Faktor-faktor Eksternal DATA PERALATAN 1. Tower Crane

16 bagian bangunan baja lebih diperlukan pekerja yang masih muda karena pekerjaan ini membutuhkan tenaga yang lebih besar.

b. Faktor-faktor Eksternal

Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi produktivitas adalah terdiri dari 4 yaitu: 1. Cuaca Pada musim hujan kegiatan konstruksi dapat terhenti terutama untuk pekerjaan pondasi dan pekerjaan bagian proyek yang belum tertutup. Sedangkan hambatan pada musim kemarau adalah suhu udara pada dan menyebabkan pekerja menjadi cepat lelah yang menyebabkan produktivitas akan menurun. 2. Kurangnya Sumber Daya Sumber daya hal ini adalah material, tenaga kerja, dan peralatan. Seperti contoh kurangnya material disebabkan oleh keterlambatan pengiriman material dari pemasok atau juga terjadi karena kesalahan estimasi persediaan material yang dimiliki. Kesalahan dalam pembuatan jadwal pemesanan material dapat mengganggu kesinambungan kerja dilapangan. Kurangnya sumber daya dapat mengganggu jadwal yang telah direncanakan. 3. Keserasian Hubungan Kerja Keserasian hubungan kerja yang dimaksud adalah hubungan antara pekerja proyek konstruksi dan merupakan faktor penting yang sangat berperan dalam mencapai keberhasilan proyek. Dalam proyek konstruksi, iklim kerja harus dipelihara untuk memungkinkan setiap orang bekerja secara Universitas Sumatera Utara 17 maksimum. Dengan demikian kerja sama dapat berjalan dengan lancer. 4. Manajemen Seperti yang telah diketahui bahwa pencapaian tingkat produktivitas, laju prestasi maupun kinerja operasi sangat dipengaruhi oleh mutu manajemennya sebagai motor penggerak dalam berproduksi. Dalam suatu organisasi akan terdiri dari banyak orang yang mempunyai loyalitas dan tujuan yang berbeda-beda serta ada kemungkinan mereka tidak pernah bekerja sama sebelumnya. Untuk itu diperlukan suatu manajemen yang dapat menyatukan perbedaan dari orang-orang yang ada dalam kelompok agar mereka dapat bekerja sama selama jangka waktu yang disediakan.

2.4. ALAT PEMPROSES BETON

Beton merupakan campuran dari semen, agregat, dan air. Campuran semen dan air disebut dengan pasta. Agregat yang digunakan secara umum untuk membuat beton adalah agregat halus dan agregat kasar. Kadang-kadang pada campuran tersebut ditambahkan bahan aditif yang mempunyai fungsi khusus seperti plasticizer yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan, retarder yang berfungsi untuk memperlambat pengerasan atau setting, dan hardening accelerator untuk mempercepat penguatan beton. Setelah semua bahan beton tersebut menjadi satu maka campuran tersebut ditempatkan pada suatu cetakan untuk kemudian dibiarkan sampai mengeras. Campuran beton yang normal mengandung ¾ bagian agregat dan ¼ bagian pasta berdasarkan volume dengan rasio air-semen berkisar antara 0,4 - 0,7 berdasarkan berat. Universitas Sumatera Utara 18 Pekerjaan dalam pembuatan beton meliputi berikut ini : a. Pengukuran berat setiap komponen beton b. Pencampuran bahan beton c. Pemindahan campuran beton d. Penempatan e. Konsolidasi f. Pengeringan Agar mencapai hasil yang baik campuran beton harus memenuhi beberapa kriteria seperti kemudahan untuk dicampur dan dipindahkan, seragam, tidak mengalami segregasi, dan memenuhi seluruh cetakan. Rostiyanti, S. F., 2002. Menurut Rostiyanti, S. F. 2002 dalam memproduksi beton secara massal, peralatan untuk membuat beton sangat diperlukan. Pengadaan alat untuk membuat beton dilakukan agar produktivitas dapat ditingkatkan sehingga hasil beton per jam menjadi lebih besar. Selain itu juga keseragaman hasil dapat dipertahankan. Peralatan yang biasanya dipakai dalam proses pembuatan beton sampai beton tersebut ditempatkan adalah sebagai berikut. a. Peralatan pencampur beton concrete batching and mixing b. Peralatan pemindahan campuran beton c. Peralatan pengecoran

2.4.1. Pencampuran Beton

Agregat pada batching plant diletakan pada staple material atau storage bin. Staple material merupakan tempat penyimpanan agregat dimana setiap jenis Universitas Sumatera Utara 19 material dipisahkan oleh dinding. Sedangkan storage bin merupakan bak-bak penampungan material dengan pintu pada bagian bawah. Baik pada storage bin maupun pada staple material, agregat dipisah menjadi empat bagian, yaitu butir kasar split, butir menengah, butir halus, dan pasir. Sedangkan semen diletakan pada suatu tabung yang disebut cement silo. Tabung ini tertutup rapat sehingga semen dalam keadaan tetap kering. Pada saat pencampuran, agregat dikeluarkan dari pintu pada bagian bawah storage bin. Sedangkan batching plant yang menggunakan staple material sebagai pemisah agregat, agregat dipindahkan dengan menggunakan dragline. Agregat dari storage bin maupun dari staple material kemudian ditakar dengan menggunakan timbangan. Semen juga dikeluarkan dari silo dari pintu bagian bawah tabung dan ditakar. Penakaran ini bertujuan agar diperoleh proporsi setiap bahan sesuai dengan yang diinginkan guna mencapai kekuatan beton tertentu. Agregat dan semen yang telah ditakar kemudian dicampurkan dalam batcher atau dipindahkan ke dalam mixer untuk selanjutnya dicampur dengan air.

2.4.2. Pemindahan Beton

Ada bermacam-macam alat yang dapat digunakan untuk mengangkat beton menuju lokasi. Yang termasuk alat pengangkut beton adalah truck mixer, truck agitator, conveyor, pompa, dan crane yang dilengkapi dengan bucket. Truck mixer selain mempunyai kemampuan untuk mengaduk beton juga mempunyai kelebihan karena dapat mengangkut beton hasil pengadukan ke lokasi yang diinginkan. Metode kerja alat ini adalah pertama dengan memasukkan agregat, semen, dan bahan aditif yang telah tercampur dari batching plant ke Universitas Sumatera Utara 20 dalam drum yang terletak di atas truck. Air ditambahkan kemudian pada saat pengadukan akan dimulai. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengangkutan beton. Yang pertama adalah segregasi. Segregasi dapat terjadi pada saat pengangkutan beton plastis. Untuk menghindari segregasi maka tinggi jatuh beton pada saat dikeluarkan dari atau dimasukkan ke dalam drum mixer harus lebih kecil dari 1,5m, kecuali jika menggunakan pipa. Faktor lainnya yaitu jarak tempuh pengangkutan. Pada saat beton tiba di proyek, beton tersebut dicor ke dalam cetakan. Untuk memudahkan pengecoran, salah satu caranya adalah dengan menggunakan pompa. Penggunaan pompa beton pada massa sekarang bukan merupakan barang baru. Pada awalnya pompa beton digunakan untuk menyalurkan beton ke dalam terowongan. Beton disalurkan ke dalam cetakan dengan menggunakan pipa. Pipa ini dapat diletakkan secara horizontal, vertikal atau miring. Agar pemompaan beton ini berhasil maka beton yang disalurkan oleh pompa harus seragam dan konsisten. Pompa tersedia dalam berbagai ukuran sesuai dengan kebutuhan. Pompa diletakkan di atas truck. Untuk mencapai elevasi pengecoran tertentu maka alat ini dilengkapi oleh pengatur mekanis. Alat lain yang digunakan dalam pengecoran adalah crane yang dilengkapi dengan bucket. Bucket ini tersedia dalam berbagai ukuran. Baton dimasukkan ke dalam bucket melalui bagian atas bucket. Di bagian bawah terdapat pintu untuk mengeluarkan beton ke dalam cetakan. Universitas Sumatera Utara 21

2.4.3. Pengecoran Beton

Setelah beton plastis dituangkan ke dalam cetakan baik dengan menggunakan bucket maupun melalui pipa, beton tersebut kemudian dikonsolidasikan dan diratakan. Sebelum hal tersebut dilakukan, cetakan harus dalam keadaan bersih, disangga dengan baik, dan kuat. Selain itu untuk memudahkan pembukaan cetakan setelah beton mengeras sebaiknya permukaan dalam cetakan dilapisi semacam minyak. Untuk mengurangi rongga dalam beton, setelah beton dicor maka dilakukan konsolidasi. Konsolidasi ini dapat dilakukan dengan cara menusuk dengan menggunakan batang atau sekop. Selain dengan cara manual, konsolidasi dapat dilakukan dengan menggunakan getaran. Getaran didapat dengan alat penggetar mekanis yang dimasukkan ke dalam beton plastis secara vertikal sampai permukaan dasar cetakan atau dengan cetakan yang bergetar. Akan tetapi, penggetaran ini tidak boleh terlalu lama karena dapat menyebabkan segregasi. Dalam proses pengecoran segregasi harus dihindari. Setelah proses konsolidasi maka permukaan beton diratakan dan dibiarkan mengering. Pada saat beton mengering, suhu dan kelembapan pada permukaan beton harus dijaga. Hal ini dilakukan untuk menghindari beton retak. Proses ini dilakukan dengan cara memberi penutup yang basah langsung di atas beton, daerah pengeringan ditutupi, atau menyemprotkan air di permukaan beton Rostiyanti, S. F., 2002. Universitas Sumatera Utara 22

2.5. ALAT BERAT

Alat-alat berat yang dikenal di dalam ilmu Teknik Sipil adalah alat yang digunakan untuk membantu manusia dalam melakukan pekerjaan pembangunan suatu struktur. Alat berat merupakan faktor penting di dalam proyek, terutama proyek-proyek konstruksi dengan skala yang besar. Tujuan penggunaan alat-alat berat tersebut untuk memudahkan manusia dalam mengerjakan pekerjaannya sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan lebih mudah pada waktu yang relative lebih singkat. Rostiyanti, S. F., 2002.

2.5.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Alat Berat

Menurut Rostiyanti, S. F. 2002 pemilihan alat berat dilakukan pada tahap perencana, dimana jenis, jumlah, dan kapasitas alat merupakan faktor-faktor penentu. Tidak setiap alat berat dapat dipakai untuk setiap proyek konstruksi, oleh karena itu pemilihan alat berat yang tepat sangatlah diperlukan. Apabila terjadi kesalahan dalam pemilihan alat berat maka akan terjadi keterlambatan di dalam pelaksanaan, biaya proyek yang membengkak, dan hasil yang tidak sesuai dengan rencana. Didalam pemilihan alat berat, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan sehingga kesalahan dalam pemilihan alat dapat dihindari. Faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut. 1. Fungsi yang harus dilaksanakan. Alat berat dikelompokan berdasarkan fungsinya, seperti untuk menggali, mengangkut, meratakan permukaan, dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara 23 2. Kapasitas Peralatan Pemilihan alat berat didasarkan pada volume total atau berat material yang harus diangkut atau dikerjakan. Kapasitas alat yang dipilih harus sesuai sehingga pekerjaan dapat diselesaikan pada waktu yang telah ditentukan. 2. Cara operasi Alat berat dipilih berdasarkan arah horizontal maupun vertical dan jarak gerakan, kecepatan, frekuensi gerakan, dan lain-lain. 3. Pembatasan dari metode yang dipakai Pembatasan yang mempengaruhi pemilihan alat berat antara lain peraturan lalu lintas, biaya, dan pembongkaran. Selain itu metode konstruksi yang dipakai dapat membuat pemilihan alat dapat berubah. 4. Ekonomi Selain biaya investasi atau biaya sewa peralatan, biaya operasi dan pemeliharaan merupakan faktor penting didalam pemilihan alat berat. 5. Jenis proyek Ada beberapa jenis proyek yang umumnya menggunakan alat berat. Proyek-proyek tersebut antara lain proyek gedung, pelabuhan, jalan, jembatan, irigasi, pembukaan hutan, dam, dan sebagainya. 6. Lokasi proyek Lokasi proyek juga merupakan hal lain yang perlu diperhatikan dalam pemilihan alat berat. Sebagai contoh lokasi proyek di dataran tinggi memerlukan alat berat yang berbeda dengan lokasi proyek di dataran rendah. Universitas Sumatera Utara 24 7. Jenis dan daya dukung tanah Jenis tanah di lokasi proyek dan jenis material yang akan dikerjakan dapat mempengaruhi alat berat yang akan dipakai. Tanah dapat dalam kondisi padat, lepas, keras, atau lembek. 8. Kondisi lapangan Kondisi dengan medan yang sulit dan medan yang baik merupakan faktor lain yang mempengaruhi pemilihan alat berat. 2.6. DATA PERALATAN 2.6.1. Tower Crane Menurut Rostiyanti, S. F. 2002 tower crane merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengangkat material secara vertikal dan horizontal ke suatu tempat yang tinggi pada ruang gerak terbatas. Disebut tower karena memiliki rangka vertikal dengan bentuk standard dan ditancapkan pada perletakan yang tetap. Fungsi utama dari tower crane adalah mendistribusikan material dan peralatan yang dibutuhkan oleh proyek baik dalam arah vertikal ataupun horizontal.

a. Jenis Tower Crane

Dokumen yang terkait

Analisa Perbandingan Waktu dan Produktivitas Pengecoran Menggunakan Concrete Bucket dan Concrete Pump pada Pembangunan Gedung Bertingkat (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Apartemen Mansyur Residence)

29 141 136

PENGENDALIAN KINERJA DAN PRODUKTIVITAS PEMBANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT 4 LANTAI PENGENDALIAN KINERJA DAN PRODUKTIVITAS PEMBANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT 4 LANTAI UNTUK PARKIR RODA DUA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA.

0 0 14

Manajemen Risiko Terhadap Biaya Dan Waktu Pada Pekerjaan Struktur Gedung Bertingkat Tinggi (Studi Kasus Pembangunan Apartemen Grand Jati Junction)

0 0 16

Manajemen Risiko Terhadap Biaya Dan Waktu Pada Pekerjaan Struktur Gedung Bertingkat Tinggi (Studi Kasus Pembangunan Apartemen Grand Jati Junction)

0 0 1

Manajemen Risiko Terhadap Biaya Dan Waktu Pada Pekerjaan Struktur Gedung Bertingkat Tinggi (Studi Kasus Pembangunan Apartemen Grand Jati Junction)

0 0 5

Manajemen Risiko Terhadap Biaya Dan Waktu Pada Pekerjaan Struktur Gedung Bertingkat Tinggi (Studi Kasus Pembangunan Apartemen Grand Jati Junction)

0 1 44

Manajemen Risiko Terhadap Biaya Dan Waktu Pada Pekerjaan Struktur Gedung Bertingkat Tinggi (Studi Kasus Pembangunan Apartemen Grand Jati Junction) Chapter III V

0 0 89

Manajemen Risiko Terhadap Biaya Dan Waktu Pada Pekerjaan Struktur Gedung Bertingkat Tinggi (Studi Kasus Pembangunan Apartemen Grand Jati Junction)

0 0 3

Manajemen Risiko Terhadap Biaya Dan Waktu Pada Pekerjaan Struktur Gedung Bertingkat Tinggi (Studi Kasus Pembangunan Apartemen Grand Jati Junction)

0 0 29

ANALISIS PRODUKTIVITAS CONCRETE PUMP PAD

0 1 9