Klasifikasi Tikus Putih Rattus norvegicus, L. Tikus Putih Sebagai Hewan Uji Laboratorium Anatomi Struktur Histologik

9 Berat lahir 5-6 gram Volume darah 57-70 mlgr Sel darah merah 7,2 - 9,6x10 6 nm 3 Sel darah putih 5,0 – 13,0x10 6 nm 3 Trombosit 150 – 460x10 3 nm 3 Tikus putih jenis Rattus norvegicus, L. sejak dulu sudah sering digunakan sebagai hewan uji laboratorium karena anatomi fisiologi dari organ-organ hewan tersebut sistematis kerjanya hampir sama dengan fungsi anatomi organ manusiaJohn Smith, 1987:43.

a. Klasifikasi Tikus Putih Rattus norvegicus, L.

Klasifikasi tikus putih Rattus norvegicus, L. menurut Priyambodo, 1995: Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Mamalia Famili : Muridae Genus : Rattus Spesies : Rattus norvegicus, L. Priyambodo, 1995:55.

b. Tikus Putih Sebagai Hewan Uji Laboratorium

10 Tikus putih Rattus norvegicus, L. sering digunakan sebagai hewan uji laboratorium karena anatomi dari organ-organ tikus putih bekerja sistematis hampir sama dengan fungsional anatomi organ manusia. Oleh karena itu, tikus putih banyak digunakan dalam uji praklinis yang selanjutnya hasil ujinya dapat diaplikasikan dalam kehidupan manusia untuk kesejahteraan khususnya di bidang medis atau kesehatan Smith mangkoewidjojo, 1998 dalam Amri, 2012:16.

c. Siklus Estrus pada Tikus Putih

Tikus putih betina siap untuk bereproduksi saat telah berumur 50-60 hari. Vagina tikus putih mulai terbuka pada umur 35-90 hari dan testis tikus jantan turun pada umur 20-50 hari. Siklus estrus pada tikus putih berlangsung sekitar 4-5 hari dengan lama waktu selama 12 jam setiap siklus, estrus dimulai pada malam hari Malole Pramono, 1989 dalam Amri, 2012:16. Estrus adalah suatu periode dimana secara psikologis dan fisiologis bersedia menerima pejantan untuk melakukan perkawinan. Sedangkan, siklus estrus adalah suatu periode birahi ke permulaan periode berikutnya sampai akhir periode Nalbandov, 1990:140. Vaginal smears, cervix smear dan endometrium smears, dapat menunjukan waktu ovulasi secara persis dan daur estrus. Ciri-ciri daur estrus dapat diketahui sebagai berikut : a Proestrus : terdapat sel epitel biasa b Estrus : terdapat banyak sel epitel menanduk 11 c Metestrus : terdapat banyak sel epitel menanduk, sel epitel biasa dan leukosit d Diestrus : terdapat sel epitel biasa dan banyak leukosit Yatim, 1982:103. Proestrus merupakan fase menjelang estrus dimana gejala birahi mulai muncul akan tetapi hewan betina belum siap menerima pejantan untuk melakukan kawin. Fase ini folikel de Graff tumbuh dibawah pengaruh FSH dan menghasilkan estrogen dalam jumlah banyak. Pada fase ini, estradiol menyebabkan betina mulai siap di dekat pejantan untuk melakukan kawin. Pada tikus fase ini berlangsung selama kira-kira 12 jam Smith dan Mangkoewidjojo, 1988 dalam Daud, 2012:9. Fase proestrus akan dilanjutkan ke fase estrus yang ditandai dengan keinginan kelamin dan penerimaan jantan oleh hewan betina untuk kopulasi. Fase estrus terjadi selama 12 jam. Fase ini estradiol yang berasal dari folikel de Graff yang matang akan menyebabkan perubahan-perubahan pada saluran reproduksi betina. Saat estrus konsentrasi estrogen meningkat sesuai dengan pertumbuhan folikel de Graff , dan selanjutnya dibawah pengaruh LH yang disekresikan dari hipofisis anterior terjadilah ovulasi dan pembentukan corpus luteum. Ovulasi terjadi pada akhir estrus dalam waktu yang sangat singkat dan akan terjadi fase metestrus dan diestrus. Saat corpus luteum telah mencapai ukuran maksimal dan fungsional akan terjadi peningkatan konsentrasi progesteron Tumer dan Bagnara. 1988 dalam Daud, 2012:10. 12 Gambar 4. Mikrograf Epitel Vagina Tikus Putih Fase Estrus Perbesaran 40X Dokumentasi Penelitian, 2016 Metestrus merupakan periode kelanjutan dari fase estrus yang berlangsung selama 15 jam. Pada periode ini biasanya tidak terjadi perkawinan, yang ditandai dengan bertumbuhnya corpus luteum dan sel-sel granulosa folikel dengan cepat yang dipengaruhi oleh LH. Selama metestrus, uterus menjadi agak lunak karena terjadi pengendoran otot serta melakukan persiapan untuk menerima embrio Daud, 2012:10. Diestrus merupakan fase setelah metestrus. Fase ini merupakan fase perpanjangan diantara fase-fase siklus estrus lainnya. Fase diestrus berlangsung selama 60-70 jam. Pada fase ini kontraksi uterus menurun, endometrium menebal, mukosa vagina menipis, warna lebih pucat dan leukosit yang bermigrasi semakin banyak Turner dan Bagnara, 1988 dala Daud, 2012:11. 13 Manifestasi birahi ditimbulkan oleh hormon estrogen yang dihasilkan oleh folikel ovarium. Tikus yang sedang mengalami masa estrus cenderung lebih sering bergerak aktif secara spontan dibandingkan saat mengalami masa diestrus Nalbandov, 1990:141.

4. Uterus

Uterus merupakan tempat implantasi konseptus atau zigot yang telah berkembang menjadi embrio. Uterus mengalami serangkaian perubahan selama birahi estrus dan daur reproduksi Dellmann dan Brown, 1992:512.

a. Anatomi

Gambar 5. Uterus Tikus Putih Dokumentasi Penelitian, 2016 Tikus memiliki uterus dupleks, dengan dua serviks, tanpa tubuh uterus, dan tanduk terpisah secara sempurna. Seluruh organ tersebut melekat pada dinding pinggul dan dinding perut dengan perantaraan ligamen uterus yang 14 lebar melalui ligamen inilah uterus menerima suplai darah dan saraf Nalbandov, 1990:33-34.

b. Struktur Histologik

Dinding uterus terdiri dari tiga lapis, yaitu: mukosa-submukosa atau endometrium, tunika muskularis atau miometrium, dan tunika serosa atau perimetrium. 1 Endometrium Endometrium terdiri dari dua daerah yang berbeda dalam bangun serta fungsinya. Lapis superfisial disebut zona fungsional, dapat mengalami degenerasi sebagian atau seluruhnya selama masa reproduksi, estrus, dan daur haid dan dapat hilang pada beberapa spesies. Suatu lapis dalam tipis, disebut zona basalis, tetap bertahan sepanjang daur. Bila zona fungsional hilang, dapat diganti oleh lapisan tersebut Dellmann dan Brown, 1992:512-514. 2 Miometrium Miometrium terdiri dari lapis otot dalam tebal yang umumnya tersusun melingkar, dan lapis luar memanjang terdiri dari sel-sel otot polos yang mampu meningkatkan jumlah serta ukurannya selama kebuntingan berlangsung. Di antara kedua lapis tersebut, atau bagian dalam dari lapis dalam, terdapat lapis vaskular yang mengandung arteria besar, vena serta pembuluh limfe. Pembuluh darah tersebut memberikan darah pada endometrium, lazimnya besar di daerah karunkula ruminansia Dellmann dan Brown, 1992:515. 15 3 Perimetrium Perimetrium atau tunika serosa, terdiri dari jaringan ikat longgar yang dibalut oleh mesotel atau peritoneum. Sel-sel otot polos terdapat dalam perimetrium. Banyak pembuluh darah, pembuluh limfe,dan saraf terdapat pada lapis ini. Perimetrium, lapis memanjang dan miometrium, dan lapis vaskular dari miometrium, seluruhnya berlanjut dengan bangun ligamentum uterus Dellmann dan Brown, 1992:515.

c. Fungsi Uterus

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SUSU KEDELAI HITAM (Glycine soja) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) HIPERKOLESTEROLEMIA

0 7 29

PENGARUH EKSTRAK TEMPE KEDELAI HITAM (Glycine Soja) TERHADAP JUMLAH SEL β PANKREAS TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus novergicus strain wistar) MODEL DM TIPE 2

0 6 27

PENGARUH EKSTRAK BIJI PEPAYA (Carica papaya, L.) TERHADAP JUMLAH KELENJAR ENDOMETRIUM, JUMLAH ERITROSIT DAN LEKOSIT PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) BETINA.

0 0 96

PENGARUH EKSTRAK DAUN KENARI (Canarium indicum L.) TERHADAP JUMLAH KELENJAR DAN KETEBALAN LAPISAN ENDOMETRIUM TIKUS PUTIH BETINA (Rattus norvegilus, L.).

7 11 81

PENGARUH EKSTRAK BIJI PEPAYA (Carica papaya, L.) TERHADAP KETEBALAN LAPISAN ENDOMETRIUM DAN KADAR HEMOGLOBIN TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus, L.).

0 2 77

PENGARUH EKSTRAK BIJI PEPAYA (Carica papaya, L.)TERHADAP KETEBALAN LAPISAN ENDOMETRIUM DAN KADAR HEMOGLOBIN TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus, L.).

0 2 94

PENGARUH EKSTRAK KACANG PANJANG (Vigna sinensis, L.) TERHADAP JUMLAH KELENJAR DAN KETEBALAN LAPISAN ENDOMETRIUM TIKUS PUTIH BETINA (Rattus norvegicus, L.).

0 1 4

PENGARUH EKSTRAK KACANG MERAH (Phaseolus vulgaris, L.) TERHADAP JUMLAH KELENJAR DAN KETEBALAN LAPISAN ENDOMETRIUM TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus, L.).

0 0 1

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI METE (Anacardium occidentale, L.) TERHADAP JUMLAH KELENJAR DAN KETEBALAN LAPISAN ENDOMETRIUM TIKUS PUTIH BETINA (Rattus norvegicus, L.).

0 0 2

PENGARUH MONOSODIUM GLUTAMAT (MSG) TERHADAP JUMLAH KELENJAR DAN KETEBALAN LAPISAN ENDOMETRIUM UTERUS TIKUS PUTIH BETINA (Rattus norvegicus, L.).

0 0 1