PENGARUH EKSTRAK DAUN KENARI (Canarium indicum L.) TERHADAP JUMLAH KELENJAR DAN KETEBALAN LAPISAN ENDOMETRIUM TIKUS PUTIH BETINA (Rattus norvegilus, L.).

(1)

PENGARUH EKSTRAK DAUN KENARI (Canarium indicum L.) TERHADAP JUMLAH KELENJAR DAN KETEBALAN LAPISAN ENDOMETRIUM TIKUS PUTIH BETINA

(Rattus norvegilus, L.)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

gunaMemperoleh Gelar Sarjana Sains Biologi

Oleh Ismiyati Marfuah NIM 13308141034

PROGAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGAKARTA


(2)

(3)

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama Mahasiswa : Ismiyati Marfuah

NIM : 13308141034

Jurusan/Prodi : Pendidikan Biologi/Biologi

Fakultas : MIPA

Judul TAS : PENGARUH EKSTRAK DAUN KENARI (canarium indicum L.) TERHADAP JUMLAH KELENJAR DAN KETEBALAN LAPISAN ENDOMETRIUM TIKUS PUTIH BETINA (rattus norvegilus, L.)

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan ilmiah yang telah lazim.

Yogyakarta, Maret 2017 Yang menyatakan,

Ismiyati Marfuah NIM.13308141034


(4)

(5)

MOTTO

“Segala sesuatu yang kita dapatkan sesuai dengan apa yang telah kita upayakan, maka upayakan sebaik mungkin”

“Jangan kerdilkan dirimu dengan takabur, jangan sempitkan dadamu dengan dengki, dan jangan keruhkan pikiranmu dengan amarah”


(6)

PERSEMBAHAN

Alhamdullilah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan, kesehatan lahir batin, kelancaran, kemudahan, dan atas pertolonganNya sehingga

penulisdapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Karya ini saya persembahkan untuk Bapak, Ibu dan kakak tercintaLaila Miftahul Jannah, sebagai rasa terimakaih saya atassegala pengorbanan Bapak Ibudankakak dalam mencari rezeki untuk sekolah kami dan terimakasih untuk do’a dan nasihat yang tiada putusnya selama ini.Saya tidak mampu membalassegala yang yang telah kau berikan, semoga Allah SWT membalas keikhlasan Bapak Ibudankakak, semoga Allah senantiasa melimpahkan kesehatan dan rezeki kepada Bapak

Ibudankakak.

Teruntuk rekan kerja selama penelitian Yuniar, Rahayu dan Kharirotul terima kasih atas kerjasama yang baik sehingga terselesainya skripsi ini.Saudara-saudaraku Mery, Dita, Dinda, Ika, dan Astrid, terimakasih atas bantuan dan motivasi kepada saya tanpamu aku hidup sebatang

kara.Sahabat-sahabatku Betik, Yaya, Puji, April, Widuri, Sari dan Aini, terima kasih atas doa, masukan serta semangat kepada saya.

Teman-teman tercinta angkatan 2013 Progam Studi Biologi Universitas Negeri Yogyakarta yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan


(7)

PENGARUH EKSTRAK DAUN KENARI (Canarium indicum L.) TERHADAP JUMLAH KELENJAR DAN KETEBALAN LAPISAN ENDOMETRIUM TIKUS PUTIH BETINA

(Rattus norvegilus, L.) Oleh

Ismiyati Marfuah NIM 13308141034

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak daunkenari (Canarium indicum L.) terhadap jumlah kelenjar dan ketebalan endometrium tikus putihbetina (Rattus norvegilus, L.)

Jenis penelitian ini adalah eksperimen menggunakan desain penelitian Rancangan Acak Lengkap (RAL).Obyek yang digunakan adalah tikus putih yang kurang lebih2 bulan yang belum pernah bunting. Tikus dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu kontrol (tanpa ekstrak daun kenari), perlakuan I (200 mg/ekor/hari), perlakuan II (300 mg/ekor/hari), perlakuan III (400 mg/ekor/hari). Pencekokan dengan perlakuan ekstrak daun kenari terhadap tikus putih berlangsung selama 21 hari. Data yang diamati adalah tebal lapisan endometrium dan jumlah kelenjar endometrium.Uji Kruskal Wallis digunakan untuk menganalisis pengaruh pemberian ekstrak kenari terhadap jumlah kelenjar endometrium.Uji One Way Annova digunakan untuk menganalisis pengaruh pemberian ekstrak daun kenari terhadap tebal lapisan endometrium untuk mengetahui perbedaan antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, apabila ada perbedaan yang nyata maka dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun kenari memiliki pengaruh nyata (P < 0,01) terhadapjumlah kelenjar endometriumdan ketebalan lapisan endometrium. Kata kunci: Kenari, Endometrium,Kelenjar endometrium.


(8)

The Influence of Canarium indicum L. LeavesExtract on the Number of Gland and the Thickness of Endometrium Layer in Female White Rat (Rattus norvegicus, L.)

By

Ismiyati Marfuah NIM 13308141034

ABSTRACT

The purposeof this research is to find out the influence of walnut leaves (Canarium indicum L.) extractson glandsnumber and the thickness of endometrium layer in female white rat (Rattus norvegicus L.).

This experiment using completely randomized design (CRD). The object of the research is two month old female white rat. Those are devided intofour groups, they are control {walnut extract leaves (Canarium indicum L.)}, treatment I (200 mg/200gr/day), treatment II (300 mg/200gr//day) and treatment III (400 mg/200gr//day). Treatment time for 21 days. The variable that was observed isthe number of gland endometrium and thicknes endometrium layer. Kruskal Wallis test is used to analyze the influence of walnut leaves (Canarium indicum L.) extract intake toward the endometrium gland quantity. One Way Annova test is used to analyze the influence of walnut leaves (Canarium indicum L.) extract to the thicknes endometrium layer to know differentation among control group and treatment group, if there are real differentation (sig.< 0.05), there will continue with DMRT test (Duncan Multiple Range Test) to know differentation among treatment group.

The result shows that walnut leaves extract (Canarium indicum L.) give significant effect to (P<0.05) the layer thickness and gland number of endometrium.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Pengaruh Ekstrak Daun Kenari (Canarium Indicum L.) Terhadap Jumlah Kelenjar Dan Ketebalan Lapisan Endometrium Tikus Putih Betina (Rattus Norvegilus, L.)”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) pada Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Dr. Hartono, M.Si selaku Dekan FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk penelitian di Laboratorium FMIPA UNY.

2. Dr. Slamet Suyanto, M.Ed, selaku Wakil Dekan I yang telah membantu dalam penetapan SK pembimbing.

3. Paidi M.Si, selaku Kajurdik Biologi yang telah memberikan izin penelitian di Laboratorium Jurusan Biologi FMIPA UNY.

4. Dr. Tien Aminatun selaku Kaprodi Biologi FMIPA UNY yang telah memebrikan persetujuan dalam menetapkan dosen pembimbing Tugas Akhir Skripsi.

5. Bapak Tri Harjana, M.P selaku pembimbing utama yang telah memberikan waktu dan dengan penuh kesabaran mengarahkan dan membimbing kami sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.


(10)

7. Evy Yulianti, M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing selama penulis menjadi mahasiswa.

8. Bapak Hidayat dan pengelola Laboratorium Pengelolaan Hewan yang telah membantu dan memberikan kemudahan peminjaman alat serta tempat sampai selesainya Tugas Akhir Skripsi ini.

9. Kedua orangtuaku tercinta, kakakku, dan keluarga besarku terimakasih atas limpahan kasih sayang, pengorbanan, motivasi dan doanya demi terselesaikannya skripsi ini.

10.Semua pihak yang telah memberikan sumbangan tenaga, semangat, dan pikiran yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis dalam kelancaran penulisan skripsi ini.

Penulis menerima kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Yogyakarta, ………


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL………...………. i

HALAMAN PERSETUJUAN………...………….. ii

PERNYATAAN………...……. iii

HALAMAN PENGESAHAN………...………... iv

MOTTO………...…... v

PERSEMBAHAN……….vi

ABSTRAK………... vii

ABSTRACT……….... viii

KATA PENGANTAR………. ix

DAFTAR ISI……….... xi

DAFTAR TABEL………...xiv

DAFTAR GAMBAR………...xv

DAFTAR LAMPIRAN……….…… xvi

BAB I. PENDAHULUAN………...….. 1

A. Latar Belakang………..…… 1

B. Identifiksi Masalah……….... 4

C. Pembatasan Masalah……….... 5

D. Perumusan Masalah………...... 5

E. Tujuan Penelitian……….. 6

F. Kegunaan………..…. 6


(12)

1. Tanaman Kenari………... 8

a. Klasifikasi Tanaman Kenari……….... 10

b. Kandungan Kimia Daun Tanaman Kenari………...…. 10

2. Fitoestrogen………..… 12

3. Uterus………...… 13

a. Struktur Anatomi……….. 14

b. Struktur Histologi……….….... 15

c. Pengaruh Hormon Terhadap Endometrium……...…. 16

4. Tikus Putih……….….. 18

B. Kerangka Pikir……… 22

C. Hipotesis Penelitian………...... 24

BAB III. METODE PENELITIAN………...… 25

A. Populasi dan Sampel………...…… 25

B. Waktu dan Tempat Penelitian………...… 25

C. Varibel………...…... 26

D. Rancangan Penelitian………...…….. 26

E. Alat dan Bahan Penelitian……….. 27

F. Langkah Penelitian………...…….. 28

G. Teknik Pengumpulan Data……… …37

H. Analisis Data……… 38

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….……….... 39


(13)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 52

A. Kesimpulan……….. 52

B. Saran……….………….. 52

DAFTAR PUSTAKA………..………. 53


(14)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel l. Data Rata-Rata Jumlah Kelenjar (buah) Endometrium Uterus Tikus Putih Sesudah

Pemberian Ekstrak Daun Tanaman Kenari... 39 Tabel 2.Hasil Uji Kruskal Wallis Pengaruh Ektrak Daun Kenari Terhadap Jumlah Kelenjar

(buah) Endometrium Uterus Tikus Putih sesudah Pemberian Ekstrak Daun Tanaman Kenari... 40 Tabel 3. Rata-Rata Ketebalan Lapisan Endometrium (µm) pada Preparat Irisan

Melintang Utuh Uterus Tikus Putih Betina seudah Pemberian Ekstrak ... 41 Tabel 4. Hasil analisis One Way anova Rata-Rata Ketebalan Lapisan

Endometrium (µm) pada Preparat Irisan Melintang Utuh Uterus Tikus Putih Betina sesudah Pemberian Ekstrak ... 42 Tabel 5. Hasil Uji Lanjut DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) Ketebalan Lapisan

Endometrium (µm) pada Preparat Irisan Melintang Utuh Uterus Tikus Putih Betina sesudah Pemberian Ekstrak... 43


(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Gambar daun tanaman kenari ... 9

Gambar 2. Sruktur dasar flavonoid ... 11

Gambar 3. Struktur kimia estrogen ... 12

Gambar 4. Uterus tikus putih betina ... 14

Gambar 5. Tikus putih ... 19

Gambar 6. Bagan kerangka pikir pengaruh fitoestrogen terhadap jumlah kelenjar dan ketebalan lapisan endometrium uterus tikus putih ... 23

Gambar 7. Mikrograf penampang melintang uterus tikus putih Kelompok Kontrol ... 44

Gambar 8. Mikrograf penampang melintang uterus tikus putih sesudah pemberian Ekstrak Daun Tanaman Kenari Dengan Dosis 200mg/ekor/hari ... 45

Gambar 9. Mikrograf penampang melintang uterus tikus putih sesudah pemberian Ekstrak Daun Tanaman Kenari Dengan Dosis 300 mg/ekor/hari ... 45

Gambar 10.Mikrograf penampang melintang uterus tikus putih sesudah pemberian Ekstrak Daun Tanaman Kenari Dengan Dosis 400 mg/ekor/hari ... 46


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1.Data jumlah kelenjar endometrium tikus putih………...…..56

Lampiran 2.Data rata-rata jumlah kelenjar endometrium tikus putih……... 59

Lampiran 3.Data ketebalan lapisan endometrium tikus putih…………...…...60

Lampiran 4. Hasil uji kruskal wallis, uji one way anova dan uji DMRT…...61


(17)

(18)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Indonesia dikenal sebagai megabiodiversity country, yaitu Negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang besar. Di hutan tropis Indonesia terdapat sekitar 30.000 tumbuhan, diduga sekitar 9.600 spesies diketahui berkhasiat obat, dan sekitar 200 spesies di antaranya merupakan tumbuhan obat penting bagi industri obat tradisional. Saat ini banyak orang yang kembali menggunakan bahan-bahan alami,salah satunya adalah penggunaan tumbuhan untuk pengobatan (Kardinan dan Kusuma, 2004 dalam Lukmanto, 2015 : 2).

Tanaman kenari (Canarium indicum L) sudah lama dikenal di kepulauan Maluku utara khususnya di Ternate. Kenari bermanfaat sebagai tumbuhan obat. Resin yang terdapat dalam tanaman kenari untuk mengobati ulser, akar kenari untuk mengobati sakit kepala (Quattrocchi, 2012 dalam Lukmanto, 2015 : 3).

Daun tanaman kenari (Canarium indicum, L.) mengandung senyawa flavonoid, polifenol, tanin dan saponin serta tidak mengandung senyawa alkaloid dan steroid (Lukmanto, 2015 : 38). Kandungan senyawa polifenol, tanin dan saponin yang diketahui melalui penapisan fitokimia pada daun kenari juga berkontribusi pada aktivitas antioksidan yang dihasilkan karena telah diketahui senyawa polifenol, tanin dan saponin


(19)

mempunyai aktivitas antioksidan (Heim et al., 2002; Robinson, 1995 dalam Lukmanto, 2015 : 38).

Daun tanaman kenari mengandungsalah satu senyawa fitoestrogen, berupa flavonoid. Tumbuhan mengandung senyawa yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan salah satunya senyawa flavonoid (Pietta,2000). Flavonoid terdapat dalam semua tumbuhan hijau sehingga pasti di temukan pada setiap telaah ekstrak tumbuhan (Pricilia, 2013:3).

Fitoestrogen adalah senyawa yang terdapat pada tanaman yang memiliki khasiat hampir sama dengan hormon estrogen endogen atau dapat juga berinteraksi dengan reseptor estrogen endogen. Estrogen endogen ini diketahui dapat menyebabkan proliferasi sel ditandai dengan kenaikan ukuran tebal sekaligus pertambahan jumlah kelenjar endometrium uterus tikus putih betina.

Fitoestrogen adalah kelompok yang sangat banyak dari tumbuh-tumbuhan yang mengandung struktur non streroid yang bersifat menyerupai estrogen. Estrogen diperlukan untuk beberapa hal, misalnya adalah mempengaruhi pertumbuhan endometrium uterus, mengontrol pelepasan hormon pituitary (FSH dan LH), manifestasi fisiologik dari uterus, perubahan-perubahan histologis pada epitelium vagina selama siklus estrus, serta mempengaruhi kelenjar mamae pada hewan mammalia (Suhandoyo dan Ciptono., 2009:34).


(20)

Penelitian ini menggunakan hewan uji tikus putih (Rattus norvegicus.L)betina yang belum pernah bunting Strain Wistar. Menurut Martin dan De Blasé, (2001;333), tikus betina memiliki fase estrus sekitar 4-6 hari, sedangkan lama kebuntingan antara 21-22 hari.Alasan mengapa di gunakan hewan uji tikus putih adalah tikus putih merupakan binatang yang kecil sehingga mudah disimpan dan dipelihara, dapat beradaptasi dengan baik dengan lingkungan baru, dapat berkembang biak dengan cepat dan memiliki umur pendek antara dua sampai tiga tahun, sehingga beberapa generasi tikus dapat diamati dalam waktu yang relatif singkat. Harga tikus juga relatif murah dan dapat dibeli dalam jumlah besar dari peternakan yang mengembangbiakkan tikus khusus untuk penelitian.Tikus-tikus pada umumnya juga memiliki temperamen sedang dan cenderung patuh, sehingga membuat para peneliti mudah menanganinya.Selain itu, sebagian besar tikus yang digunakan dalam percobaan medis adalah hasil perkawinan dari tikus yang memiliki hubungan keluarga yang dekat, sehingga selain perbedaan jenis kelamin, mereka hampir identik secara genetik.Hal ini dapat membantu membuat hasil percobaan medis lebih seragam. Alasan lain tikus digunakan sebagai subjek percobaan dalam pengujian medis adalah karena karakteristik genetik, biologi dan perilaku mereka sangat mirip dengan manusia, dan banyak gejala suatu penyakit pada kondisi manusia dapat direplikasi pada tikus.


(21)

Organ yang dipengaruhi oleh hormon estrogen antara lain adalah uterus dan ovarium. Oleh karena itu, penelitian ini memfokuskan pengaruh dari ekstrak daun kenari (Canarium indicum L) pada salah satu organ tersebut.Organ yang di gunakan dalam penelitian ini adalah uterus.Estrogen berperan dalam merangsang pertumbuhan endometrium, yaitu berupa bertambahnya jumlah kelenjar dan lapisan endometrium. Berdasarkan uraian di atas, bahwa tanaman daun kenari mengandung senyawa fitoestrogen yang berupa flavonoid diduga akan berpengaruh terhadap jumlah kelenjar dan lapisan endometrium, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrakdaun kenari secara oral terhadap jumlah kelenjar endometrium dan ketebalan lapisan endometrium uterus pada tikus putih betina (Rattus norvegicus, L.).

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang, maka dapat di identifikasi beberapa masalah, yaitu :

1. Apa pengaruh biji kenari terhadap organ uterus tikus putih? 2. Apa pengaruh daun kenari terhadap organ ovarium tikus putih?

3. Apa pengaruh fitoestrogen yang berupa flavonoid yang berasal dari daun kenari di dalam organ reproduksi terhadap penambahan jumlah kelenjar?


(22)

4. Apa pengaruh fitoestrogen yang berupa flavonoid yang berasal dari daun kenari di dalam organ reproduksi terhadapketebalan lapisan endometrium tikus putih betina

C. Pembatasan masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, untuk menghindari hal-hal yang dapat memperluas permasalahan, maka perlu diberi batasan-batasan dalam penelitian ini yaitu jenis daun yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun tanaman kenari yang diambil dari hutan Biologi Fakultas Biologi UGM, daun yang diambil adalah daun yang hijau (tua), hewan uji dalam penelitian ini adalah tikus putih betinaRattus norvegicus, L.) yang belum pernah mengalami kebuntingan (galur wistar. Penilitian ini berlangsung selama 21 hari. Kemudian parameter dalam penelitian ini adalah jumlah kelenjar dan ketebalan lapisan endometrium tikus putih.

D. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut

1. Apa pengaruh ekstrak daun kenari (Canarium indicum,L.) terhadap jumlah kelenjar endometrium tikus putih?

2. Apa pengaruh ekstrak daun kenari (Canarium indicum,L.) terhadap ketebalan endometrium tikus putih?


(23)

E. Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun kenari (Canarium indicum,L.) terhadapjumlah kelenjarendometrium tikus putih.

2. Untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun kenari (Canarium indicum,L.) terhadapketebalan endometrium tikus putih.

F. Kegunaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi : 1. Teoritis

a. Sebagai wawasan keilmuan tentang pengaruh ekstrak daun tanaman kenari terhadap jumlah kelenjar dan ketebalan endometrium tikus putih.

2. Realitik

a. Untuk memberikan dorongan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh ekstrak daun tanamn kenari terhadap jumlah kelenjar dan ketebalan endometrium tikus putih.

b. Dapat memberikan informasi tentang pemanfaatan ekstrak daun tanaman kenari terhadap salah satu terapi alami hormon estrogen c. Diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi penelitian

selanjutnya mengenai aktivitas antioksidan dan kandungan senyawa flavonoid dari jenis legum lainnya.


(24)

G. Batasan Operasional

1. Daun kenari (Canarium indicum L) diambil dari hutan Biologi Fakultas Biologi UGM. Daun yang diambil adalah aun yang hijau (tua).

2. Ekstrak daun kenari adalah daun kenariyang sudah dikeringkan kemudian di ekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 96 %.

3. Tikus yang digunakan adalah jenis tikus putih (Rattus norvegicus, L) galur wistar betina umur ±2 bulan dengan berat 150-200gr.

4. Jumlah kelenjar endometrium adalah menghitung kelenjar endometrium uterus yang terdapat pada preparat sayatan uterus dan dihitung dengan carasampling, yaitu menghitung kelenjar yang terdapat pada preparat sayatan uterus dengan mikroskop perbesaran 100x dan dilihat dilayar monitor.

5. Lapisan endometrium adalah mengukur jarak yang dimulaidari lapisan yang berbatasan langsung dengan lumen uterus sampai batas antara lapisan endometrium dengan lapisan miometrium menggunakan bantuan mikrometer okuler yang telah dikalibrasi dengan mikrometer obyektifmenggunakanmikroskop perbesaran 100x.


(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka

1. Tanaman Kenari (Canarium indicum, L.)

Kenari merupakan tanaman asli Indonesia yang banyak tumbuh di daerah Indonesia bagian timur, seperti Sulawesi Utara, Maluku, dan Pulau Seram. Kenari merupakan tanaman tropik yang tergolong dalam famili Burseraceae, genus Canarium, dan memiliki sekitar 100 spesies yang kebanyakan tumbuh di hutan lembab dataran rendah di daerah Melanesia (Kennedy dan Clarke, 2004dalam Lukmanto, 2015 ; 6). Spesies yang terdapat di Indonesia antara lain, Canarium lamili (Irian Jaya), Canarium vulgare (Sangihe Talaud, Sulawesi, Seram, Morotai, Tanimbar, dan Flores), Canarium indicum (Sulawesi utara, Ambon, Ternate, Seram, dan Kai). Dari sebaran distribusi dan nilai komersial dari tiga spesies tersebut diatas yang paling berpotensi adalah Canarium indicum dan Canarium vulgare (Lukmanto, 2015 ; 6).

Tempat tumbuh tanaman kenari umumnya di hutan primer dengan kondisi tanah bervariasi, berkapur, berpasir maupun tanah liat.Selain itu, tanaman ini tumbuh baik di dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian 600 meter di atas permukaan laut. Tinggi pohon 40 sampai 50 meter dan diameter batang bagian bawah 1-1,5 meter (Lukmanto, 2015 : 7).


(26)

Gambar 1. Gambar daun tanaman kenari (Dokumentasi penelitian, 2016)

Daun kenari merupakan daun majemuk menyirip ganjil terdiri dari 6-8 pasang berhadapan, lonjong, dan pangkal meruncing, berwarna terang sampai hijau gelap. Daun tanaman kenari berukuran panjang daun 7-28 cm dan lebar 3,5-11 cm (Lukmanto, 2015 : 7).

Tanaman ini termasuk tanaman berbunga.Bunganya kecil berwarna putih kekuning-kuningan dengan mahkota berbentuk segitiga. Tanaman ini menghasilkan buah dan biji (kernel) yang biasanya dimanfaatkan sebagai pangan camilan.Biji (kernel) tersebut mengandung lemak protein tinggi. Buah kenari berbentuk lonjong (ovoid) sampai agak bulat, dengan dimensi morfologi 2-4 x 3-6 cm, dan pada umumnya berwarna hijau pada saat masih mentah, berubah menjadi hijau tua agak kegelapan sampai kehitaman pada saat buah matang. Warna hitam terjadi karena degradasi klorofil pada kulit buah.Secara morfologi, buah kenari terdiri dari bagian


(27)

kulit luar (exocarp), daging buah (mesocarp), dan bagian tempurung dan isinnya (endocarp), (Lukmanto, 2015 ; 8).

a. Klasifikasi Tanaman Kenari

Tumbuhan Canarium indicum, L. secara taksonomi mempunyai klasifikasi sebagai berikut (USDA, 2014) :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta Superdivisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Klas : Magnoliopsida Subklas : Rosidae Ordo : Sapindales Famili : Burseraceae Genus : Canarium L.

Jenis : Canarium indicum L. b. Kandungan Kimia Daun Kenari

Kandungan kimia dari daun spesies genus Canarium I. lainnya, diantarannya pada C.schweinfurthii (Atile) mengandung saponin, tanin, glikosida jantung, steroid dan flavonoid sedangkan alkaloid dan antrakuinon tidak ada (Ngbede et al., 2008 dalam Lukmanto, 2015 : 38). Canarium odontophyllum mengandung terpenoid, tanin, flavonoid, fenol dan saponin sedangkan alkaloid tidak ada (Basri dan Nor, 2014). Sedangkan menurut Lukmanto (2015;38) ekstrak etanol 96


(28)

% daun kenari (Canarium indicum, L.) mengandung senyawa flavonoid, polifenol, tanin dan saponin serta tidak mengandung senyawa alkaloid dan steroid.

Ekstrak kental daun kenari sebanyak 15 gr dilarutkan dalam etanol 96% memiliki aktivitas antioksidan dengan IC50adalah 2,624 µg/ml. Kandungan flavonoid total ekstrak dan fraksi daun kenari korelasi aktifitas antioksidan di peroleh r2 = 0,632. Hasil ini menunjukkan bahwa 63,2 % aktivitas antioksidan ekstrak dan fraksi daun kenari merupakan kontribusi dari senyawa flavonoid dan 36,8 % karena kehadiran metabolit sekunder yang mempunyai aktivitas antioksidan lainnya (Lukmanto 2015;47).

Gambar 2. Struktur dasar flavonoid (Lukmanto 2015;23)

Senyawa-senyawa yang berperan sebagai antioksidan dalam tanaman ini adalah flavonoid yang bersifat semipolar sehingga cenderung berada dalam etil asetat, seperti katekin dan proantosianidin (Robinson, 1995 dalam Lukmanto, 2015 :44)


(29)

2. Fitoestrogen

Fitoestrogen adalah senyawa yang terdapat pada kelompok tanaman biji-bijian, kacang-kacangan, sayuran, dan buah-buahan yang memiliki khasiat hampir sama dengan hormon estrogen endogen atau dapat juga berinteraksi dengan reseptor estrogen endogen. Fitoestrogen dapat diserap ke dalam tubuh dan mengalami berbagaiperubahan dengan cara diekskresikan atau dipecah menjadi komponen-komponen lain yang berbeda di dalam tubuh dan masih mengandung khasiat seperti estrogen endogen. Aktivitas dari khasiat yang mirip dengan estrogen endogen ini hanya beberapa saat, dan pada umumnya tidak dapat disimpan oleh jaringan tubuh dalam waktu yang lama (Biben, 2012:1-2).

Gambar 3. Struktur kimia estrogen (Guyton, 1995)

Fitoestrogen memiliki dua gugus hidroksil (OH) yang berjarak 11,0 – 11,5 pada intinya, sama persis dengan estrogen. Jarak 11 Ao dan gugus OH inilah yang menjadi struktur pokok suatu subtrat agar


(30)

mempunyai efek estrogenik, sehingga mampu berikatan dengan reseptor estrogen (Achadiat, 2003:3).

Daun kenari mengandung salah satu fitoestrogen, yaitu flavonoid. Flavonoid terdapat dalam semua tumbuhan hijau sehingga pasti ditemukan pada setiap ekstrak tumbuhan (Pricilia, 2013:3). Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa metabolit sekunder yang paling banyak ditemukan di dalam jaringan tanaman. Flavonoid termasuk dalam golongan senyawa phenolik dengan strukur kimia C6-C3-C6. Kerangka flavonoid terdiri atas satu cincin aromatik A, satu cincin aromatik B, dan cincin tengah berupa heterosiklik yang mengandung oksigen dan bentuk teroksidasi cincin ini dijadikan dasar pembagian flavonoid ke dalam sub-sub kelompoknya. Sistem penomoran digunakan untuk membedakan posisi karbon di sekitar molekulnya (Abdi Redha, 2010:197)

3. Uterus

Uterus merupakan tempat implantasi konseptus (zigot yang telah berkembang menjadi embrio). Selanjutnya uterus mengalami serangkaian perubahan selama birahi (estrus) dan daur reproduksi. (Brown dan Dellmann, 1992:512).

a. Struktur Anatomi

Uterus merupakan salah satu organ reproduksi betina yang berfungsi sebagai penerima dan tempat perkembangan ovum yang


(31)

telah dibuahi. Dinding uterus menurut Burkitt, et al (Sitasiwi, 2009:3) terdiri dari tiga lapisan utama, yaitu lapisan endometrium, miometrium,dan perimetrium.

Lapisan endometrium merupakan lapisan yang responsif terhadap perubahan hormon reproduksi, sehingga perubahan lapisan ini bervariasi sepanjang siklus estrus dan dapat dijadikan indiktor terjadinya fluktuasi hormon yang sedang terjadi pada hewan tersebut (Sitasiwi, 2009:40)

Gambar 4.Uterus Tikus Putih Betina (Dokumentai Penelitian, 2016)

Uterus memiliki tiga bagian yang melebar disebut korpus, dibagian atas berbentuk bulat yang melintang di atas tuba uterina disebut fundus, servik atau leher rahim merupakan bagian bawah yang silindris dan bermuara kedalam vagina (Soewolo, dkk., 2005: 342).


(32)

b. Struktur Histologik

Dinding uterus terdiri dari tiga lapis, yaitu mukosa-submukosaatau endometrium, tunika muskularisatau miometrium, dan tunikaserosaatau perimetrium (Sugiyanto,1996:10)

Endometrium adalah suatu struktur glandular yang terdiri dari lapisan epitel yang membatasi rongga uterus, lapisan glandular, dan jaringan ikat. Variasi tebal dan vaskularis endometrium tergantung pada perubahan-perubahan hormonal ovarial dan kebuntingan (Feradis, 2010:51)

Miometrium terdiri dari lapis otot dalam tebal yang umumnya tersusun melingkar dan lapis luar memanjang terdiri dari sel-sel otot polos yang mampu meningkatkan jumlah serta ukurannya selama kebuntingan berlangsung. Di antara kedua lapis tersebut, atau bagian dalam dari lapis dalam, terdapat lapis vaskular yang mengandung arteria besar, vena serta pembuluh limfe. Pembuluh darah tersebut memberikan darah pada endometrium (Brown dan Dellmann, 1992:515). Selama kebuntingan, jumlah jaringan otot yang terdapat pada dinding uterus bertambah banyak karena perbesaran sel dan penambahan jumlah sel (Feradis, 2010:51).

Perimetrium, atau tunika serosa, terdiri dari jaringan ikat longgar yang dibalut oleh mesotel atau peritoneum. Sel-sel otot polos terdapat dalam perimetrium.Banyak pembuluh darah,


(33)

memanjang dari miometrium dan lapis vaskular dari miometrium, seluruhnya berlanjut dngan bangun ligamamentum uterus (Brown dan Dellmann, 1992:515).

Peningkatan kandungan estrogen dapat merangsang pertumbuhan serta percabangan kelenjar endometrium, tetapi uliran serta ekskresi kelenjar tersebut tidak dapat terjadi sebelum ada rangsangan dari progesteron (Brown, 1992:514). Estrogen pada uterus berperan untuk meningkatkan massa endometrium dan miometrium.

c. Pengaruh hormon terhadap endometrium

Ovarium memiliki fungsi sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon kelamin betina yaitu estrogen dan progesteron. Estrogen terutama dihasilkan oleh sel-sel granulosa yang mengubah androgen yang dihasilkan oleh sel-sel teka interna menjadi estrogen.Progesteron terutama dihasilkan oleh sel-sel lutein besar selama metestrus, diestrus, kebuntingan, di samping dihasilkan pula oleh plasenta (Brown dan Dellmann, 1992:506). Pertumbuhan dan pemasakan folikel ovarium dan sekresi estrogen dikendalikan oleh hormon gonadotropin hipofise, yakni FSH dan LH. Sebaliknya, sekresi estrogen oleh ovarium memicu pelepasan gelombang LH untuk ovulasi, biasanya pada masa birahi. (Brown dan Dellmann, 1992:506).


(34)

Kadar estrogen yang menurun dalam darah akan menimbulkan feed back positif untuk hipotalamus dalam mensekresikan FSH-RH sehingga FSH hipofisa terjadi peningkatan. FSH berfungsi untuk merangsang pembentukan folikel tersebut masak tetapi tidak menyebabkan sel telur untuk ovulasi. Folikel tersebut mensintesis dan mensekresi pembentukan estrogen. Saat fase folikel ini bertepatan dengan fase proliferasi pada uterus, peningkatan kadar estrogen merangsang endometrium untuk menebal dan mempunyai banyak pembuluh darah. Kadar estrogen yang meningkat menyebabkan penghambatan sekresi FSH dan secara langsung merangsang peningkatan sekresi LH selama fase folikel (Sherwood, 2001:713-714)

Estrogen bekerja dalam merangsang pertumbuhan miometrium dan endometrium.Peningkatan dalam sintesis reseptor progesteron di dalam endometrium dipengaruhi oleh hormon estrogen sehingga progesteron mampu merangsang endometrium tetapi setelah endometrium tersebut di rangsang oleh estrogen.

Apabila hormon estrogen berlebih didalam darah dapat bertindak sebagai umpan balik terhadap hipotalamus, bersifat sebagai inhibitor releasing factor sehingga produksi FSH dan LH terhambat (Wildan Yatim, 1994:111). Terhambatnya produksi FSH akan menghambat pula sekresi estrogen oleh sel-sel folikel. Kadar estrogen yang mengalami penurunan berimbas pada uterus,


(35)

pertumbuhan endometrium dan terhambatnya kelenjar endometrium.

4. Tikus Putih

Tikus putih sering digunakan sebagai hewan uji laboratorium karena anatomi fisisiologi dari organ-organ tersebut sistematis kerjannya hampir sama dengan fungsional anatomi organ manusia. Dua karakteristik yang membedakan tikus putih dengan hewan percobaan yang lain adalah tikus tidak memuntahkan makanan karena susunan anatomi esofagus yang menyatu dengan perut, serta tikus tidak mempunyai kantung empedu (Smith dan Mangkoewidjojo, 1987:36-37).

Malole dan Pramono (1989) menyebutkan bahwa tikus telah diketahui sifat-sifatnya dengan sempurna, mudah dipelihara, relatif sehat dan cocok untuk berbagai penelitian.Tikus yang sudah menyebar ke seluruh dunia dan digunakan secara luas untuk penelitian di laboratorium ataupun sebagai hewan kesayangan.

Terdapat perbedaan perkembangan reproduksi antara tikus jantan dan tikus betina.Masa pubertas tikus putih jantan yaitu pada hari ke 39-47 dari hari kelahirannya sedangkan pada tikus betina, pubertas muncul pada hari 34-38 dari hari kelahirannya. Tikus putih betina memiliki siklus estrus berkisar 4-6 hari, sedangkan waktu kelahirannya antara 21-22 hari dengan jumlah anak antara 6-14 ekor dengan syarat selama proses reproduksi berjalan dengan optimal (Martin dan Blasé, 2001:333)


(36)

Sistem klasifikasi tikus putih (Norway rats) berdasarkan Myers dan Armitage (2004) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Kelas : Mammalia Ordo : Rodensia Famili : Muridae Subfamili : Murinae Genus : Rattus

Species : Rattus novergicus L

Gambar 5. Tikus Putih (Dokumen Penelitian, 2016) a. Siklus Estrus pada Tikus

Siklus estrus tikus berlangsung selama empat sampai enam hari.Meskipun pemilihan waktu siklus dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor eksteroseptif seperti cahaya, suhu, status nutrisi dan hubungan


(37)

(Yeni,2003:44) yaitu fase proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus. Masing-masing fase ini menggambarkan proses fisiologis yang berbeda. Keempat fase ini dapat diketahui dari pemeriksaan preparat apus vagina yang dicirikan oleh keberadaan sel yang dominan pada saat itu.

1). Proestrus, Stadium ini berlangsung dalam dua tahap yaitu proestrus awal (60 jam) dan proestrus akhir (12 jam). Stadium ini menandakan akan datangnya birahi, stadium ini ditandai dengan terjadinya involusi fungsional korpus luteum dari fase sebelumnya serta pembengkakan praovulasi folikel. Pada fase ini cairan yang terkumpul didalam uterus akan menyebabkan uterus menjadi sangat kontraktil. Preparat apus vagina didominasi oleh sel-sel epitel berinti, yang muncul secara tunggal atau berbentuk lapisan (Turner & Bagnara, 1976)

2). Estrus, stadium ini merupakan periode birahi. Kopulasi dimungkinkan pada saat ini karena hanya pada fase ini hewan betina mau didekati oleh pejantan. Selama estrus terjadi perubahan perilaku seperti telinga yang bergerak-gerak dan sikap lordosis dalam menanggapi perlakuan manusia atau mendekatnya hewan jantan. Fase berakhir 9 sampai 15 jam dan dicirikan dengan aktivitas berlari-lari yang sangat tinggi. Dibawah pengaruh FSH, folikel ovarium tumbuh dengan cepat; dengan demikian periode ini merupakan periode yang didominasi oleh kadar estrogen yang


(38)

mengalami perbesaran progesif dan mengembung lantaran akumulasi cairan lumen (Turner & Bagnara, 1976). Tingginya kadar estrogen ini akan menekan sekresi FSH dan sebaliknya merupakan umpan balik positif terhadap LH sehingga terjadi lonjakan LH yang sangat tinggi (LH surge) sesaat sebelum ovulasi. Ovulasi terjadi selama estrus dan didahului oleh perubahan histologik di dalam folikel yang menunjukkan adanya luteinisasi awal.Cairan lumen di dalam uterus banyak yang hilang sebelum ovulasi.Apabila terjadi fertilisasi dan kebuntingan siklus terganggu selama masa gestasi (masa kebuntingan), yang berakhir 20 sampai 22 hari pada tikus.Hewan menjadi estrus pada akhir kebuntingan, namun siklusnya sekali lagi terganggu sampai berakhirnya laktasi. Sel-sel menanduk ini merupakan gambaran banyaknya mitosis yang terjadi di dalam mukosa vagina, lapisan permukaannya menjadi squmosa. Menjelang estrus berakhir, di dalam lumen vagina terdapat massa seperti keju terdiri atas sel-sel menanduk dengan inti berdegenerasi (Turner & Bagnara, 1976).

3). Metestrus, Stadium ini terjadi segera sesudah ovulasi, dan merupakan saat antara estrus dan diestrus yang berakhir 10 sampai 14 jam. Perkawinan biasanya tidak dimungkinkan pada stadium ini. Ovarium mengandung korpus luteum yang mengandung sel-sel lutein dan folikel-folikel kecil; vaskularisasi dan kontraktilitas uterus akan berkurang. Banyak leukosit muncul di dalam lumen


(39)

vagina bersama dengan sedikit sel-sel menanduk (Turner & Bagnara, 1976). Pada fase ini produksi estrogen mulai berkurang digantikan oleh dominasi hormon progesteron yang dihasilkan oleh sel-sel lutein. Estrogen, progesteron dan inhibin (dihasilkan oleh sel granulosa dari folikel antral yang matang) pada fase ini akan memberikan efek umpan balik negatif terhadap hipotalamus dan hipofise anterior sehingga menyebabkan penekanan FSH dan LH dan perkembangan folikel sejenak terhenti (Guyton & Hall, 1997).

4). Diestrus, Stadium ini berakhir 60 sampai 70 jam, pada masa tersebut terjadi regresi fungsional korpus luteum. Uterus menjadi kecil, anemik dan sedikit kontraktil. Mukosa vagina tipis dan banyak ditemukannya leukosit pada preparat apus vagina. Pada fase ini terjadi regresi korpus luteum yang mengakibatkan terjadinya penurunan progesteron yang dihasilkan. Rendahnya kadar progesteron dan estrogen pada fase ini akan merangsang kembali hipotalamus dan hipofise anterior untuk mensekresi FSH dan LH dan siklus berulang ke proestrus. Fase diestrus didominasi oleh sel leukosit dan mulai munculnya sel epitel berinti.

B. Kerangka Pikir

Dalam ekstrak daun kenari terdapat salah satu fitoestrogen, berupa flavonoid. Fitoestrogen adalah senyawa yang terdapat pada tanaman yang memiliki khasiat hampir sama dengan hormon estrogen endogen atau


(40)

estrogen endogen ini dapat menyebabkan proliferasi sel ditandai dengan kenaikan ukuran tebal sekaligus pertambahan jumlah kelenjar endometrium uterus tikus putih. Dinding uterus dan kelenjar endometrium dibentuk guna mempersiapkan implantasi embrio setelah fertilasi. Pemberian fitoestrogen yang memiliki struktur yang sama dengan estrogen diharapkan mampu memberikan peningkatan pada lapisan endometrium tersebut. Pengaruh fitoestrogen dapat dilihat pada uterus karena pada uterus terdapat reseptor estrogen.

Gambar 6.Bagan kerangka pikir pengaruh fitoestrogen terhadap jumlah kelenjar dan ketebalan lapisan endometrium uterus tikus putih. Daun kenari

Sifat Kelamin Sekunder Uterus

Ovarium

Organ reproduksi betina Flavonoid

fitoestrogen

Estrogen endogen (FSH dan LH)

Jumlah kelenjar dan ketebalan lapisan endometrium


(41)

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka bisa diambil dugaan sementara dalam penelitian ini adalah

1. Pemberian ekstrak daun kenari berpengaruh terhadap jumlah kelenjar endometrium tikus putih (Rattus norvegicus, L.).

2. Pemberian ekstrak daun kenariberpengaruh terhadapketebalan lapisan endometrium tikus putih (Rattus norvegicus, L.).


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Tikus putih betina umur ±2 bulan, berat 150-200 gr dan belum pernah bunting.

2. Sampel

16 ekor tikus putih betina yang diberi perlakuan ekstrak daun tanaman kenari.

B. Waktu dan tempat Penelitian

1. Penelitian ini ini dilakasanakan pada bulan Oktober2016-November 2016

2. Tempat penelitian

a. Pembuatan ekstrak daun tanaman kenari (Canarium indicum L.) dilakukan di Laboratorium Farmasi Unit II UGM.

b. Pemeliharaan tikus dilakukan di Unit Pengelolaan Hewan Laboratorium Biologi FMIPA UNY.

c. Pembedahan tikus putih dilakukan di Unit Pengelolaan Hewan Laboratorium Biologi FMIPA UNY.

d. Pembuatan preparat histologik organ dilakukan di Laboratorium Patologi FKH UGM.


(43)

e. Pengamatan preparat histologik endometrium dilakukan di Laboratorium Mikroskopik Jurdik Biologi FMIPA UNY.

C. Variabel

1. Variabel bebas

Ekstrak tanaman daun kenari dengan dosis perlakuan : P0 : 0 mg (kontrol)

P1 : 200 mg/ekor/hari P2 : 300 mg/ekor/hari P3 : 400 mg/ekor/hari 2. Variabel tergayut

a. Jumlah kelenjar endometrium tikus putih betina b. Ketebalan lapisan endometrium tikus putih D. Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Terdiri atas 3 kelompok perlakuan dan 1 kelompoksebagai kontrol dengan masing-masing kelompok terdiri 4 ekor tikus putihsebagai ulangan. Pemberian esktrak dauntanaman kenari dengan volume 4 ml perhari (2 ml di pagi hari dan 2 ml di sore hari) untuk 1 ekor tikus sesuai dengan dosis masing-masing perlakuan selama 21 hari secara oral, yaitu sebagai berikut :


(44)

1. Kontrol =Kelompok tanpa perlakuan ekstrak daun tanaman kenari (Canarium indicum, L.) 0 mg/ekor/hari dan diberi

perlakuan aquadesh 4 ml/ekor/hari.

2. Perlakuan 1 = Kelompok dengan perlakuan ekstrak daun tanaman kenari (Canarium indicum, L) 200 mg/ekor/hari

3. Perlakuan 2 = Kelompok dengan perlakuan ekstrak daun tanaman kenari (Canarium indicum, L) 300 mg/ekor/hari.

4. Perlakuan 3 = Kelompok dengan perlakuan ekstrak daun tanaman kenari (Canarium indicum, L) 400 mg/ekor/hari.

E. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat

Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah a. Kadang tikus n. cover glass

b.Tempat pakan dan minum m. Sarung tangan c. Alat suntik 5 ml n. Okuler mikrometer

d. Oven o. Cotton buds

e. Botol jam p. Objektif micrometer f. Kertas label q. Alat ekstraksi g. Mikroskop r. Nampan h.Bak paraffin s. Gunting i. Cotton buds t. Gelas benda j. Botol flakon u. Pinset k. Alat bedah v. alat bedah


(45)

l. Timbangan makro w. Alat-alat pembuatan preparat histologik organ

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah a. Tikus putih betina l. Air

b. Daun tanaman kenari m. Xylol c. Alkohol(70%, 80%, 90% absolute) n. Toluol

d. Pakan tikus o. Haematoxylin

e. Formalin 4 % p. Glyserin

f. Chloroform q. Etanol 96 %,

g. Aquadesh r.Canada balsem

h. Pewarna eosin s.Serbuk gergaji

i. Paraffin

j. Sabun antiseptic k. Garam fisiologis

F. Langkah penelitian 1. Tahap persiapan

a. Menyiapkan tikus sebanyak 16 ekor dengan umur (±2 bulan) dan berat150-200 gr yang belum pernah mengalami kebuntingan.


(46)

c. Menyiapkan daun tanaman kenari

d. Melakukan ekstraksi daun tanaman kenari di Laboratorium penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) UGM.

2. Tahap pembuatan ekstrak daun tanaman kenari dengan teknik ekstraksi maserasi

Daun tanaman kenari yang telah dikeringkan, kemudian serbuk yang telah halus dimasukkan kedalam maserator dan dituangi dengan etanol 96%. Proses maserasi yang dilakukan dengan cara perendaman dibiarkan selama 24 jam sampai terdapat selapis cairan hasil rendaman di atas rendaman serbuk daun kenari. Cairan hasil ditampung dan sisa ampas daun tanaman kenari direndam kembali dengan etanol 96% dan dibiarkan 24 jam.Cairan hasil maserasi ditampung kembali dilakukan maserasi kembali pada sisa ampas daun tanaman kenari.Seluruh hasil maserasi tersebut di evaporasi menggunakan alat evaporator sehingga di dapat ekstrak kental yang terpisah dari pelarut etanolnya.

3. Aklimasi

a. Menyiapkan 16 ekor tikus galur Wistar dengan umur 2 bulan dan berat 150-200 gram.

b. Menyiapkan 4 kandang tikus, dan mengambil tikus secara acak sehingga masing-masing kandang terisi 4 ekor tikus.


(47)

d. Setiap 3 hari sekali dilakukan penggantian alas dengan mengganti serbuk gergaji lama dengan yang baru.

e. Proses aklimatisasi dilakukan selama 7 hari di Unit Pengelolaan Hewan Biologi

4. Perhitungan dosis

Penentuan dosis perlakuan pada penelitian didasarkan pada hasil uji pendahuluan, dimana pada uji pendahuluan terdiri dari 4 kelompok perlakuan. Satu kelompok kontrol (0 mg ekstrak daun kenari) dan tiga kelompok perlakuan, masing-masing 100 mg, 200 mg, 300 mg ekstrak daun kenari.

Berdasarkan hasil uji pendahuluan, dosis yang berpengaruh terhadap jumlah kelenjar dan ketebalan endometrium tikus putih adalah pada dosis perlakuan P2 (200 mg). Berdasarkan besar dosis tersebut, pada penelitian ini ditentukan 4 kelompok perlakuan, yaitu 1 kelompok kontrol (0 mg ekstrak daun kenari) dan 3 kelompok perlakuan P1(200 mg), P2 (300 mg) dan P3 (400 mg) ekstrak daun kenari dengan selisih dosis perlakuan adalah 100 mg.

Dari 1000 gram daun kenari dihasilkan 17,17 gram ekstrak daun kenari. 1 gram berat kering = 7, 7��

��= 0,017 gram.Dalam 1

gram mengandung 0,017 gr ekstrak. Dalam 15 gr ekstrak daun kenari mengandung flavonoid 2,624 gr Quersetin/ekuivalen.

a. Perlakuan 200mg/ekor/hari


(48)

b. Perlakuan 300mg/ekor/hari

0,3 gr X 4 Tikus X 21 hari = 25,2 gr c. Perlakuan 400 mg/ekor/hari

0,4 gr X 4 Tikus X 21 hari = 33,6 gr 5. Tahap pelaksanaan

a. Pemberian ekstrak daun tanaman kenari

Ekstrak daun tanaman kenari diberikan secara oral pada tikus perlakuan sesuai dosisnya masing-masing dan diberikan setiap 1 hari 2 kali selama 3 kali estrus (21 hari).

b. Pemeliharaan dengan pemberian pakan pellet AD 2 secara rutin.

c. Pengambilan apus vagina dilakukan pada awal sebelum pemberian ekstrak dan setelah selesai pemberian ekstrak pada hari ke-22 untuk mengetahui tikus estrusnya. Salah satu cara untuk mengetahui siklus estrus tikus putih betina dengan cara apus vagina, adapun prosedur pembuatan apus vagina adalah gelas benda dibersihkan dengan alkohol 70%. Kapas dililitkan pada kayu lidi lalu dicelupkan ke dalam 1 cc NaCl fisiologis, kemudian dimasukkan ke dalam vagina tikus sedalam 1 cm kemudian diputar secara merata dan perlahan-lahan sehingga diperoleh jaringan mukosa vagina. Kapas yang mengandung mukosa vagina selanjutnya dioleskan gelas obyek kemudian dikeringkan di udara kemudian difiksasi dengan methanol 70%


(49)

selama 15 menit. Kemudian ditetesi dengan pewarna gimsa selama 20 menit. Kemudian sediaan dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan pada suhu kamar. Sediaan apus vagina kemudian diamati dibawah mikroskop.

d. Organ di bedah dan di buat preparat organ uterus yang didalamnya mencakup kelenjar endometrium dan lapisan endomerium uterus.

e. Pembuatan preparat histologi

Pembedahan dilakukan terhadap tikus pada hari ke 21 pada saat fase estrus kemudian dilakukan pembedahan dan pengambilan organ uterus.Pembuatan preparat dilakukan di Laboratorium Patologi FKH UGM dengan cara kerja sebagai berikut :

1) Melakukan pembiusan terhadap tikus dengan menggunakan kloroform.

2) Section (Pembedahan)

Pembedahan bertujuan untuk mengambil organ tikus putih yang akan dibuat preparat dan diamati jumlah kelenjar dan ketebalan lapisan endomeriumnya.

3) Labelling (Pemberian label)

Uterus dimasukkan kedalam botol flakon dan ditempeli label.


(50)

4) Fixation

Uterus yang telah dilabeli dimasukkan ke dalam botol flakon yang berisi cairan fixative, yaitu formalin 10%. 5) Dehydration (Pengeringan)

Dehidrasi jaringan dimaksudkan untuk mengeluarkan air yang terkandung dalam jaringan, dengan menggunakan cairan dehidran yaitu alkohol secara bertingkat dengan waktu yang tertentu yaitu

a) Alkohol 70%,3xperendamanselama 30menit b) Alkohol 80%, 3x perendamanselama 30 menit c) Alkohol 90%, 3x perendamanselama 30menit d) Akohol absolute, direndam selama 30 menit 6) Clearing (Penjernihan)

Proses ini bertujuan untuk menghilangkan alkohol, agar parafin dapat masuk ke dalam jaringan. Reagen penjernihan yang dipakai dalam pembuatan preparat uterus adalah toluol, reagen pembersih ini akan diganti dengan cara penetreasi ke dalam jaringan.

7) Paraffination

Proses infiltrasi dilakukan didalam oven (incubator) dengan perbandingan toluol : paraffin = 1 : 1 paraffin murni 1,2 dan 3 masing-masing selama selama 30 menit pada suhu 70-80ºC suhu tersebut bertujuan supaya


(51)

temperaturnya sesuai untuk penetrasi paraffin selama proses berlangsung agar jaringan tidak rusak. Paraffin yang dipilih untuk membuat preparat adalah paraffin dengan titik leleh yang tidak merubah keadaan sitologik dan sitokimia organ. Penetrasi paraffin tergantung dari tebal tipisnya pemotongan preparat yang dipakai. Paraffin kemudian dibiarkan memadat dan diberi petunjuk arah pemotongan dan nama dari jaringan tersebut.

8) Sectioning (Pemotongan menggunakan mikrotom)

a) Blok paraffin yang telah berisi jaringan, diiris menggunakan scalpel yang sudah dipanasi dengan api bunsen sehingga pemotongan lebih mudah dan bagian yang akan diiris dengan pisau mikrotomberbentuk segiempat teratur. Preparat diletakan ditengah, kira-kira 3-5 mm dari tepinya.

b) Meletakkan blok paraffin pada holder kayu

c) Kemudian memasang holder dengan blok paraffin pada rotary mikrotom yang direkatkan.

d) Selanjutnya menyiapkan tempat coupes atau pita dan kuas kecil untuk mengambil coupes dari pisau mikrotom.

e) Mengatur tebal tipisnya coupes dengan mengatur pada pengaturan di mikrotom setebal 4 µm.


(52)

f) Setelah diiris segera memasukkan preparat kedalam nampan yang berisi air hangat. Hal tersebut dilakukan agar coupes dapat merentang dan jaringan tidak melipat.

g) Menempelkan coupes pada gelas benda (pada proses affixing) yang sebelumnya telah diolesi olehputih telur atau albumin.

9) Affixing

a) Meletakkan sejumlah coupes (irisan tengah pada preparat) pada kaca benda yang telah diberi perekat dengan gliserin dan albumin.

b) Memindahkann kaca-kaca gelas benda yang berisi coupes tersebut keatas hotplate dengan suhu (40-45̊C), adanya kelebihan air dihisap dengan menggunakan pipet/keras saring dan mengatur letak coupes dengan paraffinnya direntangkan.

10)Pewarnaan menggunakan Hematoxylin-Eosin

a) Mencelupkan kaca benda yang telah ditempeli coupes ke dalam Xylolselama 30 menit.

b)Kemudian melakukan dehidrasi berulang dengan mencelupkan ke dalam alkohol absolut, alkohol 96%, 90%, 80%, 70% kemudian memasukkan Eosin selama 2 menit, mencelupkan ke dalam alkohol 60%, 50%, 40%, 30%, 20%


(53)

kemudian dicelupkan ke dalam hematoxylyn selama 10 menit dan mencucinya menggunakan air mengalir.

c) Melakukan rehidrasi dengan mencelupkan berurutan mulai alkohol 2%, 30%,4 0%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90%, 96% dan alkohol absolut beberapa kali celupan kemudian mengeringkannya dengan kertas filter atau tissue.

d) Menetesi slide dengan Canada balsam 10)Penutup

Setelah ditetesi menggunkan Canada Balsam kemudian objek gelas ditutup dengan gelas penutup dan diusahakan tidak muncul gelembung, karena adanya gelembung akan mengganggu pengamatan.

11)Pengamatan sruktur histologis

Preparat yang sudah jadi diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 100X. Melakukan perbandingan antara preparat perlakuan dan preparat kontrol. Preparat diamati secara sampling dan diamati seluruh bidang pandangnya.

a) Cara menghitung jumlah kelenjar endometrium adalah dengan menghitung seluruh kelenjar yang tampak melalui cara sampling, yaitu kelenjar dihitung per satuan lapang pandang dengan perbesaran 100X.


(54)

b) Cara mengukur ketebalan lapisan endometrium diukur dimulai lapisan yang berbatasan langsung dengan lumen uterus sampai batas antara lapisan endometrium dengan lapisan miometrium menggunakan bantuan mikrometer okuler yang telah dikalibrasi dengan mikrometer obyektif. Ketebalan diukur menggunakan skala pada mikrometer okuler, kemudian hasil yang diperoleh dikalikan dengan nilai kalibrasi 10, sehingga diperoleh nilai ketebalan lapisan. Ketebalan lapisan endometrium diperoleh dari rerata empat kali pengukuran sampling yaitu bagian atas, bawah, kanann dan kiri endometrium.

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data melalui pengamatan preparat uterus dan diambil gambarnya.Dilakukan perhitungan jumlah kelenjar (buah) serta diukur ketebalan lapisan endometrium uterus pada preparat irisan melintang utuh uterus dengan mikrometer okuler.Kelompok yang diamati adalah kelompok kontrol dan kelompok perlakuan ekstrak daun kenari.Setelah perhitungan masing-masing jumlah kelenjar dan tebal lapisan endometrium kemudian dilakukan analisis terhadap hasil perhitungan tersebut.


(55)

H. Analisis Data

Data jumlah kelenjar endometrium pada tikus putih pada kelompok kontrol dan tiga kelompok perlakuan, kemudian dianalisis dengan analisis non parametrik kruskal-Wallis untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pemberian ekstrak daun kenari terhadap jumlah kelenjar tikus putih padakelompok kontrol dan tiga kelompok perlakuan. Data ketebalam lapisan endometruim pada tikus putih dianalisis menggunakan analisis kontrol One Way Anova.Analisis tersebut dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh ekstrak daun kenari terhadap ketebalan lapisan endometrium tikus putihkelompok kontrol dan tiga kelompok perlakuan. Apabila terdapat pengaruh yang nyata, maka dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) untuk membandingkan antara kelompok kontrol dengan masing-masing perlakuan.


(56)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Pengaruh pemberian ekstrak daun kenari terhadap jumlah kelenjar endometrium

Pengamatan jumlah kelenjar endometrium dilakukan di Laboratorium Mikroskopi FMIPA UNY. Data ini diambil dengan cara mengamati preparat uterus di mikroskopdengan menghitung seluruh kelenjar yang tampak melalui cara sampling, yaitu kelenjar dihitung per satuan lapang pandang dengan perbesaran 100X.

menggunakan alat hitung counter. Hasil perhitungan jumlah kelenjar endometrium dapat dilihat pada tabel 1, sebagai berikut :

Tabel 1.Data Rata-Rata Jumlah Kelenjar (buah) Endometrium Uterus Tikus Putih sesudah Pemberian Ekstrak Daun Tanaman Kenari

Kontrol P1 P2 P3

Rata-rata 53 48,25 79,75 47,25

Stdev 9,01850 11,58663 16,07016 14,0543

Berdasarkan data di atas kelompok kontrol memiliki rata-rata sebesar 53, lalu terjadi penurunan pada kelompok P1 menjadi sebesar 48.25. Pada P2 mengalami peningkatan jumlah kelenjar endometrium yang tinggi sebesar 79.75. Kemudian kembali terjadi penurunan pada P3 yaitu sebesar 47.25.


(57)

Pengaruh perlakuan terhadap jumlah kelenjar endometrium dapat diketahui dengan menggunakan analisis uji Nonparametrik Kruskal Wallis karena data tersebut berupa data cacah yang didapatkan dari perhitungan jumlah. Hasil dari uji Kruskal Wallis dapat dilihat pada tabel 2, sebagai berikut :

Tabel 2. Hasil Uji Kruskal Wallis Pengaruh Ektrak Daun Kenari Terhadap Jumlah Kelenjar (buah) Endometrium Uterus Tikus Putih sesudah Pemberian ekstrak Daun Tanaman Kenari.

Jumlah

Chi-Square 7.497

Df 2

Asymp. Sig. .024

Berdasarkan hasil uji Krukal Wallis, di dapatkan hasil bahwa nilai Chi-quare jumlah kelenjar uterus adalah 7.497 serta nilai derajat kebebasan adalah 3, sedangkan nilai signifikaninya adalah 0.024. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa nilai signifikaninya lebih kecil dari taraf signifikani 0.05 (P<0.05).Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun kenari berpengaruh nyata terhadap jumlah kelenjar endometrium.

2. Pengaruh pemberian ekstrak daun tanaman kenari terhadap ketebalan lapisan endometrium tikus putih

Pengukuran ketebalan lapisan endometrium ini menggunakan alat bantu mikroskop yaitu dengan mikrometer okuler. Pengukuran dimulai


(58)

dari lumen hingga pada lapisan miometrium. Data rata-rata ketebalan lapisan endometrium dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 3.Rata-Rata Ketebalan Lapisan Endometrium (µm) pada Preparat Irisan Melintang Utuh Uterus Tikus Putih Betina sesudah Pemberian Ekstrak.

Kontrol P1 P2 P3

Rata-rata 360,00 561,25 720 315,625

Stdev 177.89 31.45 39.62 214.65

Tabel 3. Menunjukkan hasil pengukuran ketebalan lapisan endometrium sesudah pemberian ekstrak daun tanaman kenari. Dapat dilihat bahwa rata-rata ketebalan lapisan endometrium terbesar yaitu pada perlakuan P2 dengan jumlah sebesar 720 dan P1 sebesar 561.25, pada kelompok perlakuan P3 mengalami penurunan dengan nilai sebesar 315.625 bahkan lebih kecil dibandingkan dari kelompok kontrol, adapun kelompok kontrol ketebalan lapisan endometrium sebesar 360. Dari data tersebut rata-rata paling besar ditunjukkan pada perlakuan 2 dengan penggunaan dosis 300 mg/ekor/hari. Berdasarkan data diatas diketahui jarak standar deviasi masing-masing perlakuan terpaut rentan yang jauh, hal tersebut dikarenakan data yang diperoleh tidak homogen.

Data ketebalan lapisan endometrium di analisis menggunakan One Way Annova yang sebelumnya sudah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas terlebih dahulu yang menunjukkan bahwa data tersebut normal dan homogen, data tersebut dapat dilihat pada lampiran 4


(59)

halaman 72. Kemudian hasil pengujian dari analisis One Way Annova dapat dilihat pada tabel 4 sebagai berikut :

Tabel 4. Hasil analisis One Way Annova Ketebalan Lapisan Endometrium (µm) pada Preparat Irisan Melintang Utuh Uterus TikusPutih Betina sesudah Pemberian Ekstrak.

Jumlah

Df (derajat kebebasan)

Mean

Square F Sig. Antar

kelompok 420993.88 3 140331.29 6.99 .006 Dalam

kelompok 240843.63 12 20070.30

Total 661837.50 15

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa signifikansi untuk uji One Way Anova nilai signifikaninya sebesar 0.006. Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi lebih kecil dari taraf signifikansi 0.01. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun kenari sangat berpengaruh nyata terhadap ketebalan lapisan endometrium tikus putih.Kemudian untuk mengetahui perbedaan antara kelompok kontrol dan masing-masing kelompok perlakuan maka dilakukan uji lanjut dengan uji DMRT (Duncan’s Multiple Range Test). Hasil dari dilakukannya uji lanjut DMRT adalah sebagai berikut:


(60)

Tabel 5. Hasil Uji DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) Ketebalan Lapisan Endometrium (µm) pada PreparatIrisan Melintang Utuh Uterus Tikus Putih Betina sesudah Pemberian Ekstrak.

Dosis

N Subset for alpha = .05

1 2 3 1

400.00 4 315.6250

.00 4 360.1250 360.1250

200.00 4 561.2500 561.2500

300.00 4 720.0000

Sig. .665 .068 .139

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.

Hasil Uji DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) Ketebalan Lapisan Endometrium (µm) pada preparat irisan melintang utuh uterus tikus putih betina sesudah pemberian ekstrakmenunjukkan bahwa perlakuan kontrol memiliki beda nyata terhadap kelompok P1(dosis 200gr/ekor/hari) dan P2(dosis 300gr/ekor/hari), akan tetapi tidak terdapat beda nyata dengan kelompok P3(dosis 400gr/ekor/hari). Perlakuan P1 (dosis 200gr/ekor/hari) berbeda nyata dengan kelompok P2 (dosis 300gr/ekor/hari) dan P3(dosis 400gr/ekor/hari), akan tetapi tidak terdapat beda nyata terhadap kelompok kontrol. Perlakuan P2 (dosis 300 gr/ekor/hari) terdapat beda nyata terhadap kelompok kontrol dan P3(dosis 400gr/ekor/hari), akan tetapi tidak ada ada nyata terhadap P2(dosis 300gr/ekor/hari). Perlakuan P3 (dosis 400 gr/ekor/hari) terdapat beda nyata terhadap kelompok P1(dosis 200gr/ekor/hari) dan


(61)

P2(dosis 300gr/ekor/hari), akan tetapi tidak ada ada nyata terhadap kelompok kontrol.

3. Gambaran struktur histologik uterus tikus putih betina

Hasil dari gambaran histologik penampang melintang uterus tikus putih betina dengan menggunakan mikroskop perbesaran 10x. Berikut ini merupakan gambar histologik uterus tikus putih :

Gambar7. Mikrofotograf Penampang Melintang Uterus Tikus PutihKelompok Kontrol (H-E, 100x)

a.Perimetrium b.Miometrium

c.KelenjarEndometrium d.Endometrium

e.Lumen

a

b

c

e


(62)

Gambar 8. Mikrograf penampang melintang uterus tikus putih sesudah pemberian Ekstrak Daun Tanaman Kenari

dengan dosis 200 mg/ekor/hari (H-E, 100x): a.Endometrium

b. Lumen

c. Kelenjar Endometrium d. Miometrium

e. Perimetrium

Gambar 9. Mikrograf penampang melintang uterus tikus putih sesudah pemberian Ekstrak Daun Tanaman Kenari dengan dosis 300 mg/ekor/hari (H-E, 100x):

a. KelenjarEndometrium b.Endometrium

c.Miometrium d. Perimetrium

a

c

b

d

a

b

c

d

e


(63)

Gambar 10. Mikrofotograf Penampang Melintang Uterus Tikus Putih sesudah Pemberian Ektrak Daun tanaman Kenaridengan dosis 400 mg/ekor/hari (H-E, 100x):

a. Kelenjar endometrium b. Lumen

c. Endometrium d. Miometrium e. Perimetrium

Berdasarkan dari foto hasil pengamatan menunjukkan struktur histologik dari uterus tersusun atas tiga lapisan. Lapisan paling luar adalah perimetrium atau tunikaserosa, terdiri dari jaringan ikat longgar yang dibalut dengan mesotel atau peritoneum, kemudian lapisan tengah adalah miometrium terdiri dari lapis otot yang tebal umumnya tersusun secara melingkar, dan lapis luar memanjang terdiri dari sel-sel otot polos. lapisan paling dalam adalah lapisan endometrium, lapisan ini terdiri atas lapisan epitel kolumner yang bersinggungan langsung dengan lumen uterus.

a

d

c

b


(64)

B. Pembahasan

Dasar dilakukannya penelitian ini dikarenakan adanya kandungan flavonoid didalam daun kenari, dimana golongan flavonoid merupakan salah satu dari fitoestrogen, sudah diketahui bahwa estrogen alami tidak hanya di temukan pada hewan ataupun manusia, akan tetapi senyawa yang mirip dengan estrogen juga di temukan pada beberapa tanaman yang biasanya disebut fitoestrogen. Menurut Biben (2012:3) gugus OH merupakan salah satu faktor pendukung adanya aktifitas fitoestrogen seperti yang terdapat pada estradinol sehingga memiliki aktifitas estrogenik. Fitoestrogen mampu berikatan dengan reseptor estrogen yang menghasilkan efek etrogenik yang mirip estrogen endogen (Zhang et al., 2009 dalam Nidaul, 2015 :1)

Secara hormonal, pemberian ekstrak daun kenari pada dosis 300mg/200 gr BB tikus/hari memicu produksi FSH (Follicle Stimulating Hormone) oleh hipotalamus, sehingga menstimulasi perkembangan sel-sel granulosa folikel yang akhirnya memproduksi estrogen. Kadar estrogen yang meningkat akan memicu pertumbuhan jaringan endometrium dan jumlah kelenjar endometrium oleh adanya poliferasi sel-sel endometrial dan pertumbuhan kelenjar endometrium. Namun jika dosis yang diberikan terlalu banyak atau kurang dari 300mg/200 gr BB tikus/hari, fitoestrogen akan bersifat antagonis terhadap reaksi estrogenik.


(65)

endogen. Apabila keberadaan estrogen endogen di dalam tubuh betina kurang, maka keberadaan flavonoid mampu menjadi pendukung bagi estrogen endogen. Keberadaan fitoestrogen dalam jumlah sedikit membantu estrogen melaksanakan tugasnya dengan cara berikatan dengan reseptor estrogen yang masih kosong, sehingga terdapat kerjasama yang baik antara estrogen endogen dan fiotestrogen dalam menumbukan respon seluler. Dengan demikian keberadaan fitoestrogen bersifat agonis. Apabila terdapat banyak flavonoid di dalam tubuh maka flavonoid tersebut akan berikatan dengan reseptor estrogen beta (ERβ) menggantikan ikatan antara estrogen endogen dengan ERβ dan aktivitasnya jauh lebih rendah daripada estradiol (E2) (Vitdiawati,2014 :6).

Apabila tubuh diberi hormon seks dari luar, maka kelebihan kadar hormon di dalam tubuh (hormon endogen+hormon yang dimasukan) akan menghambat sekresi gonadotropin dan GnRH. Hal ini akan mengakibatkan gonad menghasilkan hormon seks dalam jumlah sedikit untuk menyeimbangkan kadar hormon seks di dalam darah (Soewondo P., 1996:14).

Kadar estrogen yang meningkat dari folikel yang berkembang akan merangsang stroma endometrium untuk mulai tumbuh dan menebal, kelenjar-kelanjar menjadi hipertrofi dan berproliferasi. Proses ini melalui mekanisme seperti yang dijelaskan oleh Cooke, et al (1998:470-475) yakni dengan cara fitoestrogen akan berikatan dengan reseptor hormon pada sel


(66)

konfirmasi ini menyebabkan komplek fitoestrogen-reseptor menjadi aktif sehingga mampu berikatan dengan tempat pengikatan (site binding) pada rantai DNA, khususnya pada sisi akseptor. Interaksi antara komplek fitoestrogen-reseptor dengan sisi akseptor DNA menyebabkan ekspresi gen menjadi meningkat. Ekspresi gen ini dikatalisis oleh enzim RNA polymerase yang menyebabkan peningkatan mRNA. Pada sisi lain sintesis tRNA juga akan meningkat sehingga pada akhirnya sintesis materi sel menjadi meningkat yang mendukung aktivitas proliferasi sel.

Pada hewan betina, gonadotrophin releasing hormon (GnRH) disekresikan dari hipothalamus merangsang pelepasan lutenising hormon (LH) and follicle stimulating hormon(FSH) dari pituitari anterior. FSH dan LH merupakan gonadrotopin hormon. FSH merangsang perkembangan folikel-folikel, salah satunya diantaranya berkembang cepat menjadi folikel de Graff (GF). Folikel mensekresikan hormon estrogen tepatnya sel granulosa dan sel theca interna. Di dalam folikel terdapat reseptor untuk FSH dan reseptor estrogen. Estrogen yang dihasilkan kemudian merangsang perkembangan sel folikel lainnya. Struktur flavonoid pada daun kenari mirip dengan estrogen endogen sehingga flavonoid mampu berikatan dengan reseptor estrogen yang berada di folikel sehingga dapat menghasilkan lebih banyak hormon estrogen mempengaruhi jumlah kelenjar dan ketebalan lapisan endometrium.


(67)

dalam proliferasi sel-sel pada uterus. Endometrium adalah lapisan pada uterus yang paling responsif terhadap adanya perubahan hormon reproduksi dan menyebabkan perubahan lapisan endometrium menjadi bervariasi (Nidaul, 2015:1).

Perkembangan yang ditunjukan endometrium uterus dengan perubahan ukuran tebal endometrium, yang dibedakan menjadi dua fase utama yaitu fase proliferasi dan fase sekresi. Fase proliferasi ditandai dengan adanya petambahan ukuran tebal endometrium seiring dengan kenaikan hormon estradiol dalam plasma dan fase ini terjadi pada fase diestrus sampai fase estrus. Fase sekresi merupakan fase yang terjadi dari fase metestrus sampai fase diestrus, fase ini ditandai dengan adanya aktifitas sekresi kelenjar endometrium uterus sebagai hasil regulasi hormon progesteron dalam plasma(Martdentri, 2015:49). Akhir dari fase sekresi adalah terjadinya kematian atau nekrosis dari endometrium karena dinding arteria berkontraksi, sehingga menutup aliran darah dan menimbulkan iskemia.

Penurunan fungsi ovarium menyebabkan kadar estrogen dalam tubuh berkurang sehingga terjadi perubahan fisiologi pada sistem reproduksi seperti dijumpai pada wanita menopause. Gangguan yang diakibatkan oleh penurunan fungsi ovarium pada wanita menopause, antara lain: uterus tidak berkembang dan terjadi atrofi pada miometrium (Nidaul, 2015:1).)


(68)

Faktor kenaikan ketetebalan endometrium uterus adalah ploriferasi dan diferensiasi kelenjar endometrium.Kelenjar uterus di dalam endometrium merupakan kelenjar tubular sederhana yang mengalami perubahan sepanjang siklus estrus. Menurut Johnson dan Everitt (1988) Perubahan jumlah kelenjar endometrium di akibatkan oleh adanya pertambahan jumlah cabang kelenjar sehingga apabila dilakukan pengamatan sayatan uterus akan menunjukan jumlah kelenjar endometrium dengan jumlah yang lebih banyak (Vitdiawati, R. 2014 : 52).

Estrogen dan progesteron saling bekerja sama untuk mempengaruhi pertumbuhan sistem globuler dan alveolar kelenjar uterus (Sugiyanto, 1996:33).

Pemberian ekstrak daun kenari dengan dosis 300 mg/ekor/hari memiliki kecenderungan untuk meningkatkan ketebalan lapisan endometrium atau diduga bersifat estrogenik.Kemungkinan pada rentangan dosis ini reseptor estrogen di endometrium merespon keberadaan fitoestrogen.Mekanismenya adalah fitoestrogen berikatan dengan reseptor di dalam sitosol yang selanjutnya berdifusi kedalam inti sel dan melekat pada DNA. Ikatan komplek fitoestrogen-reseptor dengan DNA menginduksi dan ekskresi mRNA berupa sintesis protein sehingga meningkatkan aktivitas sel epitel endometrium, yang menunjukkan terjadinya poliferasi sel (Johson dan Everitt, 1988; Ganong, 2003; Campbell et al .,2004 dalam Marlin, 2013:69).


(69)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Pemberian ekstrak daun kenari berpengaruh (P<0.01) terhadapjumlah kelenjar endometrium tikus putih. Pada dosis 300 mg/ekor/hari paling banyak jumlah kelenjar endometrium dibandingkan dengan dosis yang lain.

2. Pemberian ekstrak daun kenari berpengaruh (P<0.01) terhadapketebalanendometrium tikus putih. Pada dosis 300 mg/ekor/haripaling banyak meningkatkanketebalanendometriumtikus putih.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan parameter penelitian yang lebih banyak, antara lain berat uterus, ketebalan miometrium, serta kadar estrogen dan progesteron.

2. Pada saat mencekok tikus sebaiknya dilakukan sebelum tikus diberi pakan, agar ekstrak yang dicekokan dapat masuk ke lambung. Jika sebelum dicekok tikus sudah diberi pakan maka ekstrak akan tersumbat oleh pakan yang masih berada di esophagus dan ekstrak tidak akan masuk secara optimal.


(70)

DAFTAR PUSTAKA

Achadiat, C.M. 2003. Fitoestrogen Untuk Wanita Menopause. Diakses dari http://situs.kesepro.info/aging/jul/2003/ag01.hml.pada 1 Januari 2017 Basri, D.Fdan Nor, N.H.M. 2014. Phytoconstituen Screening and Antibacterial

Activity of the Leaf Extracts from Canarium odontophyllum. Journal of Plant Science. Vol. 5

Biben,H A. 2012. Fitoestrogen: Khasiat Terhadap Sistem Reproduksi, Non Reproduksi Dan Keamanan Penggunaannya. Disampaikan pada Seminar Ilmiah Nasional Estrogen sebagai Sumber Hormon Alami. Bandung: Universitas Padjajaran

Burkitt, H.G., B. Young dan J.W Heath. 1999. Wheaters Functional Histology. A Text Ed. Churchill Livingstore. Edinburg.

Dellmann, H.D. and E.M. Brown. 1992. Histologi Veteriner II. Third Edition.Alih bahasa : R. Hartono. Jakarta. Penerbit UI

Feradis. 2010. Reproduksi ternak. Bandung.Alfabeta.

Ganong, W.F. 2003.Review of Medical Physikologi .Internasional Edition. Sanfransisco: MC Grow Hill Book.

Greenstein, B dan Diana F. Wood, 2006.SistemEndokrin.EdisiKedua. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Hikmah, Nidaul. 2015. Efek Pemberian Ekstrak Tepung Kedelai Terhadap Struktur Uterus Mencit (Mus musculus) Strain Swiss Webster Ovariektomi. Skripsi. Jember : Jurusan Biologi Fmipa Universitas Jember Junquera, LC., 2007. Persiapan jaringan untuk pemeriksaan mikroskopik.

Histology dasar .edisi 10. Jakarta: EGC

Kardinan, A., Kusuma F., R. 2004. Meniran Penambah DayaTahan Tubuh Alami. Jakarta: Agromedia pustaka

Karlina,Yeni. 2003. Siklus Estrus dan Struktur Histologi Ovarium Tikus Putih (Rattus norvegicus, L.) setelah Pemberian Alprazolam.Skripsi. Surakarta: UNS

Limbono, Sylvia. 2013. Daya Ekstrak Etanol Biji Kenari (Canarium indicum L) dengan Metode DPPH.JurnalFakultas Farmasi Universitas Surabaya


(71)

Lukmanto.2015. Uji Aktivitas Antioksidan dan Penetapan Kadar Flavonoid Total Ekstrak dan Fraksi Daun Kenari (Canarium indicum,L.).Skripsi. Jember : Fakultas Farmasi Universitas Jember.

Malole, MBM &Pramono ,CSU. 1989. Penggunaan Hewan-hewan Percobaan di Laboratorium.Bogor :Institut Pertanian Bogor.

Myers, P. danArmitage D., 2004, Rattusnorvegicus, Animal Diversity. Diaksesdari

http://animaldiversity.ummz.umich.edu/site/accounts/information/Ra ttus_norvegicus.html yang diakses pada tanggal 21 Desember2016.

Nalbandov, A.V. (1990). Fisiologi Reproduksi Pada mamalia dan Unggas. Penerjemah : Keman, S.Jakarta:. UI Press

Ngebde, J., Yakbu, R.A., dan Nyam, D.A. 2008. Pytochemical Screning for Active Compound in Canarium sweinfuthii (Atile) Leaves from Jos North, Plateau State, Nigeria. Researc Journal of Biological Science. Vol. 3(9)

Pietta, P.G. 2000. Flavonoids and Antioxidant. J. Nat. Prod. Vol. 63

P.S. Cooke, D.L. Buchanan, D.B. Lubahn, G.R. Cunha, Biology of Reproduction 59(1) (1998) 470-475.

Pricilia,Veronicalangi. 2013.Isolasi Dan Identifikasi Senyawa X Ekstrak Etanol Biji Kenari (Canarium indicum,L) Yang Diperoleh Dari Pasar Manado. Jurnal ilmiah mahasiswa : Universitas Surabaya Vol. 2 no.1 halaman 3 RahmaPratistawari, Martdentri. 2015. Pengaruh Ekstrak Biji Kacang Mete

(Anacardium occidentale, L.) Terhadap Jumlah Kelenjar Dan Ketebalan Lapian Endometrium Tikus Putih Betina (Rattus norvegicus, L.). Skrisi.FMIPA : UNY

Redha, A. 2010.Flavonoid: Struktur, Sifat Antioksidatif dan Peranannya Dalam Sistem Biologis. Jurnal Berlian Vol.9 No. 2

Sherwood, L,. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Alih bahasa Brahm U. Pendit; Editor Beatricia I. Santoso. Jakarta:EGC

Soewolo, Soedjono, Basoeki, dan Titi Yudani. 2015. Fisiologi Manusia. Malang: UM Press

Sugiyanto.(1996). Perkembangan Hewan.Jakarta : Kemendikbud.


(72)

Vitdiawati, R. 2014. Pengaruh Ekstrak Kedelai (Glycine Max, L.) terhadap Jumlah Kelenjar dan Ketebalan Lapian Endometrium Tikus Putih (Rattus norvegicus, L) Strain Witar.Skripsi. Yogyakarta: Biologi FMIPA UNY Wiwi Isnaeni. (2006). Fisiologi Hewan.Yogyakarta : Kanisius.

Yatim, Wildan. 1982. Reproduksi dan Embriologi. Bandung :Penerbit Tarsito Yen, D.E. 1994.Melanesian Arboriculture: Historical Perspective with

Emphasis on Genus C. dalam South Pacific Indigenous Nuts. Edited by Steven , M.L., R.M. Bourke, and B.R. Evans. Canberra: ACIAR

[USDA] United State Departement of Agriculure. 2014. Canariun Indica L. diakses pada 20 Oktober 2016


(73)

LAMPIRAN 1

DATA JUMLAH KELENJAR ENDOMETRIUM TIKUS PUTIH

No Ulangan Bagian Kanan Kiri Bawah atas Jumlah

1 1 1 1 7 5 3

2 4 9 3 -

3 10 12 3 8

65

2 2 1 4 8 5 4

2 3 5 7 4

3 40

3 3 1 9 13 1 3

2 9 3 2 1

41

4 4 1 1 4 7 2

2 6 4 4 1

3 8 2 8 -

47

5 5 1 6 6 7 3

2 7 7 6 6

3 5 8 5 -

66


(74)

2 7 14 - 1

3 16 22 - 6

99

7 7 1 4 7 12 16

2 2 6 9 11

67

8 8 1 5 6 8 9

2 3 7 12 10

3 4 6 9 7

87

9 9 1 7 7 10 11 35

10 10 1 1 7 4 4

2 4 8 1 5

3 11 8 2 10

65

11 11 1 7 8 2 3

2 7 5 3 2

37

12 12 1 9 6 1 2

2 5 6 4 6

3 4 5 1 3


(75)

LAMPIRAN 2

DATA RATA-RATA JUMLAH KELENJAR ENDOMETRIUM TIKUS PUTIH

Ulangan Kontrol P1 P2 P3

1 46 65 66 35

2 48 40 99 65

3 66 41 67 37

4 52 47 87 52

Rata-rata 53 48,25 79,75 47,25


(76)

LAMPIRAN 3

DATA KETEBALAN LAPISAN ENDOMETRIUM TIKUS PUTIH

Ulangan Kontrol P1 P2 P3

1 172,50 537,5 695

2 460,00 552,5 755 382,5

3 555,50 547,5 752,5 400

4 252,50 607,5 677,5 480


(77)

LAMPIRAN 4

HASIL UJI KRUSKAL WALLIS, UJI ONE WAY ANOVADAN UJI DMRT

Descriptive Statistics

N Mean

Std. Deviation Minimu m Maximu m Jumla

h 16 57.0625 17.95353 35.00 99.00

Dosis

16 225.000

0 152.75252 .00 400.00

Kruskal-Wallis Test Ranks

dosis N

Mean Rank Jumla

h

200.00 4 4.88

300.00 4 10.50

400.00 4 4.13

Total 12

Test Statistics(a,b) jumlah

Chi-Square 7.497

Df 2

Asymp.

Sig. .024

a Kruskal Wallis Test b Grouping Variable: dosis


(78)

Tests of Normality

dosis

Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.

tebal .00 .227 4 . .934 4 .617

200.00 .360 4 . .807 4 .115

300.00 .294 4 . .838 4 .189

400.00 .372 4 . .801 4 .104

a Lilliefors Significance Correction One way anova

Test of Homogeneity of Variances tebal

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

5.255 3 12 .015

tebal

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Between Groups

420993.8

75 3 140331.292 6.992 .006 Within Groups 240843.6

25 12 20070.302

Total 661837.5


(79)

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

tebal Duncan

Dosis

N Subset for alpha = .05

1 2 3 1

400.00

4 315.625 0 .00

4 360.125 0

360.125 0 200.00

4 561.250

0

561.250 0 300.00

4 720.000

0

Sig. .665 .068 .139

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.


(80)

LAMPIRAN 5

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1. Penguapan Pembuatan Ekstrak


(81)

Gambar 3. Pencekokan Tikus secara Oral

Gambar 4. Pembedahan Organ Uterus Tikus Putih


(1)

LAMPIRAN 3

DATA KETEBALAN LAPISAN ENDOMETRIUM TIKUS PUTIH

Ulangan Kontrol P1 P2 P3

1 172,50 537,5 695

2 460,00 552,5 755 382,5

3 555,50 547,5 752,5 400

4 252,50 607,5 677,5 480


(2)

LAMPIRAN 4

HASIL UJI KRUSKAL WALLIS, UJI ONE WAY ANOVADAN UJI DMRT

Descriptive Statistics

N Mean

Std. Deviation Minimu m Maximu m Jumla

h 16 57.0625 17.95353 35.00 99.00

Dosis

16 225.000

0 152.75252 .00 400.00

Kruskal-Wallis Test Ranks

dosis N

Mean Rank Jumla

h

200.00 4 4.88

300.00 4 10.50

400.00 4 4.13

Total 12

Test Statistics(a,b) jumlah

Chi-Square 7.497


(3)

Tests of Normality

dosis

Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.

tebal .00 .227 4 . .934 4 .617

200.00 .360 4 . .807 4 .115

300.00 .294 4 . .838 4 .189

400.00 .372 4 . .801 4 .104

a Lilliefors Significance Correction One way anova

Test of Homogeneity of Variances tebal

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

5.255 3 12 .015

tebal

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Between Groups

420993.8

75 3 140331.292 6.992 .006 Within Groups 240843.6

25 12 20070.302

Total 661837.5


(4)

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

tebal Duncan

Dosis

N Subset for alpha = .05

1 2 3 1

400.00

4 315.625 0 .00

4 360.125 0

360.125 0 200.00

4 561.250

0

561.250 0 300.00

4 720.000

0

Sig. .665 .068 .139

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.


(5)

LAMPIRAN 5

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1. Penguapan Pembuatan Ekstrak


(6)

Gambar 3. Pencekokan Tikus secara Oral


Dokumen yang terkait

PENGARUH EKSTRAK BIJI PEPAYA (Carica papaya, L.) TERHADAP JUMLAH KELENJAR ENDOMETRIUM, JUMLAH ERITROSIT DAN LEKOSIT PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) BETINA.

0 0 96

PENGARUH EKSTRAK BIJI PEPAYA (Carica papaya, L.) TERHADAP KETEBALAN LAPISAN ENDOMETRIUM DAN KADAR HEMOGLOBIN TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus, L.).

0 2 77

PENGARUH EKSTRAK BIJI PEPAYA (Carica papaya, L.)TERHADAP KETEBALAN LAPISAN ENDOMETRIUM DAN KADAR HEMOGLOBIN TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus, L.).

0 2 94

PENGARUH EKSTRAK KACANG KEDELAI HITAM (Glycine soja)TERHADAP JUMLAH KELENJAR DAN KETEBALAN LAPISAN ENDOMETRIUM TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus, L.).

1 5 90

PENGARUH EKSTRAK DAUN KENARI (Canarium indicum, L.) TERHADAP PERKEMBANGAN FOLIKEL OVARIUM TIKUS PUTIH BETINA (Rattus norvegicus, L.).

14 82 104

PENGARUH EKSTRAK KACANG PANJANG (Vigna sinensis, L.) TERHADAP JUMLAH KELENJAR DAN KETEBALAN LAPISAN ENDOMETRIUM TIKUS PUTIH BETINA (Rattus norvegicus, L.).

0 1 4

PENGARUH EKSTRAK KACANG MERAH (Phaseolus vulgaris, L.) TERHADAP JUMLAH KELENJAR DAN KETEBALAN LAPISAN ENDOMETRIUM TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus, L.).

0 0 1

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI METE (Anacardium occidentale, L.) TERHADAP JUMLAH KELENJAR DAN KETEBALAN LAPISAN ENDOMETRIUM TIKUS PUTIH BETINA (Rattus norvegicus, L.).

0 0 2

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI WIJEN PUTIH (Sesamum indicum, L.) TERHADAP PERKEMBANGAN FOLIKEL OVARIUM TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus, L.).

1 2 1

PENGARUH MONOSODIUM GLUTAMAT (MSG) TERHADAP JUMLAH KELENJAR DAN KETEBALAN LAPISAN ENDOMETRIUM UTERUS TIKUS PUTIH BETINA (Rattus norvegicus, L.).

0 0 1