PENGARUH EKSTRAK KACANG KEDELAI HITAM (Glycine soja)TERHADAP JUMLAH KELENJAR DAN KETEBALAN LAPISAN ENDOMETRIUM TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus, L.).

(1)

i

PENGARUH EKSTRAK KACANG KEDELAI HITAM (Glycine soja) TERHADAP JUMLAH KELENJAR DAN KETEBALAN LAPISAN

ENDOMETRIUM TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus, L.)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Disusun oleh: Yuniar Ajeng Pratiwi

NIM 13308141018

PROGRAM STUDI BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

iii

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Yuniar Ajeng Pratiwi

NIM : 13308141018

Jurusan/Prodi : Pendidikan Biologi/Biologi

Fakultas : MIPA

Judul TAS : PENGARUH EKSTRAK KACANG KEDELAI HITAM (Glycine soja) TERHADAP JUMLAH KELENJAR DAN KETEBALAN LAPISAN ENDOMETRIUM TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus, L.)

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan ilmiah yang telah lazim.

Yogyakarta, 3 Februari 2017

Yang menyatakan,

Yuniar Ajeng Pratiwi


(4)

(5)

v “MOTTO”

“A mind is like a parachute. It doesn’t work if it is not open.” -Frank Zappa-

“Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah.”

-Lessing-

“Manusia tidak merancang untuk gagal, mereka gagal untuk merancang.” -William J. Siegel-


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, kesehatan, kemudahan, kelancaran dan kesabaran sehingga mampu menyelesaikan

tugas akhir skripsi ini.

Hadiah kecil ini ku persembahkan untuk Ayah dan Ibu tercinta untuk segala doa, keikhlasan, pengorbanan, kasih sayang, perjuangan dan kesabaran yang telah

diberikan untukku.

Untuk teman seperjuanganku Kharirotul Munawiroh, Ismiyati Marfuah dan Rahayu Tri Rejeki yang saling membantu dalam melaksanakan penelitian tugas

akhir skripsi ini.

Untuk Dinda Mardiani Lubis, Astrid Umaya Arum Sari, Mery Nur Fitriani, Dita dan Ika terimakasih atas bantuan, dorongan dan semangatnya.

Terimakasih juga untuk NS yang tidak pernah lelah membantu, mendoakan dan memberi semangat dalam mengerjakan tugas akhir skripsi ini.


(7)

vii

PENGARUH EKSTRAK KACANG KEDELAI HITAM (Glycine soja) TERHADAP JUMLAH KELENJAR DAN KETEBALAN LAPISAN

ENDOMETRIUM TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus, L.)

Oleh

Yuniar Ajeng Pratiwi NIM 13308141018

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak kacang kedelai hitam (Glycine soja) dan mengetahui dosis optimal terhadap jumlah kelenjar dan ketebalan lapisan endometrium tikus putih (Rattus norvegicus, L.).

Jenis penelitian ini adalah eksperimen yang menggunakan pola acak lengkap. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 16 ekor tikus putih betina yang berumur 2 bulan, memiliki berat 200 gram dan belum pernah bunting. Tikus tersebut dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu kontrol (tanpa pemberian ekstrak kacang kedelai hitam) dan 3 kelompok perlakuan, yaitu P1 (50 mg/200 g/hari), P2 (100mg/200 g/hari) dan P3 (150 mg/ 200 g/hari). Variabel tergayut dalam penelitian ini adalah jumlah kelenjar dan ketebalan lapisan endometrium uterus tikus putih betina. Perlakuan dilakukan selama 21 hari. Data ketebalan endometrium dianalisis dengan analisis statistik One Way Anova untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pengaruh antara kelompok kontrol dan perlakuan. Uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) dilakukan jika terdapat pengaruh nyata untuk membedakan antara kelompok perlakuan dan antar perlakuan. Uji Kruskal-Wallis digunakan untuk menganalisis pengaruh perlakuan terhadap jumlah kelenjar endometrium dilakukan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak kacang kedelai hitam memberikan pengaruh nyata (p<0,05) meningkatkan jumlah kelenjar endometrium dan ketebalan lapisan endometrium tikus putih. Dosis optimal dalam meningkatkan jumlah kelenjar dan ketebalan endometrium berdasarkan hasil penelitian terdapat pada pemberian dosis 100mg/ekor/hari.


(8)

viii

The Influence of Black Soybean Extract Supplies(Glycine soja) towards the Amount of Gland and the Thickness of Endometrium Layer in Female White

Mice (Rattus norvegicus, L.)

By

Yuniar Ajeng Pratiwi NIM 13308141018

ABSTRACT

The research aims to find out both influence of black soybean extract (Glycine soja) and to find out optimum dose of extract towards the amount of gland and the thickness of endometrium layer in female white mice womb (Rattus norvegicus, L.).

Type of this research is experiment using completely randomized design. The object of the research are 2 months old female white mice which never impregnated. Those mice are divided into 4 treatment group, those are controling (without black soybean extract), P1 (50 mg/mice each day), P2 (100 mg/mice each day) and P3 (150 mg/mice each day). Uncertain variable in this research is the amount of glands and the thickness of endometrium layer in female white mice womb. Treatment have been don for 21 days. Analysis one way annova is used in order to analyze the influence of the thickness of endometrium layer treatment, then if give constanly effect continued by Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) to analyzw the diference between treatment group and inter-treatment group, whereas kruskal wallis test is used in order to analyze the influence of the amount of endometrium glands.

The result shows that black soybean extract supplies give constantly effect (p<0,05) toward increased the amount of endometrium glands. Give effect and constantly (p<0,05) toward the thickness of endometrium layer in female white mice. The optimum dose in this research which give effect increased towards amount of glands and thickness of endometrium layer is 100mg/mice each day. Key words: Extract blay soybean, glands, thickness, endometrium layer


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas kesehatan, rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir Skripsi dengan judul “Pengaruh Ekstra Kacang Kedelai Hitam (Glycine soja) Terhadap Jumlah Kelenjar dan Ketebalan Lapisan Endometrium Tikus Putih (Rattus norvegicus, L.)” dengan baik dan lancar.

Dalam pelaksanaan dan penyusunan tugas akhir skripsi ini penulis menyadari tidak lepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hartono, selaku Dekan FMIPA UNY yang telah membantu proses terselesaikannya Tugas Akhir Skripsi ini.

2. Bapak Slamet Suyanto, M.Ed., selaku Wakil dekan I yang telah membantu dalam proses pembuatan SK pembimbing dan penguji Tugas Akhir Skripsi ini.

3. Bapak Dr. Paidi, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY yang telah memberikan izin penelitian di Laboratorium Jurusan Biologi FMIPA UNY.

4. Ibu Dr. Tien Aminatun, M.Si., selaku Kaprodi Biologi Fmipa UNY yang telah memberikan persetujuan dalam menetapkan Dosen Pembimbing Tugas Akhir Skripsi.


(10)

x

5. Bapak Tri Harjana, M.P., selaku pembimbing I yang selalu memberikan bimbingan, masukan, saran, nasihat dan waktunya selama penelitian dan penulisan Tugas Akhir Skripsi.

6. Bapak Suhandoyo, M.S., selaku pembimbing II yang telah memberikan waktu, saran dan masukkan dalam menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi. 7. Ayah dan Ibu selaku orang tua dan panutan hidup yang selalu memberikan

dukungan serta doanya selama ini.

8. Bapak Hidayat selaku Laboran Jurdik Biologi FMIPA UNY atas bantuan dan kerjasamanya selama penelitian.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Kritik dan saran yang membangun sangat berguna bagi penulis demi perbaikan dan kesempurnaan selanjutnya. Akhirnya, harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Amiin.

Yogyakarta, 3 Februari 2017


(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN ...ii

HALAMAN PERNYATAAN ...iii

HALAMAN PENGESAHAN ...iv

MOTTO ...v

PERSEMBAHAN ...vi

ABSTRAK ...vii

ABSTRACT ...viii

KATA PENGANTAR ...ix

DAFTAR ISI ...xi

DAFTAR TABEL ...xiv

DAFTAR GAMBAR ...xv

DAFTAR LAMPIRAN...xvi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1

B. Identifikasi Masalah ...3

C. Batasan Masalah ...3


(12)

xii

E. Tujuan Penelitian ...4

F. Manfaat Penelitian ...4

G. Batasan Operasional...5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A.Dasar Teori ...6

1. Kacang Kedelai Hitam...6

a. Tanaman Kedelai Hitam ...6

b. Taksonomi Kacang Kedelai Hitam ...8

c. Kandungan Kacang Kedelai Hitam ...8

2. Fitoestrogen ...10

3. Tikus Putih ...12

a. Klasifikasi Tikus Putih ...14

b. Tikus Putih Sebagai Hewan Uji ...14

c. Siklus Estrus ...15

4. Uterus ...18

a. Anatomi ...18

b. Struktur Histologik ...18

c. Fungsi Uterus ...20

d. Pengaruh Hormon pada Endometrium ...20

e. Siklus Endometrium ...24

B.Kerangka Berpikir ...25

C.Hipotesis ...27

BAB III. METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ...28


(13)

xiii

B.Rancangan Penelitian ...28

C.Waktu dan Tempat Penelitian ...29

D.Populasi dan Sampel ...29

E. Variabel Penelitian ...29

F. Alat dan Bahan Penelitian ...30

G.Langkah Penelitian ...31

H.Teknik Sampling ...41

I. Teknik Pengumpulan Data ...42

J. Analisis data ...43

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...44

1. Pengaruh Pemberian Ekstrak Kacang Kedelai Hitam terhadap Jumlah Kelenjar Endometrium ...44

2. Pengaruh Pemberian Ekstrak Kacang Kedelai Hitam terhadap Ketebalan Lapisan Endometrium ...48

B. Pembahasan ...53

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ...58

B. Saran ...58

DAFTAR PUSTAKA ...59


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Data Fisiologi Tikus Putih ...13

Tabel 2. Rata-rata Jumlah Endometrium Uji Pendahuluan ...33

Tabel 3. Rata-rata Ketebalan Lapisan Endometrium (µm) Uji Pendahuluan ...33

Tabel 4. Data Pengacakan Tikus Putih pada Masing-masing Kandang...42

Tabel 5. Data Jumlah Kelenjar Endometrium Uterus Tikus Putih Setelah Pemberian Ekstrak Kacang Kedelai Hitam ...45

Tabel 6. Descriptive Statistics ...47

Tabel 7. Data Ketebalan Lapisan Endometrium Uterus Tikus Putih (µm) setelah Pemberian Ekstrak Kacang Kedelai Hitam ...49

Tabel 8. Anova ...51


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Biji kacang kedelai hitam ...6

Gambar 2. Struktur kimia daidzin, daidzein, genistin, genistein dan glysitin ....11

Gambar 3. Rattus norvegicus, L. ...12

Gambar 4. Mikrograf epitel vagina tikus putih fase estrus perbesaran 40X ...17

Gambar 5. Uterus tikus putih ...18

Gambar 6. Struktur kimia estrogen ...22

Gambar 7. Bagan kerangka berpikir pengaruh fitoestrogen terhadap uterus ...26

Gambar 8. Mikrograf endometrium tikus putih setelah mendapat perlakuan pemberian ekstrak kacang kedelai hitam (HE, 4X) ...44

Gambar 9. Diagram jumlah kelenjar endometrium uterus tikus putih sesudah pemberian ekstrak kacang kedelai hitam ...46

Gambar 10. Mikrograf uterus tikus putih setelah pemberian perlakuan ekstrak kacang kedelai hitam (HE, 4X) ...49

Gambar 11. Diagram ketebalan lapisanendometrium uterus tikus putih sesudah pemberian ekstrak kacang kedelai hitam ...50


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN 1. Dokumentasi Penelitian ...61 LAMPIRAN 2. Rekap Data Rata-rata Jumlah Kelenjar dan

Ketebalan Endometrium...64 LAMPIRAN 3. Hasil Analis Data ...65


(17)

BABBI

PENDAHULUAN

A. LatarBBelakang

Makanan di era modern ini semakin beragam bahan yang digunakan, tidak terkecuali bahan yang digunakan adalah biji-bijian. Salah satu jenis biji yang sering digunakan adalah kacang kedelai hitam karena mudah didapatkan dipasar tradisional maupun pasar modern. Kacang kedelai hitam juga memiliki kandungan karbohidrat, protein nabati dan serat.

Kacang kedelai hitam selain mengandung nutrisi yang cukup lengkap seperti yang telah disebutkan di atas, juga mengandung senyawa yang mirip dengan estrogen. Estrogen merupakan senyawa yang tidak hanya dihasilkan secara endogen oleh hewan, estrogen juga dapat ditemukan pada beberapa tumbuhan dan biji-bijian yang disebut dengan fitoestrogen yang memiliki aktivitas estrogenik karena strukturnya mirip dengan estrogen endogen dan mampu untuk berikatan dengan reseptor estrogen yang terdapat pada target organ tertentu. Menurut Hagiwara (2010), kacang kedelai hitam (Glycine soja) mentah diantaranya mengandung fitoestrogen jenis Isoflavon yang terdiri dari Daidzin sebanyak 25 mg/100g, Daidzein sebanyak 92 mg/100g, Genistin sebanyak 22 mg/100g, Genistein sebanyak 51 mg/100g, dan Glysitin sebanyak 16 mg/100g. Total Isoflavon dalam 100g kacang kedelai hitam adalah 206 mg.


(18)

Hormon estrogen berpengaruh pada organ reproduksi betina, salah satunya adalah uterus karena memiliki reseptor estrogen yang dapat berikatan dengan estrogen maupun senyawa yang memiliki struktur mirip estrogen seperti fitoestrogen. Estrogen berperan dalam sekresi mukus pada endometrium. Salah satu komponen dari lapisan endometrium yang dipengaruhi oleh estrogen adalah kelenjar endometrium yang memiliki peran dalam menentukan ketebalan lapisan endometrium. Sekresi hormon estrogen apabila terganggu akan mempengaruhi organ reproduksi pada hewan betina, termasuk uterus yang berakibat pada kelenjar dan proses penebalan lapisan endometrium. Aksi dari hormon estrogen sepanjang fase folikular menyebabkan proliferasi lapisan endometrium, termasuk pada kelenjar endometrium. Estrogen memiliki peningkatan kandungan yang dapat merangsang pertumbuhan dan percabangan kelenjar endometrium yang berpengaruh terhadap ketebalan endometrium, tetapi uliran dan sekresi kelenjar tidak dapat terjadi sebelum adanya rangsangan dari hormon progesteron (Dellmann dan Brown, 1992:514).Salah satu organ reproduksi betina yang sangat berpengaruh terhadap uterus adalah lapisan endometrium. Lapisan endometrium yang berpengaruh adalah ketebalan lapisan endometrium dan akan diikuti juga pengaruh terhadap jumlah kelenjarnya.

Hewan uji dalam penelitian ini adalah tikus putih betina yang belum pernah mengalami kebuntingan. Penggunaan tikus putih betina jenis Rattus norvegicus sebagai hewan coba dikarenakan tikus putih mudah untuk dipelihara, memiliki


(19)

siklus estrus berkisar 4-5 hari dan memiliki lama masa kebuntingan antara 21-22 hari. Selain itu juga karena anatomi dan fisiologi dari organ-organ tikus putih yang sistematis kerjanya, hampir sama dengan fungsional anatomi organ manusia.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak kacang kedelai hitam secara oral terhadap jumlah kelenjar dan ketebalan lapisan endometrium pada tikus putih betina yang belum pernah mengalami kebuntingan.

B. IdentifikasiBMasalah

1. Apa pengaruh fitoestrogen dari estrak kacang kedelai hitam terhadap ketebalan endometrium tikus putih?

2. Apa pengaruh fitoestrogen dari kacang kedelai hitamyang masuk ke dalam tubuh terhadap jumlah kelenjar endometrium tikus putih?

3. Apakah kekurangan dan kelebihan pemberian fitoestrogen yang berasal dari ekstrak kacang kedelai hitam terhadap jumlah kelenjar dan ketebalan endometrium tikus putih belum?

C. BatasanBMasalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut maka dalam penelitian ini hanya dibatasi untuk mengetahui pengaruh ekstrak kacang kedelai


(20)

hitam terhadap jumlah kelenjar dan ketebalan lapisan endometrium tikus putih (Rattus norvegicus, L.).

D. RumusanBMasalah

1. Apa pengaruh ekstrak kacang kedelai hitam terhadap jumlah kelenjar endometrium tikus putih (Rattus norvegicus, L.)?

2. Apa pengaruh ekstrak kacang kedelai hitam terhadap ketebalan lapisan endometrium tikus putih (Rattus norvegicus, L.)?

E.BTujuanBPenelitian

1. Mengetahui pengaruh ekstrak kacang kedelai hitam terhadap jumlah kelenjar endometrium tikus putih (Rattus norvegicus, L.).

2. Mengetahui pengaruh ekstrak kacang kedelai hitam terhadap ketebalan lapisan endometrium tikus putih (Rattus norvegicus, L.).

F.BManfaatBPenelitian 1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana informasi mengenai pengaruh ekstrak kacang kedelai hitam terhadap jumlah kelenjar dan ketebalan lapisan endometrium tikus putih (Rattus norvegicus, L.). Penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan acuan dalam melakukan penelitian lanjutan.


(21)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pengaruh ekstrak kacang kedelai hitam terhadap jumlah kelenjar dan ketebalan lapisan endometrium tikus putih (Rattus norvegicus, L.)

.

G.BBatasanBOperasiaonal

1. Kacang kedelai hitam yang digunakan adalah kacang kedelai hitam yang didapatkan di pasar Demangan Yogyakarta.

2. Ekstrak kacang kedelai hitam dibuat dengan teknik ekstraksi maserasi.

3. Tikus putih betina (Rattus norvegicus, L.) yang digunakan dengan galur wistar. 4. Jumlah kelenjar endometrium yang diamati adalah kelenjar yang terdapat dalam

preparat dan dihitung dengan cara sampling, yaitu kelenjar dihitung pada seluruh bidang pandang dengan perbesaran mikroskop 100X.

5. Tebal lapisan endometrium diukur mulai lapisan endometrium yang berbatasan dengan lumen uterus sampai pada batas antara lapisan endometrium dengan lapisan miometrium menggunakan mikrometer.


(22)

1 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar Teori

1. Kedelai Hitam

a. Tanaman Kedelai Hitam

Gambar 1. Biji Kacang Kedelai Hitam (Dokumen Penelitian, 2016)

Kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar banyak makanan dari Asia Timur seperti kecap, tahu, dan tempe. Berdasarkan peninggalan arkeologi, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 3500 tahun yang lalu di Asia Timur. Kedelai putih diperkenalkan di Indonesia oleh pendatang dengan Cina sejak maraknya perdagangan dengan Tiongkok, sementara kedelai hitam sudah dikenal lama orang penduduk setempat. Kedelai merupakan sumber utama protein nabati dan minyak nabati dunia. Penghasil kedelai utama dunia adalah Amerika Serikat


(23)

2

meskipun kedelai praktis baru dibudidayakan masyarakat di luar Asia setelah 1910 (Amrin, 2007:1-5).

Kedelai yang dibudidayakan terdiri dua spesies: Glycin max (disebut kedelai putih, yang bijinya bisa berwarna kuning, agak putih, atau hijau) dan Glycine soja (kedelai hitam, berbiji hitam). G. max merupakan tanaman asli daerah Asia subtropik seperti RRC dan Jepang Selatan, sementara G. soja merupakan tanaman asli Asia tropis di Asia Tenggara. Tanaman ini telah menyebar ke Jepang, Korea, Asia Tenggara, dan Indonesia (Amrin, 2007:1-5).

Tanaman kedelai hitam termasuk famili Magnoliophyta, subfamili Faboideae. Kedelai hitam berasal dari China, kemudian dikembangkan di berbagai negara di amerika Latin, juga Amerika Serikat dan negara-negara di Asia. Di Indonesia, penanaman kedelai hitam berpusat di Jawa, Lampung, Nusa Tenggara Barat, dan Bali (Amrin, 2007:1-5).

Kedelai hitam dapat tumbuh sampai ketinggian 1500 m diatas permukaan laut, tetapi ketinggian idealnya adalah 650 m diatas permukaan laut. Untuk pertumbuhan, kedelaiperlu suhu optimal 29,4ºC, pH tanah 6,0-6,8. Kedelai hitam dapat ditanam secara monokultur maupun tumpang sari, di lahan kering (tegalan) maupun dilahan bekas padi di lahan sawah (Mindell, 2008).


(24)

3 b. Taksonomi Kacang Kedelai Hitam

Klasifikasi menurut USDA (2016): Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : Rosidae Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae (Leguminosae) Sub famili : Faboideae

Genus : Glycine (L.) Merr. Spesies : Glycine soja

c. Kandungan dan Manfaat Kacang Kedelai Hitam

Kedelai mengandung karbohidrat kompleks, protein nabati, serat, oligosakarida, isoflavon dan mineral kompleks. Kandungan serat berkontribusi terhadap indeks glisemik yang rendah yang menguntungkan bagi penderita diabetes untuk mengurangi risiko diabetes. Komposisi nutrisi kedelai hitam kering adalah protein 420 mg/g, lemak 224 mg/g, karbohidrat 340 mg/g, kalsium 6 mg/g, fosfor 5 mg/g, dan besi 0,1 mg/g. Kandungan senyawa bioaktif dalam kedelai hitam adalah sebagai berikut:

1)Oligosakarida

Kedelai hitam mengandung rafinosa dan stakiosa yang merupakan komponen gula yang tidak dapat dicerna sehingga dapat menyebabkan kembung dan rasa tak nyaman di perut. Tetapi kemudian ada beberapa


(25)

4

penelitian yang menunjukan bahwa oligosakarida dapat berperan sebagai prebiotik. Kandungan stakiosa pada kacang kedelai hitam yaitu 37,2 mg/mL dan kandungan Rafinosa yaitu 8,7 mg/mL (Potter, et al., 1993).

2)Isoflavon

Kedelai hitam terdapat lima jenis isoflavon, yaitu Daidzin (25 mg/100 g), Daidzein (92 mg/100gr), Genistin (22 mg/100 g), Genistein (51 mg/100 g), dan Glysitin (16 mg/100 g) (Hagiwara, 2010).

3)Antosianin

Dalam kacang kedelai hitam terdapat tiga macam Anthosianin yaitu Delphinidin-3 Glukosida 0–3,71 mg/mL, Cyanidin-3-Glukosida 0,94 –15,98 mg/mL, dan Petunidin-3-Glukosida 0–1,41 mg/mL. Total kandungan anthosianin dalam kacang kedelai hitam l1,58–20,18 (Potter, et al., 1993). 4)Saponin

Kandungan saponin kedelai hitam sebesar 310 mg/100 g. Menurut Potter, et al, 1993, saponin menghambat pencer naan protein dikarenakan adanya susunan saponin protein kompleks.

5)Serat Pangan Kandungan

Serat dalam kedelai hitam juga sangat tinggi. Serat kasarnya sekitar 4% dan bermanfaat untuk membantu sistem pencernaan tubuh, sehingga dapat mengurangi waktu transit zat-zat racun yang tidak dibutuhkan tubuh. Di dalam kedelai hitam terdapat serat yang larut,dimana serat yang larut itu akan menyerap air membentuk sebuah gel yang akan memperlambat metabolisme karbohidrat pada kedelai. Kedelai hitam juga


(26)

5

mengandung serat tidak larut yang berguna untuk mengontrol kepadatan feses dan mencegah sembelit (Potter, et al., 1993).

2. Fitoestrogen

Fitoestrogen merupakan zat yang terdapat pada tumbuhan dan biji-bijian dengan struktur mirip estrogen, memiliki efek estrogenik lemah dan

dapat bekerja pada reseptor estrogen. Fitoestrogen berasal dari kata “fito” yang berarti tanaman dan “estrogen” dikarenakan memiliki aktivitas

biologik dan struktur yang menyerupai estrogen endogen (Eddy Suparman, 2006:3).

Fitoestrogen mampu diserap oleh tubuh dan mengalami berbagai perubahan melalui cara disekresikan ataupun dipecah menjadi komponen-komponen lain dalam tubuh yang masih memiliki khasiat sama seperti estrogen endogen. Aktivitas dan khasiat menyerupai estrogen ini tidak berlangsung lama, dan pada umumnya tidak dapat lama disimpan oleh jaringan tubuh (Biben, 2012:2).

Fitoestrogen memiliki struktur kimia yang serupa dengan 2 penilnaptalen yang rumus bangunnya sama dengan rumus bangun estrogen endogen. Terdapat gugus OH pada Fitoestrogen, estradiol, dan dietilstilbesrol merupakan salah satu dari persyaratan untuk aktivitas estrogenik terjadi (Biben, 2012:2).

Jenis dari fitoestrogen yang sering terdapat pada tanaman antara lain: Isoflavon terdiri dari Genistein dan Daidzein, Lignans yang mengandung


(27)

6

Enterodiol dan Enterolactone, coumestans mengandung Coumestrol, dan yang terakhir Tripterpene Glycosides (Eddy Suparman, 2006:3-5).

Satu jenis tanaman dapat mengandung lebih dari satu gugus aktif fitoestrogen yaitu Isoflavon, Lignan atau Coumestans (Biben, 2012:2).

Menurut Hagiwara, 2010 Kacang kedelai hitam (Glycine soja) mentah mengandung fitoestrogen jenis Isoflavon yang terdiri dari Daidzin, Daidzein, Genistin, Genistein, dan Glysitin, dengan rincian sebagai berikut Daidzin sebanyak 25 mg/100g, Daidzein sebanyak 92 mg/100g, Genistin sebanyak 22 mg/100g, Genistein sebnayak 51 mg/100g, dan Glysitin sebanyak 16 mg/100g.

Gambar 2. Struktur Kimia Daidzin, Daidzein, Genistin, Genistein dan Glysitin(Hagiwara, dkk, 2010)


(28)

7 3. Tikus Putih (Rattus norvegicus, L.)

Gambar 3. Rattus norvegicus, L. (Dokumentasi Penelitian 2016)

Di Indonesia, binatang percobaan ini sering dinamakan tikus besar, akan tetapi jika lebih kecil lagi dinamakan mencit sehingga akan membingungkan jika semuanya dinamakan tikus (Smith & Mangkoewidjojo,1991: 36). Dibandingkan dengan tikus liar, tikus percobaan lebih cepat dewasa yang tidak ditunjukkan oleh musim kawin dan seringnya berbiak. Tikus liar dapat hidup sampai 4-5 tahun, sedangkan tikus percobaan jarang yang lebih dari 3 tahun. Dua karakteristik yang membedakan tikus putih dengan binatang percobaan yang lain adalah tikus tidak dapat memuntahkan makanan karena susunan anatomi esophagus yang menyatu di perut, serta tikus tidak mempunyai kantung empedu (John Smith, 1987: 36-37). Kelebihan dari tikus putih sebagai binatang percobaan antara lain bersifat omnivora (pemakan segala), mempunyai jaringan yang hampir sama dengan


(29)

8

manusia dan kebutuhan gizinya juga hampir sama dengan manusia. Selain itu dari segi ekonomi harganya murah, ukurannya kecil dan perkembangannya cepat.

Tikus percobaan strain Wistar yang dikembangkan secara luas sangat mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Makanan tikus juga mempunyai variasi dalam susunannya, sebagai contoh komposisinya meliputi: protein 20-25 %, karbohidrat 45-50%, serat 5%. Juga harus mengandung vitamin A, vitamin D, Alfa tokoferol, Asam linoleat, Thiamin, Riboflavin, Panthothenat, biotin, serta mineral, Phospor, Magnesium, Potasium, tembaga, Iodin, besi dan timah. Setiap hari seekor tikus dewasa membutuhkan makanan antara 12-20 gr, serta minum air antara 20-45 ml, serta mineral, besi sebesar 35 mg/kg ( Smith, 1987:41).

Data tentang fisiologi tikus putih (Rattus norvegicus, L.) menurut John Smith (1987: 37) antara lain:

Tabel 1. Data Fisiologi Tikus Putih

Jangka hidup 2-3 tahun, ada yang dapat hidup selama 4 tahun

Produksi ekonomi 1 tahun

Kehamilan 20-22 hari

Umur saat disapih 21 hari


(30)

9

Berat lahir 5-6 gram

Volume darah 57-70 ml/gr

Sel darah merah 7,2 - 9,6x106/nm3 Sel darah putih 5,0 – 13,0x106/nm3

Trombosit 150 – 460x103/nm3

Tikus putih jenis (Rattus norvegicus, L.) sejak dulu sudah sering digunakan sebagai hewan uji laboratorium karena anatomi fisiologi dari organ-organ hewan tersebut sistematis kerjanya hampir sama dengan fungsi anatomi organ manusia(John Smith, 1987:43).

a. Klasifikasi Tikus Putih (Rattus norvegicus, L.)

Klasifikasi tikus putih (Rattus norvegicus, L.) menurut Priyambodo, 1995:

Kingdom : Animalia Filum : Chordata

Kelas : Mamalia

Famili : Muridae Genus : Rattus

Spesies : Rattus norvegicus, L. (Priyambodo, 1995:55). b. Tikus Putih Sebagai Hewan Uji Laboratorium


(31)

10

Tikus putih (Rattus norvegicus, L.) sering digunakan sebagai hewan uji laboratorium karena anatomi dari organ-organ tikus putih bekerja sistematis hampir sama dengan fungsional anatomi organ manusia. Oleh karena itu, tikus putih banyak digunakan dalam uji praklinis yang selanjutnya hasil ujinya dapat diaplikasikan dalam kehidupan manusia untuk kesejahteraan khususnya di bidang medis atau kesehatan (Smith & mangkoewidjojo, 1998 dalam Amri, 2012:16).

c. Siklus Estrus pada Tikus Putih

Tikus putih betina siap untuk bereproduksi saat telah berumur 50-60 hari. Vagina tikus putih mulai terbuka pada umur 35-90 hari dan testis tikus jantan turun pada umur 20-50 hari. Siklus estrus pada tikus putih berlangsung sekitar 4-5 hari dengan lama waktu selama 12 jam setiap siklus, estrus dimulai pada malam hari (Malole & Pramono, 1989 dalam Amri, 2012:16).

Estrus adalah suatu periode dimana secara psikologis dan fisiologis bersedia menerima pejantan untuk melakukan perkawinan. Sedangkan, siklus estrus adalah suatu periode birahi ke permulaan periode berikutnya sampai akhir periode (Nalbandov, 1990:140).

Vaginal smears, cervix smear dan endometrium smears, dapat menunjukan waktu ovulasi secara persis dan daur estrus. Ciri-ciri daur estrus dapat diketahui sebagai berikut :

a) Proestrus : terdapat sel epitel biasa


(32)

11

c) Metestrus : terdapat banyak sel epitel menanduk, sel epitel biasa dan leukosit

d) Diestrus : terdapat sel epitel biasa dan banyak leukosit (Yatim, 1982:103).

Proestrus merupakan fase menjelang estrus dimana gejala birahi mulai muncul akan tetapi hewan betina belum siap menerima pejantan untuk melakukan kawin. Fase ini folikel de Graff tumbuh dibawah pengaruh FSH dan menghasilkan estrogen dalam jumlah banyak. Pada fase ini, estradiol menyebabkan betina mulai siap di dekat pejantan untuk melakukan kawin. Pada tikus fase ini berlangsung selama kira-kira 12 jam (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988 dalam Daud, 2012:9).

Fase proestrus akan dilanjutkan ke fase estrus yang ditandai dengan keinginan kelamin dan penerimaan jantan oleh hewan betina untuk kopulasi. Fase estrus terjadi selama 12 jam. Fase ini estradiol yang berasal dari folikel de Graff yang matang akan menyebabkan perubahan-perubahan pada saluran reproduksi betina. Saat estrus konsentrasi estrogen meningkat sesuai dengan pertumbuhan folikel de Graff , dan selanjutnya dibawah pengaruh LH yang disekresikan dari hipofisis anterior terjadilah ovulasi dan pembentukan corpus luteum. Ovulasi terjadi pada akhir estrus dalam waktu yang sangat singkat dan akan terjadi fase metestrus dan diestrus. Saat corpus luteum telah mencapai ukuran maksimal dan fungsional akan terjadi peningkatan konsentrasi progesteron (Tumer dan Bagnara. 1988 dalam Daud, 2012:10).


(33)

12

Gambar 4. Mikrograf Epitel Vagina Tikus Putih Fase Estrus Perbesaran 40X (Dokumentasi Penelitian, 2016)

Metestrus merupakan periode kelanjutan dari fase estrus yang berlangsung selama 15 jam. Pada periode ini biasanya tidak terjadi perkawinan, yang ditandai dengan bertumbuhnya corpus luteum dan sel-sel granulosa folikel dengan cepat yang dipengaruhi oleh LH. Selama metestrus, uterus menjadi agak lunak karena terjadi pengendoran otot serta melakukan persiapan untuk menerima embrio (Daud, 2012:10).

Diestrus merupakan fase setelah metestrus. Fase ini merupakan fase perpanjangan diantara fase-fase siklus estrus lainnya. Fase diestrus berlangsung selama 60-70 jam. Pada fase ini kontraksi uterus menurun, endometrium menebal, mukosa vagina menipis, warna lebih pucat dan leukosit yang bermigrasi semakin banyak (Turner dan Bagnara, 1988 dala Daud, 2012:11).


(34)

13

Manifestasi birahi ditimbulkan oleh hormon estrogen yang dihasilkan oleh folikel ovarium. Tikus yang sedang mengalami masa estrus cenderung lebih sering bergerak aktif secara spontan dibandingkan saat mengalami masa diestrus (Nalbandov, 1990:141).

4. Uterus

Uterus merupakan tempat implantasi konseptus atau zigot yang telah berkembang menjadi embrio. Uterus mengalami serangkaian perubahan selama birahi (estrus) dan daur reproduksi (Dellmann dan Brown, 1992:512).

a. Anatomi

Gambar 5. Uterus Tikus Putih (Dokumentasi Penelitian, 2016)

Tikus memiliki uterus dupleks, dengan dua serviks, tanpa tubuh uterus, dan tanduk terpisah secara sempurna. Seluruh organ tersebut melekat pada dinding pinggul dan dinding perut dengan perantaraan ligamen uterus yang


(35)

14

lebar melalui ligamen inilah uterus menerima suplai darah dan saraf (Nalbandov, 1990:33-34).

b. Struktur Histologik

Dinding uterus terdiri dari tiga lapis, yaitu: mukosa-submukosa atau endometrium, tunika muskularis atau miometrium, dan tunika serosa atau perimetrium.

1) Endometrium

Endometrium terdiri dari dua daerah yang berbeda dalam bangun serta fungsinya. Lapis superfisial disebut zona fungsional, dapat mengalami degenerasi sebagian atau seluruhnya selama masa reproduksi, estrus, dan daur haid dan dapat hilang pada beberapa spesies. Suatu lapis dalam tipis, disebut zona basalis, tetap bertahan sepanjang daur. Bila zona fungsional hilang, dapat diganti oleh lapisan tersebut (Dellmann dan Brown, 1992:512-514).

2) Miometrium

Miometrium terdiri dari lapis otot dalam tebal yang umumnya tersusun melingkar, dan lapis luar memanjang terdiri dari sel-sel otot polos yang mampu meningkatkan jumlah serta ukurannya selama kebuntingan berlangsung. Di antara kedua lapis tersebut, atau bagian dalam dari lapis dalam, terdapat lapis vaskular yang mengandung arteria besar, vena serta pembuluh limfe. Pembuluh darah tersebut memberikan darah pada endometrium, lazimnya besar di daerah karunkula ruminansia (Dellmann dan Brown, 1992:515).


(36)

15 3) Perimetrium

Perimetrium atau tunika serosa, terdiri dari jaringan ikat longgar yang dibalut oleh mesotel atau peritoneum. Sel-sel otot polos terdapat dalam perimetrium. Banyak pembuluh darah, pembuluh limfe,dan saraf terdapat pada lapis ini. Perimetrium, lapis memanjang dan miometrium, dan lapis vaskular dari miometrium, seluruhnya berlanjut dengan bangun ligamentum uterus (Dellmann dan Brown, 1992:515).

c. Fungsi Uterus

Fungsi uterus adalah:

a) Sewaktu perkawinan, kontraksi uterus mempermudah pengangkutan spermatozoa ke tuba fallopi.

b) Sebelum implantasi, cairan uterus menjadi medium blastosit.

c) Sesudah implantasi, uterus menjadi tempat pembentukan plasenta dan perkembangan fetus.

d) Waktu partus, kontraksi uterus berperan besar. (Suhandoyo dan Ciptono, 2008:28).

d. Pengaruh Hormon pada Endometrium

Perubahan siklik pada endometrium diatur oleh aksi hormon-hormon hipotalamus-hipofisis-gonad. Aktivitas hipotalamus dipicu oleh rangsangan lingkungan luar dan kadar hormon estrogen di dalam sirkulasi darah.

Produsen utama dari hormon betina adalah ovarium dan hormon yang bekerja pada seksualitas betina ialah estrogen dan progesteron. Estrogen


(37)

16

bekerja untuk merangsang pertumbuhan dari endometrium dan miometrium. Peningkatan dalam sintesis reseptor progesteron di dalam endometrium dipengaruhi hormon estrogen yang mengakibatkan progesteron dapat merangsang endometrium, tetapi setelah endometrium tersebut dirangsang oleh estrogen terlebih dahulu. Terdapat rangsangan dari hormon yang disekresikan oleh hipotalamus dalam proses produksi hormon-hormon tersebut, antara lain FSH-RH dan LH-RF, FSH-RH (Follicle Stimulating Hormon-Releasing Hormon) bertugas untuk merangsang agar FSH untuk disekresikan. FSH berfungsi untuk merangsang pembentukan folikel sampai folikel tersebut masak tetapi tidak menyebabkan sel telur untuk ovulasi. Folikel tersebut mensintesis dan mensekresi pembentukan estrogen, saat fase folikel ini bertepatan dengan fase proliferasi pada uterus, peningkatan kadar estrogen merangsang endometrium untuk menebal dan memiliki banyak pembuluh darah sedangkan, LH-RF (Luteinizing Hormone-Releasing Factor) berguna untuk merangsang sekresi dari LH. (Yatim, 1982:106-108).

Kerja dari semua hormon uterus yang paling mengalami perubahan struktural secara teratur. Hormon estrogen akan mempengaruhi endometrium dan miometrium yang merupakan lapisan penyusun dari uterus (Sugiyanto, 1996:20-30).Salah satu yang paling terlihat akibat pengaruh hormon estrogen pada endometrium adalah perubahan ketebalan lapisan dari endometrium tersebut. Perubahan ketebalan lapisan endometrium yang terjadi, maka jumlah kelenjarnya pun juga akan mengikuti perubahan. Pengaruh hormon estrogen


(38)

17

pada endometrium adalah meningkatkan jumlah kelenjar dan ketebalan lapisannya.

Dellmann dan Brown (1992) menyatakan estrogen adalah salah satu dari hormon reproduksi betina yang disekresikan oleh sel-sel granulosa folikel ovarium dengan struktur yang tersusun atas 18 atom C, gugus –OH fenolik pada atam C-3, cincin A yang bersifat aromatik dan tidak memiliki gugus metil pada atom C-10. Bentuk dari hormon estrogen yang terdapat tubuh hewan betina berupa estradiol 17-β, estron dan estriol, tetapi hormon estrogen yang lazim di jumpai dalam jumlah yang cukup tinggi dan sesuai dalam tubuh adalah estradiol 17-β.

Gambar 6. Struktur Kimia Estrogen (Suherman, 1995:11)

Hormon estrogen yang berasal dari sel-sel techa interna dapat memberikan efek berupa umpan balik positif maupun negatif. Apabila kadar dari hormon estrogen rendah maka terjadi sintesis FSH (merangsang) dan


(39)

18

menghambat sintesis dari LH, inilah yang disebut dengan umpan balik positif. Sedangkan, umpan balik negatif terjadi apabila kadar hormon estrogen tinggi maka akan menghambat dan menghentikan sintesis dari FSH dan merangsang sintesis dari LH (Partodiharjo, 1982:135-136).

Estrogen merangsang pertumbuhan miometrium dan endometrium. Hormon ini juga meningkatkan sintesis reseptor progesteron di endometrium sehingga progesteron mampu mempengaruhi endometrim hanya setelah endometrium di rangsang oleh progesteron. Progesteron bekerja pada endometrium yang telah dipersiapkan estrogen untuk mengubahnya menjadi lapisan yang ramah dan mengandung banyak nutrisi bagi ovum yang sudah dibuahi. Di bawah pengaruh progesteron, jaringan ikat endometrium menjadi longgar dan endematosa akibat penimbunan elektrolit dan air, yang mempermudah implantasi ovum yang dibuahi. Progesteron juga mempersiapkan endometrium untuk menampung embrio yang baru berkembang dengan merangsang kelenjar-kelenjar endometrium agar mengeluarkan dan menyimpan glikogen dalam jumlah besar dan dengan menyebabkan pertumbuhan pembuluh darah endometrium. Progesteron juga menurunkan kontraktilitas uterus agar lingkungan di uterus tenang dan kondusif untuk implantasi dan pertumbuhan embrio (Sherwood, 2001:713-714).

Estrogen berfungsi untuk manifestasi fisiologik dari uterus, mempengaruhi pertumbuhan lapisan endometrium pada uterus, perubahan


(40)

19

secara histologis pada ephitelium vagina selama siklus estrus, mengontrol sekresi hormon pituitary (FSH dan LH) dan berpengaruh pada pertumbuhan kelenjar mamae pada manusia (Suhandoyo, dkk, 2009:34).

e. Siklus Endometrium

Endometrium mempunyai dua daerah berbeda baik bentuk maupun fungsinya. Daerah yang pertama merupakan lapis superficial disebut zona fungsional, yang mengalami perusakan sebagian atau seluruhnya selama masa estrus, fase reproduksi atau daur haid dan dapat hilang pada beberapa spesies. Daerah kedua merupakan suatu lapisan dalam tipis atau sebagai zona basalis, yang akan tetap bertahan sepanjang daur. Zona basalis sendiri berguna untuk menggantikan zona fungsional ketika zona fungsional hilang. Bagian superficial yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang mengandung banyak pembuluh darah dan sel-sel jaringan ikat seperti makrofag, fibroblast dan sel mast terdeapat di bawah epitel zona fungsional. Sedangkan, jaringan ikat longgar yang mengandung sedikit sel dibandingkan lapis superficial terdapat pada bagian dalam zona fungsional (Dellmann dan Brown, 1992:512-514).

Terdapat tiga fase yang terjadi pada endometrium, yaitu fase proliferasi, fase sekresi atau fase luteal dan fase menstruasi. Fase proliferasi terjadi bersamaan dengan perkembangan folikel dan pembentukan estrogen pada ovarium. Proliferasi sel terus berlangsung dengan ditandai adanya


(41)

20

mitosis pada sel epitel dan sel kelenjar. Kelenjar nampak lurus dan lumen uterus sempit pada akhir masa proliferasi. Dilanjutkan dengan fase sekresi yang diawali setelah ovulasi, pada fase ini hormon yang berpengaruh adalah hormon progesteron yang disekresikan oleh korpus luteum. Progesteron berfungsi untuk merangsang sel kelenjar untuk mengeluarkan sekret. Di akhir fase sekresi, terjadi kematian endometrium akibat dari dinding arteria spiralis yang mengalami kontraksi, menutup aliran darah dan akhirnya menimbulkan iskemia.

B. Kerangka Berpikir Penelitian

Tanaman yang masuk ke dalm kelompok leguminosae dan fabaceae mengandung fitoestrogen dalam jumlah yang banyak dibandingkan dengan kelompok tumbuhan yang lainnya. Salah satu tanaman dari kelompok fabaceae adalah kacang kedelai hitam. Kacang kedelai hitam mengandung fitoestrogen jenis isoflavon. Fitoestrogen merupakan senyawa yang berasal dari tanaman yang memiliki struktur mirip dengan estrogen endogen dan memiliki pengaruh terhadap aktivitas estrogenik dalam tubuh. Pengaruh tersebut dapat terjadi dikarenakan fitoestrogen dapat berikatan dengan reseptor estrogen endogen dalam tubuh walaupun pengaruhnya lebih rendah dari estrogen endogen.

Pemberian fitoestrogen yang terdapat pada ekstrak kacang kedelai hitam diharapkan mampu memberikan efek estrogenik terhadap lapisan endometrium tikus putih dilihat dari jumlah kelenjar dan ketebalan lapisan endometrium. Pertambahan tebal lapisan endometrium berjalan seiring dengan perkembangan


(42)

21

dari struktur kelenjar endometrium merupakan kelenjar tubular sederhana. Aksi dari hormon estrogen sepanjang fase folikular menyebabkan proliferasi lapisan endometrium, termasuk pada kelenjar endometrium. Adanya peningkatan kandungan estrogen dapat merangsang pertumbuhan dan percabangan kelenjar endometrium yang berpengaruh terhadap ketebalan endometrium, tetapi uliran dan sekresi kelenjar tidak dapat terjadi sebelum adanya rangsangan dari hormon progesteron (Brown, 1992:514).


(43)

22


(44)

23 C. Hipotesis

1. Pemberian ekstrak kacang kedelai hitam dapat mempengaruhi jumlah kelenjar endometrium tikus putih (Rattus norvegicus, L.).

2. Pemberian ekstrak kacang kedelai hitam dapat mempengaruhi ketebalan lapisan endometrium tikus putih (Rattus norvegicus, L.).


(45)

BABBIII

METODEBPENELITIAN

A. JenisBPenelitian

Jenis penelitian adalah eksperimen satu faktor dengan menggunakan rancangan pola acak lengkap.

B. RancanganBPenelitian

Penelitian yang dilaksanakan merupakan penelitian eksperimen, rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat kelompok, yaitu : 1 kelompok kontrol dan 3 kelompok perlakuan dengan masing-masing kelompok 4 ekor tikus putih sebagai ulangan. Pemberian ekstrak kacang kedelai hitam dengan volume 2 ml perhari sesuai dengan dosis masing-masing perlakuan selama 21 hari secara oral yang didasarkan pada hasil uji pendahuluan, yaitu sebagai berikut:

1. Kontrol = kelompok tanpa perlakuan ekstrak kacang kedelai

hitam (Glycine soja) 0 mg/200 g/hari dan diberi

perlakuan aquadesh 2 ml/200 g/hari.

2. Perlakuan 1 = kelompok dengan perlakuan ekstrak kacang

kedelai hitam (Glycine soja) 50 mg/200 g/hari.

3. Perlakuan 2 = kelompok dengan perlakuan ekstrak kacang

kedelai hitam (Glycine soja) 100 mg/200 g/hari.


(46)

4. Perlakuan 3 = kelompok dengan perlakuan ekstrak kacang

kacang kedelai hitam (Glycine soja) 150 mg/200

g/hari.

C. WaktuBdanBTempatBPenelitian

1. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada 12Oktober –30November2016.

2. Tempat Penelitian

a. Pembuatan ekstrak kacang kedelai hitam dilakukan di Unit II Fakultas

Farmasi UGM dengan teknik ekstraksi maserasi.

b. Pemeliharaan tikus dilakukan di Unit Pengelolaan Hewan Laboratorium

Biologi FMIPA UNY.

c. Pembuatan preparat histologik organ dilakukan di Laboratorium Biologi FMIPA UNY dan di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan UGM.

d. Pengamatan preparat histologik endometrium dilakukan di laboratorium

Mikroskopi dan Zoologi Jurdik Biologi FMIPA UNY.

D. PopulasiBdanBSampel

1. Populasi


(47)

Tikus putih.

2. Sampel

16 ekor tikus putih betinaumur ± 2 bulan dan memiliki berat 200 gram yang diberi perlakuan ekstrak kacang kedelai hitam.

E. VariabelBPenelitian

1. Variabel Bebas

Ekstrak kacang kedelai hitam dengan dosis perlakuan :

P0 : 0 mg (kontrol)

P1 : 50 mg/200 g/hari.

P2 : 100 mg/200 g/hari.

P3 : 150 mg/200 g/hari.

2. Variabel Tergayut

a. Jumlah kelenjar endometrium

b. Ketebalan lapisan endometrium tikus putih.

3. Variabel Kontrol

Dosis ekstrak masing-masing dengan volume 2 ml, tikus putih betina strain wistar, waktu pemberian ekstrak kacang kedelai hitam.

F. AlatBdanBBahanBPenelitian


(48)

1. Alat

a. Kandang tikus

b. Tempat pakan dan minum

c. Alat suntik 5 ml

d. Botol jam

e. Botol flakon

f. Sarung tangan

g. Sonde oral

h. Cotton buds

i. Kertas label

j. Mikroskop

k. Bak parafin

l. Alat bedah

m.Gelas preparat

n. Mikrometer objektif

o. Mikrometer okuler

p. Alat ekstraksi maserasi

q. Alat tulis

r. Mikrotom

s. Nampan

2. Bahan

a. Tikus putih betina umur 2 bulan.

b. Alkohol 70%, 80%, 96%,

absolut

c. Pakan tikus

d. Formalin10%

e. Chloroform

f. Aquadesh


(49)

g. Pewarna Eosin

h. Parafin

i. Pewarna Giemsa

j. NaCl

k. Serbuk gergaji

l. Kacang kedelai hitam

m.Xylol

n. Toluol

o. Haematoxylin

p. Glyserin

q. Etanol 96%

r. Canada balsam


(50)

G. LangkahBPenelitian

1. Tahap persiapan

a. Menyiapkan 16 tikus putih betina dengan umur ± 2 bulan dengan berat 200

gram.

b. Menyiapkan kandang tikus sebanyak 4 buah.

c. Menyiapkan kacang kedelai hitam yang sudah dikeringkan.

d. Melakukan ekstraksi kacang kedelai hitam dengan teknik ekstraksi maserasi

di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) UGM.

H.

I.

2. Tahap pembuatan ekstrak kacang kedelai hitam dengan teknik ekstraksi maserasi

a. Biji kering kacang kedelai hitam dihancurkan menjadi bentuk serbuk, kemudian massa yang telah halus dimasukkan ke dalam maserator dan dituangi dengan etanol 96% .

b. Proses maserasi yang dilakukan dengan cara perendaman dibiarkan selama


(51)

c. Cairan hasil ekstraksi ditampung dan sisa ampas direndam kembali dengan etanol 96% dan dibiarkan selama 24 jam.

d. Cairan hasil maserasi ditampung kembali dan dilakukan kembali maserasi

pada sisa serbuk kacang kedelai hitam hingga didapat tiga cairan hasil maserasi.

e. Seluruh hasil maserasi tersebut dievaporasi menggunakan alat evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental yang terpisah dari pelarut etanolnya.

3. Aklimatisasi

a. Menyiapkan 16 ekor tikus putih betina (Rattus norvegicus, L.) berumur 2

bulan.

b. Menyiapkan 4 buah kandang dan memasukkan tikus putih secara acak sebanyak 4 ekor tikus kedalam masing-masing kandang.

c. Memberikan pakan dan minum tikus setiap hari.

d. Membersihkan kandang 2 kali seminggu dengan mengganti alas berupa serbuk gergaji.

e. Tahap aklimatisasi berlangsung selama 7 hari.

4. Perhitungan dosis


(52)

J. Penentuan dosis perlakuan pada penelitian didasarkan pada hasil uji pendahuluan, dimana pada uji pendahuluan terdiri dari 4 kelompok perlakuan. Satu kelompok kontrol (0 mg ekstrak kacang kedelai hitam) dan tiga kelompok perlakuan, masing-masing 50 mg, 100 mg, 150 mg ekstrak kacang kedelai hitam. Berikut hasil dari uji pendahuluan:

K. Tabel 2. Rata-rata Jumlah Kelenjar Endometrium (unit) Uji Pendahuluan

L. Jumlah

Kelenjar Endometrium

M. Perlakuan

O. Kontrol P. P1

(50mg)

Q. P2 (100mg)

R. P3 (150mg)

T. 6,590 U. 11,675 V. 9,985 W. 8,335

X.

Y. Tabel 3. Rata-rata Ketebalan Lapisan Endometrium (µm) Uji Pendahuluan

Z. Ketebala

n Lapisan Endometrium

AA. Perlakuan

AC. Kontrol AD. P1

(50mg)

AE. P2 (100mg)

AF. P3 (150mg)

AH. 359,068 AI. 370,280 AJ. 433,110 AK. 316,682

AL.

AM. Hasil uji pendahuluan diatas, dosis yang berpengaruh menaikkan

jumlah kelenjar dan ketebalan lapisan endometrium adalah pada dosis perlakuan P1 (50mg) dan P2 (100mg). Berdasarkan besar dosis tersebut, pada penelitian ini ditentukan 4 kelompok perlakuan, yaitu 1 kelompok kontrol (0mg ekstrak kacang kedelai hitam) dan 3 kelompok perlakuan P1 (50mg), P2 (100mg) dan P3 (150mg) ekstrak kacang kedelai hitam, dengan selisih dari dosis perlakuan adalah 50mg.


(53)

b. Kandungan isoflavon pada setiap dosis perlakuan.

AN. Kacang kedelai hitam mengandung fitoestrogen jenis isoflavon, dalam

100 gram kacang kedelai hitam mengandung isoflavon sebanyak 206 mg. Sehingga kandungan isoflavon dalam setiap dosis perlakuan adalah sebagai beriku:

d.1) Dosis 50 mg

AO. 100 gram = 100.000 mg

AP. 100.000 mg mengandung 206 mg isoflavon

AQ. Maka, dalam 50 mg mengandung isoflavon sebanyak:

AR. 100.000 X = 206 x 50 mg

AS. X = 10.300 : 100.000

AT. X = 0,103 mg isoflavon.

d.2) Dosis 100 mg

AU. 100 gram = 100.000 mg

AV. 100.000 mg mengandung 206 mg isoflavon


(54)

AX. 100.000 X = 206 x100 mg

AY. X = 20.600 : 100.000

AZ. X = 0,206 mg isoflavon.

d.3) Dosis 150 mg

BA. 100 gram = 100.000 mg

BB. 100.000 mg mengandung 206 mg isoflavon

BC. Maka, dalam 150 mg mengandung isoflavon sebanyak:

BD. 100.000 X = 206 x150 mg

BE. X = 30.900 : 100.000

BF. X = 0,309 mg isoflavon.

5. Tahap pelaksanaan

a. Pemberian ekstrak kacang kedelai hitam.

BG. Ekstrak kacang kedelai hitam diberikan secara oral pada tikus putih

sesuai dosisnya masing-masing, setiap 1 kali sehari selama 21 hari pada pukul 16.00 WIB.


(55)

b. Pemeliharaan tikus putih dengan pemberian pakan secara rutin dan teratur setiap hari.

c. Pengambilan apus vagina.

BH. Pengambilan apus vagina dilakukan untuk mengetahui

siklus estrus pada tikus putih. Siklus estrus perlu diketahui karena perlakuan dimulai dan diakhiri saat tikus putih sedang mengalami fase estrus. Prosedur

pembuatan apus vagina adalah gelas benda dibersihkan dengan alkohol 70%.

Cotton bud dicelupkan ke dalam NaCl fisiologis, kemudian dimasukkan ke dalam vagina tikus sedalam 1 cm kemudian diputar secara perlahan dan merata sehingga diperoleh jaringan mukosa vagina selanjutnya dioleskan di atas gelas objek sambil diputar sehingga diperoleh olesan yang merata. Gelas objek kemudian dikeringanginkan dan difiksasi dengan methanol 70% selama 15

menit dan diwarnai menggunakan pewarna giemsa selama 20 menit. Setelah

itu, sediaan tersebut dicuci menggunakan air mengalir dan dikeringkan pada suhu kamar. Preparat apus vagina kemudian diamati dibawah mikroskop cahaya.

d. Pembuatan preparat histologik

BI. Eutanasi dilakukan terhadap tikus setelah perlakuan selama 21

hari. Eutanasi dilakukan saat tikus sedang dalam fase estrus, sehingga eutanasi 16 ekor tikus tidak bisa dilakukan secara serempak dalam satu hari, tergantung


(56)

tikus mana yang sedang mengalami siklus estrus terlebih dahulu. Pembuatan preparat dilakukan di Laboratorium Pathologi Kedokteran Hewan UGM dengan prosedur sebagai berikut:

1) Melakukan pembiusan terhadap tikus dengan menggunakan kloroform.

2) Section (pembedahan)

BJ. Pembedahan bertujuan untuk mengambil organ uterus tikus

putih yang akan dibuat preparat dan diamati jumlah kelenjar dan ketebalan lapisan endometriumnya.

3) Labelling (pemberian label)

BK. Uterus dimasukkan kedalam botol flakon dan ditempeli label.

4) Fixation

BL. Uterus yang telah diberi label segera dimasukkan dalam larutan

fiksatif supaya tidak terjadi autolisis post mortal. Fiksatif yang digunakan adalah formalin 10%.

BM.

BN.


(57)

BP.

5) Dehydration

BQ. Dehidrasi merupakan penggantian molekul air dengan molekul

alkohol bertingkat mulai konsentrasi rendah hingga absolut dalam waktu yang telah ditentukan:

a) Alkohol 70%, 3x @ 30 menit

b) Alkohol 80%, 3x @ 30 menit

c) Alkohol 90%, 3x @ 30 menit

d) Alkohol 96%, 2x @ 30 menit

e) Alkohol absolute, 1x @ 30 menit

6) Clearing (penjernihan)

BR. Pada proses clearing bertujuan untuk membersihkan cairan dehidran dari dalam jaringan. Reagen penjernihan yang dipakai dalam pembuatan preparat uterus adalah toluol, reagen pembersih ini akan diganti dengan paraffin dengan cara penetrasi ke dalam jaringan.


(58)

BS. Proses infiltrasi dilakukan dengan oven pada temperatur 70-80ºC, suhu tersebut bertujuan supaya temperaturnya sesuai untuk penetrasi parrafin selama proses berlangsung agar jaringan tgidak rusak. Parrafin yang dipilih untuk membuat preparat adalah parrafin dengan titik leleh yang tidak merubah keadaan sitologik dan sitokimia organ. Proses ini dilakukan dengan memakai parrafin bertingkat, yaitu parrafin: toluol perbandingan 1:1, parafin murni 1, 2 dan 3 masing-masing selama 30 menit. Penetrasi parrafin tergantung dari tebal tipisnya pemotongan preparat yang dipakai. Parrafin kemudian dibiarkan memadat dan diberi petunjuk arah pemotongan dan nama dari jaringan tersebut.

8) Sectioning (pemotongan dengan mikrotom)

a) Blok parrafin berisi jaringan diiris menggunakan scalpel, sehinggga bagian yang akan diiris menggunakan mikrotom berbentuk segi empat.

Pengirisan menggunakan scalpel ini bertujuan supaya organ yang akan

dibuat menjadi preparat terletak pada tengah coupes (irisan tengah pita preparat), kira-kira 3-5 mm dari tepi.

b) Meletakkan blok parrafin di holder kayu dengan mencairkan sedikit parrafin pada kayu yang digunakkan.

c) Memasang holder dengan blok parrafin pada rotary mikrotom yang direkatkan.


(59)

d) Setelah terpasang, kemudian menyiapkan tempat pita preparat dan kuas

kecil untuk digunakan mengambil coupes dari pisau mikrotom.

e) Memasang pisau mikrotom pada tempatnya dan mengatur tebal tipisnya

coupes dengan pengaturan mikrotom.

f) Segera setelah diiris, pita preparat langsung dimasukkan dalam tempat

yang telah berisi air hangat, ini bertujuan agar coupes dapat terlentang dan tidak terlipat.

9) Affixing

a) Meletakkan sejumlah coupes pada gelas benda yang telah diberi perekat

Gliserin albumin.

b) Memindahkan gelas benda yang berisi coupes di atas hotplate yang bersuhu (40-45ºC), mengatur letak coupes dan merentangkannya, menghisap kelebihan air dengan menggunakan kertas saring dan

membiarkan gelas benda di atas hotplate sampai kering selama 24 jam.

10)Staining (pewarnaan)

BT. Langkah pertama adalah melakukan deparafinnasi dengan

mencelupkan kaca benda yang telah ditempeli coupes ke dalam Xylol selama 30 menit. Hematoxylyn-Eosin digunakan pada proses pewarnaan selanjutnya.


(60)

a) Proses penghilangan parrafin selesai dilakukan, coupes dikeringkan dari xylol mengguanakan kertas filter maupun tissue, selanjutnya melakukan rehidrasi berturut-turut dengan mencelupkan ke dalam alkohol absolute, alkohol 96%, 90%, 80%, 70% kemudian memasukkan dalam Eosin selama 2 menit, mencelupkan ke dalam alkohol 60%, 50%, 40%, 30%,

20% kemudian dicelupkan ke dalam Hematoxylyn selama 10 menit dan

mencucinya menggunakan air mengalir.

b) Melakukan rehidrasi dengan mencelupkan berurutan mulai alkohol 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90%, 96% dan alkohol absolute beberapa kali celupan kemudian mengeringkannya dengan kertas filter atau tissue.

c) Menetesi slide dengan Canada Balsam.

BU.

11)Penutup

BV. Setelah ditetesi mengguanakan Canada Balsam kemudian

objek gelas ditutup dengan gelas penutup dan diusahakan tidak muncul gelembung, karena adanya gelembung akan mengganggu pengamatan.


(61)

BW. Preparat histologik uterus yang telah dibuat diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 100X. Preparat diamati secara sampling dan diamati seluruh bidang pandangnya, kemudian membandingkan hasil yang diperoleh antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol.

a) Cara menghitung jumlah kelenjar endometrium adalah dengan

menghitung seluruh kelenjar yang tampak melalui cara sampling, yaitu kelenjar dihitung per satuan lapang pandang dengan perbesaran 100X. Cara menentukan satuan lapang pandang adalah dengan menghitung luas area pandang menggunakan rumus r2, yang sebelumnya telah dilakukan kalibrasi antara mikrometer okuler dan obyektif.

BX. Hasil kalibrasi tersebut adalah sebagai berikut:

BY. Skala objektif (ob) = 1 µm

BZ. Skala okuler = 10 µm

CA. Perbesaran = 100X

CB. Rumus: skala okuler = skala objektif X perbesaran

CC. Sehingga, 10 ok = 1 ob X 100


(62)

CE. ok = 10, jadi 1 skala okuler = 10 µm

CF. Satuan lapang pandang = , dimana r = 108 µm

CG. r = 108 X 10 = 1080 µm

CH. Satuan lapang pandang =

CI. = 3,14 X 10802

CJ. = 3,66 X106 µm2.

b) Cara mengukur ketebalan lapisan endometrium diukur mulai lapisan yang berbatasan langsung dengan lumen uterus sampai batas antara lapisan endometrium dengan lapisan miometrium menggunakan bantuan mikrometer okuler yang telah dikalibrasi dengan mikrometer obyektif melalui rumus kalibrasi di atas. Ketebalan diukur menggunakan skala pada mikrometer okuler, kemudian hasil yang diperoleh dikaliakan dengan nilai kalibrasi 10, sehingga diperoleh nilai ketebalan lapisan. Ketebalan lapisan endometrium diperoleh dari rerata empat kali pengukuran sampling yaitu bagian atas, bawah, kanan dan kiri endometrium.


(63)

CL. Sampel yang digunakan adalah 16 ekor tikus putih berumur ± 2 bulan yang sudah dibagi menjadi 4 kandang dengan 1 kandang merupakan kelompok kontrol dan 3 kandang merupakan kelompok perlakuan .

CM. Pemilihan sampel dilakukan secara acak dengan pemberian tanda berupa angka 1 sampai 16 di kepala tikus putih. Kemudian membuat potongan kertas yang diberi tulisan angka 1 sampai 16. Kertas dilipat kemudian dimasukkan ke dalam toples kecil. Kertas dipilih dan diambil dengan mata terpejam secara acak. Kertas yang terpilih disesuaikan dengan tikus putih yang dengan nomor dikepalanya. Kemudian dimasukkan ke dalam masing-masing kandang sebanyak 4 ekor sampai ke empat kandang terisi rata.Berikut adalah tabel data pengacakan tikus putih:

CN. Tabel 4. Data Pengacakan Tikus Putih pada Masing-masing Kandang

CO. CP. Kandang

1 CQ. Kandang 2 CR. Kandang 3 CS. Kandang 4 CT. Angk a di kepal a tikus putih

CU.5 CV. 1 CW.7 CX.8

CZ. 12 DA.4 DB.16 DC.13

DE.15 DF. 10 DG.2 DH.9

DJ. 3 DK.6 DL. 14 DM.

11 DN.

DO. TeknikBPengumpulanBdata

DP. Penelitian diakhiri pada hari ke-21 dan tikus di eutanasi untuk diambil


(64)

uterus dengan pengecatan HE. Pengumpulan data melalui pengamatan pada preparat uterus yang telah dibuat dan diambil dokumentasinya kemudiann dihitung jumlah kelenjar endometrium dan diukur ketebalan lapisan endometrium pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan ekstrak kacang kedelai hitam, keseluruhan hasil pengamatan kemudian dianalisis.

DQ.

DR.

DS.

DT.AnalisisBData

DU. Data jumlah kelenjar endometrium dianalisis menggunakan analisis

nonparametrik kruskal-wallis untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pemberian

ekstrak kacang kedelai hitam terhadap jumlah kelenjar endometrium.

DV. Data ketebalan endometrium dianalisis dengan analisis statistik One

Way Anova untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pengaruh dosis ekstrak

kacang kedelai hitam terhadap ketebalan endometrium tikus putih kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, selanjutnya apabila terdapat pengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) untuk mengetahui perbedaan dari masing-masing kelompok perlakuan.


(65)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian mengenai pengaruh pemberian ekstrak kacang kedelai hitam (Glycine soja) terhadap jumlah kelenjar dan ketebalan lapisan endometrium tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh Pemberian Ekstrak Kacang Kedelai Hitam terhadap Jumlah Kelenjar Endometrium

Data hasil penelitian mengenai jumlah kelenjar endometrium diamati di Laboratorium Mikroskopi, dengan cara mengamati preparat uterus di bawah mikroskop, kemudian menghitung jumlah keseluruhan kelenjar endometrium melalui cara sampling, yaitu kelenjar dihitung per satuan lapang pandang dengan satuan lapang pandang 3,66X106 µm2.


(66)

Gambar 8. Mikrograf Endometrium Tikus Putih Setelah Mendapat Perlakuan Pemberian Ekstrak Kacang Kedelai Hitam (HE, Perbesaran Lensa Objektif 4X).

Keterangan: (a) lapisan endometrium tikus putih betina (b) kelenjar endometrium tikus putih betina Penyusun lapisan endometrium terdiri dari jaringan ikat longgar, kelenjar endometrium dan sel epitel kolumner. Jaringan ikat longgar adalah jaringan yang paling dominan dalam menyusun lapisan endometrium. Kelenjar endometrium merupakan kelenjar yang mengalami perubahan sepanjang siklus estrus berlangsung. Kelenjar ini memiliki fungsi untuk memberikan nutrisi yang diperlukan oleh embrio yang telah mengalami implantasi. Epitel kolumner pada lapisan endometrium terdapat pada bagian paling luar dan mengelilingi bagian permukaan luar dari lapisan endometrium.

a b


(67)

Perhitungan jumlah kelenjar endometrium dilakukan dengan menggunakan alat bantu hitung atau counter. Hasil dari perhitungan jumlah kelenjar endometrium dapat dilihat pada tabel 5 sebagai berikut:

Tabel 5. Data Jumlah Kelenjar Endometrium Uterus Tikus Putih Setelah Pemberian Ekstrak Kacang Kedelai Hitam

Kontrol P1 P2 P3

Rata-rata 53,00 73,50 112,75 55,50

Stdev 9,01 6,60 20,58 17,07

Data jumlah kelenjar endometrium pada tabel 4 tersebut menunjukkan bahwa kelompok kontrol memiliki rata-rata jumlah sebesar 53,00. Pada kelompok perlakuan 1 mengalami kenaikan rata-rata jumlah menjadi 73,50. Terjadi kenaikan rata-rata jumlah kelenjar endometrium pada kelompok perlakuan 2 menjadi 112,75 dan pada kelompok perlakuan 3 terjadi penurunan rata-rata jumlah kelenjar endometrium menjadi 55,50. Jumlah kelenjar endometrium terbesar terdapat pada kelompok perlakuan 2 dengan dosis ekstrak 100 mg/ekor/hari dibandingkan dengan kelompok perlakuan 1, 3 dan kontrol.


(68)

Gambar 9. Diagram Jumlah Kelenjar Endometrium Uterus Tikus Putih Sesudah Pemberian Ekstrak Kacang Kedelai Hitam

Diagram tersebut menunjukkan bahwa jumlah kelenjar endometrium uterus tikus putih mengalami peningkatanpada kelompok perlakuan 1, selanjutnya mengalami peningkatan jumlah kembali pada kelompok perlakuan 2, kemudian terjadi penurunan pada kelompok perlakuan 3. Peningkatan jumlah kelenjar endometrium terbesar terdapat pada kelompok perlakuan 2 dengan dosis 100 mg/ekor/hari.

Data yang diperoleh dari pemberian perlakuan ekstrak kacang kedelai hitam terhadap jumlah kelenjar endometrium tersebut merupakan data yang diperoleh melalui perhitungan jumlah, sehimgga analisis data yang cocok digunakan adalah uji non-parametrik Kruskal Wallis karena dengan uji

53 73.5 112.75 55.5 0 20 40 60 80 100 120

0 mg 50 mg 100 mg 150 mg

juml ah kel enj ar endome tri um ute rus ti ku s pu ti h Kelompok Perlakuan


(69)

tersebut data yang dianalisis tidak memerlukan distribusi normal maupun homogen. Hasil dari uji Kruskal Wallis dapat dilihat pada tabel 6 sebagai berikut:

Tabel 6. Uji Kruskal Wallis Jumlah Kelenjar Endometrium Tikus Putih Jumlah

Chi-Square 11.605

Df 3

Asymp. Sig. .009

Berdasarkan hasil uji non-parametrik Kruskal Wallis pada tabel 6 tersebut diperoleh hasil bahwa nilai signifikasinya adalah sebesar 0.009. Dari data tersebut menunjukkan bahwa nilai signifikansi 0,05 (p<0,05), menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh yang sangat nyata antar kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan, sehingga menunjukkan bahwa perlakuan pemberian ekstrak kacang kedelai hitam memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah kelenjar endometrium uterus tikus putih.

2. Pengaruh Pemberian Ekstrak Kacang Kedelai Hitam terhadap Ketebalan Lapisan Endometrium

Data hasil penelitian mengenai ketebalan lapisan endometrium diperoleh melalui pengukuran preparat histologik uterus tikus putih dengan


(70)

menggunakan bantuan mikrometer objektif dan okuler yang dipasang pada mikroskop. Pengambilan data terlebih dahulu dilakukan kalibrasi antara skala mikrometer objektif dan okuler untuk menentukan ukuran satuan dari mikrometer okuler.

Gambar 10 di bawah, terlihat bahwa uterus terdiri dari tiga lapisan penyusun, yaitu endometrium, miometrium dan perimetrium. Jika dilihat dari lumen uterus lapisan paling luar adalah endometrium, lapisan tengah adalah miometrium dan lapisan paling dalam adalah perimetrium. Ketebalan lapisan pada endometrium tidak sama disetiap sisinya,dikarenakan sisi dari endometrium tidak rata tetapi berlekuk-lekuk. Terdapat kelenjar endometrium juga berpengaruh pada ketebalan endometrium.

Ketebalan lapisan endometrium diukur mulai lapisan yang berbatasan langsung dengan lumen uterus sampai batas antara lapisan endometrium dengan lapisan miometrium.


(71)

Gambar 10. Mikrograf Uterus Tikus Putih Setelah Pemberian Perlakuan Ekstrak Kacang Kedelai Hitam (HE, Perbesaran Lensa Objektif 4X)

Keterangan: (a) endometrium

(b) miometrium

(c) perimetrium

Data rata-rata ketebalan lapisan endometrium yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Tabel 7. Data Ketebalan Lapisan Endometrium (µm) Uterus Tikus Putih setelah Pemberian Ekstrak Kacang Kedelai Hitam (40X)

Kontrol P1 P2 P3

Rata-rata 351,66 585,20 650,62 365,60

Stdev 179,12 88,42 104,15 29,91

Data tabel 7 menunjukkan bahwa ketebalan endometrium uterus tikus putih memiliki nilai rata-rata tertinggi pada kelompok perlakuan 2 dengan

c b a


(72)

rata-rata ketebalan lapisan endometrium 650,62 µm, dibandingkan dengan kelompok kontrol yang memiliki ketebalan lapisan endometrium 351,66 µm, kelompok perlakuan 1 yang memiliki ketebalan lapisan endometrium 585,20 µm dan kelompok perlakuan 3 yang memiliki ketebalan lapisan endometrium 365,60.

Gambar 11. Diagram Ketebalan Lapisan Endometrium Uterus Tikus Putih Sesudah Pemberian Ekstrak Kacang Kedelai Hitam

Diagram tersebut menunjukkan bahwa rata-rata ketebalan endometrium uterus tikus putih mengalami peningkatan pada kelompok perlakuan 1 (50 mg/ekor/hari), selanjutnya mengalami peningkatan lagi pada kelompok perlakuan 2 (100 mg/ekor/hari), kemudian terjadi penurunan pada

351.66 585.2 650.62 365.6 0 100 200 300 400 500 600 700

0 mg 50 mg 100 mg 150 mg

rat a -rat a tebal l apis an m ) Kelompok Perlakuan


(73)

kelompok perlakuan 3 (150 mg/ekor/hari). Peningkatan ketebalan endometrium terbesar terdapat pada kelompok perlakuan 2 dengan dosis 100 mg/ekor/hari.

Data ketebalan lapisan endometrium yang diperoleh diuji terlebih dahulu menggunakan uji normalitas dan homogenitas untuk mengetahui bahwa data tersebut tersebar normal dan homogen. Hasil dari uji tersebut dapat dilihat pada tabel 8 dan 9 sebagai berikut:

Tabel 8. Anova Ketebalan Lapisan Endometrium Tikus Putih

Tebal Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups

277857.066 3 92619.022 7.173 .005 Within Groups 154938.204 12 12911.517

Total 432795.270 15

Tabel 9. Uji Duncan Ketebalan Lapisan Endometrium Tikus Putih

Dosis N Subset for alpha = 0.05

1 2

0 4 351.6650

150 4 365.6025

50 4 585.2075

100 4 650.6250

Sig. .865 .431

Data ketebalan lapisan endometrium yang telah diuji normalitas dan homogenitasnya, kemudian dianalisis menggunakan uji One Way Anova untuk


(74)

mengetahui apakah terdapat perbedaan pengaruh antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan dari pemberian ekstrak kacang kedelai hitam terhadap ketebalan lapisan endometrium tikus putih. Hasil dari uji One Way Anova dapat dilihat pada tabel 8.

Hasil dari uji One Way Anova pada tabel 8 menunjukkan bahwa nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0.005. Nilai tersebut menunjukkan hasil yang sangat signifikan dengan nilai signifikansi sebesar 0.005 lebih kecil dari nilai taraf signifikansi 0,05 (p<0,05), sehingga menunjukkan terdapatnya pengaruh nyata dari pemberian ekstrak kacang kedelai hitam terhadap ketebalan endometrium. Hal ini berarti data yang diperoleh dari kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan terdapatnya perbedaan yang nyata, sehingga perlu dilakukan uji DMRT untuk membedakan antara kelompok perlakuan dan antar perlakuan. Hasil uji DMRT dapat dilihat pada tabel 9.

Hasil dari dilakukannya uji lanjut DMRT pada tabel 9, menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Semua nilai signifikansinya yang diperoleh memiliki nilai yang lebih besar dari taraf signifikansi 0.05 (p>0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antar kelompok perlakuan dan menunjukkan bahwa pemberian ekstrak kacang kedelai hitam tidak memberikan perbedaan pengaruh terhadap tebal lapisan endometrium tikus putih. Perlakuan 1 dan 2 memiliki pengaruh yang berbeda terhadap


(75)

kontrol, sedangkan perlakuan 3 tidak berbeda dengan kontrol. Dilihat dari nilai rata-rata uji DMRT, perlakuan 2 (650.6250) memiliki pengaruh yang paling besar dalam meningkatkan ketebalan endometrium.

B. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan karena estrogen alami tidak hanya dihasilkan oleh hewan maupun manusia saja, tetapi juga dihasilkan oleh tanaman yang disebut fitoestrogen. Fitoestrogen merupakan senyawa kimia pada tumbuhan yang memiliki struktur kimia dan aktivitas estrogenik yang mirip dengan estrogen endogen pada hewan. Biben (2012) menyatakan bahwa aktivitas estrogenik dari fitoestrogen didukung karena terdapatnya gugus OH pada struktur kimia penyusunnya seperti yang terdapat pada hormon estradiol sehingga dapat memiliki aktivitas estrogenik. Salah satu tanaman yang memiliki kandungan fitoestrogen adalah kacang kedelai hitam yang mengandung fitoestrogen jenis isoflavon.

Uterus merupakan salah satu organ reproduksi betina yang mengalami perkembangan akibat pengaruh dari regulasi hormon estrogen di dalam tubuh. Pengaruh hormon estrogen ini dikarenakan uterus memiliki reseptor estrogen. Uterus merupakan organ yang tersusun atas tiga lapisan yaitu: endometrium, miometrium dan perimetrium. Dari ketiga lapisan tersebut yang paling jelas terlihat pengaruh dari hormon estrogen adalah


(76)

lapisan endometrium yang ditandai dengan adanya penebalan lapisan. Lapisan endometrium tersusun dari jaringan ikat longgar, kelenjar endometrium dan epitel kolumner. Kelenjar endometrium menjadi salah satu penentu ketebalan lapisan endometrium, karena kelenjar ini mengalami diferensiasi dan proliferasi. Jumlah dari kelenjar endometrium juga berpengaruh terhadap ketebalan lapisan endometrium, karena kelenjar endometrium ini mengalami perubahan sepanjang siklus estrus. Endometrium mengalami dua fase perkembangan yaitu sekresi dan proliferasi. Fase proliferasi ditandai dengan bertambah tebalnya lapisan endometrium bersama dengan naiknya jumlah hormon estradiol pada masa proestrus sampai masa estrus. Fase sekresi terjadi pada masa metestrus sampai diestrus yang ditandai dengan keluarnya sekret dari kelenjar karena pengaruh dari hormon progesteron. Akhir dari fase sekresi adalah terjadinya kematian atau nekrosis dari endometrium karena dinding arteria spiralis berkontraksi, sehingga menutup aliran darah dan menimbulkan iskemia (Aris, 2015:55).

Berdasarkan hasil interpretasi data, ekstrak kacang kedelai hitam berpengaruh nyata terhadap jumlah kelenjar dan ketebalan endometrium uterus tikus putih. Penyebab dari hasil tersebut adalah karena adanya kandungan fitoestrogen jenis isoflavon pada ekstrak kacang kedelai hitam. Fitoestrogen memiliki berat molekul yang ringan dan struktur yang stabil, sehingga dengan mudah dapat menembus membran sel. Strukturnya yang mirip dengan estrogen endogen dalam tubuh menyebabkan fitoestrogen


(77)

mampu berikatan dengan reseptor estrogen, sehingga dapat memunculkan dampak estrogenik pada organ sasaran yang memiliki reseptor estrogen tersebut.

Menurut Eddy (2006:6) cara kerja dari fitoestrogen adalah meniru aktivitas hormon estrogen di dalam tubuh. Estrogen merupakan hormon yang memiliki fungsi sebagai molekul sinyal, prosesnya dimulai dari masuknya molekul estrogen melalui aliran darah ke dalam sel dari bermacam-macam jaringan yang merupakan target estrogen. Di dalam sel target, molekul estrogen mencari rseseptor estrogen untuk kemudian berintegrasi. Reseptor estrogen memiliki tempat spesifik yang hanya estrogen atau molekul lain yang memiliki struktur mirip dengan estrogen seperti fitoestrogen dapat mengikatnya. Molekul estrogen yang mengikat reseptor protein, membentuk suatu ikatan ligand-hormon receptor. Peristiwa tersebut dimungkinkan terjadi karena molekul estrogen dan reseptornya memiliki bentuk yang sama untuk berikatan. Ikatan tersebut dapat memicu proses seluler yang spesifik, sehingga mengaktifkan gen spesifik. Gen tersebut kemudian berfungsi untuk memicu pembentukan protein untuk metabolisme sel. Contoh respon yang terjadi yaitu perkembangan uterus untuk persiapan terjadinya kehamilan.

Fitoestrogen memiliki afinitas yang lebih rendah terhadap reseptor estrogen dibandingkan dengan estradiol. Fitoestrogen yang terkandung dalam kacang kedelai hitam adalah jenis isoflavon (daidzin, daidzein, genistin, genistein, dan glysitin).


(78)

Kandungan fitoestrogen pada ekstrak kacang kedelai hitam yang telah diberikan pada tikus putih dengan dosis 50 dan 100 mg/ekor/hari dapat memberikan efek estrogenik atau agonis terhadap estrogen endogen, sehingga dapat menambah jumlah kelenjar dan ketebalan endometrium uterus tikus putih. Jika dosis yang diberikan kurang atau lebih dari 50 dan 100 mg/ekor/hari, yaitu sebanyak 150 mg/ekor/hari fitoestrogen tersebut akan memberikan efek antagonis dengan reaksi antiestrogenik. Fitoestrogen dapat memiliki efek agonis maupun antagonis karena beberapa hal, terutama adalah jumlah dari estrogen endogen dalam tubuh. Fitoestrogen mampu menjadi pendukung jika keberadaan estrogen endogen tubuh sedikitatau berkurang melalui ikatan dengan reseptor estrogen yang masih kosong. Eddy (2006:9) menyatakan bahwa dalam keadaan defisiensi estrogen, fitoestrogen dominan dan mengikat reseptor estrogen yang kosong, sehingga terjadi kerjasama dengan baik antara fitoestrogen dengan estrogen endogen dalam meningkatkan respon seluler. Inilah yang merupakan definisi dari efek agonis. Keadaan fitoestrogen dalam kadar sedikit atau kurang menyebabkan kurang mencukupinya jumlah untuk mengisi reseptor yang ksosong, sehingga tidak berpengaruh dalam meningkatkan atau bahkan dapat menurunkan respon seluler. Keadaan dimana terdapat kadar estrogen tinggi, fitoestrogen yang daya ikatnya sangat lemah dibandingkan dengan estradiol, akan tetap mengikat reseptor estrogen. Inilah yang disebut sifat antiestrogenik (Eddy, 2006:9). Apabila terdapat fitoestrogen dalam kadar berlebih di dalam tubuh,


(79)

maka akan mengakibatkan terjadinya persaingan antara fitoestrogen dengan estrogen endogen dalam berikatan dengan reseptor estrogen. Selain adanya persaingan, kelebihan kadar hormon di dalam tubuh akan mengakibatkan mekanisme feedbacknegatif terhadap hipotalamus untuk menghambat sekresi GnRH. Selanjutnya akan menginduksi hipofisis anterior untuk menghambat sekresi FSH dan merangsang sekresi LH. Jika, produksi FSH terhambat maka pertumbuhan folikel dan perkembangan folikel juga akan terhambat, sehingga produksi estrogen endogen akan berkurang. Selanjutnya akan menyebabkan banyak reseptor estrogen yang ada di dalam sel target uterus tidak mengikat estrogen yang mengakibatkan kekosongan reseptor estrogen. Hal ini akan digantikan oleh fitoestrogen yang berikatan dengan reseptor estrogen beta kemudian ditranslokasikan ke inti sel yang akan menyebabkan terjadinya sintesis protein dan menimbulkan respon seluler. Respon yang disebabkan oleh ikatan reseptor estrogen-fitoestrogen lebih lemah dibandingkan dengan ikatan reseptor estrogen–estrogen endogen. Terjadinya persaingan antara fitoestrogen dengan estrogen endogen dalam tubuh menyebabkan respon seluler berupa pertambahan jumlah kelenjar dan penebalan endometrium tidak dapat terjadi secara optimal.

Keterbatasan pada penelitian ini adalah terbatasnya jumlah kandang sehingga 1 kandang berisi 4 ekor tikus. Kandang yang baik berisi 1 ekor tikus 1 kandang agar tidak terjadi kompetisi berebut makanan antar tikus.


(80)

BABBV

SIMPULANBDANBSARAN

A. Simpulan

Berdeserken hesil penelitien den pembehesen, depet disimpulken behwe:

1. Pemberien ekstrek keceng kedelei hitem (Glycine soja) memberiken pengeruh nyete (p<0,05) delem meningketken jumleh kelenjer endometrium tikus putih (Rattus norvegicus, L.) den dosis optimel yeng berpengeruh meningketken jumleh kelenjer endometrium berdeserken hesil penelitien terdepet pede pemberien dosis 100 mg/grem/heri.

2. Pemberien ekstrek keceng kedelei hitem (Glycine soja) memberiken pengeruh

nyete (p<0,05) delem meningketken ketebelen lepisen endometrium tikus putih (Rattus norvegicus, L.) den dosis optimel yeng berpengeruh meningketken ketebelen lepisen endometrium berdeserken hesil penelitien terdepet pede pemberien dosis 100 mg/200 grem/heri.

B. Saran

1. Mencekok tikus putih di useheken perut tikus tidek berisi penuh dengen mekenen den eir minum, eger ekstrek depet sepenuhnye mesuk ke lembung tikus. Kerene jike pede seet mencekok lembung tikus penuh meke eken dimuntehken kembeli oleh tikus.


(81)

2. Perlu edenye penelitien lenjut dengen renteng dosis yeng lebih penjeng.

3. Menjege kerepeten kendeng tikus eger tikus tidek lepes eteu keluer deri kendeng.


(1)

2

Gambar 4. Pembedahan Tikus Putih Setelah Perlakuan 21 Hari

Gambar 5. Organ Dalam Tikus Putih Setelah Perlakuan 21 Hari


(2)

3

Gambar 7. Preparat Uterus Tikus Putih

Gambar 8. Mikrograf Uterus Tikus Putih Perbesaran 40X


(3)

4

LAMPIRAN 2. Rekap Data Rata-Rata Jumlah Kelenjar dan Ketebalan Endometrium

Data jumlah kelenjar endometrium setelah mendapat perlakuan ekstrak kacang kedelai hitam.

Ulangan Kontrol P1 P2 P3

1 46,00 78,00 140,00 30,00

2 48,00 74,00 90,00 64,00

3 66,00 64,00 111,00 62,00

4 52,00 78,00 110,00 66,00

∑ 212,00 294,00 451,00 222,00

Stdev 9,01 6,60 20,58 17,07

Data ketebalan endometrium (µm) setelah mendapat perlakuan ekstrak kacang kedelai hitam.

Ulangan Kontrol P1 P2 P3

1 170,83 490,00 515,00 370,83

2 455,00 677,50 627,50 360,83

3 548,33 640,83 707,50 329,08

4 216,00 532,50 752,50 401,67

Rata-rata 351,66 585,20 650,62 365,60 Stdev 179,12 88,42 104,15 29,91


(4)

5 LAMPIRAN 3. Hasil Analisis Data

1. Uji Kruskal Wallis Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Jumlah 16 73.6875 27.88003 30.00 140.00

Dosis 16 75.0000 57.73503 .00 150.00

Ranks

Dosis N Mean Rank

Jumlah 0 4 4.38

50 4 9.88

100 4 14.50

150 4 5.25

Total 16

Test Statisticsa,b Jumlah Chi-Square 11.605

Df 3

Asymp.

Sig. .009

a. Kruskal Wallis Test b. Grouping

Variable:Dosis

2. Uji One Way Anova

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Tebal .155 16 .200* .944 16 .400 a. Lilliefors Significance Correction


(5)

6

Descriptives

Tebal

N Mean

Std. Deviation

Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimu m Maxi mum Lower Bound Upper Bound 0

4 3.5166

E2 179.12457

89.5622

9 66.6378 636.6922 170.83 548.3

3 50

4 5.8521

E2 88.42005

44.2100

3 444.5115 725.9035 490.00 677.5

0 100

4 6.5062

E2 104.15083

52.0754

2 484.8978 816.3522 515.00 752.5

0 150

4 3.6560

E2 29.91578

14.9578

9 317.9998 413.2052 329.08 401.6

7 Total

16 4.8828

E2 169.86176

42.4654

4 397.7621 578.7879 170.83 752.5

0

Test of Homogeneity of Variances

Tebal Levene

Statistic df1 df2 Sig.

8.376 3 12 .003

Anova

Tebal

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig. Between

Groups 277857.066 3 92619.022 7.173 .005

Within Groups 154938.204 12 12911.517


(6)

7 3. Uji Duncan

Dosis N

Subset for alpha = 0.05

1 2

0 4 351.6650

150 4 365.6025

50 4 585.2075

100 4 650.6250


Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SUSU KEDELAI HITAM (Glycine soja) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) HIPERKOLESTEROLEMIA

0 7 29

PENGARUH EKSTRAK TEMPE KEDELAI HITAM (Glycine Soja) TERHADAP JUMLAH SEL β PANKREAS TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus novergicus strain wistar) MODEL DM TIPE 2

0 6 27

PENGARUH EKSTRAK BIJI PEPAYA (Carica papaya, L.) TERHADAP JUMLAH KELENJAR ENDOMETRIUM, JUMLAH ERITROSIT DAN LEKOSIT PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) BETINA.

0 0 96

PENGARUH EKSTRAK DAUN KENARI (Canarium indicum L.) TERHADAP JUMLAH KELENJAR DAN KETEBALAN LAPISAN ENDOMETRIUM TIKUS PUTIH BETINA (Rattus norvegilus, L.).

7 11 81

PENGARUH EKSTRAK BIJI PEPAYA (Carica papaya, L.) TERHADAP KETEBALAN LAPISAN ENDOMETRIUM DAN KADAR HEMOGLOBIN TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus, L.).

0 2 77

PENGARUH EKSTRAK BIJI PEPAYA (Carica papaya, L.)TERHADAP KETEBALAN LAPISAN ENDOMETRIUM DAN KADAR HEMOGLOBIN TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus, L.).

0 2 94

PENGARUH EKSTRAK KACANG PANJANG (Vigna sinensis, L.) TERHADAP JUMLAH KELENJAR DAN KETEBALAN LAPISAN ENDOMETRIUM TIKUS PUTIH BETINA (Rattus norvegicus, L.).

0 1 4

PENGARUH EKSTRAK KACANG MERAH (Phaseolus vulgaris, L.) TERHADAP JUMLAH KELENJAR DAN KETEBALAN LAPISAN ENDOMETRIUM TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus, L.).

0 0 1

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI METE (Anacardium occidentale, L.) TERHADAP JUMLAH KELENJAR DAN KETEBALAN LAPISAN ENDOMETRIUM TIKUS PUTIH BETINA (Rattus norvegicus, L.).

0 0 2

PENGARUH MONOSODIUM GLUTAMAT (MSG) TERHADAP JUMLAH KELENJAR DAN KETEBALAN LAPISAN ENDOMETRIUM UTERUS TIKUS PUTIH BETINA (Rattus norvegicus, L.).

0 0 1