tenaga yang berusia lebih muda tentunya lebih besar daripada yang sudah berumur namun pengalaman kerja mereka mungkin masih lebih sedikit dibandingkan dengan yang lebih tua. Dalam konstruksi, usia juga menentukan dimana dia bisa bergabung untuk bekerja, misalkan pada


(95)

16 bagian bangunan baja lebih diperlukan pekerja yang masih muda karena pekerjaan ini membutuhkan tenaga yang lebih besar.

b. Faktor-faktor Eksternal

Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi produktivitas adalah terdiri dari 4 yaitu:

1. Cuaca

Pada musim hujan kegiatan konstruksi dapat terhenti terutama untuk pekerjaan pondasi dan pekerjaan bagian proyek yang belum tertutup. Sedangkan hambatan pada musim kemarau adalah suhu udara pada dan menyebabkan pekerja menjadi cepat lelah yang menyebabkan produktivitas akan menurun.

2. Kurangnya Sumber Daya

Sumber daya hal ini adalah material, tenaga kerja, dan peralatan. Seperti contoh kurangnya material disebabkan oleh keterlambatan pengiriman material dari pemasok atau juga terjadi karena kesalahan estimasi persediaan material yang dimiliki. Kesalahan dalam pembuatan jadwal pemesanan material dapat mengganggu kesinambungan kerja dilapangan. Kurangnya sumber daya dapat mengganggu jadwal yang telah direncanakan.

3. Keserasian Hubungan Kerja

Keserasian hubungan kerja yang dimaksud adalah hubungan antara pekerja proyek konstruksi dan merupakan faktor penting yang sangat berperan dalam mencapai keberhasilan proyek. Dalam proyek konstruksi, iklim kerja harus dipelihara untuk memungkinkan setiap orang bekerja secara


(96)

17 maksimum. Dengan demikian kerja sama dapat berjalan dengan lancer.

4. Manajemen

Seperti yang telah diketahui bahwa pencapaian tingkat produktivitas, laju prestasi maupun kinerja operasi sangat dipengaruhi oleh mutu manajemennya sebagai motor penggerak dalam berproduksi.

Dalam suatu organisasi akan terdiri dari banyak orang yang mempunyai loyalitas dan tujuan yang berbeda-beda serta ada kemungkinan mereka tidak pernah bekerja sama sebelumnya. Untuk itu diperlukan suatu manajemen yang dapat menyatukan perbedaan dari orang-orang yang ada dalam kelompok agar mereka dapat bekerja sama selama jangka waktu yang disediakan.

2.4. ALAT PEMPROSES BETON

Beton merupakan campuran dari semen, agregat, dan air. Campuran semen dan air disebut dengan pasta. Agregat yang digunakan secara umum untuk membuat beton adalah agregat halus dan agregat kasar. Kadang-kadang pada campuran tersebut ditambahkan bahan aditif yang mempunyai fungsi khusus seperti plasticizer yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan, retarder yang berfungsi untuk memperlambat pengerasan atau setting, dan hardening accelerator untuk mempercepat penguatan beton. Setelah semua bahan beton tersebut menjadi satu maka campuran tersebut ditempatkan pada suatu cetakan untuk kemudian dibiarkan sampai mengeras. Campuran beton yang normal mengandung ¾ bagian agregat dan ¼ bagian pasta berdasarkan volume dengan rasio air-semen berkisar antara 0,4 - 0,7 berdasarkan berat.


(97)

18 Pekerjaan dalam pembuatan beton meliputi berikut ini :

a. Pengukuran berat setiap komponen beton b. Pencampuran bahan beton

c. Pemindahan campuran beton d. Penempatan

e. Konsolidasi f. Pengeringan

Agar mencapai hasil yang baik campuran beton harus memenuhi beberapa kriteria seperti kemudahan untuk dicampur dan dipindahkan, seragam, tidak mengalami segregasi, dan memenuhi seluruh cetakan. (Rostiyanti, S. F., 2002).

Menurut Rostiyanti, S. F. (2002) dalam memproduksi beton secara massal, peralatan untuk membuat beton sangat diperlukan. Pengadaan alat untuk membuat beton dilakukan agar produktivitas dapat ditingkatkan sehingga hasil beton per jam menjadi lebih besar. Selain itu juga keseragaman hasil dapat dipertahankan. Peralatan yang biasanya dipakai dalam proses pembuatan beton sampai beton tersebut ditempatkan adalah sebagai berikut.

a. Peralatan pencampur beton (concrete batching and mixing) b. Peralatan pemindahan campuran beton

c. Peralatan pengecoran

2.4.1. Pencampuran Beton

Agregat pada batching plant diletakan pada staple material atau storage bin. Staple material merupakan tempat penyimpanan agregat dimana setiap jenis


(98)

19 material dipisahkan oleh dinding. Sedangkan storage bin merupakan bak-bak penampungan material dengan pintu pada bagian bawah.

Baik pada storage bin maupun pada staple material, agregat dipisah menjadi empat bagian, yaitu butir kasar (split), butir menengah, butir halus, dan pasir. Sedangkan semen diletakan pada suatu tabung yang disebut cement silo. Tabung ini tertutup rapat sehingga semen dalam keadaan tetap kering.

Pada saat pencampuran, agregat dikeluarkan dari pintu pada bagian bawah storage bin. Sedangkanbatching plantyang menggunakanstaplematerial sebagai pemisah agregat, agregat dipindahkan dengan menggunakan dragline. Agregat

dari storage bin maupun dari staple material kemudian ditakar dengan

menggunakan timbangan. Semen juga dikeluarkan dari silo dari pintu bagian bawah tabung dan ditakar. Penakaran ini bertujuan agar diperoleh proporsi setiap bahan sesuai dengan yang diinginkan guna mencapai kekuatan beton tertentu. Agregat dan semen yang telah ditakar kemudian dicampurkan dalambatcheratau dipindahkan ke dalammixeruntuk selanjutnya dicampur dengan air.

2.4.2. Pemindahan Beton

Ada bermacam-macam alat yang dapat digunakan untuk mengangkat beton menuju lokasi. Yang termasuk alat pengangkut beton adalah truck mixer, truck agitator, conveyor, pompa, dan crane yang dilengkapi dengan bucket.

Truck mixer selain mempunyai kemampuan untuk mengaduk beton juga mempunyai kelebihan karena dapat mengangkut beton hasil pengadukan ke lokasi yang diinginkan. Metode kerja alat ini adalah pertama dengan memasukkan agregat, semen, dan bahan aditif yang telah tercampur dari batching plant ke


(99)

20 dalam drum yang terletak di atas truck. Air ditambahkan kemudian pada saat pengadukan akan dimulai.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengangkutan beton. Yang pertama adalah segregasi. Segregasi dapat terjadi pada saat pengangkutan beton plastis. Untuk menghindari segregasi maka tinggi jatuh beton pada saat dikeluarkan dari atau dimasukkan ke dalam drum mixer harus lebih kecil dari 1,5m, kecuali jika menggunakan pipa. Faktor lainnya yaitu jarak tempuh pengangkutan.

Pada saat beton tiba di proyek, beton tersebut dicor ke dalam cetakan. Untuk memudahkan pengecoran, salah satu caranya adalah dengan menggunakan pompa. Penggunaan pompa beton pada massa sekarang bukan merupakan barang baru. Pada awalnya pompa beton digunakan untuk menyalurkan beton ke dalam terowongan.

Beton disalurkan ke dalam cetakan dengan menggunakan pipa. Pipa ini dapat diletakkan secara horizontal, vertikal atau miring. Agar pemompaan beton ini berhasil maka beton yang disalurkan oleh pompa harus seragam dan konsisten. Pompa tersedia dalam berbagai ukuran sesuai dengan kebutuhan. Pompa diletakkan di atas truck. Untuk mencapai elevasi pengecoran tertentu maka alat ini dilengkapi oleh pengatur mekanis.

Alat lain yang digunakan dalam pengecoran adalah crane yang dilengkapi dengan bucket. Bucket ini tersedia dalam berbagai ukuran. Baton dimasukkan ke dalam bucket melalui bagian atas bucket. Di bagian bawah terdapat pintu untuk mengeluarkan beton ke dalam cetakan.


(100)

21

2.4.3. Pengecoran Beton

Setelah beton plastis dituangkan ke dalam cetakan baik dengan menggunakan bucket maupun melalui pipa, beton tersebut kemudian dikonsolidasikan dan diratakan. Sebelum hal tersebut dilakukan, cetakan harus dalam keadaan bersih, disangga dengan baik, dan kuat. Selain itu untuk memudahkan pembukaan cetakan setelah beton mengeras sebaiknya permukaan dalam cetakan dilapisi semacam minyak.

Untuk mengurangi rongga dalam beton, setelah beton dicor maka dilakukan konsolidasi. Konsolidasi ini dapat dilakukan dengan cara menusuk dengan menggunakan batang atau sekop. Selain dengan cara manual, konsolidasi dapat dilakukan dengan menggunakan getaran. Getaran didapat dengan alat penggetar mekanis yang dimasukkan ke dalam beton plastis secara vertikal sampai permukaan dasar cetakan atau dengan cetakan yang bergetar. Akan tetapi, penggetaran ini tidak boleh terlalu lama karena dapat menyebabkan segregasi. Dalam proses pengecoran segregasi harus dihindari.

Setelah proses konsolidasi maka permukaan beton diratakan dan dibiarkan mengering. Pada saat beton mengering, suhu dan kelembapan pada permukaan beton harus dijaga. Hal ini dilakukan untuk menghindari beton retak. Proses ini dilakukan dengan cara memberi penutup yang basah langsung di atas beton, daerah pengeringan ditutupi, atau menyemprotkan air di permukaan beton (Rostiyanti, S. F., 2002).


(1)

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian... 3

1.4. Batasan Masalah... 3

1.5. Manfaat Penelitian... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 5

2.1. PROYEK... 5

2.1.1. Pengertian Umum... 5

2.1.2. Jenis-jenis Proyek... 6

2.2. MANAJEMEN PROYEK... 8

2.2.1. Unsur – Unsur Manajemen Proyek ... 9

2.2.2. Aspek-aspek Manajemen Waktu... 10

2.2.3. Perencanaan dan Penjadwalan Proyek ... 11

2.3. PRODUKTIVITAS ... 13

2.4. ALAT PEMPROSES BETON ... 17


(2)

vii

2.4.2. Pemindahan Beton... 19

2.4.3. Pengecoran Beton... 21

2.5. ALAT BERAT ... 22

2.3.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Alat Berat 22 2.6. DATA PERALATAN ... 24

2.6.1.Tower Crane... 24

2.6.2.Concrete Bucket... 29

2.6.3.Concrete Pump... 31

2.6.4.Truck Mixer... 33

2.7. SPESIFIKASI PERALAT YANG DIGUNAKAN... 34

2.7.1. Spesifikasi PeralatanTower Crane... 34

2.7.2. SpesifikasiConcrete Bucket... 35

2.7.3. SpesifikasiConcrete Pump... 35

2.8. REVIEW PENELITIAN TERDAHULU... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 41

3.1. UMUM ... 41

3.2. ALUR PENYELESAIAN PENELITIAN TUGAS AKHIR... 41

3.2.1. Studi Literatur dan Lapangan ... 41

3.2.2. Jenis Data dan Sumber Data... 42

3.2.3. Pengumpulan Data ... 42

3.2.4. Menentukan Metode Pelaksanaan ... 43

3.2.5. Menganalisa dan Mengolah Data ... 43

3.2.6. Perhitungan Waktu dan Produktivitas Pengecoran ... 43


(3)

viii 3.3. ALUR METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

PENGECORAN ... 44

3.3.1. Dengan MenggunakanTower CranedanConcrete Bucket... 44

3.3.2. Dengan MenggunakanConcrete Pump... 46

3.4. PROSES PENGOLAHAN DATA... 47

3.4.1 Gambar Ilustrasi Posisi Pergerakan Alat... 47

3.4.2 Penggunaan Alat ... 48

3.4.3. Perhitungan Waktu dan Produktivitas denganTower CranedanConcrete Bucket... 48

3.4.4. Perhitungan Waktu dan Produktivitas denganConcrete Pump... 51

3.5. PERHITUNGAN DAN ANALISIS DATA ... 52

3.6. BAGAN ALIR PENELITIAN (FLOWCHARD) ... 54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 55

4.1. UMUM ... 55

4.2. PERHITUNGAN WAKTU DAN PRODUKTIVITAS PELAKSANAAN ... 55

4.2.1. Perhitungan dengan MenggunakanTower Cranedan Concrete Bucket... 55

4.2.2. Perhitungan dengan MenggunakanConcrete Pump... 66

4.3. ANALISA HASIL PERHITUNGAN ... 69

4.3.1. Perbandingan Waktu Pelaksanaan Pengecoran... 70


(4)

ix

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

5.1 Kesimpulan ... 72

5.2 Saran ... 73

DAFTAR ACUAN ... xii

DAFTAR PUSTAKA ... xv


(5)

x

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal

2.1. Sistem Manajemen Waktu 11

2.2. Free Standing Crane 25

2.3. Climbing Tower Crane 26

2.4. Tied In Crane 26

2.5. Tower Crane 27

2.6. Concrete Bucket 30

2.7. Concrete Pump 32

2.8. Truck Mixer 34

3.1. ProsesHoisting, Slewing, Trolley, Landing 45

3.2. Metode Pelaksanaan Pengecoran MenggunakanConcrete Pump

46

3.3. Ilustrasi Posisi Pergerakan Alat 47

3.4. Bagan Alir Penelitian (Flowchard) 54

4.1. LayoutDistribusi Beton denganTower Crane

4.2. Posisi Koordinat Alat pada Saat Pengecoran

4.3. Analisa Regresi Pengecoran Masing – Masing Segmen Tiap Lantai denganConcrete Bucket

4.4. LayoutDistribusi Beton denganConcrete Pump

4.5. Posisi Koordinat Alat pada Saat Pengecoran

4.6. Analisa Regresi Pengecoran Masing – Masing Segmen Tiap Lantai denganConcrete Pump

56 57 65

66 66 69


(6)

xi

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

4.1. Penentuan Posisi Pekerjaan Pengecoran Kolom dengan

Tower CranedanConcrete Bucket

58

4.2.

4.3.

4.4.

Waktu Angkat Pengecoran Kolom denganTower Crane

danConcrete Bucket

Waktu Kembali Pengecoran Kolom denganTower Crane

danConcrete Bucket

Waktu Siklus Pengecoran Kolom denganTower Crane

danConcrete Bucket

60

62

63

4.5.

4.6.

Waktu dan Produktivitas Pekerjaan Pengecoran Kolom denganTower CranedanConcrete Bucket.

Waktu dan Produktivitas Pekerjaan Pengecoran Balok dan Plat Lantai denganConcrete Pump

64

68

71 4.7. Perbandingan Waktu Pekerjaan Pengecoran


Dokumen yang terkait

Analisa Perbandingan Waktu dan Produktivitas Pengecoran Menggunakan Concrete Bucket dan Concrete Pump pada Pembangunan Gedung Bertingkat (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Apartemen Mansyur Residence)

29 141 136

PENGENDALIAN KINERJA DAN PRODUKTIVITAS PEMBANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT 4 LANTAI PENGENDALIAN KINERJA DAN PRODUKTIVITAS PEMBANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT 4 LANTAI UNTUK PARKIR RODA DUA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA.

0 0 14

Manajemen Risiko Terhadap Biaya Dan Waktu Pada Pekerjaan Struktur Gedung Bertingkat Tinggi (Studi Kasus Pembangunan Apartemen Grand Jati Junction)

0 0 16

Manajemen Risiko Terhadap Biaya Dan Waktu Pada Pekerjaan Struktur Gedung Bertingkat Tinggi (Studi Kasus Pembangunan Apartemen Grand Jati Junction)

0 0 1

Manajemen Risiko Terhadap Biaya Dan Waktu Pada Pekerjaan Struktur Gedung Bertingkat Tinggi (Studi Kasus Pembangunan Apartemen Grand Jati Junction)

0 0 5

Manajemen Risiko Terhadap Biaya Dan Waktu Pada Pekerjaan Struktur Gedung Bertingkat Tinggi (Studi Kasus Pembangunan Apartemen Grand Jati Junction)

0 1 44

Manajemen Risiko Terhadap Biaya Dan Waktu Pada Pekerjaan Struktur Gedung Bertingkat Tinggi (Studi Kasus Pembangunan Apartemen Grand Jati Junction) Chapter III V

0 0 89

Manajemen Risiko Terhadap Biaya Dan Waktu Pada Pekerjaan Struktur Gedung Bertingkat Tinggi (Studi Kasus Pembangunan Apartemen Grand Jati Junction)

0 0 3

Manajemen Risiko Terhadap Biaya Dan Waktu Pada Pekerjaan Struktur Gedung Bertingkat Tinggi (Studi Kasus Pembangunan Apartemen Grand Jati Junction)

0 0 29

ANALISIS PRODUKTIVITAS CONCRETE PUMP PAD

0 1 9